PENYAKIT JANTUNG KORONER Definisi

7

2.1.2 PENYAKIT JANTUNG KORONER Definisi

Penyakit Jantung Koroner PJK adalah penyakit jantung yang disebabkan penyempitan arteri koroner karena terdapat timbunan plaque di dalam arteri koroner, plaque yang terbentuk dari lemak, kalsium, dan substansi lainnya yang terdapat di darah. Kondisi saat plaque tertimbun di dalam lumen arteri disebut aterosklerosis. www.nhlbi.nih.gov Gambar 2.3 Pembuluh darah aterosklerosis sumber : http:www.nhlbi.nih.gov Wiliam Herderson adalah orang pertama yang menguraikan secara rinci mengenai gejala penyakit ini pada tahun 1768 sebagai berikut : “mereka yang terkena penyakit ini merasa tertekan saat berjalan, lebih-lebih jika mendaki atau segera setelah makan, oleh suatu sensasi yang bersifat nyeri dan tak terfokus, yang terjadi di dada dan tampak bisa berakibat fatal menghentikan hidupnya jika berlangsung terus-menerus atau intensitasnya meningkat. Bila keadaan penyebabnya menghilang, semua kesulitan itu juga ikut menghilang”. Gejala ini oleh Herderson dinamakan angina pektoris. Istilah angina pektoris digunakan secara universal sampai hari ini sebagai gejala khas PJK. Namun, sebenarnya PJK sudah diketahui oleh bangsa Mesir 4000 tahun lalu, sebagaimana yang ditemukan dalam kitab kedokteran Mesir kuno 8 Egyptians’ Papyrus di mana sudah ada uraian tentang iskemia koroner yang berbunyi sebagai berikut : “ if thou examines a man for illness in his cardia and he has pains in his arms, and in his breast and in one side of his cardia… it is death threatening him .” Atau dalam bahasa Indonesia bunyinya kira-kira demikian: “ jikalau kamu memeriksa seseorang karena penyakit jantung dan dia merasa nyeri di tangan, dan di dada dan juga dalam jantung… hal ini menunjukkan bahwa kematian sudah mengancam dia.” Peter Kabo, 2008 Epidemiologi Manusia yang hidup dalam zaman modern sekarang ini harus melakukan perubahan pola hidup yang rawan terhadap terjadinya PJK. Menurut laporan American Heart Association, setiap tahun di USA ada sekitar 700.000 penderita baru masuk rumah sakit karena kejadian koroner coronary event. Empat puluh persen 40 dari jumlah ini meninggal dunia. Persentase ini sama besarnya di beberapa negara maju. Di Indonesia Budiarso dkk, 1989 melaporkan prevalensi PJK adalah 18,3100.000 penduduk pada golongan usia 15-24, meningkat menjadi 174,6100.000 penduduk pada golongan usia 45-54, dan meningkat tajam menjadi 461,9100.000 penduduk pada usia 55 tahun. Peter Kabo, 2008 Gambaran Frekuensi dan Distribusi Penyakit Jantung Koroner Menurut Bustan 2007, penyakit ini terdistribusi dalam masyarakat berdasarkan karakteristik masyarakat dan lingkungannya. Secara umum dapat dikatakan bahwa distribusi PJK adalah: 1. Lebih banyak pada masyarakat negara berkembang dibandingkan negara sedang berkembang. 2. Lebih banyak ditemukan di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. 3. Lebih banyak mengenai golongan masyarakat sosial ekonomi menengah ke atas dibanding dengan golongan sosial ekonomi lemah. 9 4. Lebih banyak mengenai pria dari pada wanita, namun justru banyak yang meninggal adalah wanita. 5. Meninggi setelah umur 40 tahun. Risiko tinggi sudah terjadi jika memasuki umur 50 tahun. 6. Tinggi angka kematiannya, lebih banyak yang meninggal dibandingkan yang selamat. Faktor Risiko Pada awal abad ke-20, angka kematian akibat PJK meningkat tajam. Tetapi, karena kurangnya data-data penelitian berskala besar, penyebab penyakit ini pada saat itu masih bersifat spekulatif. Sampai pada pertengahan abad ke-20, National Health Institute di Amerika melakukan sebuah studi di kota Framingham, Massachustts, yang melibatkan 2.421 wanita dan 1.980 laki-laki yang ditindaklanjuti selama 6 tahun. Ternyata hasilnya menunjukkan bahwa hipertensi darah tinggi, merokok, dan