DETERMINAN PERMINTAAN LISTRIK RUMAH TANGGA DI KOTA YOGYAKARTA

(1)

DETERMINAN PERMINTAAN LISTRIK RUMAH TANGGA DI KOTA YOGYAKARTA

DETERMINANTS OF HOUSEHOLD ELECTRICITY DEMAND IN YOGYAKARTA CITY

Oleh

ARI KHASNAWATI 20130430339

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

DETERMINAN PERMINTAAN LISTRIK RUMAH TANGGA DI KOTA YOGYAKARTA

DETERMINANTS OF HOUSEHOLD ELECTRICITY DEMAND IN YOGYAKARTA CITY

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

ARI KHASNAWATI 20130430339

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Ari Khasnawati Nomor Mahasiswa : 20130430339

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul : "DETERMINAN PERMINTAAN LISTRIK RUMAH TANGGA DI KOTA YOGYAKARTA" tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yangs ecara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, Desember 2016


(4)

Motto

Man Jadda Wa Jadda

(Barang Siapa yang Bersungguh-Sungguh Pasti akan Dapat)

Berniat Dengan Baik Dan Melakukan Yang Terbaik

Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah

hendaknya kamu berharap. (Q.S. Al-Insyiroh, 94: 6-8)


(5)

PERSEMBAHAN Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’alla atas segala karunia, rahmat, nikmat, hidayah dan hikmah yang selalu dilimpahkan kepada penulis sebagai hamba-Nya, sehingga penulisan

skripsi ini dapat terselesaikan.

Dengan segala kerendahan hati skripsi ini ku persembahkan untuk:

Ayahanda dan Ibunda

Orangtua yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian, dukungan, semangat dan doa. Karya ini merupakan salah satu bentuk bakti Ari kepada Bapak dan Ibu. Semoga Allah senantiasa memberikan

kesehatan dan melindungi bapak dan ibu. Aamiin.

Yulia Naimah dan Masnur Ali kedua saudara yangselalu memberikan kasih sayang, perhatian, dukungan, semangat, dan doa.

Inilah hasilatas usahaku dengan penuh semangat dan tekad usaha untuk semakin mensyukuri kehidupan bahwa Allah selalu bersama hamba-Nya dan betapa bersyukurnya telah dilahirkan dengan kesempurnaan dan berlimpah kasih sayang dari orangtua dan keluarga.


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul“Determinan Permintaan Listrik Rumah Tangga

di Kota Yogyakarta”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr.Nano Prawoto, SE,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas MuhammadiyahYogyakarta.

2. Dr.Imamudin Yuliadi, SE,M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas MuhammadiyahYogyakarta.

3. Dr.Endah Saptutyningsih, SE.,M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan tenaga, memberikan bimbingan, perhatian, masukan dan saran yang berguna bagi kesempurnaan penelitian.

4. Seluruh staf dosen Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan ilmunya, dan membantu dalam memfasilitasi kelancaran proses penelitian ini.


(7)

5. Bapak dan Ibu tercinta, Arpanudin dan Jemiyem, serta kakak-kakak tersayang, Yulia Naimah dan Masnur Ali,terimakasih atas segala kasih sayang yang tercurah,doa yang tiada henti,semangat dan dukungan yang diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Keluarga besar yang selalu memberikan masukan-masukan yang positif kepada penulis.

7. Sahabat- sahabat Ical, Ian, Om Awi, Idung, Budel, Bujes, Mbakca, Pokpok,yang telah menjadi sahabat dari awal perkuliahan, terimakasih telah membantu dalam berbagai hal, mendengarkan keluh kesah, memberikan semangat,masukan,dan jalan keluar jika peneliti mengalami kesulitan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

8. Danan, yang selalu memberikan semangat, mendengarkan keluh kesah, meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam berbagai hal terutama dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh teman-teman Program Studi Ilmu Ekonomi angkatan 2013, yang telah membantu selama masa perkuliahan, berdiskusi serta memberikan masukan.

10. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan melimpahkan rahmatNya kepada kita semua. Aamiin.


(8)

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam pembuatan skripsi ini dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Yogyakarta, Desember 2016


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

Daftar tabel ... xiv

Daftar gambar... xv

BAB 1 ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II ... 14

TINJAUAN PUSTAKA ... 14

A. Landasan Teori ... 14

1. Permintaan... 14

2. Energi Listrik ... 24

3. Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Listrik Rumah Tangga ... 40

4. Rumah Tangga Sebagai Konsumen ... 43


(10)

C. Model Penelitian ... 50

D. Hipotesis ... 51

BAB III ... 52

METODE PENELITIAN ... 52

A. Objek Penelitian ... 52

B. Jenis Data ... 52

C. Teknik Pengambilan Sampel... 53

D. Teknik Pengumpulan Data ... 54

E. Definisi Operasional Variabel ... 55

F. Metode Analisis Data ... 57

G. Analisis Regresi Dan Pengujian Hipotesis ... 59

BAB IV ... 63

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ... 63

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 63

1. Kota Yogyakarta ... 63

2. PT.PLN (Persero) APJYogyakarta... 65

B. Hubungan Antara Variabel Permintaan Listrik... 73

BAB V ... 80

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 80

A. Uji Asumsi Klasik Analisis Regresi ... 80

B. Analisis Statistik Permintaan Listrik Di Kota Yogyakarta ... 84

C. Pembahasan Hasil Regresi Permintaan Listreik Di Kota Yogyakarta ... 90

BAB VI ... 95

KESIMPULAN DAN SARAN ... 95

A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 97 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1.Jumlah Energi Listrik Terjual Per Kelompok Pelanggan Pada Tahun

2013 di Indonesia ... 4

Tabel 1.2.Jumlah Pelanggan, Tenaga Listrik yang Terpasang, Dibangkitkan dan Dijual di D.I. Yogyakarta 2008-2015 ... 7

Tabel 1.3.Konsumsi Kwh pertarif di Daerah Istimewa Yogyakarta ... 8

Tabel 1.4.Presentase Konsumsi Energi Listrik Setiap Rayon dan Kab/Kota Sektor Rumah Tangga di DIY ... 9

Tabel 4.1.Distribusi Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga dengan Permintaan Listrik Rumah Tangga di Kota Yogyakarta ... 75

Tabel 4.2.Distribusi Responden Menurut Luas Bangunan Rumah dengan Permintaan Listrik di Kota Yogyakarta ... 76

Tabel 4.3.Distribusi Responden Menurut Jumlah Peralatan Listrik dengan Permintaan Listrik di Kota Yogyakarta ... 77

Tabel 4.4.Distribusi Responden Menurut Jumlah Pendapatan Keluarga dengan Permintaan Listrik di Kota Yogyakarta ... 78

Tabel 4.5.Distribusi Responden Menurut Daya yang Digunakan dengan Permintaan Listrik di Kota Yogyakarta ... 80

Tabel 4.6.Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan dengan Permintaan Listrik di Kota Yogyakarta... 81

Tabel 5.1.Hasil Uji Multikolinearitas ... 85

Tabel 5.2.Hasil Uji F ... 88

Tabel 5.3.Hasil Uji T ... 89


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Segitiga daya. ... 29

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir Penelitian ... 51

Gambar 5.1. Hasil Uji Normalitas... 83


(13)

(14)

(15)

INTISARI

Listrik memainkan peranan penting dalam kehidupan, di mana listrik telah menjadi sumber energi utama di dalam setiap kegiatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mepengaruhi permintaan listrik rumah tangga di kota Yogyakarta. Variabel dependen adalah permintaan listrik rumah tangga, variabel independen adalah jumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga, jumlah peralatan elektronik , luas bangunan rumah, dan tingkat pendidikan. Dalam penelitian ini sampel berjumlah 175 rumah tangga di kota Yogyakarta yang dipilih dengan menggunakan metode Simple Random Sampling. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan metode OLS.

Dari analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa variabel jumlah anggota keluarga berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap permintaan listrik rumah tangga di kota Yogyakarta,pendapatan keluargaberpengaruh secara signifikan dan positif terhadap permintaan listrik rumah tangga di kota Yogyakarta, jumlah peralatan elektronikberpengaruh secara signifikan dan positif terhadap permintaan listrik rumah tangga di kota Yogyakarta , luas bangunan rumah berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap permintaan listrik rumah tangga di kota Yogyakarta. Sedangkan tingkat pendidikan beerpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap permintaan listrik rumah tangga di kota Yogyakarta.

Kata kunci : permintaan listrik rumah tangga, jumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga, jumlah peralatan elektronik , energi.


(16)

ABSTRACT

Electricity plays a vital in life, where electricity has bacome the main energy source in each activity. This research aims to analyze the determinants of household electricitydemand in Yogyakarta City. The dependent variable is the household electricity demand, the independent variable are household members, household income, the amount of electronic stuff, household size, and education level. The sample of this research is 175 households in Yogyakarta city, which was choosen by using simple random sampling. The analysis tool was multiple linear regression with OLS method.

The results shows are the variable of the household members effect significantly and positivelytoward the household electricitydemand, respectively household income effect significantly and positively to electricitydemand, the amount of electronic stuff effect significantly and positively, and household size effect also significantly and positively toward the household electricity demand in Yogyakarta City. While the education level affect significantly and negatively toward household electricity demand in Yogyakarta.

Keywords : electricity demand, household members, household income, electronic stuff, , energy.


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semua kekayaan bumi Indonesia yang dikelola sebagai pengembangan ekonomi, yang diantaranya dari sisi kehutanan, pertanian, pertambangan dan energi yang ada seharusnya selalu diperhatikan bagaimana mekanisme pengelolaan sumber-sumber energi serta Sumber Daya Alam (SDA) yang ada. Selain memberikan manfaat pada masa sekarang juga yang akan menjamin kelangsungan kehidupan di masa depan. Pembangunan disektor SDA dan Energi harus menjamin akan adanya manfaat yang besar bagi pengembangan serta pembangunan di wilayah daerah dan sebagai peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Sumber daya yang sangat vital dibutuhkan dalam kehidupan dan bagi pembangunan yaitu energi. Pengembangan serta pembangunan energi ini dititik fokuskan untuk mendorong kegiatan pembangunan, peningkatkan kesejahteraan rakyat serta memenuhi kebutuhan energi masyarakat dengan menjamin tersedianya energi dan mutu pelayanan (Pramana,2010).

Energi memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat karena energi merupakan parameter bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Hampir semua sektor kehidupan (industri,rumah tangga, transportasi, jasa, dan lain-lain) tidak bisa dipisahkan dari sektor energi. Pada sektor rumah tangga, energi memiliki banyak fungsi antara lain berfungsi untuk penerangan, memasak, pemanas dan pendingin ruangan serta berbagai jenis kegiatan rumah tangga yang lain (Nuryanti,2007).


