Kriteria Persyaratan Wajib Pajak Patuh

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

A. Kriteria Persyaratan Wajib Pajak Patuh

Wajib Pajak digolongkan dalam kategori wajib pajak patuh apabila memenuhi kriteria persyaratan sebagaai berikut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 544KMK.042000, diantaranya : a. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan SPT untuk semua jenis pajak dalam 2 dua tahun terakhir. b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak. c. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 sepuluh tahun terakhir. d. Menyelenggarakan pembukuan wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak badan di Indonesia, kecuali bagi wajib pajak oarng pribadi yang diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan mempergunakan norma penghitungan penghasilan neto, sebagaiman dimaksud dalam pasal 28 dua puluh delapan Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. e. Wajib pajak yang laporan keuangannya diaudit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, atau pendapat wajar dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba-rugi fiskal. B. Mekanisme dan Prosedur Kerja Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Penyitaan dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Apabila utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran belum juga dilunsi oleh wajib pajak yang bersangkutan, maka kepada wajib pajak tersebut akan dilakukan tindakan penagihan pajak. Tindakan penagihan pajak terdiri dari 2 dua jenis, yaitu : 1. Penagihan Pasif Merupakan tindakan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak sebagai bagian dari Direktorat Jenderal Pajak dengan cara dapat melakukan pencatatan, pengawasan atas kepatuhan pembayaran masa dan pembayaran lainnya yang dilakukan oleh wajib pajak, dan dilakukan melalui Surat Ketetapan Pajak SKP, Surat Ketetapan Pajak Kurang BayarSKPKB, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT dan Surat Tagihan Pajak STP. Maksud dari pelaksanaan penagihan pasif ini adalah memberi kesempatan kepada penanggung pajak untuk segera melunasi utang pajaknya, hal ini dimaksud untuk mencegah penagihan pajak dengan surat paksa dan penyitaan. Selanjutnya bilamana tindakan penagihan pasif ini telah dilakukan, namun wajib pajak belum juga melunasi utang pajaknya, maka tindakan penagihan pasif akan beralih ke penagihan aktif. 2.Penagihan Aktif Penagihan pajak aktif atau penagihan pajak dengan Surat Paksa dilakukan diatur dalam Undang-Undang No.19 tahun 1997 sebagaimana yang telah di ubah dengan Undang-Undang No.19 tahun 2000. Penagihan pajak aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif, dimana dalam upaya penagihan ini Fiskus berperan aktif dalam arti tidak hanya mengirim surat tagihan atau surat ketetapan pajak, tetapi akan diikuti dengan tindakan sita dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang. Berikut ini Tagihan Penagihan Aktif : a. Surat Teguran Apabila utang pajak yang tercantum dalam Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, tidak dilunasi sampai melewati 7 tujuh hari dari batas wktu jatuh tempo satu bulan sejak tanggal diterbitkannya. b. Surat Paksa Apabila hutang pajak tidak dilunasi setelah 21hari dari tanggal surat teguran maka akan diterbitkan Surat Paksa yang disampaikan oleh Jurusita Pajak dengan dibebani biaya penagihan pajak sebesar Rp.50.000,00 lima puluh ribu rupiah, utang pajak harus dilunasi dalam waktu 2x24 jam. c. Surat Sita Apabila utang pajak belum dilunasi dalam waktu 2x24 jam dapat dilakukan penyitaan atas barang-barang milik WP, dengan dibebani biaya pelaksanaan sita sebesar Rp.100.000,00 seratus ribu rupiah. d. Lelang Dalam waktu 14 hari setelah tindakan penyitaan, utang pajak belum dilunasi maka akan dilanjutkan dengan tindakan pelelangan melalui Kantor Lelang Negara. Dalam hal biaya penagihan paksa dan biaya pelaksanaan sita belum dibayar maka akan dibebankan bersama-sama dengan biya iklan untuk pengumuman lelang dalam surat kabar dan biaya lelang pada saat pelelangan.

C. Tugas Jurusita Pajak