STUDI KANDUNGAN PROTEIN DI COLUMELLA, LOCULAR CAVITY DAN PERICARP WALL SELAMA PROSES PEMATANGAN BUAH TOMAT PLUM (Solanum lycopersicum L. var. roma)

(1)

(2)

ABSTRAK

STUDI KANDUNGAN PROTEIN DI COLUMELLA, LOCULAR CAVITY DAN PERICARP WALL SELAMA PROSES PEMATANGAN

BUAH TOMAT PLUM (Solanum lycopersicum L. var. roma)

Oleh

INDAH MAYANG IKA PERMANI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan protein columella, locular cavity dan pericarp wall selama proses pematangan buah tomat. Penelitian ini dilaksanakan dalam rancangan acak lengkap dengan perlakuan adalah stage kematangan buah yaitu stage 1= all green, stage 2= breakers, stage 3= turning, stage 4= pink, stage 5=light red, stage 6= red. Parameter dalam penelitian ini adalah nilai tengah kandungan protein.Analisis ragam dan uji BNT dilakukan pada taraf nyata 5%. Kandungan protein diukur dengan metode Biuret. Kandungan protein tertinggi pada columella terjadi pada stage 1 (0,962 ± 0,054 mg/g jaringan) dan terendah pada stage 3 (0,523 ± 0,053 mg/g jaringan). Kandungan protein tertinggi pada locular cavity terjadi pada stage 1 (0,991 ± 0,074 mg/g jaringan) dan terendah pada stage 3 yaitu 0,583 ± 0,073 mg/g jaringan. Kandungan protein tertinggi pada pericarp wall terjadi pada stage 1 (1,066 ± 0,067 mg/g jaringan) dan terendah pada stage 4 (0,547 ± 0,051 mg/g jaringan). Pola perubahan kandungan protein di columella dan locular cavity relatif mengikuti pola respirasi klimakterik. Sedangkan pericarp wall tidak mengikuti pola respirasi klimakterik. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa stage 1 dan stage 2 merupakan perioda praklimakterik, awal klimakterik terjadi pada stage 3, dan puncak klimakterik terjadi pada stage 5.

Kata Kunci: buah tomat, columella, locular cavity, pericarp wall, kandungan protein, stage kematangan


(3)

(4)

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SANWACANA ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 2

C. Manfaat Penelitian ... 3

D. Kerangka Pikir ... 3

E. Hipotesis ... 5

II.TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Tomat ... 6

B. Morfologi dan Anatomi Tanaman Tomat ... 7

C. Siklus Hidup Tanaman Tomat ... 11

D. Kandungan Protein dan Nutrisi Buah Tomat ... 14

E. Respirasi Klimakterik ... 17

F. Peran Etilen Dalam Kematangan Buah ... 18


(6)

B. Alat dan Bahan ... 24

C. Rancangan Percobaan ... 24

D. Variabel dan Parameter ... 25

E. Pelaksanaan ... 26

1. Penentuan Stage –stage Kematangan Buah ... 26

2. Penentuan Kandungan Protein ... 26

3. Pembuatan Kurva Standar ... 26

F. Analisis Data ... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 28

1. Perubahan Warna Kulit Buah Tomat ... 28

2. Perubahan Warna Penampang Melintang Buah Tomat... 29

3. Kandungan Protein Columella ... 30

4. Kandungan Protein Locular Cavity ... 33

5. Kandungan Protein Pericarp Wall ... 36

B. Pembahasan ... 39

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 44

B. Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45

LAMPIRAN ... 47


(7)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Buah tomat mengandung sumber antioksidan yang baik untuk digunakan sebagai asupan harian. Buah tomat ini dapat dikonsumsi dalam keadaan segar ataupun yang sudah diolah menjadi saus, sup dan jus tomat

(Lennucci et al, 2006). Tanaman tomat adalah salah satu jenis tanaman buah-buahan yang mudah tumbuh di segala kondisi baik di daerah beriklim dingin maupun di daerah beriklim panas (Sato et al, 2006). Oleh sebab itu, tanaman tomat perlu mendapat perhatian khusus baik untuk pengembangan budidayanya maupun penelitian ilmiah.

Produksi tomat dunia cukup besar. Produksi tomat berdasarkan FAO (Food and Agriculture Organization) di tahun 2004 diantaranya Afrika dengan produksi 13.748.021 ton, Asia dengan produksi 59.662.770 ton, dan Amerika Latin dengan produksi 9.847.620 ton (Jones, 2008).

Karena nilai ekonomi dan gizinya yang tinggi serta proses kematangannya yang sangat cepat maka diperlukan upaya untuk mengembangkan


(8)

panen yang tepat maka kualitas buat tomat dapat ditingkatkan sehingga memiliki nilai jual yang baik.

Pengembangan teknologi pasca panen seperti sistem pemanenan,

penyortiran, penyimpanan, pengemasan, dan pendistribusian memerlukan pengetahuan tentang berbagai aspek fisiologi yang terjadi selama proses kematangan buah tomat (Chohan and Ahmad, 2008).

Salah satu aspek fisiologi yang berkaitan dengan kualitas buah adalah perubahan kandungan protein yang sangat berpengaruh terhadap tingkat kematangan buah, rasa dan aroma serta nilai gizi dari buah tersebut. Mutu buah tomat sangat ditentukan oleh warna kulit buah, tekstur dan rasa (Chohan and Ahmad, 2008).