(18)

2

Konsumsi energi sekitar 20 negara di dunia yaitu sebesar 80%. Salah satu dari Negara itu adalah Indonesia. Dengan begitu Indonesia termasuk Negara yang mempunyai tanggung jawab untuk meningkatkan efisiensi energi dan menjadi pemimpin peralihan ke energi bersih. Laporan ini mencatat bahwa banyak negara yang masih tidak memiliki akses ke energi listrik apabila dihitung yaitu sebanyak 1,2 miliar penduduk di dunia dunia atau sama jumlahnya dengan penduduk India. Sebesar 80% dari jumlah tersebut yang tidak mempunyai akses ke energi modern adalah mereka yang bertempat tinggal di pedesaan. Pada periode 1990-2010 jumlah penduduk yang teraliri listrik bertambah 1,7 miliar jiwa, namun jumlah ini hanya sedikit di bawah jumlah pertumbuhan penduduk pada periode yang sama. Laporan ini mengungkapkan, bahwa pertumbuhan akses energi listrik dan bahan bakar yang bersih harus terus ditingkatkan. Sektor energi harus tumbuh dua kali lipat pada tahun 2013 agar kebutuhan semua penduduk di bumi ini terpenuhi (World Bank, 2012).

Dalam sepuluh tahun terakhir (2003-2013), konsumsi energi final di Indonesia mengalami peningkatan dari 79 juta TOE (Tonnes Oil Equivalent) menjadi 134 juta TOE atau tumbuh rata-rata sebesar 5,5% pertahun. Peningkatan kebutuhan dan konsumsi energi pertahun tersebut harus dibarengi kapasitas yang tersedia. Namun upaya pemenuhan kebutuhan energi di dalam Negeri antara lain terkendala oleh ketersediaan infrastruktur energi seperti pembangkit listrik, kilang minyak, pelabuhan, serta transmisi dan distribusi.


(19)

3

Dewasa ini, seiring dengan perkembangan zaman, semakin berkembangnya kemajuan teknologi pembangunan energi untuk kebutuhan rumah tangga serta industri yang dimana berkaitan erat dengan tenaga listrik yang merupakan salah satu faktor yang penting bagi pembangunan, terlebih sebagai unsur mutlak untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Listrik merupakan salah satu bagian energi yang paling dibutuhkan manusia dalam kegiatan kesehariannya, melihat bagaimana listrik adalah yang menjadi kebutuhan pokok manusia yang penting serta menyangkut kepentingan umum, sehingga ketersediaan energi listrik merupakan hal yang sangat penting demi tercapainya tujuan pengembangan dan pembangunan seperti yang diharapkan dan pengelolaanya merupakan taanggung jawab pemerintah walaupun kemungkinan sektor swasta dapat ikut berperan didalam pengelolaan tersebut (Nuryanti , 2007).

Di Indonesia jumlah energi listrik yang terjual per kelompok pelanggan yaitu sebesar 187.541,02GWh pada tahun 2013, jumlah tersebut meningkat sebesar 7,79% jika dibandingkan dengan tahun 2012. Terlihat bahwa kelompok pelanggan yang paling besar adalah sektor Rumah Tangga yaitu sebesar 77.210,71 GWh (41,17%). Hal ini dibuktikan dengan data sebagai berikut :


(20)

4

Tabel 1.1.

Jumlah Energi Listrik Terjual Per Kelompok Pelanggan Pada Tahun 2013 di Indonesia

Kelompok Pelanggan

GWh

2013 2013(%)

Industri 64.381,40 34,33%

Rumah Tangga 77.210,71 41,17%

Bisnis 34.498,38 18,40%

Lain-lain 11.450,53 6,10%

Jumlah 187.541,02 7,79%

Sumber : Statistik PLN, 2013

Pada tahun 2013 jumlah energi listrik yang terjual yaitu sebesar 187.541,02 GWh, meningkat 7,79% jika dibandingkan tahun 2012. Konsumsi sebesar 64.381,40 GWh (34,33%) yaitu pada kelompok pelanggan Industri,pada Kelompok pelanggan Rumah Tangga yaitu sebesar 77.210,71 GWh (41,17%), sebesar 34.498,38 GWh (18,40%) pada kelompok bisnis , dan pada kelompok Lainnya (sosial, gedung pemerintah dan penerangan jalan umum) 11.450,53 GWh (6,10%). Masing-masing kelompok pelanggan untuk semua jenis kelompok pelanggan yaitu Industri, Rumah Tangga, Bisnis dan Lainnya mengalami peningkatan penjualan energi listrik dalam setiap sektor. Sektor yang paling banyak jumlah konsumsinya yaitu pada kelompok pelanggan rumah tangga (PLN, 2013).

Kondisi ketenagalistrikan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada masa sekarang ini sedang mengalami krisis sebagai akibat terjadinya lonjakan permintaan akan listrik yang lebih besar dibanding tingkat pasokannya. Setiap tahun, seiring dengan pertumbuhan jumlah rumah tangga serta perkembangan


(21)

5

ekonomi jumlah volume daya yang didistribusikan semakin lama semakin meningkat. Pertumbuhan penduduk terus meningkat harus diimbangi dengan ketersediaan tenaga listrik karena meningkatnya permintaan tenaga listrik. Kehidupan manusia yang sangat bergantung akan listrik semakin besar yang membawa dampak pada bertambahnya jumlah pelanggan Perusahaan Listrik Negara. Di tahun 2006 sebagai akibat adanya dampak bencana gempa bumi yang kemudian terjadinya gangguan pada jaringan listrik jumlah pelanggan dan jumlah listrik yang terpasang (Kwh) sempat mengalami penurunan, namun dalam sepuluh tahun terakhirpolanya terus meningkat. Pola peningkatan daya listrik yang didistribusikan hampir sama dengan daya listrik yang terjual, namun dari sisi kuantitas daya jauh lebih besar. Komposisi pelanggan pengguna layanan listrik dikategorikan menjadi beberapa jenis, yakni rumah tangga, usaha, industri dan umum (pemerintah, kegiatan sosial, rumah sakit, lembaga pendidikan, tempat ibadah dan lainnya). Sampai dengan tahun 2014, dengan proporsi mencapai 92,2% kelompok rumah tangga merupakan kelompok dengan jumlah pelanggan listrik terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta, proporsi tersebut sedikit menurun jika dibandingkan dengan jumlah proporsi tahun 2013 yaitu sebesar 92,4%. Rasio elektrifikasi di DIY tahun 2014 di bawah 100 persen, namun lebih tinggi dari rata-rata nasional sebesar 81,70 persen. Rasio elektrifikasi adalah perbandingan jumlah rumah tangga yang teraliri listrik dengan jumlah kesuluruhan rumah (RUPTL PLN 2015-2024). Rasioelektrifikasi ini menggambarkan tingkat ketersediaan energi listrik untuk masyarakat (Statistik PLN, 2014).


(22)

6

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi tanpa sumber energi listrik dengan sistem pembangkit listrik sistem konvensional. Di DIY tidak ada pembangkit listrik skala mikro, menengah, maupun makro yang digunakan untuk penyediaan kebutuhan energi listrik masyarakat. Pendistribusian energi listrik oleh PLN APJ Yogyakarta ataupun Divisi Regional DIY tidak di hasilkan/ dibangkitkan di wilayah DIY, tetapi energi listrik tersebut berasal dari pembangkit listrik provinsi lain yaitu di supply dari pembangkit-pembangkit listrik yang berada di daerah Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur melalui sistem interkoneksi Jawa-Bali (JAMALI). Di Yogyakarta hanya terdapat satu APJ (Area Pelayanan Jaringan) sebagai pusat pelayanan di area Yogyakarta yang bertugas mengatur seluruh distribusi energi listrik di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. APJ membawahi beberapa UPJ ( Unit Pelayanan dan Jaringan) yang ada di setiap daerah. Unit-unit tersebut antara lain :UPJ Yogyakarta Utara, UPJ Yogyakarta Selatan, UPJ Kalasan, UPJ Wates, UPJ Sedayu,UPJ Wonosari, UPJ Sleman, dan UPJ Bantul.

Berikut data Jumlah Pelanggan, Tenaga Listrik yang Terpasang dan Dijual di DIY tahun 2008-2015 yaitu sebagai berikut :


(23)

7

Tabel 1.2.

Jumlah Pelanggan, Tenaga Listrik yang Terpasang, Dibangkitkan dan Dijual di D.I. Yogyakarta 2008-2015

Tahun/ Year

Langganan / Costumers

Daya Terpasang/ Installated Capacity (VA) Daya yang Dibangkitkan/ (Produksi) Generated (KWH) Daya yang Dijual/ Electricity Sold (KWH) 2008 745 557 837 431 019 1 636 087 646 1 481 575 542 2009 770 293 882 479 013 1 733 410 946 1 578 453 018 2010 792 516 924 868 363 1 866 766 573 1 705 941 418 2011 851 527 1 051 020 972 2 018 312 691 1 869 768 571 2012 891 816 1 130 965 316 2 210 053 065 2 043 752 015 2013 935 821 1 234 927 074 2 391 821 388 2 046 220 185 2014 972 327 1 320 489 674 2 551 650 008 2 369 612 713 2015 1 033 966 1 448 866 374 2 655 966 471 2 484 153 383 Sumber : BPS DIY, 2015.

Dapat dilihat dari tabel 1.2 jumlah pelanggan pada tahun 2008 sebesar 745,557 dan pada tahun 2015 sebesar 1.033.966. Ini menunjukkan bahwa penggunaan listrik di DIY terus mengalami peningkatan. Dan pada tabel diatas kita juga dapat melihat daya yang terpasang pada tahun 2008 sebesar 837,431,019 KWH, dengan daya yang dijual sebesar 1,481,575,542 KWH. Pada tahun 2012 meningkat sangat signifikan dengan daya yang terpasang sebesar 1,130,965,316 KWH, dan daya yang dijual sebesar 2,043,752,015 KWH. Kemudian pada tahun 2015 meningkat sangat signifikan dengan daya yang terpasang sebesar


(24)

8

1.448.866.374KWH, dan daya yang dijual sebesar 2.484.153.383KWH. Ketika daya yang terpasang lebih sedikit dari yang terjual, menandakan bahwa ada banyak permintaan dari para konsumen dalam permintaan energi di DIY.

Berdasarkan data dari statistik Perusahaan Listrik Negara Area Pelayanan Jaringan (APJ) YOGJAKARTA tahun 2009, 2010, dan 2011 jumlah konsumsi listrik kWH per Tarif , bahwa pelanggan listrik di DIY sangat didominasi oleh pelanggan dari kelompok rumah tangga, yaitu pada tahun 2009 sebanyak 932.620.923 kWH, tahun 2010 sebanyak 1.000.504.284 kWH dan pada tahun 2011 sebanyak 1.051.544.032 kWH.

Tabel 1.3.