kadar kolesterol yang tinggi merupakan faktor utama penyebab PJK. Hasil studi ini kemudian dimuat di Annuals of Internal Medicine 1961, dan memperkenalkan konsep baru mengenai faktor risiko di dunia kedokteran. Dalam kaitannya dengan PJK, faktor risiko adalah faktor yang memacu timbulnya aterosklerosis. Peter Kabo,2008 Faktor PJK, digolongkan dalam 2 kelompok, yaitu faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Tidak Dapat Dimodifikasi : Antara lain adalah jenis kelamin laki-laki dan usia. Perempuan baru banyak menderita PJK sesudah menopause, yaitu pada usia di atas 50 tahun. Hal ini disebabkan karena banyak hormon esterogen memiliki efek proteksi terhadap terjadinya aterosklerosis di pembuluh darah koroner. PJK adalah pembunuh nomor satu pada wanita di Amerika Serikat dan 50.000 orang wanita lebih banyak dari pada laki-laki yang meninggal karena PJK. Terapi yang tidak sesuai standar berkontribusi terhadap tingginya angka kematian akibat PJK pada perempuan di banding laki-laki. Pada wanita di bawah usia 50 tahun, merokok adalah faktor utama yang bertanggung 10 jawab atas kejadian ini. Sedangkan pada wanita dengan usia diatas 50 tahun, terjadinya PJK lebih berhubungan dengan naiknya serum kolesterol. Kathryn, 2006 Usia juga merupakan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi. Semakin lanjut usia, semakin tinggi kemungkinan terjadinya PJK. Beberapa buku mengatakan bahwa PJK juga bisa diakibatkan oleh faktor genetis. Kathryn, 2006 Dapat Dimodifikasi : a. Stres kecemasan Respons tubuh terhadap stres adalah keluarnya hormon-hormon dan neurotransmiter, di antaranya yang paling dominan adalah pengeluaran adrenalin dan noradrenalin. Selain itu, stres juga merangsang otak mengeluarkan hormon adenokortikotropik, kortisol, aldosteron, vasopressin, dan thyroid stimulating hormone. Apabila substansi-substansi ini meningkat di dalam tubuh, maka denyut jantung akan bertambah cepat dan kuat, pembuluh darah mengadakan vasokonstriksi, kolesterol darah meningkat, gula darah meningkat, sel-sel darah cenderung bergumpal. Peter Kabo, 2008 Di negara-negara berkembang, stres sebagai faktor risiko PJK, mungkin tidak dianggap terlalu penting, karena tingkat sosio-ekonomi masyarakat barat sudah sejahtera, teknologi dan semuanya memudahkan kehidupan mereka, sehingga tingkat stres diduga tidak begitu kentara. Tapi di Indonesia, sebagai negara berkembang, dan dengan tingkat sosio-ekonomi yang bisa digolongkan pra-sejahtera, belum lagi bencana alam yang bertubi- tubi akhir-akhir ini, maka stres sebagai faktor risiko PJK tidak bisa dianggap remeh. b. Diabetes Mellitus Peter Kabo 2008 menyatakan, peningkatan kadar gula darah dapat menimbulkan berbagai macam akibat yang berefek terhadap jantung, antara lain:  Penebalan membran basal pembuluh darah kecil, sebagai akibat terjadinya penurunan suplai darah dan oksigen, yang selanjutnya menyebabkan asidosis atau darah bersifat lebih asam. Keadaan ini 11 menyebabkan afinitas hemoglobin untuk mengikat oksigen meningkat, sehingga suplai oksigen ke jaringan berkurang. Hal ini menjadi salah satu faktor pemacu terjadinya aterosklerosis. Peter Kabo, 2008  Kerusakan struktur pembuluh darah; kerusakan pada tingkat molekuler terutama diakibatkan oleh adanya disfungsi endotel pembuluh darah. Disfungsi endotel mengakibatkan pembuluh darah kurang mampu berdilatasi yang dimediasi oleh asetilkolin maupun Nitric Oxide NO. Sebaliknya terjadi peningkatan pembentukan prostanoid, zat-zat yang berperan dalam vasokonstriksi pembuluh darah, meningkatnya agregasi trombosit dan proliferasi sel otot polos. Kesemua ini berperan terhadap kejadian thrombosis dan PJK.  