Penelitian ini diarahkan kepada upaya untuk mengetahui berapa

kandungan protein pada columella, locular cavity, dan pericarp wall serta apakah ada perbedaan kandungan protein di ketiga bagian tersebut pada stage kematangan yang berbeda.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui perbedaan kandungan protein antara columella, locular cavity, dan pericarp wall pada keenam tahap kematangan buah tomat.


(9)

2. Untuk mengetahui nilai tengah kandungan protein di columella, locular cavity, dan pericarp wall buah tomat dari keenam tahap kematangan buah tomat.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi ilmu pengetahuan khususnya fisiologi tumbuhan dan memberikan

kontribusi berupa pemahaman tentang perubahan kandungan protein di columella, locular cavity, dan pericarp wall pada enam tahap kematangan buah tomat.

D. Kerangka Pikir

Buah tomat merupakan reservoir beragam molekul antioksidan, seperti karotenoid, flavonoid, asam fenolik, asam askorbat, dan vitamin E. Senyawa antioksidan membantu mengikat radikal bebas yang berlebihan sehingga mencegah perubahan oksidatif yang abnormal pada tubuh manusia. Buah tomat mengandung banyak lycopene yang sangat berguna untuk pencegahan kanker terutama kanker prostat (Giovannucci, 2002).

Disamping itu, lycopene diyakini dapat melindungi tubuh dari penyakit, diantaranya mampu melindungi tubuh dari penyakit kardiovaskular, diabetes, menambah kesuburan pria, dan menjadikan tubuh lebih sehat (Giovannucci, 2002).


(10)

Buah tomat memiliki lemak jenuh, kolesterol, dan sodium yang rendah. Buah tomat mengandung vitamin A, β karoten, vitamin B6, Vitamin B12, Vitamin C, thiamin, niacin, magnesium, fosfor, tembaga, folat, vitamin K, pottasium dan mangan (Hartz, 2001).

Sebagian besar studi tentang pematangan buah klimakterik yang telah dilakukan menggunakan tomat sebagai sampel karena genom yang relatif kecil, mutan yang telah dikarakterisasi, transformasi genetik mudah dan siklus hidup yang relatif singkat (Li et al, 2010).

Buah tomat merupakan buah klimakterik dimana proses pematangan buah disertai dengan peningkatan laju respirasi yang tinggi. Peningkatan laju respirasi berfungsi untuk mensuplai ATP dan NADH bagi keperluan metabolisme seperti degradasi klorofil, biosintesis etilen, biosintesis enzim dan biosintesis protein yang baru (Flores, 2002).

Buah tomat mengandung jumlah protein yang berbeda dalam setiap tahap kematangan yang berbeda. Dalam 100 g buah tomat yang masih hijau dan mentah mengandung protein 1,20 g, kandungan protein buah tomat berwarna kuning mentah dalam 100 g buah adalah 0,96 g, buah tomat yang berwarna oranye dan mentah dalam 100 g mengandung protein sebesar 1,16 g, dan kandungan protein buah tomat yang berwarna merah, matang, dan belum diolah yang dipanen pada bulan Juni hingga Oktober dalam 100 g sekitar 0,85 g (Brodowski dan Geisman, 1980).


(11)

Berdasarkan fakta ini diketahui bahwa kandungan protein buah tomat berbeda antar stage kematangan buah. Tetapi belum diketahui lebih lanjut mengenai perubahan kandungan protein di columella, locular cavity,dan pericarp wall pada enam tahap kematangan buah tomat.

E. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Ada perbedaan kandungan protein antara columella,locular cavity, dan pericarp wall buah tomat.

2. Stage kematangan buah tomat berpengaruh nyata terhadap kandungan protein columella.

3. Stage kematangan buah tomat berpengaruh nyata terhadap kandungan protein locular cavity.

4. Stage kematangan buah tomat berpengaruh nyata terhadap kandungan protein pericarp wall.


(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Buah Tomat Plum

Klasifikasi buah tomat plum adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Solanales Famili : Solanaceae Genus : Solanum

Spesies : Solanum lycopersicum L. var. roma (Jones, 2008)


(13)

B. Morfologi dan Anatomi Tanaman Tomat

Tanaman tomat merupakan tanaman herba annual atau biennial. Tanaman tomat mengalami pertumbuhan sekunder di awal, memiliki cabang yang relatif kuat, membentang hingga 1 m dari pusat batang. Stem (batang) tegak atau menjalar, trikoma uniseluler, trikoma berukuran 3 mm dan terletak di noduls serta rapat, trifoliate simpodial, dan ruas batang berukuran 1-4 cm (Darwin et al, 2003).

Daun pada tanaman tomat ini berupa daun majemuk, menyirip, letak berseling, bentuknya bulat telur sampai memanjang, ujung daun runcing (acutus), dan pangkal daun membulat. Petiola pendek dan rakhis

berukuran 1,9-14,5 cm, tangkai daun 1,2-4,2 cm, pseudostipula tidak ada. Helaian daun yang besar tepinya berlekuk dan helaian daun yang kecil tepinya bergerigi, panjangnya mencapai 10-40 cm, dan berwarna hijau muda (Darwin et al, 2003).