Konsumsi Kwh pertarif di Daerah Istimewa Yogyakarta

Konsumsi

KWH

2009 2010 2011

Sosial 121.067.189 13.616.759 138.328.606 Rumah Tangga 932.620.923 1.000.504.284 1.051.544.031 Bisnis 360.854.197 366.844.129 357.756.063 Industri 189.046.777 195.767.828 193.856.071 Pemerintah 81.332.639 88.419.508 90.264.226 Multiguna 3.935.456 19.507.817 38.019.573 Jumlah 1.688.857.181 1.804.660.325 1.869.768.571 Sumber : PLN APJ Yogyakarta, 2011.

Dari data konsumsi listrik DIY diatas di sektor rumah tangga jumlahnya sebesar 1.051.544.031. Dan konsumsi listrik tertinggi yaitu di kota Yogyakarta


(25)

9

dengan presentase 35% dari jumlah keseluruhan konsumsi listrik rumah tangga. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.4.

Presentase Konsumsi Energi Listrik Setiap Rayon dan Kab/Kota Sektor Rumah Tangga di DIY

Sumber: PLN APJ Yogyakarta,2011.

Melihat data dan kenyataan bahwa konsumsi energi listrik sektor rumah tangga tertinggi adalah berada di kota Yogyakarta sedangkan jumlah rumah tangga di kota Yogyakarta adalah yang paling sedikit jika dibandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY yaitu sebesar 144.137. Dari kenyataan tersebut maka permintaan listrik tertinggi yang berada di Kota Yogyakarta perlu adanya penelitian yang berfokus pada daerah tersebut mengingat kebutuhan energi listrik sudah menjadi salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat serta agar dapat diketahui faktor apa saja yang menjadi penyebab tingginya permintaan listrik di kota Yogyakarta. Karena energi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang sangat penting serta menyangkut kepentingan umum dan energi listrik termasuk kebutuhan dasar masyarakat, maka hal tersebut seharusnya memberikan dorongan bagi pemerintah untuk mengembangkan program penyediaan tenaga listrik. Selain daripada itu energi listrik memainkan peran yang

Kab/Kota Rayon %

Kota Yogyakarta

Yogya Utara 18%

Yogya Selatan 17% Sleman

Sleman 14%

Kalasan 8%

Bantul Bantul 12%

Kulonprogo

Wates 8%

Sedayu 12%

Gunung Kidul Wonosari 11%


(26)

10

sangat penting dalam kehidupan masyarakat, listrik dapat sangat dibutuhkan untuk memperlancar segala jenis pekerjaan yang berkaitan dengan penggunaan energi listrik, dapat digunakan untuk kegiatan sehari–hari, memasak, menyetrika baju, untuk penerangan dan banyak macam-macam lainnya . semua pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih praktis dan efisien dengan adanya energi listrik, di jaman modern seperti sekarang, peralatan–peralatan kerja, perabot–perabot rumah tangga, bahkan sampai mainan anak–anak menggunakan tenaga listrik. Dengan demikian permintaan akan daya sambung listrik akan terus meningkat seiring dengan kebutuhan yang semakin meningkat serta jaringan listrik yang semakin luas serta masyarakat desa maupun kota ingin menikmati, mempermudah setiap pekerjaan yang dilakukan. Untuk setiap tahunnya permintaan/konsumsi energi listrik terus mengalami peningkatan. Hal tersebut disebabkan karena semakin tingginya konsumsi energi listrikoleh masyarakat terutama sektor rumah tangga. Kebutuhan energi listrik dewasa ini sebenarnya dapat digolongkan sebagai salah satu kebutuhan dasar, karena tanpa listrik pada umumnya aktivitas ekonomi terganggu bahkan sebagian menjadi lumpuh. Karena pada masa sekarang ini energi merupakan kebutuhan dasar masyarakat maka berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang sudah dilakukan oleh beberapa peneliti yang membahas tentang permintaan listrik.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hayati (2008) telah menunjukan hasil bahwa permintaan listrik pada sektor rumah tangga di Dusun Nambongan dipengaruhi secara signifikan oleh pendapatan rata-rata total keluarga, jumlah tanggungan keluarga dan luas bangunan rumah berpengaruh


(27)

11

positif dan signifikan terhadap permintaan listrik pada rumah tangga. Sedangkan pengeluaran energi (minyak tanah,kayu bakar, gas, dan premium/solar) berpengaruh negatif dan signifikan.

Dari penelitian Hafinda (2010) didapatkan hasil sebagai berikut peralatan listrik, luas bangunan rumah, dan jumlah tanggungan keluarga memiliki pengaruh yang positif dan siginifikan terhadap permintaan jumlah daya listrik di kota Medan.

Selanjutnya Khattak,dkk. (2010) melakukan penelitian dengan hasil penelitian yaitu menunjukkan bahwa permintaan listrik rumah tangga sebagian besar dipengaruhi oleh pendapatan, tingkat pendidikan, jumlah kamar dan perubahan cuaca. Harga listrik juga mempengaruhi permintaan listrik tetapi hanya untuk konsumen yang memiliki relatif lebih rendah penggunaan listrik perbulannya.

Berdasarkan uraian permasalahan diatas, penulis merasa sangat tertarik untuk meneliti serta merujuk pada beberapa hasil studi empiris terdahulu mengingat banyaknya permintaan terkait energi listrik, penulis ingin mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan energi listrik di Daerah Istimewa Yogyakarta pada sektor rumah tangga yang terus menerus meningkat setiap tahunya. Terlebih DIY tanpa sumber energi dan permintaan listrik di kota Yogyakarta merupakan yang paling tinggi jika dibandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik :


(28)

12

B. Rumusan Masalah

Mengingat permintaan akan energi listrik semakin mengalami peningkatan yang terus-menerus maka akan dilakukan analisis mengenai faktor–faktor yang secara umum mempengaruhi permintaan energi listrik sebagai akibat peningkatan energi listrik sektor Rumah Tangga di Yogyakarta.

Dengan mengacu pada permasalahan yang telah dikemukakan, maka muncul pertanyaan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan listrik rumah tangga di kota Yogyakarta dengan variabel independen yaitu pendapatan keluarga, jumlah peralatan listrik, jumlah anggota keluarga, luas bangunan rumah, dan tingkat pendidikan.

C. Tujuan Penelitian

Melihat dari rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui seberapa besar pengaruh pendapatan keluarga terhadap jumlah

permintaan listrik rumah tangga di Kota Yogyakarta.

2. Mengetahui seberapa besar jumlah peralatan listrik terhadap jumlah permintaan listrik rumah tangga di Kota Yogyakarta.

3. Mengetahui seberapa besar pengaruh jumlah anggota keluarga terhadap jumlah permintaan listrik rumah tangga di Kota Yogyakarta.

4. Mengetahui seberapa besar pengaruh luas bangunan rumah terhadap jumlah permintaan listrik rumah tangga di Kota Yogyakarta.

5. Mengetahui seberapa besar tingkat pendidikan terhadap jumlah permintaan listrik rumah tangga di Kota Yogyakarta.


(29)

13

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Instansi

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai saran dalam mengambil sebuah keputusan atau kebijakan untuk meningkatkan kualitas layanan yang diberikan terhadap konsumen.

2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi masyarakat dalam mengatur penggunaan listrik secara efektif dan efesien.

3. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini menambah masukan dan tambahan bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.


(30)

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Permintaan.

a. Teori Permintaan.

Dari segi ilmu ekonomi pengertian permintaan (demand) mempunyai arti tertentu yang berbeda yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari pengertian permintaan adalah permintaan menunjukkan jumlah barang yang dibutuhkan oleh masyarakat, pengertian permintaan tersebut diartikan secara absolut. Permintaan dari dari sudut pandang ilmu ekonomi permintaan dapat diartikan apabila jumlah barang yang dibutuhkan tersebut didorong dan didukung oleh kemampuan membeli konsumen atau disebut dengan permintan efektif (Nicholson, 1991). Dalam ilmu ekonomi pengertian permintaan (demand) yaitu menunjukkan pada suatu hubungan tertentu antara jumlah suatu barang atau jasa yang akan dibeli dan harga barang tersebut oleh konsumen. Pemintaan adalah jumlah dari suatu barang atau jasa yang mau atau mampu dibeli pada berbagai kemungkinan harga, dalam jangka waktu tertentu, dengan anggapan hal-hal lain dianggap tetap (ceteris paribus). Permintaan individu akan suatu komoditi yaitu jumlah suatu komoditi yang bersedia dibeli individu selama periode waktu tertentu merupakan fungsi dari atau tergantung pada harga komoditi itu,


(31)

15

pendapatan nasional individu, harga komoditi lain, dan citarasa individu (Salvator,1990).

Menurut Sudarsono (1990) Ada 2 unsur pokok yang menunjukkan bagaimana mengukur kemampuan membeli seseorang yaitu, jumlah pendapatan seseorang yang akan dibelanjakan oleh orang tersebut serta harga dari barang yang diinginkan. Jika pendapatan yang akan dibelanjakan untuk barang tersebut berubah, maka berdampak pada jumlah dari barang yang diinginkan akanberubah pula. Sama kasusnya jika barang yang diinginkan berubah maka jumlah barang yang akan dibelli tersebut juga mengalami perubahan. Mengenai kaitan antara permintaan dengan harga, ada 2 model yang menjelaskan hal tersebut yaitu, model yang pertama yaitu para pembeli akan mencari barang lainnya yang dapat dipakai sebagai pengganti barang harganya naik (subtitusi dan komplementer) apabila terjadi kenaikan harga pada suatu barang tertentu. Subtitusi yaitu jika kenaikan harga suatu barang maka akan menyebabkan permintaan akan barang yang lain meningkat. Sebaliknya jika harga mengalami penurunan maka orang akan melakukan pengurangan terhadap pembelian barang lain dan akan menambah pembelian terhadap barang yang mengalami penurunan harga. Harga suatu barang yang mengalami penurunan akan mengakibatkan penurunan permintaan juga terhadap barang subtitusinya, karena barang subtitusi yang barang yang berfungsi sebagai pengganti barang lain. Jika dua jenis barang saling melengkapi, maka harga suatu barang yang mengalami penurunan akan mengakibatkan


(32)

16

terjadinya kenaikan permintaan terhadap barang lainnya dan akan terjadi hal yang sebaliknya harga salah satu barang mengalami kenaikan maka hal tersebut akan mengakibatkan permintaan terhadap barang lain akan mengalami penurunan. Jika harga suatu barang mengalami kenaikan hal kemudian menyebabkan penurunan permintaan terhadap barang lainnya (hubungan negatif), hal tersebut disebut barang komplementer. Model yang kedua yaitu jika harga suatu barang naik maka akan menyebabkan pendapatan real konsumen akan berkurang (Sukirno,2002).

