Analisis Terhadap Deskripsi Tradisi Mbayar Tukon Di Desa Gejagan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id keseriusan mempelai laki-laki untuk berumah tangga dan mampu untuk menjadi pemimpin bagi keluarga. Pada saat pelaksanaan mbayar tukon tidak memakai akad tertentu, melainkan hanya sebatas pemberian biasa tanpa adanya acara khusus. Tradisi mbayar tukon di Desa Gejagan saat ini berlaku apabila pihak perempuan berasal dari Desa Gejagan, dan apabila ada perempuan yang berasal dari desa luar bisa saja pelaksanannya dan jumlah mbayar tukonnya berbeda. Adat ini juga berlaku bagi laki-laki yang berasal dari desa Gejagan dan mendapatkan calon isteri di desa Gejagan, namun apabila mendapatkan calon isteri diluar desa Gejagan, maka tidak berlakulah hukum ini kepadanya. Akibat hukum dari mbayar tukon ialah Apabila ada kemungkinan pihak laki-laki tidak bisa memberikan mbayar tukon tersebut maka laki-laki tersebut dianggap tidak bisa menghargai calon isteri serta keluarga si calon isteri, karena di masyararat setempat menganggap perempuan adalah suatu hal yang sangat berharga dan dijunjung tinggi keberadaannya. Di samping itu pula calon laki-laki dianggap tidak bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga dan ada kemungkinan akan mempermalukan pihak perempuan, tradisi tersebut berlaku bagi semua kalangan baik itu orang kaya maupun orang tidak mampu miskin. Adapun pemberian tersebut bersifat wajib apabila tidak terpenuhi maka akan menghambat pernikahan tersebut. Tradisi mbayar tukon ini adalah sebagai modal awal kedua mempelai untuk menjalani kehidupan berumah tangga dan sebagai modal untuk hidup bersama sebagai keluarga. Pernikahan digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id memang tidak selalu berujung dengan kebahagiaan dan abadi, akan tetapi tekadang pernikahan berujung dengan percekcokan, pertengkaran, dan berakhir dengan perceraian. Di Desa Gejagan bila terjadi perceraian maka harta pemberian dari mbayar tukon yang diberikan pada saat menjelang pernikahan tidak akan di kembalikan lagi pada pihak laki-laki.

B. Analisis Hukum Islam Terhadap Tradisi Mbayar tukon Dalam

Pernikahan Di Desa Gejagan. Tradisi mbayar tukon pada saat menjelang pernikahan yang terajadi di Desa Gejagan adalah adat yang sudah melekat dan dilaksanakan oleh masyarakat. Tradisi ini dikenal oleh semua masyarakat dan sudah dilaksanakan dari dahulu. Tradisi tersebut menurut pandangan hukum Islam adalah ‘urf yakni secara bahasa sesuatu yang dipandang baik dan diterima oleh akal sehat. 10 Sedangkan secara istilah ‘urf adalah sesuatu yang telah dikenal oleh orang banyak dan telah menjadi tradisi mereka, baik berupa perkataan, atau perbuatan, atau keadaan meninggalkan. 11 Firman Allah dalam Al- Qur’an surat Al- A’raf: 199. َِذُخ َ ََوْفَعْلا َ َْرُمْأَو َ َِفْرُعْلاِب َ َْضِرْعَأَو َ َِنَع َ ََيِلِاَْْا َْفاَرعَأْا َ َ َ: ٢١١ Artinya: Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. Qs. Al- A’raf: 199. 12 Kata Al- ‘urfi dalam ayat tersebut, di mana umat manusia disuruh mengerjakannnya karena dipahami sebagai sesuatu yang baik dan telah 10 Satria Efendi, M. Zein, Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana, 2008, 153. 11 Abd. Rahman Dahlan, Usul Fiqh, Jakarta: Paragonatama Jaya, 2011, 209. 12 Abd. Rahman Dahlan, Usul Fiqh, 209 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id menjadi kebiasaan masyarakat. Berdasarkan itu, maka ayat tersebut dipahami sebagai perintah untuk mengerjakan sesuatu yang telah di anggap baik sehingga telah menjadi tradisi dalam suatu masyarakat. 13 Para ulama yang mengamalkan ‘urf itu dalam memahami dan mengistimbathkan hukum, menetapkan beberapa persyaratan untuk diterimanya ‘urf tersebut yaitu: 1. Adat atau ‘urf itu bernilai maslahat dan dapat diterima akal sehat. 2. Adat atau ‘urf itu berlaku umum dan merata di kalangan orang-orang yang berada dalam lingkungan adat itu, atau dikalanga sebaian besar warganya. 