Bunga tanaman ini berupa bunga majemuk, berkumpul dalam rangkaian berupa tandan, bertangkai, mahkota berbentuk bintang, dan berwarna kuning. Perbungaan berukuran hingga 5 cm, jumlah mahkota 5-8, tangkai bunga berukuran 1-3,5 cm, diameter kalix berukuran 1,8 cm, dan corolla berukuran 2-3 cm (Darwin et al, 2003).

Buah pada tanaman tomat berupa buah buni, berdaging, kulitnya tipis licin mengkilap, beragam dalam bentuk maupun ukurannya, dan buahnya berwarna kuning atau merah. Biji pada buah tomat biasanya banyak,


(14)

bentuknya pipih, dan berwarna kuning kecoklatan. biji pada tomat berbentuk pipih, berbulu, dan diselimuti daging buah. Jumlah biji sekitar 25-85 buah (Darwin et al, 2003).

Meskipun tomat sering diklasifikasikan sebagai sayuran, sebenarnya buah tomat merupakan jenis dari buah berry. Buah berry yaitu buah yang dimana lapisan luarnya tipis sedangkan lapisan tengah dan dalamnya menyatu. Buah tomat berkembang dari ovarium bunga. Tomat ini

berdaging karena adanya dinding pericarp dan kulit. Buah berry memiliki beberapa biji (Heuvelink, 2005).

Buah tomat plum berbentuk seperti buah pear yaitu bulat memanjang (oval). Buah tomat plum adalah buah yang berdaging dengan biji yang sedikit dibandingkan kultivar lainnya. Buah tomat plum cenderung kurang berair pada daerah locular cavity. Buah tomat plum ini dapat dikonsumsi dalam keadaan segar (fresh tomato) maupun diolah menjadi saus, minuman atau sup. Buah tomat plum tidak mudah busuk dan tahan terhadap retakan (Heuvelink, 2005).

Bagian-bagian buah tomat meliputi eksocarp, mesocarp, dan endocarp. Eksocarp adalah lapisan terluar dari buah dan sering mengandung zat warna buah terdiri dari dinding pericarp dan kulit buah. Pericarp meliputi dinding luar dan dinding radial (septa) yang memisahkan rongga lokula. Mesocarp adalah lapisan yang paling dalam berupa selaput terdiri dari parenkim dengan ikatan pembuluh (jaringan tertutup)dan lapisan bersel


(15)

tunggal yaitu lokula. Endocarp adalah lapisan paling dalam terdiri dari biji, plasenta, dan columella (Jones, 2008).

Epidermis pada buah atau sayuran yang berbentuk buah biasanya dibentuk oleh sel-sel yang sangat kecil sehingga menyerupai dinding tebal yang kompak tanpa ruang antar sel kecuali pada bagian stomata dan lentisel. Bentuk sel epidermis bervariasi tergantung pada spesies dan varietas. Pada buah tomat, varietas yang tahan terhadap retakan memiliki sel epidermis berbentuk datar, sementara pada varietas yang mudah mengalami keretakan kulit, sel epidermisnya berbentuk bundar (Jones, 2008).

Buah tomat plum (Solanum lycopersicum L. var roma) memiliki 2 karpel. Bagian buah tomat terdiri dari daging (pericarp dan kulit) dan pulp (plasenta dan jaringan lokula). Pericarp biasanya tebal dan berair. Pulp menyumbang kurang dari sepertiga dari massa buah segar. Kolumela (bagian dalam)adalah badan steril yang merupakan sumbu pusat tubuh buah dewasa barupa sekat dalam yang menonjol dan berwarna putih. Plasenta merupakan tempat melekatnya bakal biji pada dinding ovarium buah. Rongga lokulamerupakan rongga yang dikelilingi oleh pericarp, septa dan kolumela daerah ini berisi membran agar-agar yang bersifat kenyal dan berair (Jones, 2008).

Sebagian besar pembelahan sel dalam pericarp berlangsung selama 10-14 hari pertama setelah berbunga. Kulit buah (exocarp) terdiri dari dari lapisan epidermis luar ditambah 2-4 lapisan sel hipodermal berdinding


(16)

tebal dengan kolenkim seperti bahan pengental. Dalam proses

perkembangan awal buah, plasenta mulai memperluas ke lokula untuk menyerap biji dalam 10 hari pertama dan mengisi seluruh rongga lokula dalam beberapa hari berikutnya. Pada buah yang belum matang terbentuk plasenta dan setelah matang terbentuk lokula. Cairan intraseluler dapat terakumulasi dalam lokula dan protoplas tetap utuh (Jones, 2008).

Gambar 2.Penampang melintang buah tomat (Jones, 2008)

Buah tomat bisa berupa bilocular atau multilocular. Varietas yang paling dibudidayakan adalah multilocular dengan empat atau lima lokula (Jones, 2008).