Mengenai harga dan permintaan dalam usaha memenuhi kebutuhannya, yang akan dilakukan seseorang yaitu memilih berbagai jenis barang dan jasa yang dibutuhkan, selain itu seseorang juga melihat apakah harga barang tersebut sesuai dengan kemampuan yang dimiliki atau tidak. Apabila harganya tidak sesuai, maka akan dipilih harga barang dan jasa sesuai dengan kemampuannya. Hal yang sama tersebut dinyatakan oleh Samuelson (2001). Permintaan akan barang sangat dipengaruhi oleh harga dari barang tersebut (cateris paribus). Beberapa faktor yang menentukan permintaan suatu barang oleh masyarakat, yaitu : harga barang , harga dari barang lainnya yang hampir sama atau memiliki hubungan yang erat dengan harga barang lain itu, pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat, selera seseorang serta jumlah penduduk, maka disimpulkan bahwasannya ada berbagai variabel yang mempengaruhi permintaan akan suatu barang yang diinginkan oleh masyarakat (Nicholson, 1991).


(33)

17

Permintaan terhadap energi merupakan permintaan turunan karena permintaan energi terjadi bukan karena manfaat intrinsik namun lebih kepada karena energi itu penting dan diperlukan untuk penyediaan barang-barang dan jasa. Permintaan pada energi listrik sama seperti permintaan pada bahan input lainnya, yang ditentukan oleh permintaan padaa hasil produksi industri bersamaan dengan fungsi produksi yang berorientasi teknologi serta harga relatif faktor tersebut.

Permintaaan akan suatu barang yang dihasilkan produsen dapat terjadi dengan alasan adanya kesediaan pembeli untuk membeli. Dalam faktor produksi suatu komoditi yang dikonsumsi memiliki sifat yang khas. Semakin banyak komoditi itu dikonsumsi maka akan semakin berkurang kegunaan dari komoditi tersebut dengan demikian konsumen akan membeli lebih banyak komoditi itu apabila harga satuannya lebih rendah (Sugiarto, 2005). Walras berpendapat lebih umum karena seluruh variabel yang memiliki pengaruh terhadap jumlah permintaan akan suatu barang dimasukkan. Beberapa ahli mengungkapkan pendapatnya yang sejalan dengan pemikiran Walras. Seperti yang dikemukakan oleh Lipsey,dkk. (1993) bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan (determinant of demand) yaitu harga dari suatu barang tersebut, rata-rata penghasilan rumah tangga, selera, distribusi pendapatan dan besarnya populasi.

Menurut Sadono Sukirno, teori permintaan yaitu suatu teori yang menggambarkan hubungan antara jumlah permintaan dan harga.


(34)

18

Permintaan terhadap suatu komoditi baik barang maupun jasa ditentukan melalui beberapa faktor, yaitu sebagai berikut :

1. Harga dari barang itu sendiri.

2. Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut. 3. Pendapatan.

4. Corak distribusi pendapatan masyarakat. 5. Cita rasa atau selera masyarakat.

6. Ramalan keadaan di masa yang akan datang.

Tujuan dari teori permintaan yaitu mempelajari serta menentukan berbagai faktor ataupun variabel yang mempengaruhinya (Sudarsono,1980). Faktor ataupun variabel yang dimaksud yaitu harga dari barang itu sendiri, harga dari barang lainnya (yang bersifat subtitusi ataupun komplementer), pendapat konsumen dan selera. Selain faktor/variabel yang disebutkan, ada juga yang turut mempengaruhi permintaan terhadap suatu komoditi, yaitu jumlah penduduk, distribusi pendapatan, tingkat preferensi dari konsumen, kebijaksanaan dari pemerintah, tingkat pendapatan serta permintaan sebelumnya.

Perkembangan teori permintaan konsumen dipilah menjadi dua bagian oleh Reksoprayitno (2000), teori tersebut adalah : teori permintaan statis dan dinamis. Teori permintaan tradisional atau disebut teori statis, yaitu teori yang perhatiannya berpusat terhadap perilaku konsumen atau pembelidan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap permintaan konsumen tersebut. Faktor tersebut yaitu sebagai berikut : harga dari


(35)

19

komoditi itu sendiri, harga komoditi lain, pendapatan konsumen dan selera yang dimiliki oleh konsumen. Beberapa asumsi dasar tentang teori permintaan statis yaitu : tingkat permintaan pasar yaitu jumlah keseluruhan dari permintaan individu, perilaku konsumen rasional, sementara itu harga dan tingkat pendapatan dianggap tetap. Teori permintaan statis dapat dibagi 2 yaitu : teori utilitas ordinal (ordinal utility theory)dan teori utilitas kardinal (cardinal utility theory).

Teori utilitas ordinal(ordinal utility theory)dan teori utulitas kardinal (cardinal utility theory) adalah pendekatan dari teori tingkah laku konsumen. Pendekatan nilai guna kardinal (utility cardinal) atau yang disebut juga dengan teori nilai subjektif yaitu menganggap bahwa kegunaan atau kepuasan yang didapat oleh seorang konsumen bisa dilihat atau diukur secara kuantitatif. Teori ini melihat bahwa keseimbangan konsumen dalam memaksimalkan tingkat kepuasan atas konsumsi berbagai macam komoditi, dapat dilihat dari seberapa besar seseorang mengeluarkan uang untuk membeli unit tambahan serta berbagai jenis barang yang dapat memberikan nilai guna marginal yang besarnya sama dengan menggunakan analisis marginal utility. Selanjutnya pendekatan niai ordinal atau yang biasa disebut analisis kurva indefference merupakan kegunaan yang didapatkan oleh masyarakat dari mengonsumsi suatu barang secara kualitatifyaitu dengan memakai alat analisis kurva kepuasan yang sama atau indiffence curve. Selain itu teoriutility (nilai guna) yaitu teori ekonomi yang mempelajari tingkat kepuasan yang diperoleh oleh


(36)

20

konsumen dari mengonsumsi suatu barang/jasa. Ada dua pengertian yang membedakan nilai guna ini, yaitu kepuasan marginal (marginal utility) dan kepuasan total (total utility). Marginal utility adalah bertambahnya atau berkurangnya tingkat kepuasan sebagai akibat pertambahan maupun pengurangan penggunaan atas satu unit komditi tertentu. Sedangkan total utility adalah total keseluruhan kepuasan yang didapat dari mengonsumsi sejumlah barang/komoditi tertentu.

b. Hukum Permintaan.

Di dalam teori ekonomi besarnya tingkat permintaan terhadap suatu barang biasanya dihubungkan dengan tingkat harga. Faktor-faktor yang selain harga dianggap tetap. Sifat hubungan antara antara jumlah barang yang diminta dengan tingkat harga suatu barang ataupun jasa disebut dengan hukum permintaan. Perilaku konsumen yang sederhana dapat dijelaskan dalam hukum permintaan yangmenyatakan bahwa apabila harga dari suatu barang meningkat Ceteris Paribus, maka jumlaah permintaan barang dan jasa oleh konsumen akan turun begitupun sebaliknya apabila harga barang mengalami penurunan maka jumlah permintaan barang oleh konsumen akan mengalami kenaikan.

Jadi, hukum permintaan adalah kuantitas yang diminta untuk suatu barang memiliki hubungan yang terbalik dengan harga barang tersebut, ceteris paibus. Yang digambarkan oleh kurva permintaan pasar yaitu kurva yang menggambarkan tiitk-titik yang menghubungkan berbagaiharga dan kuantitas suatu komoditas yang di beli pada setiap


(37)

21

tingkat harga oleh semua pembeli potensial. Suatu kurva permintaan menggambarkan hubungan antara suatu barang dan kuantitas yang diminta ceteris paribus (Sukirno, 2003).

c. Elastisitas Permintaan.

Dalam ilmu ekonomi elastisitas (elasticity) yaitu suatu indikator yang mengukur seberapa responsif jumlah permintaan atau penawaran berubah terhadap salah satu faktor yang menentukan. Analisis ekonomi baik baik secara teori maupun praktek dalam kehidupan sehari-hari merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui sejauh mana responsifnya permintaan suatu barang terhadap perubahan harga.Maka dari itu, perlu adanya pengembangan pengukuran secara kuantitatif yang dapat menunjukkan sampai sejauh mana atau di titik mana besarnya pengaruh perubahan harga tersebut terhadap perubahan permintaan. Pengukuran ini disebut dengan elastisitas permintaan. Hukum permintaan menyatakan bahwa penurunan harga barang akan menungkatkan jumlah permintaan barang.

Menurut Suparmoko (1997) elastisitas permintaan dibagi menjadi tiga, yang pertama adalah elastisistas permintaan terhadap harga (price elasticity of demand), yang kedua yaitu elastisitas permintaan terhadap pendapatan (income elasticity of demand),dan yang ketiga yaitu elastisitas permintaan silang (cross price elasticity). Elastisistas permintaan terhadap harga (price elasticity of demand) merupakan suatu indikator yang


(38)

22

menghitung seberapa besar perubahan komoitas/barang yang diminta jika harga tersebut berubah. Elastisistas permintaan terhadap harga (price elasticity of demand) yaitu ukuran tingkat kepekaan perubahan permintaan jumlah barang/komoditas terhadap perubahan harga dari komoditas tersebut dengan asumsi cateris paribus. Nilai dari elastisitas pemintaan terhadap harga adalah hasil bagi antara presentase perubahan harga. Nilai yang diperoleh dari elastisitas permintaan tersebut adalah besaran yang menggambarkan seberapa besarkah perubahan jumlah permintaan akan komoditas/barang jika dibandingkan dengan perubahan harga (Sugiarto, 2005). Ekonom menghitung elastisistas harga permintaan yaitu sebagai berikut:

Beberapa faktor yang mempengaruhi elastisitas permintan adalah tergantung banyaknya barang subtitusi/pengganti yang telah tersedia, jumlah seluruh pengguna barang/komoditi tersebut, besarnya presentase pendapatan yang akan dibelanjakan dengan jangka waktu dimana permintan tersebut di analisis (Kunawangsih dan Pracoyo, 2006). Elastisitas permintaan terhadap pendapatan yaitu besarnya koefisien yang memperlihatkan perubahan permintaan atas suatu komoditas sebagai akibat dari perubahan pendapatan konsumen. Besaran yang berguna untuk menunjukkan responsivitas konsumsi suatu komoditas terhadap


(39)

23

perubahan penapatan (income) biasa disebut dengan elastisitas permintaan (Sugiarto, 2005).