3. ‘Urf yang dijadikan sandaran dalam penetapan hukum itu telah ada berlaku pada saat itu, bukan ‘urf yang muncul kemudian. Hal ini berarti ‘Urf itu harus telah ada sebelum penetapan hukum. 4. Adat tidak bertentangan dan melalikan dalil syara’ yang ada atau bertentangan dengan prinsip yang pasti. 14 5. ‘Urf itu harus termasuk ‘urf yang shahih dalam arti tidak bertentangan dengan ajaran Al- Qur’an dan sunnah Rasulullah. 15 Tradisi mbayar tukon dalam pernikahan merupakan tradisi yang sesuai dengan syarat-syarat diterimanya ‘urf, sehingga tradisi mbayar tukon ini boleh dikerjakan oleh masyarakat. Tradisi mbayar tukon di dalam pernikahan di Desa Gejagan menurut Islam yaitu: 13 Satria Efendi, M. Zein, 156. 14 Amir Syarifudin, Ushul Fiqh, jilid 2, Jakarta: Kencana, 2008, 400-402. 15 Satria Efendi, M. Zein, 156. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 1. ‘Urf Shahih yaitu sesuatu yang saling dikenal oleh manusia, dan tidak bertentangan dalil syara’, tidak menghalalkan sesuatu yang diharamkan, dan tidak pula membatalkan sesuatu yang wajib. 16 Tradisi ini sudah dikenal dan sebagian besar masyarakat Desa Gejagan melaksanakan tradisi ini, dan juga tradisi ini tidak bertentangan dengan dalil- dalil syara’ ataupun tidak menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang wajib. 2. ‘Urf Fi’li yaitu kebiasaan yang berlaku dalam bentuk perbuatan. 17 Tradisi ini merupakan tradisi mbayar tukon di dalam pernikahan di Desa Gejagan berbentuk perbuatan yakni penyerahan uang pada saat menjelang pernikahan dilangsungkan kurang lebih satu minggu. 3. ‘Urf Khusus yaitu kebiasan yang dilakukan sekelompok orang ditempat tertentu atau pada waktu tertentu, tidak berlaku di semua tempat dan disembarang waktu. Tradisi mbayar tukon di dalam pernikahan di Desa Gejagan merupakan tradisi khusus karena tradisi mbayar tukon di dalam pernikahan ini hanya ada di Desa Gejagan. Tradisi pemberian mbayar tukon dalam pernikahan di Desa Gejagan ini tidak bisa disamakan dengan mahar karena banyak perbedaan diantara keduanya yaitu: 1. Mahar adalah pemberian wajib dari calon suami kepada calon isteri sebagai ketulusan hati calon suami untuk menimbulkan rasa cinta kasih bagi seorang isteri kepada calon suaminya, 18 sedangkan tradisi mbayar tukon adalah pemberian sebagai rasa kasih sayang kepada calon isteri 16 Abd. Rahman Dahlan, Usul Fiqh, 210 17 Amir Syarifudin, 391. 18 Slamet Abidin dan H. Aminuddin, 105. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id sesuai dengan jumlah yang sudah berlaku di Desa Gejagan dan tidak wajib hukumnya. 2. Pemberian mahar calon suami kepada calon isteri sudah jelas perintahnya dalam al- Qur’an, sedangkan tradisi mbayar tukon tidak ada perintahnya. 3. Mahar adalah barang tertentu permintaan calon isteri dan hasil dari persetujuan isteri, sedangkan mbayar tukon tergantung terhadap apa yang menjadi ketetapan dan kebiasaan di masyarakat Gejagan dalam tradisi mbayar tukon. 4. Mahar digunakan sepenuhnya untuk isteri dan suami boleh menggunakan mahar atas dasar izin dari isteri, sedangkan mbayar tukon untuk digunakan kepentingan si calon isteri dan keluarga dan suami tidak boleh menggunakan uang hasil dari mbayar tukon tersebut. 5. Bentuk mahar biasanya adalah barang untuk keperluan isteri, sedangkan mbayar tukon hanya berbentuk uang. 6. Mahar tidak bisa ditarik kembali atau dicabut kembali apabila sudah terjadi setubuh dukhul, sedangkan mbayar tukon tidak bisa ditarik kembali atau dibagi dua walaupun sudah terjadi setubuh dukhul. 7. Mahar menjadi hak isteri sepenuhnya apabila sudah terjadi setubuh dukhul anatar suami isteri, sedangkan mbayar tukon menjadi hak isteri sepenuhnya baik sebelum atau sesudah pernikahannya sudah dikaruniani keturunan anak. Sebagaimana adat kebiasaan yang berlaku pada masyarakat di Desa Gejagan bahwa pemberian wajib mahar oleh calon suami kepada calon isteri