(17)

Lokula ke 1

Lokula ke 2

Gambar 3. Bilocular (Jones, 2008)

Lokula ke 1 Lokula ke 2

Lokula ke 3 Lokula ke 5 Lokula ke 4

Gambar 4. Multilocular (Jones, 2008)

C. Siklus Hidup Tanaman Tomat

Sikus hidup tanaman tomat yang di review dari Lippman et al (2008) adalah sebagai berikut :

Tanaman tomat adalah tanaman tahunan berumur pendek dengan masa hidup 5-6 bulan. Siklus hidup tanaman tomat meliputi tahap biji, vegetatif, reproduktif, dan perkembangan buah. Perkecambahan biji pada tomat termasuk dalam kategori perkecambahan epigeal, dimana radikula muncul dan diikuti dengan memanjangnya hipokotil dan membawa serta kotiledon dan plamula ke atas permukaan tanah. Tahap biji meliputi dormansi dan germinasi. Germinasi biasanya terjadi pada kondisi optimal yang ditandai dengan munculnya radikula kira-kira 5-10 hari setelah penanaman biji.


(18)

Tahap vegetatif sampai munculnya bunga pertama (awal tahap reproduktif) berlangsung sekitar 10-12 minggu. Kecambah dapat dipindahkan ke lapangan 3-6 minggu setelah penanaman benih. Tahap reproduktif merupakan tahap pembungaan yaitu satu periode antara inisiasi bunga dan bunga dewasa (mature flower). Periode pembungaan berlangsung kurang lebih 2 minggu. Jumlah karpel dan bentuk buah ditentukan pada periode ini (Lippman et al, 2008).

Tahap perkembangan buah meliputi tahap fruit set, developing fruit, green fruit, breaker stage, turning stage, pink stage, light red stage dan ripe. Fruit set ditandai oleh petal dan anther mengalami senesnce dan akhirnya gugur. Selanjutnya, buah seukuran kacang muncul. Dari titik ini sampai buah bisa dipanen dibutuhkan 40-50 hari. Developing fruit ditandai oleh buah yang berwarna hijau dan sangat keras. Pembelahan sel yang intensif terjadi tetapi pertumbuhan buah secara keseluruhan berlangsung lambat, memerlukan waktu 2-3 minggu (Lippman et al, 2008)

Green fruit ditandai oleh buah yang masih hijau, pertumbuhannya lebih dipercepat oleh ekspansi sel daripada pembelahan sel, sel membesar sampai 20 kali lipat. Periode ini berlangsung sekitar 3-5 minggu, buah hampir mencapai ukuran akhir dan berubah warnayaitu buah yang masih hijau pertumbuhannya dipercepat dengan ekspansi sel daripada

pembelahan sel. Sel membesar hingga 20 kali lipat. Periode ini memakan waktu sekitar 3-5 minggu, buah hampir mencapai ukuran akhir dan berubah warna (Lippman et al, 2008).


(19)

Breaker stage ditandai oleh dimulainya perubahan struktural dan perubahan kimia yang berlangsung cepat yang meenetukan aroma buah, warna, tekstur dan sebagainya. Buah memulai perubahan warna menjadi kuning, merah jambu atau merah menempati tidak lebih dari 10%

permukaan buah. Turning stage dicirikan oleh 10- 30 % dari permukaan buah berwana kuning, merah muda atau merah. Pink stage dicirikan oleh 30-60 % permukaan buah berwarna merah muda. Light red stage

dicirikan oleh 60-90 % dari permukaan berwarna merah. Ripe atau matang jika90 % dari permukaan buah telah mencapai warna akhir, biasanya berwarna merah terang. Buah tomat matang mengakumulasi sejumlah besar lycopene karotenoid, seperti pola ekspresi gen yang terjadi dalam buah hijau selama pematangan buah (Lippman et al, 2008).

Gambar 5. Tahap kematangan buah tomat


(20)

D. Kandungan Protein dan Nutrisi Buah Tomat

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Agarwa and Rao (2000), buah tomat adalah salah satu jenis buah yang banyak mengandung antioksidan yang sangat berguna untuk menangkal radikal bebas. Senyawa

antioksidan membantu mengikat radikal bebas yang berlebihan sehingga mencegah perubahan oksidatif yang abnormal dalam tubuh manusia . Radikal bebas oksigen yang diturunkan dan pro-oksidan lainnya adalah mediator penting dalam transduksi sinyal dan memiliki peran penting dalam memproduksi senyawa biologis aktif dan penting dalam tubuh manusia.

Radikal bebas dapat terbentuk secara spontan dalam tubuh dengan banyak proses biologis dan produksi mereka dapat meningkatkan sebagai hasil dari sumber lingkungan seperti asap rokok , radiasi UV dan oksidator . Akumulasi yang berlebihan ini pro - oksidan dan radikal bebas dapat merusak sel-sel oleh oksidasi lipid , protein dan DNA , dan menginduksi peroksidasi dan DNA untai – istirahat (Agarwa dan Rao, 2000).

Buah tomat merupakan reservoir beragam molekul antioksidan , seperti karotenoid , flavonoid , asam fenolik , asam askorbat dan vitamin E. Tubuh mensintesis berbagai antioksidan endogen seperti katalase ,

glutation peroksidase dan transferrin serta diet membuat kontribusi penting untuk kadar antioksidan dalam tubuh (Agarwa dan Rao, 2000).