Menurut besaranya angka koefisien, elastisitas permintaan ada beberapa jenis, yaitu:

a. Elastisitas adalah nol (ED = 0), apabila perubahan harga tidak akan merubah jumlah yang diminta, jumlah yang diminta tetap walaupun harga mengalami kenaikan atau penurunan. Kurva permintaan yang koefisien elastisitasnya bernilai nol bentuknya sejajar dengan sumbu tegak kurva permintaan ini dinamakan tidak elastis sempurna.

b. Koefisien elastisitas permintaan bernilai tak terhingga (ED = 8), apabila pada suatu harga tertentu pasar sanggup membeli semua barang yang ada di pasar. Berapapun banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada harga tersebut, semuanya akan terjual. Kurva permintaan yang koefisien elastisitasnya adalah tidak terhingga disebut elastisitas sempurna.

c. Koefisien elastisitas permintaan sebesar 1 (ED = 1), disebut elastisitas uniter dimana perubahan jumlah barang yang diminta sama dengan perubahan harga.

d. Permintaan tidak elastis atau inelastis dengan koefisien elastisitas permintaan adalah 0 dan 1 (ED = 1), dimana persentase perubahan harga adalah lebih besar daripada persentase perubahan jumlah yang diminta. e. Kurva permintaan bersifat elastis adalah apabila harga berubah maka


(40)

24

persentase perubahan harga. Nilai koefisien permintaan yang bersifat elastis adalah lebih besar dari 1 (ED >1) (Sukirno, 2003).

2. Energi Listrik.

Energi didefinisikan sebagai kemampuan suatu benda/alat untuk melakukan kerja atau usaha. Sedangkan energi listrik adalah energi yang ditimbulkan oleh muatan listrik (statis) sehingga mengakibatkan gerakan muatan listrik (dinamis). Dalam teorinya dicontohkan yaitu beda potensial (tegangan) menimbulkan (membutuhkan) energi untuk menggerakkan muatan elektron dari titik potensial rendah menuju titik potensial tinggi.

Energi listrik adalah energi yang berhubungan dengan aliran atau akumulasi muatan listrik. Energi listrik merupakan sebuah bentuk energi yang sangat berguna karena energi listrik mudah diubah ke hampir semua bentuk energi yang memiliki tingkat efisiensi konversi yang tinggi, misalnya diubah ke energi panas, mekanik dan lain sebagainya hal tersebut dijelaskan oleh Culp dalam Nababan, 2008.

Menurut Yusgiantoro (2000) Energi listrik termasuk ke dalam energi sekunder dan komersial yang dapat digunakan dan diperdagangkan dalam skala ekonomis. Di dalam kehidupan, energi listrik adalah kebutuhan pokok yang pentingnya sama dengan kebutuhan pokok yang lainnya. Umumnya energi listri dipakai untuk berbagai macam tujuan sebagai berikut : sebagai sumber tenaga pembangkit energi untuk operasi(mesin-mesin), sebagai penerangan, sebagai sumber energi untuk barang-barang elektronik, sebagai pemanas, pendingin (air conditioning/AC), sebagai


(41)

25

penyimpan (lemari es) , memasak, pompa air, dan lain-lain. Pada dasarnya energi listrik merupakan suatu komiditi yang tidak dapat disimpan, tetapi energi tersebut harus dibangkitkan seketika (diproduksi) yang kemudian langsung disalurkan kepada pemakai akhir. Menurut Kadir (1995) usaha penyediaan tenaga listrik secara umum sebagai suatu teknologi dari produksi, transmisi dan distribusi tenaga listrik adalah suatu monopoli alamiah dengan ciri-ciri sebagai berikut : 1) bekerja dengan skala ekonomi yang menguntungkan, 2) dengan adanya peningkatan daya, harga persatuan produk akan mengalami penurunan. Abraham et al (2001) menjelaskan bahwa sifat dan karakteristik ini menyebabkan bahwa penetapan harga, pengukuran, dan penentuan tarif menjadi lebih sulit jika dibandingkan dengan barang-barang lainnya. Secara lebih lanjut Yusgiantoro (2000) mengungkapkan bahwa suatu industri kelistrikan yang memipunyai sifat monopoli alamiah membutuhkan intervensi dari pemerintah terutama intervensi dalam penetapan harga (diskriminasi harga) dan jumlah tenaga listrik yang diproduksi ini terkait langsung dengan tingkat kesejahteraan masyarakat (welfare society). Menurut Yusgiantoro, energi listrik memiliki sifat lain selain sifa monopoli alamiah, yaitu 1) energi listrik merupakan suatu komoditas yang tidak dapat disimpan dalam jumlah besar, 2) energi listrik harus diproduksi seketika dan langsung disalurkan kepada pemakai akhir dan harus tepat dalam kuantitas dan kualitas pada saat dibutuhkan, 3) apabila tenaga listrik berlebih, maka energi listrik tersebut tidak dapat dimanfaatkan dan


(42)

26

sebaliknya apabila terjadi kekurangan pada perrsediaannya maka akan terjadi krisis energi listrik yang berdampak pada pemadaman.

Energi listrik tidak dapat disimpan, energi listrik membutuhkan persediaan yang tepat (reliable) dan penyesuaian waktu dengan permintaan sangat diperlukan hal tersebut disebutkan oleh Abraham et al (2001). Watson et al (2002) menyebutkan bahwa energi listrik merupakan barang yang tidak dapat diraba atu dilihat (intangible), energi listrik diproduksi dan dibeli secara terus menerus. Listrik merupakan input- antara yang digunakan pada aktivitas ataupun proses yang menghasilkan produk-akhir, bersama-sama dengan barang kapital dan jasa lainnya. Keberadaan energi listrik ini dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Adapun kegunaan energi listrik dalam kehidupan sehari-hari merupakan penerangan, pemanas, motor-motor listrik dan lain-lain.

Energi yang digunakan alat listrik merupakan laju penggunaan energi (daya) dikalikan dengan waktu selama alat tersebut digunakan. Bila daya diukur dalam watt jam, maka:

Daya x Waktu = energi (1)

Dengan:

Daya dalam watt Waktu dalam jam Energi dalam wattjam

Wattjam (watthour = Wh) merupakan energi yang dikeluarkan jika 1 watt digunakan selama 1 jam.


(43)

27 a. Daya

Setelah membahas tentang berbagai macam definisi dari energi listrik. Maka pembahasan selanjutnya yaitu daya, daya dapat didefinisikan sebagai energi listrik yang digunakan dalam satu satuan waktu. Daya merupakan faktor penting dalam menentukan besaran energi listrik yang terpakai. Daya listrik disimbolkan P (power). Unsur-unsur yang berpengaruh dalam daya merupakan besarnya tegangan yang bekerja untuk mengalirkan suatu satuan arus selama waktu tertentu. Dalam suatu beban selain kebutuhan oleh besarnya daya aktif juga ditentukan oleh kebutuhan daya reaktif. Persamaan rumus daya listrik dapat dituliskan sebgai berikut:

Kemudian dapat dituliskan

Dimana :

P = Daya listrik dengan satuan Watt (W) V = Beda potensial dengan satuan volt (V) I = Kuat arus dengan satuan Ampere (A) t = Waktu dengan satuan Second (s)

Daya listrik satu fasa dapat dirumuskan:


(44)

28

P = V . I Cos φ (3)

Q = v . I sin φ (4)

Dengan tiga fasa dapat pula dituliskan dalam persamaan berikut ini:

S = √ V . I (VA) (5)

P = √ V . I Cos φ (6) Q =√ v . I sin φ (7) Keterangan :

S = daya semu (VA) P = daya nyata (watt) Q = daya reaktif (VAR) V = tegangan (volt) I = arus (ampere)


(45)

29

Hubungan ketiga daya tersebut dapat dilihat pada segitiga daya sebagai berikut:

(a) (b)

Sumber : B.L Theraja, 1984

Gambar 2.1 Segitiga daya.

(a) karakteristik beban kapasitif (b) karakteristik beban induktif

Besarnya aliran daya listrik P, Q, dan S ditentukan oleh sifat-sifat pembebanan. Diamana suatu beban dikatakan induktif jika beban tersebut membutuhkan daya reakatif dan sebaliknya dikatakan kapasitif jika beban tersebut menghasilkan daya reaktif

a. Faktor kerja

Faktor kerja merupakan ukuran pemanfaatan suatu sistem, termaksud pada tingkat beban konsumen. Faktor kerja dinyatakan sebagai pecahan ataupun persentase. Pada faktor kerja mendekati 1 atau 100%, berarti pemanfaatan penuh dari peralatan. Sedangkan setiap faktor kerja jauh di bawah nilai 1 atau 100%, dinyatakan peralatan tidak dalam keadaan pemanfaatan kerja sepenuhnya.

S (VA)

Q (VAR)

P (Watt) phi

S (VA) Q (VAR)

P (Watt) phi


(46)

30

Adapun rumus yang dipergunakan yaitu : Cos φ =

……… (8)

Dengan demikian faktor kerja dalam keadaan beban seimbang dapat didefinisikan sebagai banyaknya daya yang aktif berbanding terbalik dengan banyaknya daya yang terpasang.

Kapasitor terdiri berbagai macam. Keanekaragaman ini disebabkan oleh besarnya kapasitas dari kapasitor itu sendiri, jumlah muatan yang disimpannya serta bahan pembuatanya. Kapasitas dari kapasitor itu dinamakan farad yang disimbolkan dengan huruf F.

Pengunaan kapasitor dapat memberikan daya reaktif yang saling meniadakan dengan daya reaktif yang ditimbulkan oleh beban induktif, maka faktor kerja dari suatu beban induktif dapat diperbaiki dengan menambahakan kapasitor yang bernilai tertentu dalam rangkaian yang bersifat induktif. Dengan demikian daya semu dapat diperkecil dengan memasang kapasitor dalam rangkaian yang berbeban induktif.

Pemasangan kapasitor dalam beban-beban induktif maka faktor kerja dari beban itu akan meningkat. Dengan diperbaikinya faktor kerja maka kelangsungan dari peralatan dapat dipertahankan.

b. Usaha

Besarnya energi listrik yang terpakai ditentukan oleh besarnya kapasitas daya yang beroprasi selama waktu tertentu, atau hal lain ini dapat dituliskan dalam persamaan :


(47)

31 Keterangan :

W = usaha (joule) P = daya (Watt) t = waktu (detik)

Dari persamaan (9) di atas dengan mengetahui besarnya daya yang bekerja dan waktu yang digunakan maka energi yang terpakai akan diketahui. Daya yang dimaksud sudah merupakan banyaknya arus yang

mengalir dalam satu satuan tegangan yang berbanding lurus dengan cos φ

sebagai faktor kerjanya. Satuan yang digunakan dalam energi listrik terpakai ini merupakan watt-detik. Satuan tersebut relatif kecil dan dalam pengukuran komersial digunakan satuan kilo watt-hour (KWh).

Keterangan : 1 kW = 1000 watt 1 jam = 3600 detik

Sehingga:

1 kWh = 1000 . 3600 watt-detik = 36.105 joule

Menurut Lister (1993). Perhitungan yang berkaitan dengan mesin listrik kerap melibatakan satuan daya listrik (watt) dan satuan mekanis horse power (HP), dimana, 1 HP = 746 watt.

b. Sistem tenaga listrik.