Resistensi insulin; insulin sendiri telah diketahui berperan dalam menghasilkan NO, zat yang berperan dalam vasodilatasi pembuluh darah dan menghambat pembentukan molekul adhesi sehingga menghambat agregasi trombosit. Pada penderita DM, resistensi insulin menyebabkan penurunan produksi NO.  Pada DM terjadi peningkatan C-reacrive protein CRP dan interleukin-6, suatu pertanda peradangan dan dislipidemia yang turut memacu proses aterosklerosis. Sebagian pakar menyetarakan DM dengan PJK. Orang yang DM tanpa PJK juga memiliki risiko kematian karena kejadian kardiovaskular sama dengan orang yang menderita PJK tanpa DM. Wanita dengan diabetes memiliki risiko terkena PJK 3-7 kali pada semua kelompok umur. Kathryn, 2006 c. Hipertensi Hipertensi meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis 2-3 kali. Menurunkan tekanan sistolik 12-13 mmHg saja bisa menurunkan risiko terkena PJK sebanyak 21. Kathryn,2006 12 Hipertensi dan aterosklerosis seperti lingkaran setan. Aterosklerosis menyebabkan hipertensi, sebaliknya hipertensi juga dapat memacu terjadinya aterosklerosis. Tekanan darah yang tinggi bisa menimbulkan daya regang yang dapat mencederai endotel arteri, terutama di daerah percabangan atau belokan. Cedera yang berulang-ulang menimbulkan peradangan yang akhirnya terjadi plak dengan segala konsekuensinya. Peter Kabo, 2008 d. Rokok dan Merokok Menurut WHO, konsumsi rokok di Indonesia mencapai 199 miliar batang tahun. Jumlah ini merupakan urutan ke-5 setelah RRC, AS, Jepang dan Rusia. Seorang ahli polusi udara dari London bernama Ivan Vince mengatakan bahwa rokok mengeluarkan lebih banyak partikel dibanding mesin diesel. Apabila kita merokok, iritan yang ada dalam asap rokok selain berpengaruh langsung pada paru-paru, juga masuk ke dalam darah yang mengakibatkan antara lain: denyut jantung lebih cepat, pembuluh darah cepat kaku dan mudah spasme, sel-sel darah lebih gampang menggumpal, ditambah lagi oksigen di dalam darah berkurang karena tempatnya diambil alih oleh karbon monoksida. Peter Kabo, 2008 e. Kolesterol Tinggi Kadar kolesterol yang tinggi membuatnya lebih mudah tertimbun melekat pada dinding pembuluh darah sehingga menjadi plak dengan segala konsekuensinya. Kolesterol LDL yang teroksidasi paling berbahaya karena mudah terjebak masuk ke dalam dinding pembuluh darah dan menyebabkan plak ateroma, dan bilamana plak ateroma tersebut mengalami peradangan, maka dinding pembuluh darah mudah menjadi tidak stabil. Peter Kabo, 2008 f. Inflamasi Ridker, dkk, pada tahun 2000 melaporkan di majalah Circulation bahwa ternyata sepertiga dari semua pasien yang mengalami kejadian atherotombosis pembuluh darah tidak memiliki faktor risiko tradisional seperti hipertensi, kencing manis, kolesterol tinggi, dan merokok. Peter Kabo, 2008 13 Zat inflamasi yang dibebaskan dalam proses inflamasi antara lain adalah high sensitivity C-reactve Protein hsCRP, cell adhesion molecules, E-selectin, dan sitokin lainnya. Ternyata pada proses aterosklerosis termasuk PJK, stroke iskemik dan penyakit vaskular perifer, kadar hsCRP dalam darah meningkat. Peningkatan kadar CRP saat ini diketahui berkaitan dengan keadaan inflamasi yang kronis, yang mana keadaan ini memacu proses pembentukan aterosklerosis, dan memungkinkan terjadinya proses kerusakan plak yang tadinya stabil menjadi tidak stabil sehingga rentan terhadap kejadian penyakit koroner. Peter Kabo, 2008 Faktor risiko untuk PJK yang semula tiga buah terus bertambah. Saat ini, usia, jenis kelamin, stres, penyakit kencing manis, kegemukan, kurang gerak, asam urat, kekurangan estrogen, peningkatan fibrinogen, peradangan, dan masih banyak yang lain sudah tercatat sebagai faktor risiko. Peter Kabo, 2008 Gambaran faktor risiko ini sangat membantu untuk mengidentifikasi orang- orang yang perlu mendapatkan tindakan pencegahan, dan juga termasuk penatalaksanaan bagi mereka yang sudah menderita PJK.

2.1.3 OPERASI BYPASS