(21)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pinela et. al, 2011

mengungkapkan bahwa buah tomat memiliki sumber antioksidan yang penting terkait dengan pencegahan penyakit kronis yang berhubungan stres oksidatif, seperti kanker dan jantung koroner. Penelitian

menunjukkan tomat melakukan aktivitas antioksidan (nilai EC50 < 1,63 mg /ml), senyawa fenolik (fenolat 31,23 mg ME / g ekstrak, flavonol 6,36 mg QE / g ekstrak dan antosianin 3,45 mg ME / g ekstrak) dan karotenoid (β-karoten 0,51 mg / 100 g dan lycopene 9,49 mg / 100 g), tomat kuning mengandung komposisi gizi yang menarik diantaranya tinggi fruktosa (3,42 g /100 g), glukosa (3,18 g /100 g), α-linolenic acid (15,53 %), dan total tingkat tokoferol (1,44 mg / 100 g).

Mengkonsumsi tomat tidak dianjurkan dalam jumlah banyak secara terus menerus karena akan menyebabkan kelebihan lycopene di dalam tubuh. Lycopene diubah didalam tubuh menjadi vitamin A. Namun, jika

jumlahnya sangat banyak maka tubuh tidak dapat mengubahnya sekaligus dan akhirnya menjadi racun dalam tubuh (Giovannucci, 2002).

Vitamin penting dalam buah tomat adalah vitamin C. Berdasarkan penelitian, kandungan vitamin C pada tomat lebih tinggi dari kandungan vitamin C buah jeruk. Vitamin C sangat diperlukan oleh tubuh karena mampu menambah ketahanan tubuh terhadap infeksi, dan merupakan antioksidan yang sangat kuat. Berbeda dari lycopene yang tidak larut dalam air, vitamin C larut dalam air sehingga tidak akan menjadi racun


(22)

yang mematikan bagi tubuh karena kelebihannya akan dibuang bersama urine (Hartz, 2001).

Vitamin lainnya yang terdapat dalam buah tomat adalah vitamin B9. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa vitamin B9 dalam tomat mampu mempercepat regenerasi sel sehingga membuat tubuh kita menjadi sehat. Manfaat lain dari vitamin B9 adalah merangsang tubuh untuk

memproduksi enzim yang mampu mengontrol homocysteine.

Homocysteine merupakan protein berbahaya di dalam darah yang dapat menimbulkan masalah pada arteri dan menjadi penyebab utama serangan jantung. Selain mengandung ketiga nutrisi di atas, buah tomat juga mengandung vitamin B6, potassium, dan folat (Hartz, 2001).

Kandungan protein buah tomat hijau mentah dalam 100 g buah tomat adalah 1,20 g dengan jumlah kalori 23. Kandungan protein buah tomat berwarna kuning mentah dalam 100 g buah adalah 0,96 g dengan jumlah kalori 15. Kandungan protein buah tomat yang berwarna oranye mentah dalam 100 g buah adalah 1,16 g dengan jumlah kalori 16. Buah tomat yang berwarna merah, matang, dan belum diolah yang dipanen pada bulan Juni hingga Oktober dalam 100 g mengandung 0,85 g protein dengan jumlah kalori 21 (Brodowski dan Geisman, 1980).


(23)

E. Respirasi Klimakterik

Pematangan buah diikuti oleh perubahan fisiologi dan kimia yang

merupakan karakteristik dan relatif seragam diantara spesies tanaman yang berbeda. Tipikal komponen proses pematangan adalah transformasi pectic yang menyebabkan pelunakan buah, perubahan dalam warna buah, sering hilangnya pigmen seperti klorofil dan munculnya pigmen sekunder yang baru, perubahan dalam senyawa-senyawa yang bertanggung jawab bagi rasa dan bau, transformasi material cadangan seperti polisakarida menjadi gula yang lebih sederhana, dan akhirnya perubahan besaran pertukaran gas respirasi (Millerd et. al, 1952).

Hubungan antara waktu setelah panen dengan laju respirasi dapat dilihat pada gambar 6.

Laju Respirasi Relatif (%)

100 kenaikan respirasi maksimum klimakterik

50

minimum klimakterik 0

4 8 12 Hari Setelah Panen

Gambar 6. Grafik Laju Respirasi Selama Proses Kematangan Buah Klimakterik (Millerd et al, 1952)


(24)

Dari grafik diatas terlihat bahwa buah klimakterik akan mencapai minimum praklimaterik 3-4 hari setelah pemetikan, sedangkan kondisi klimakterik berlangsung 5-6 hari dan maksimum klimakterik terjadi kira-kira 8 hari setelah pemetikan.

F. Peran Etilen Dalam Kematangan Buah

Etilen telah dikenal bertahun-tahun sebagai hormon yang mempercepat pematangan buah. Pemberian etien ke buah mempercepat pematangan, dan peningkatan dramatis produksi etilen sangat berkaitan dengan inisiasi pematangan. Inhibitor biosintesis etilen (seperti AVG) atau kerja etilen (seperti CO2 atau Ag+) menunda atau bahkan mencegah pematangan. Semua pengamatan ini menujukkan bahwa etilen adalah agen utama yang mengontrol kematangan. Pada banyak buah, pematangan dicirikan oleh peningkatan klimakterik dalam respirasi dan produksi etilen. Apel, pisang, tomat adalah kelompok buahan klimakterik. Sebaliknya

buah-buahan seperti jeruk dan anggur tidak menunjukkan peningkatan respirasi dan produksi etilen dan disebut nonklimakterik. Jika buah-buahan

klimakterik yang belum matang diberi perlakuan etilen, peningkatan awal klimakterik dipercepat. Jika buah-buahan nonklimakterik diiberi

perlakuan yang sama, besar kenaikan respirasi meningkat sebagai fungsi konsentrasi etilen, tetapi perlakuan tidak memicu produksi etilen endogen dan tidak mempercepat kematangan. Peran etilen dalam pematangan buah-buahan klimakterik telah menghasilkan banyak aplikasi praktis yang


(25)

ditujukan baiak untuk menyeragamakan pematangan atau menunda pematangan (Arshad and Frankenberger, 2002).