Diperlukan berbagai peralatan listrik yang digunakan sebgai keperluan penyediaan listrik bagi pelanggan (Marsudi, 2006). Berbagai


(48)

32

macam peralatan listrik ini kemudian dihubungkan satu sama lain yang memilii inter relasi dan secara keseluruhan membentuk suatu sistem tenaga listrik. Sistem tenaga listrik yang dimaksud disini yaitu, sekumpulan pusat listrik an gardu induk (pusat beban) yang satu sama lainnya dihubungkan oleh suatu jaringan transmisi sehingga menjadi satu kesatuan interkoneksi.

Dari waktu ke waktu kebutuhan tenaga listrik dari pelanggan akan selalu bertambah. Untuk tetap bisa menydiakan dan melayani kebutuhan listrik kepada para pelanggan, maka sistem dari tenaga listrik harus selalu dikembangkan agar seirama dengan kenaikan kebutuhan tenaga listrik dari pelanggan. Agar bisa melakukan hal tersebut dengan sebaik-baiknya maka perlu adanya analisa dan evaluasi hasil-hasil operasi yang antara lain untuk menentukan:

a. Seberapa besar dan dimana tempat atau daerah yang perlu dibangun pusat listrik baru, GI baru dan saluran transmisi baru.

b. Menamban unit-unit pembangkit listrik dan menambah transformator dan lain sebagainya.

c. Jika perlu dilakukan PMT dengan lebih besar sebagai konsekuensi dari butir a dan b.

c. Beban listrik.

Salah satu hal yang harus diperhatikan untuk merencanakan sistem distribusi tenaga listrik adalah beban listrik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengetahui beban listrik antara lain :


(49)

33 a. Jenis beban listrik

Menurut daerah jenis beban listrik biasanya digolongkan menjadi beberapa hal (Amrullah, 1985) yaitu :

1) Berdasarkan lingkungan atau lokasi a) Beban pusat perkantoran

b) Beban perumahan diluar kabupaten c) Beban perumahan

d) Beban di pedesaan

2) Berdasarkan jenis pelanggan ada dua, yaitu : a) Pelanggan umum

b) Pelanggan industri

3) Berdasarkan jadwal pelayanan ada 4, yaitu : a) Beban perumahan

b) Beban perkantoran Beban penerangan jalan c) Beban penerangan jalan

d) Beban industri.

4) Berdasarkan jenis pelanggannya, yaitu : a) Beban perumahan

Beban perumahan merupakan suatu beban yang dilayani oleh trafo distribusi yang terdiri dari sebagian besar atau seluruh tempat tinggal penduduk. Di dalam beban perumahan kebutuhan maksimum biasanya berlangsung pada pukul 17.00 – 22.00 dan sangat bervariasi yang disesuaikan dengan kebiasaan penduduk


(50)

34

/masyarakat setempat dlm mengonsumsi energi listrik. Yang menjadi salah satu faktor penentu pemakaian energi listrik yang dikonsumsi rumah tangga yaitu jumlah anggota rumah tangga, yang sebagian besar digunakan untuk penerangan, sebagai peralatan rumah tangga sepeti TV, radio, setrika, pompa air, keeperluan memasak dan lain-lain.

b) Beban usaha bisnis

Beban usaha bisnis yaitu beban pelanggan yang terdiri dari suatu kelompok perdagangan atau usaha seperti toko, rumah makan, dan lain-lain. Beban komersial ini biasanya terletak di pusat kabupaten. Beban puncak pada umumnya terjadi pada pagi hari sekitar pukul 09.00 – 21.00.

c) Beban sosial (publik)

Beban sosial adalah beban pelanggan yang terdiri dari tempat-tempat sosial seperti sekolah, rumah sakit, tempat-tempat ibadah dan lain-lain. Beban puncaknya umumnya terjadi pada siang hari dan malam hari.

d) Beban industri

Beban industri adalah pelanggan yang terdiri dari kelompok pelanggan pabrik atau industri. Beban ini biasanya terpisah dari rumah penduduk untuk mencegah terjadinya fluktuasi tegangan yang sering terjadi di dalam industri yang mengganggu peralatan rumah tangga setempat. Di dalam industri biasanya terdapat beban


(51)

35

berupa lampu sebagai penerangan dan motor-motor listrik. Industri pada umumnya penggunaan kapasitas daya nya lebih besar apaila dibandingkan dengan pelanggan lainnya. Beban puncak pada insutri biasanya terjadi pada saiang hari karena operasi motor-motor listrik dan produksi berlangsung pada waktu-waktu itu.

e) Beban pemerintahan

Beban pemerintahan merupakan jenis beban yang digunakan untuk instansi pemerintahan dan penerangan jalan.

b. Karakteristik Beban Listrik

Karakteristik beban merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perencanaan oprasi sistem tenaga listrik. Dengan karateristik beban, maka pengoprasian sistem tenaga listrik dapat diatur sedemikianrupa sehingga dapat diharpakan suatu oprasi sistem tenaga listrik yang optimal. Dalam mempelajari karakteristik beban listrik ada beberapa istilah yang perlu diketahui, yaitu:

1. Beban terpasang

Semua beban yang mungkin dipasang pada suatu saat, beban terpasang menyatakan kemungkinan kebutuhan beban paling besar. 2. Beban maksimum

Kebutuhan keseluruhan sistem atau instalasi yang palig besar yang terjadi pada selang waktu tertentu.


(52)

36

Perbandingan antara beban maksimum suatu sistem dengan keseluruhan beban yang terpasang pada sistem tersebut.

4. Faktor beban

Faktor beban merupakan perbandingan antara daya nyata yang dibangkitkan dengan daya maksimum yang dapat dihasilkan selama selang waktu sama.

5. Faktor daya

Faktor daya merupakan perbandingan antara daya nyata dengan daya semu yang dibutuhkan beban kelistrikan.

c. Menghitung tingkat pertumbuhan dan rata-rata pertumbuhan

Untuk menghitung tinggkat pertumbuhan, dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut :

Untuk menghitung rata-rata pertumbuhan, dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

…..(11)

d. Analisis beban sistem.

Yaitu pemakaian tenaga listrik dari seluruh pelanggan listrik. Maka dari itu, perubahan besar atau kecil beban tergantung pada seberapa besar kebutuhan seluruh pelanggan terhadap tenaga listrik. Perhitungan eksak menyangkut besar atau rendahnya beban pada suatu saat tertentu belum ada, pada saat ini hanya bisa dilakukan dengan memuat perkiraan beban. Agar


(53)

37

daya yang dibangkitkan sama dengan beban sistem maka dalam sebuah pengoperasian tenaga listrik harus selalu diusahakan. Dalam pengoperasian sistem tenga listrik harus selalu diusahakan agar daya yang dibangkitkan sama dengan beban sistem.

Masalah mengenai perkiraan beban adalah masalah yang paling menentukan untuk perusahan listrik baik dari segi operasional maupun dari segi manajerialnya. Agar perkiraan beban dapat menjadi sebaik mungkin maka perlu adanya analisa beban sistem yang telah terjadi di masa lampau.

Menurut Marsudi (2006) pembagian kelompok perkiraan baban yaitu sebagai berikut :

1. Perkiraan beban panjang

Perkiraan beban panjang dilakukan untuk jangka waktu di atas satu tahun. Yang menjadi faktor utama penentu arah perkiraan beban yaitu masalah ekonomi makro yaitu masalah ekstern dari perusahaan listrik. 2. Perkiraan beban jangka menengah.

Jangka waktu untuk perkiraan beban jangka menengah adalah jangka waktu satu bulan sampai pada jangka waktu satu tahun.

3. Perkiraan beban jangka waktu pendek.

Perkiraan jangka waktu untuk jangka waktu pendek yaitu beberapa jam sampai dengan satu minggu (168 jam).


(54)

38 e. Cara-cara memperkirakan beban.

Faktor yang menetapkan pembuatan rencana sistem tenaga listrik salah satunya yaitu perkiraan beban yang akan dialami oleh sistem tenaga listrik yang bersangkutan. Besar atau kecilnya beban tidak ada rumus eksaknya oleh karena itu besar atau rendahnya ditentukan sendiri oleh konsumen secara bebas tergantung pada pemakainnya masing-masing. Tetapi umumnya pemakaian energi listrik konsumen bersifat periodik maka grafik pemakaian tersebut dibuat sebagai grafik beban dari sistem tenaga listrik yang juga bersifat periodik.

Penyebab perubahan bentuk grafik beban yaitu sebagai berikut: 1. Konsumen listrik yang terus bertambah.

2. Konsumsi listrik dari konsumen lama bertambah, misalnya dengan pembelian perlatan listrik tambahan.

3. Cuaca atau suhu udara, apabila suhu udara tinggi maka pemakaian alat penyejuk udara bertambah kemudian hal ini menyebabkan pemakaian listrik juga bertambah.

4. Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat.

5. Adanya kegiatan sosial di masyarakat. Seperti adanya acara pertandingan olahraga atau lain sebagainya. Hal tersebut membuat permintaan listrik bertambah.

Dari penjelasan dapat dipahami bahwa tidaklah ada rumus eksak yang dapat menentukan besa beban listrik. Tetapi dari penjelasan di atas perkiraan


(55)

39

beban dapat diperkirakan pengalaman dan pengamatan di masa lampau kemuian dijadikan acuan untuk perkiraan di masa depan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik energi listrik unik yang bebreda dengan produk-produk fisik lainnya, energi listrik memiliki monopoli alamiah, tidak dapat disimpan atau tidak memiliki cadangan, harus diproduksi secara terus menerus, dan tidak dikonsumsi sebagai produk akhir.

Selain karakteristik tersebut diatas, energi listrik juga memiliki bentuk beban. Beban energi listrik (electric load) merupakan permintaan energi listrik dari suatu peralatan listrik untuk memperoleh tenaga (energi) dari sistem utilisasi listrik yang digunakan untuk tujuan seperti berikut : penerangan, pemanasan, pendingin, penggerak mesin-mesin, dan lain-lain yang diukur dalam satuan unit voltampere atau watt, kilowatt (riuan watt) atau megawatt (jutaan watt). Sedangkan beban puncak (peak load) merupakan jumlah permintaan tenaga listrik maksimum yang terjadi ketika adanya penggunaan yang simultan dari semua konsumen atau adanya penggunaan pada alat-alat listrik pada posisi maksimum (Philipson and Willis 1999).

Berdasarkan kelompok atau jenis konsumennya bentuk beban listrik dapat dibedakan menjadi : 1) konsumen rumah tangga, 2) konsumen komersial/bisnis, 3) konsumen industri/pabrik. Karakteristik-karakteristik beban tersebut berbeda setiap kelompok konsumen tergantung pada waktu penggunannya (Nababan 2008). Konsumsi listrik terjadi pada tiga sektor


(56)

40

utama, yaitu : 1) rumah tangga mengonsumsi listrik yang termasuk dalam residential sector, 2) listrik yang dikonsumsi oleh sektor kegiatan bisnis manufaktur termasuk dalam industrial sector, 3) konsumsi listrik untuk kegiatan non-manufaktur seperti bangunan-bangunan kantor, rumah sakit toko-toko, restoran, dan lain-lain termasuk dalam commercial sector (Hollen,2001).