Pada tumbuhan tingkat tinggi, asam amino methionine adalah prekursor etilen. Methionine dikonversi menjadi etilen dalam suatu rangkaian reaksi: methionine S-adenosilmethionine 1-aminosiklopropan-1-karbosilik acid (ACC) C2H4. Lintasan biosintesis etilen secara detail baru diketahui tahun 1979. Usaha-usaha sebelumnya tidak berhasil karena ketiadaan jaringan homogenate atau sistem bebas sel yang mampu

memproduksi etilen. Kesulitan lainnya adalah fakta bahwa etilen dapat disintesis dari berbagai senyawa yang diketahui terdapat pada jaringan tanaman, sehingga ada banyak kandidat untuk prekursor alami etilen (Arshad and Frankenberger, 2002).

Terobosan dalam elusidasi biosintesis etilen terjadi ketika diketahui bahwa methionine dapat menjadi substrat untuk produksi etilen dalam sistem jaringan bebas sel. Prekursor langsung etilen adalah

1-aminocyclopropane-1-carboxylic acid (ACC). Peran ACC menjadi terbukti dalam percobaan dimana tumbuhan diberi perlakuan 14C

methionine. Pada kondisi anaerob, etilen tidak diproduksi dari methionine yang dilabel 14C dan ACC yang dilabel berakumulasi dalam jaringan, tetapi pada exposure ke oksigen terjadi produksi etilen. ACC yang dilabel dengan cepat dikonversi menjadi etilen oleh berbagai jaringan tanaman, menunjukkan bahwa ACC adalah prekursor langsung etilen pada tumbuhan tingkat tinggi (Arshad and Frankenberger, 2002).


(26)

Jika ACC disuplai dari luar ke jaringan tanaman yang normalnya

menghasilkan sedikit etilen, peningkatan produksi etilen yang substansial terjadi. Pengamatan ini menunjukkan bahwa sintesis ACC biasanya merupakan tahap metabolic yang membatasi produksi etilen dalam

jaringan tanaman. ACC sintase, enzim yang mengkatalisis konversi SAM menjadi ACC, telah dicirikan dalam berbagai jaringan dari berbagai jenis tanaman. Aktivitasnya diregulasi oleh beberapa faktor lingkungan dan internal. Pada banyak kasus, reaksi ACC sintase telah ditemukan

merupakan tahap enzimatik yang membatasi produksi etilen (Arshad and Frankenberger, 2002).

Karena ACC sintase terdapat dalam jumlah yanag rendah dalam jaringan tanaman (0,0001% dari protein total buah tomat matang) maka sulit memurnikan enzim ini untuk analisis biokimia. Hambatan sekarang ini diatasi dengan menggunakan teknik biologi molekuler. ACC sintase yang dimurnikan secara parsial digunakan untuk memproduksi antibodi

melawan enzim ini, dan antibodi digunakan untuk mengisolasi gen yang mengkodekan enzim. Gen yang diisolasi kemudian diekspresikan pada bakteri E.coli, membuatnya mungkin mengisolasi ACC sintase yang dimurnikan dalam jumlah besar (Arshad and Frankenberger, 2002).

Tahap akhir dalam biosintesis konversi ACC menjadi etilen-memiliki beberapa karakteristik dari reaksi-reaksi yang dikatalisis enzim-enzim, tetapi enzim yang terlibat yang disebut ethylene forming enzyme (EFE) belum diisolasi. Walaupun ada keterbatasan ini, konversi ACC


(27)

menjadi etilen telah dipelajari secara intensif saat ini (Arshad and Frankenberger, 2002).

Methionine dijumpai dalam konsentrasi yang sedikit rendah dan hampir konstan dalam jaringan tanaman, termasuk jaringan yang memproduksi etilen dalam jumlah besar seperti buah-buahan yang matang. Karena methionine merupakan prekusor tunggal etilen pada tumbuhan tingkat tinggi, jaringan dengan laju produksi etilen yang tinggi memerlukan suplai methionine terus menerus. Suplai ini dipastikan dengan daur ulang

methionine (Arshad and Frankenberger, 2002).

Tidak semua ACC yang ditemukan dalam jaringan dikonversi menjadi etilen. ACC juga dikonversu menjadi senyawa nonvolatile, N-malonyl ACC, yang tidak dipecah dan nampaknya berakumulasi dalam jaringan. Karena N-malonyl ACC tidak dapat dikonversi menjadi etilen,

pembentukkannya dipandang memainkan peran penting dalam kontrol biosintesis etilen, terutama mencegah over produksi etilen (Arshad and Frankenberger, 2002).