Bentuk beban listrik di Indonesia menurut PT PLN dibedakan berdasarkan klasifikasi kelompok pelanggan yaitu kelompok pelanggan sosial, rumah tangga, bisnis, industri, pemerintah, traksi, curah (bulk), dan multiguna. Kemudian pada setiap kelompok pelanggan tersebut dibagi lagi yang berdasarkan batas daya energi listrik yang dikonsumsi serta berdasarkan tarif yang telah dibebankan, yaitu kelompok sosial terdiri tas 1, 2, dan S-3 ; Kelompok pelanggan rumah tangga terdiri atas R-1, R-2, R-S-3 ; Kelompok Industri terdiri atas I-1, I-2, I-3, I-4 dan yang terakhir Kelompok pemerintah terdiri atas P-1, P-2, P-3 danKelompok Pemerintah terdiri atas P-1, P-2, P-3.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Listrik Rumah Tangga.

Permintaan energi listrik di sektor rumah tangga dipengaruhi oleh banyak faktor. Seperti yang dikemukakan Philipson dan Wills (1999) dalam Nababan (2008) setiap kelompok konsumen pola dan dasar penggunan listriknya akan berbeda-beda yaitu tergantung pada dua faktor,


(57)

41

1) energi listrik diguanakan untuk objek apa, dan 2) waktu penggunaan. Berikut ini akan dijelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan listrik rumah tangga :

a. Jumlah Anggota Keluarga Terhadap Permintaan Listrik.

Menurut Bhattaacharjee & Richard dalam Kristanto (2011) jumlah orang yang tinggal di dalam suatu rumah tangga pada suatu daerah menajdi suatu variabel yang penting dalam melihat serta menentukan jumlah permintaan listrik di sektor rumah tangga. Apabila semakin banyak anggota keluarga nya maka akan semakin banyak pula pemakaian listrik di dalam rumah tangga tersebut. Dalam kata lain setiap anggota memilki kebutuhan masing-masing dan akan menggunakan energi listrik di dalam kehidupannya. Dengan demikian maka jumlah anggota keluarga memiliki pengaruh terhadap permintaan listrik di sektor rumah tangga.

b. Pendapatan Keluarga Terhadap Permintaan Listrik.

Faktor penting dalam menentukan permintaan adala jumlah pendapatan dari konsumen atau para pembeli. Pada tingkat pendapatan yang berubah akan selalu membuat perubahan terhadap permintaan akan berbagai jenis komoditi. Begitu pula dengan permintaan akan energi listrik pendapatan merupakan variabel utama yang mempengaruhi permintaan tersebut. Peningkatan permintaan energi listrik didorong oleh peningkatan jumlah pendapatan suatu keluarga. Dalam jangka pendek, perubahan jumlah pendapatan dan harga listrik akan memberikan pengaruh terhadap


(58)

42

konsumsi listrik dengan mengubah intensitas penggunaan terhadap peralatan listrik. Untuk jangka panjang denag perubahan pendapatan tersebut rumah tangga mempunyai kesempatan untuk menyesuaikan terhadap stok kapital alat-alat listrik ( Willenborg,1975).

c. Luas Bangunan Terhadap Permintaan.

Luas bangunan rumah adalah variabel yang akan meningkatkan jumlah permintaanlistrik di sektor rumah tangga. Alasannya yaitu dengan semakin luasnya bangunan rumah maka akan lebih banyak enegi listrik yang dibutuhkan rumah tangga seperti untuk penerangan, maupun alat elektronik lainnya. Menurut Wilde dan Willenborg (1975) pada umumnya permintaan atau konsumsi listrik tergantung pada : 1) keberadaan ataupun stok peralatan listrik, 2) ukuran tempat tinggal, dan 3) intensitas penggunaan alat-alat listrik.

d. Jumlah Barang Elektronik Terhadap Permintaan Listrik.

Kadir (2000) mengungkapkan bahwa permintaan terhadap energi listrik dapat dipengaruhi oleh variabel sebagai berikut : tarif listrik, pendapatan, harga dari energi lain, jumlah peralatan listrik yang di pakai, harga dari peralatan, waktu beban puncak, iklim dan sebagainya. Semakin banyak penggunaan barang elektronik tanpa memperhatikan besarnya daya dari barang elektronik tersebut, maka akan menyebabkan peningkatan pemakaian listrik serta biaya yang dikeluarkan.


(59)

43 e. Tingkat pendidikan.

Pendidikan merupakan sebuah proses pembentukan perilaku manusia baik secara intelektual maupun secara emosional. Dengan tingkat pendidikan yang dimiliki akan membuat sesorang untuk memakai energi listrik berpeluang besar. Sebab setiap orang memerlukan berbagai macam alat elektronik tambahan misalnya : laptop, hp. Selain itu mereka lebih mahir mengoperasikan alat-alat elektronik lainnya. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi perilaku dan cara manusia itu sendiri dalam menggunakan energi listrik. Maka tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan listrik.

4. Rumah Tangga Sebagai Konsumen.

Konsumen merupakan semua anggota mesyarakat yang telah menerima uang yang kemudian membelanjakan uangnya untuk belanja barang dan jasa. Di dalam perekonomian konsumen bertindak sebagai pemakai barang maupun jasa untuk dikonsumsi. Hayati 2008 menyatakan bahwasannya sebuah rumah tangga merupakan semua orang yang berempat tinggal di dalam satu atap dan memuat juga tentang keputusan keuangan bagi mereka. Menurut Sadono Sukirno (2003) rumah tangga merupakan pemilik dari berbagai faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian. Lipsey juga merumuskan bahwa rumah tangga adalah pengambil keputusan yang konsisten seperti tumah tangga itu terdiri dari satu orang, sehingga bisa


(60)

44

dikatakan bahwa rumah tangga merupakan titik pusat dari perilku konsumen; secara konsisten rumah tangga berusaha memperoleh keputusan maksimal atau utilitas maksimum keputusan dalam batas sumberdaya yang tersedia; pemilik faktor produksi utama yang dijual pada perusahaan dan menerima penghasilan sebagai imbalannya yaitu rumah tangga.

Pada umumnya rumah tangga menggunakan penghasilannya untuk 2 macam tujuan, yaitu : membeli berbagai macam barang atau jasa yang dimungkinkan diperlukan rumah tangga menjadi konsumen. Untuk perekonomian yang rendah taraf perkembangannya sebagian besar pendapatan dibelanjakan untuk keperluan sehari-hari/ kebutuhan pokok. Selain itu digunakan untuk disimpan atau ditabung. Penabung ini menabung agar memperoleh bunga atau deviden dan sebagai dana untuk menghadapi berbagai kemungkinan kesulitan di masa yang akan datang atau digunakan untuk berjaga-jaga (Sukirno, 2003).

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian mengenai permintaan Listrik telah banyak dilakukan, antara lain :

1. Khattak, dkk. (2010) melakukan penelitian dengan judul Determinants of Household’s Demand for Electricity in District Peshawar” variabel dependen nya yaitu konsumsi listrik rumah tangga dan variabel independen antara lain pendapatan, tingkat pendidikan, harga/tarif listrik, jumlah kamar dan perubahan cuaca. Dengan menggunakan data primer dari 200 rumah tangga di kota Peshawar. Dengan menggunakan model


(61)

45

Multinomial Logistic. Dengan hasil penelitian yaitu menunjukkkan bahwa permintaan listrik rumah tangga sebagian besar dipengaruhi oleh pendapatan, tingkat pendidikan, jumlah kamar dan perubahan cuaca. Harga listrik juga mempengaruhi permintaan listrik tetapi hanya untuk konsumen yang memiliki relatif lebih rendah penggunaan listrik perbulannya.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Hafnida (2009) dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Daya Listrik di Kota Medanpenelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu permintaan jumlah daya listrik rumah di kota Medan. Dengan variabel indepeden antara lain : jumlah alat yang menggunakan listrik, jumlah tanggungan keluarga, dan luas bangunan rumah. Penelitian ini memakaianalisis regresi linear berganda. Jumlah responden sebanyak 45 orang. Dengan hasil penelitian yaitu variabel jumlah alat yang menggunakan listrik, jumlah tanggungan keluarga, dan luas bangunan rumah berpengaruh signifikan permintaan jumlah daya listrik.

3. Hayati (2008) melakukan penelitian tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Terhadap Listrik Pada Rumah Tangga”. Penelitian tersebut dilakukan terhadap 50 responden dengan studi kasus pada Dusun Nambongan, Desa Caturharjo, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa permintaan listrik pada rumah tangga di Dusun Nambongan dipengaruhi secara signifikan oleh pendapatan


(62)

rata-46

rata total keluarga, jumlah tanggungan keluarga dan luas bangunan rumah berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan listrik pada rumah tangga. Sedangkan, pengeluaran energi (minyak tanah,kayu bakar, gas, dan premium/solar) berpengaruh negatif dan signifikan.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Bhattacharjee, dkk. (2011) tentang Pengaruh Sosio-Ekonomi Terhadap Permintaan Listrik , menyatakan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari suatu variabel maka digunakan model regresi linear berganda dengan metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS). Dengan menggunakan analisis regresi linier berganda diperoleh bahwa jumlah penghuni rumah, umur pemilik rumah, waktu luang di rumah, urbanisasi, ukuran rumah, umur dan karakteristik rumah, pendidikan keluarga, keinginan untuk berubah, kondisi ekonomi, harga energi, peralatan hemat energi, iklim dan cuaca berpengaruh signifikan terhadap permintaan listrik.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Nuryanti (2007) yang berjudul “Analisis Karakteristik Konsumsi Energi Pada Sektor Rumah Tangga di

Indonesia” dari penelitian ini menunjukkan hasil bahwa energi

memainkan peran yang sangat penting dalam setiap sektor kehidupan (rumah tangga, industri, transportasi, komersial, dan lain-lain). Dalam konsumsi energi pada sektor rumah tangga persoalan yang sering muncul adalah adanya disparitas (perbedaan) dalam jumlah konsumsi energi dan aksesbilitas terhadap sumber energi. Di Indonesia karakteristik konsumsi energi pada sektor rumah tangga yaitu adanya dominasi dalam konsumsi


(63)

47

energi non komersial, dominasi kelompok rumah tangga kaya dalam konsumsi energi komersial, rendahnya porsi rata-rata pengeluaran rumah tangga untuk energi bila dibandingkan rata-rata pengeluaran secara umum, dan cukup signifikannya rata-rata pertumbuhan pertahun dari konsumsi energi komersial pada sektor rumah tangga.

6. Penelitian Kristianto (2015) dengan judul Analisis Konsumsi Listrik

Rumah Tangga di Kecamatan Tembalang” dengan variabel dependen

permintaan listrik rumah tangga dan variabel independen antara lain jumlah peralatan elektronik,pendapatan, luas bangunan, jumlah penghuni rumah, lama waktu dirumah, pendidikan kepala keluarga. Dengan jumlah sampel penelitian yaitu sebanyak 100 rumah tangga di Kabupaten Tembalang Semarang. Dengan menggunakan regresi linear berganda dengan metode OLS. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa seluuh variabel jumlah peralatan elektronik,pendapatan, luas bangunan, jumlah penghuni rumah, lama waktu dirumah, dan pendidikan kepala keluarga memiliki pengaruhpositif terhadap permintaan listrik rumah tangga di Kabupaten Tembalang.

7. Penelitian yang dilakukan oleh Nababan (2008) dengan judul Permintaan Energi Listrik Rumah Tnggapenelitian ini dilakukan di kota Medan. Model yang digunakan yaitu model yang diestimasi ke dalam dua bentuk anatar lain model dasar dan model pengembangan. Dalam model asar memakai variabel independen yang telah diestimasi pada penelitian-penelitian sebelumnya yaitu variabel pendapatan, harga,


(1)

memanfaatkan listrik dengan seefisien mungkin yang telah dihimbau oleh pemerintah. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kristianto (2015) dengan hasil bahwa pendidikan berpengaruh positif terhadap konsumsi listrik rumah tangga di kecamatan Tembalang.

5. Luas Bangunan Rumah (X5).

Variabel Luas Bangunan Rumah secara statistik berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah permintaan listrik rumah tangga sebesar 0,001 berarti hasil ini sesuai dengan hipotesa awal. Artinya setiap penambahan luas bangunan rumah 1 m2 mengakibatkan kenaikan permintaan jumlah permintaan listrik rumah tangga sebesar 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya penambahan luas bangunan rumah maka akan mengakibatkan adanya kenaikan terhadap jumlah permintaan listrik pada sektor rumah tangga. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Hidayah (2015) yang menyatakan bahwa luas bangunan rumah memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap jumlah permintaan jumlah daya listrik rumah tangga di Daerah Istimewa Yogyakarta.


(2)

IV. PENUTUP

KESIMPULAN

Mengacu kepada hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat di ambil beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1. Dari hasil penelitian telah didapatkan hasil bahwa variabel jumlah pendapatan keluarga memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap permintaan listrik rumah tangga di kota Yogyakarta. Karena dengan bertambahnya pendapatan yang diterima oleh keluarga maka kemampuan untuk pembelian barang akan naik juga, termasuk pembelian barang-barang elektronik, sehingga pemakaian listrik akan naik pula. Dengan demikian hipotesis diterima.

2. Dari hasil penelitian didapatkan hasil jumlah anggota keluarga mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap permintaan listrik rumah tangga di kota Yogyakarta. Ketika semakin banyak anggota keluarga maka pemakaian energi listrik akan semakin banyak juga, karena setiap individu memiliki kebutuhan listrik masing-masing di kehidupannya. Dengan demikian hipotesis diterima.

3. Diketahui bahwa variabel jumlah alat elektronik berpengaruh signifikan dan positif terhadap permintaan listrik rumah tangga di kota Yogyakarta. Karena dengan bertambahnya alat elektronik yang dimilki oleh rumah tangga, maka pemakaian akan peralatan listrik serta intensitas pemakaian peralatan listrik tersebut akan tinggi, jadi akan meningkatkan permintaan listrik di sektor rumah tangga. Maka dari itu hipotesis diterima.

4. Hasil penelitian menunjukkan hasil variabel lama pendidikan berpengaruh signifikan dan negatif terhadap permintaan listrik rumah tangga di kota Yogyakarta. Karena dari hasil penelitian di kota Yogyakarta sebagian besar responden merupakan lulusan sekolah tingkat SMA, yang tidak bekerja di perusahaan, instansi atau lainnya


(3)

melainkan mempunyai usaha sendiri di rumah, seperti tukang jahit, berjualan es, warung makan, toko kelontong dan lain-lain. Jadi intensitas waktu dirumah lebih banyak serta lebih sering dan lebih banyak menggunakan peralatan listrik. Selain itu orang yang berpendidikan tinggi cenderung lebih tahu memakai atau memanfaatkan listrik dengan seefisien mungkin yang telah dihimbau oleh pemerintah. Dengan demikian maka hipotesis ditolak.

5. Variabel luas bangunan rumah menunjukkan hasil berpengaruh signifikan dan positif terhadap permintaan listrik rumah tangga di kota Yogyakarta. Karena di dalam suatu bangunan rumah yang luas akan lebih membutuhkan banyak listrik yang digunakan untuk menerangi setiap ruangan dan semakin banyak suatu ruangan yang dimilki di dalam suatu bangunan yang luas akan semakin banyak pula jumlah peralatan listrik dan penggunaannya akan meningkatkan permintaan jumlah listrik. Dengan demikian hipotesis diterima.

SARAN

Berdasarkan dari beberapa kesimpulan, maka akan dikemukakan beberapa saran yaitu sebagai berikut :

1. Disarankan kepada PT.PLN (Persero) Daerah Istimewa Yogyakarta agar meningkatkan pelayanan dan kapasitas listrik yang terpasang serta informasi yang lebih baik agar kedepannya ada alternatif pembangkit energi lain untuk energi listrik sehingga permintaan listrik di kota Yogyakarta bisa terus terpenuhi.

2. Disarankan untuk penelitian yang selanjutnya agar memperhatikan kembali alat ukur dan variabel-variabel lainnya yang nantinya akan digunakan.


(4)

Daftar Pustaka

Abraham, A., Baikunth Nath, Mindi Nath, 2001, A Neuro-fuzzy Approach for Forecasting Electricity Demand in Victoria, Applied Soft Computing Journal, Elsevier Science. Agus Tri Basuki, 2015, Regresi Dalam Penelitian Ekonomi dan Bisnis, Danis Media,

Yogyakarta.

Al-Faris, A. Razak, 2002, The Demand for Electricity in the GCC Countries, Energy Policy 30, Jurnal, 117-124.

Amarullah, M., 1984, “Electricity Demand in Indonesia : An Econometric Analysis”, Publikasi LMK, No. 01-EP-84, Pusat Penyelidikan Masalah Kelistrikan, PLN, Jakarta. BPS Provinsi DIY, 2015, Jumlah Pelanggan, Tenaga Listrik yang Terpasang, Dibangkitkan

dan Dijual di DIY tahun 2000-2015, BPS Provinsi DIY, Yogyakarta. Djiteng Marsudi, 2006, Operasi Sistem Tenaga Listrik, Graha Ilmu, Jakarta. Dominick Salvatore, 1990, Teori Mikroekonomi,Erlangga, Jakarta, Hal 16.

Fitriana, Hayati, 2008, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempegaruhi Permintaan Konsumen Terhadap Permintaan Listrik Pada Rumah Tangga (Studi Kasus Dusun Nambongan, Desa Caturharjo, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, Daeraah Istimewa Yogyakarta), Skripsi, Program Studi Ilmu Ekonomi. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta (tidak dipublikasikan).

Gilarso, T., 2003, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro,Edisi Revisi,Kanisius, Yogyakarta. Gujarati, Damodar, 2003, Ekonometrika Dasar. Jakarta. Erlangga.

Hafnida, 2009, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Jumlah Daya Listrik Di Kota Medan, Skripsi, Program Studi Ekonomi Pembangunan, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Kadir, Abdul, 2000, Distribusi dan Utilitas Tenaga Listrik, Jakarta : UIPress, 2000.

Khattak Naeem Ur Rehman and Muhammad Tariq and Jangraiz Khan, 2010, Determinants of Household's Demand for Electricity in District Peshawar. Jurnal.

Kristanto, 2015, Analisis Konsumsi Listrik Rumah Tangga Di Kecamatan Tembalang, Skripsi, Program Studi Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan, Univesrsitas Diponegoro, Semarang.


(5)

Kunawangsih, Tri dan Antyo, Pracoyo, 2006, Aspek Dasar Ekonomi Mikro, PT. Grasindo, Jakarta.

Nababan Tongam Sihol, 2008, Permintaan Energi Listrik Rumah Tangga (Studi Kasus Pada Pengguna Kelompok Rumah Tangga Listrik PT PLN (persero) di Kota Medan, Disertasi, Program Studi Ilmu Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang.

Nicholson, Walter. 1991, Teori Ekonomi Mikro,PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Nuryanti Scorpio S.Herdinie, 2007, Analisis Karakteristik Konsumsi Energi Pada Sektor Rumah Tangga Di Indonesia, Jurnal, Jakarta.

Philipson, L., Lee Wills, 2006, Understanding Electric Utilities and De-Regulation, Edisi 2. New York, USA, Taylor and Francis Group, LLC.

PLN APJ Yogyakrta, 2011, Analisis Potensi Penghematan Energi di Yogyakarta, Yogyakarta.

Pramana, Irawan, 2010, Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Rumah Tangga 900 VA Di Kabupaten Karanganyar, Skripsi, Program Studi Ekonomi Pembangunan, Universitas Sebelas Maret.

PT PLN (Persero), 2015, Statistik PLN 2014, PLN, Jakarta.

Reksoprayitno, 2000, Pengantar Ekonomi Mikro , Edisi Millenium, BPFE UGM, Yogyakarta.

Samuelson, 2001, Ilmu Mikro Ekonomi , Edisi 17, PT. Media Global Edukasi, Jakarta. Sudarsono, 1990, Pengantar Teori Ekonomi Mikro, LP3S, Jakarta.

Sudirman Said (Menteri energi dan sumber Daya Mineral selaku Ketua Harian Dewan Energi Nasional), 2014, Outlook energi indonesia 2014, Jakarta.

Sugiarto,T.H., dkk., 2005, Ekonomi Mikro : Sebuah Kajian Komprehensif, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sukirno, Sadono, 2003, Pengantar Ilmu Ekonomi, Edisi Ketiga, Pt Rata Graffindo Persada, Jakarta.


(6)

Suparmoko. 1997, Ekonomi Sumber Daya Alam Dan Lingkungan ( Suatu Pendekatan Teoritis), BPFE, Yogyakarta, Hal 23-25.

Theraja, B.L., Theraja, A.K, 1984, Electrical Technology : Basic Electrical Engineering, Volume 1,S.chand.

Wilder, Ronald P., and John F. Willenborg. “Residential Demand for Electricity: A Consumer Panel Approach.” Southern Economic Journal, vol. 42, no. 2, 1975, pp. 212– 217. www.jstor.org/stable/1056769.

Yusgiantoro, P., 2000, Ekonomi Energi : Teori dan Praktek.Jakarta, LP3ES.

www.bi.go.id www.PLN.go.id