(28)

Gambar 7. Biosintesis Etilen (Arshad and Frankenberger, 2002)

G. Metode Biuret Untuk Penentuan Protein

Menurut Layne (1957) salah satu metode untuk mengukur kandungan protein yang paling sederhana dan umum adalah metode Biuret. Protein mengandung gugus amida. Jika gugus amino dan gugus karboksil

bergabung membentuk ikatan peptida maka gugus amino( -NH2 ) menjadi gugus amida (-NH ). Karena itu protein juga akan membentuk kompleks dengan ion-ion tembaga pada pH basa. Karena reaksi ini pertama kali diamati dengan Biuret maka reaksi ini disebut reaksi Biuret. Jika reaksi ini digunakan untuk mengukur konsentrasi protein maka reaksi ini disebut


(29)

Biuret Protein Assay. Jadi, dalam assay ini sampel protein berkombinasi dengan reagen biuret yang mengandung ion tembaga pada larutan basa.

Ion tembaga akan membentuk kompleks dengan gugus amida dalam protein untuk membuat warna biru yang akan diukur dengan

spektrofotometer. Intensitas warna biru yang terbentuk berbanding langsung dengan jumlah protein dalam sampel (Layne, 1957).

Untuk menentukan kandungan protein sesungguhnya dalam sampel yang tidak diketahui maka perlu dibuat grafik kurva standar (konsentrasi pada sumbu x dan absorbansi pada sumbu y). Metode yang akurat adalah dengan melakukan analisis regresi linear pada kurva standar sehingga dihasilkan persamaan garis lurus y = mx+b. Dengan persamaan ini, kandungan protein dihitung dengan memasukkan nilai absorbansi dari sampel protein kedalam persamaan sebagai nilai y dan kemudian menentukan nilai x (Layne, 1957).


(30)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung pada bulan Oktober 2013.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah beaker glass, erlenmeyer, gelas ukur, tabung reaksi dan raknya, corong, mortar dan penggerus, kertas saring Whatman no 1, pipet tetes, cawan petri, pisau, spektrofotometer, dan neraca analitik. Bahan yang digunakan adalah buah tomat yang masih hijau atau stage 1= all green yang diperoleh dari Desa Berenung , Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran, aquades, albumin, dan reagen Biuret.

C. Rancangan Percobaan

Penelitian dilaksanakan dalam rancangan acak lengkap dengan perlakuan adalah stage kematangan buah yaitu stage 1 = all green, stage 2 =


(31)

breakers, stage 3= turning, stage 4= pink, stage 5 = light red, stage 6 = red. Masing-masing perlakuan terdiri dari enam ulangan.

D. Variabel dan Parameter

Variabel dalam penelitian ini adalah kandungan protein columella, locular cavity,dan pericarp wall buah tomat dari keenam stage kematangan buah tomat. Parameter dalam penelitian ini adalah nilai tengah kandungan protein columella, locular cavity,dan pericarp wall buah tomat dari keenam stage kematangan buah tomat.

E. Pelaksanaan

1. Penentuan Stage kematangan buah

Perubahan warna kulit buah tomat diamati dan diambil fotonya setiap hari. Warna kulit buah tomat dicocokan dengan United States Standars for Grades of Fresh Tomatoes sebagai berikut :

stage 1 = all green stage 2 = breakers stage 3= turning stage 4= pink stage 5 = light red stage 6 = red


(32)

2. Penentuan kandungan protein

1 gr columella buah tomat ditumbuk dalam mortar sampai halus. 10 ml aquades ditambahkan dan ekstrak disaring ke dalam erlenmeyer. 1 ml ekstrak Columella tersebut dipipet kedalam tabung reaksi.

Selanjutnya, 4 ml Reagen Biuret ditambahkan ke dalam tabung reaksi dan diinkubasi selama 45 menit pada temperatur kamar hingga

terbentuk warna biru terang (light blue) sampai violet. Absorbansi diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm (Witham, et. al. 1986). Metode yang sama digunakan untuk mengukur kandungan protein locular cavity dan pericarp wall buah tomat.

3. Pembuatan Kurva Standar

100 mg albumin dilarutkan kedalam 10 ml aquades. Selanjutnya, 0; 0,1; 0,2 ; 0,3; 0,6 dan 1 ml larutan albumin dipipet kedalam 6 tabung reaksi yang sudah dilabel konsentrasi albumin. Volume disesuaikan menjadi 1 ml dengan menambahkan aquades. 4 ml Reagen Biuret ditambahkan ke setiap tabung reaksi, diaduk rata dan diinkubasi selama 45 menit pada temperatur kamar hingga terbentuk warna biru terang (light blue) sampai violet. Absorbansi diukur dengan

spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm. Kurva standar diplot dengan sumbu x sebagai konsentrasi protein dan sumbu y sebagai absorbansi. Kandungan protein ditentukan berdasarkan kurva standar albumin dan dinyatakan dalam mg/gram jaringan.


(33)

F. Analisis Data

Homogenitas ragam ditentukan berdasarkan uji Bartlett. Data kandungan protein columella, locular cavity, dan pericarp wall dianalisis ragam pada taraf nyata 5%. Jika stage kematangan buah berpengaruh nyata terhadap kandungan protein buah tomat maka dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5 % untuk mengetahui perbedaan kandungan protein antar stage kematangan buah. Hubungan antara kandungan protein columella, locular cavity dan pericarp wall dengan stage kematangan buah ditentukan

berdasarkan regresi.


(34)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada Columella dan Locular Cavity kandungan protein tertinggi terjadi pada stage 1 dan kandungan protein terendah terjadi pada stage 3. 2. Pada Pericarp Wall kandungan protein tertinggi terjadi pada stage 1

dan kandungan protein terendah terjadi pada stage 4.

3. Pola perubahan kandungan protein Columella dan Locular Cavity mengikuti pola respirasi buah klimakterik. Sedangkan pola perubahan kandungan protein pericarp wall tidak mengikuti pola respirasi buah klimakterik.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk mengetahui aktivitas enzim diketiga lokasi tersebut selama proses pematangan buah tomat.


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Agarwa, A. and Rao, A.V. 2000. Tomato Lycopene and its Role in Human Health and chronic Diseases. Can. Med. Assoc. J.163, 739-744.

Arshad, M and Frankenberger, W.T. 2002. Ethylene: Agricultural Sources and Applications. Kluwer Academic / Plenum Publishers. New York. 343 pages. Azizka, I. 2013. Kandungan Protein, Level Triptofan, dan Aktivitas Enzim

Dehidrogenase Pada Setiap Tingkat Kematangan Buah Pisang Ambon

(Musa paradisiaca var. Sapientum). (Skripsi).Universitas Lampung. Bandar Lampung. 60pp.

Brodowski, D. and J.R. Geisman. 1980. Protein Content and Amino Acid Composition of Protein of Seeds from Tomatoes at Various Stages of Ripeness. Journal of Food Science. 45(2): 228-229.

Chohan, T.Z. and Ahmad, S. 2008. Post-Harvest Technologies and Marketing Channel in Tomato Production in Danna Katchely, Azad Jammu Kashmir. Pak. J. Life Soc Sci. 6(2): 80-85.

Darwin, C.S., Knapp, S. and Peralta, E.I. 2003. Taxonomy of Tomatoes in the Galapagos Islands: Native and Introduced Species of Solanum Section Lycopersicon (Solanaceae). Systematic and biodiversity. 1(1): 29-53. F. Flores, F. E. Yahyaoui, G. De Billerbeck, F. Romojaro, A. Latche´, M.

Bouzayen, J.C. Pech, and C. Ambid. 2002. Role of ethylene in the biosynthetic pathway of aliphatic ester aroma volatiles in Charentais Cantaloupe melons, J. Exp. Bot. 53: 201–206.

Giovannucci .2002. A Prospective Study of Tomato Products, Lycopene, and Prostate Cancer Risk. JNCI. 2002. 94:5 391-398

Hartz, T.K., E.M. Miyao, R.J. Mullen, and M.D. Cahn. 2001. Potassium

fertilization effects on processing tomato yield and fruit quality. Acta Hort. 542:127-133.


(36)

Jones, J.B. 2008. Tomato Plant Culture in the Field, Green House, and Home Garden. CRC Press: Taylor and Francis Group. 400 Pages.

Layne, E. 1957. Spectrophotometric and Turbidimetric Methods for Measuring Proteins. MethodsJournal in Enzymology .10: 447-455.

Lenucci, M.S., Cadinu, D., Taurino, M., Piro, G., and Dalessandro, G. 2006. Antioxidant Composition in Cherry and High Pigment Tomato Cultivars. J. Agric. Food Chem. 54: 2606-2613.

Li, Z., Li, P., and Liu, J. 2010. Effect of tomato internal structure on its mechanical properties and degree of mechanical damage. African Journal of Biotechnology.Vol. 9(12), pp. 1816-1826.

Lippman, Z.B., Cohen O., Alvarez J.P., Pekker M.A., I. Paran., I. Eshed, and Zamir. 2008. The Making of a Compound Inflorescence in Tomato and Related Nightshades. PLoS Biol. 6(11): e288.

Sato S, Kamiyama M, Iwata T, Makita N, Furukawa H, Ikeda H, 2006. Moderate increase of mean daily temperature adversely affects fruit set of

Lycopersicon esculentum by disrupting specific physiological processes in male reproductive development. Ann Bot. 97:731-738.

Millerd, A., Bonner, J., and Biale, J.B. 1952. The Climateric Rise in Fruit Respiration as Contolled by Phosphorylative Coupling. Annu. Rev. Plant Physiol, 28: 521-531.

Pinela, J., Barros, L., Carvalho, A.M., Ferreira, I.C.F.R. 2011. Influence of the Drying Method in the Antioxidant Potential of Four Shrubby Flowering Plants from the Tribe Genisteae (Fabaceae). Food Chem Toxi.

49: 2983-2989.

Wattimena, G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Diperbanyak oleh Pusat Anta Universitas Institusi Pertanian Bogor Bekerja Sama Dengan Lembaga Sumber Daya Informasi- IPB. Bogor.

Witham H.F., D.F. Blaydes and R.M. Devlin. 1986. Exercises in Plant Physiology. PWS Publisher.


(37)

(38)

Lampiran 1. Kandungan Protein Columella Buah Tomat Tabel 4. Statistik Kandungan Protein Columella Buah Tomat

Ulangan Stage 1 Stage 2 Stage 3 Stage 4 Stage 5 Stage 6

1 0,915 0,394 0,789 0,747 0,872 0,864

2 0,713 0,585 0,457 0,447 0,447 0,649

3 1,031 0,585 0,468 0,5 0,691 0,596

4 1,063 0,649 0,489 0,67 0,808 0,532

5 1,053 0,745 0,478 0,728 0,494 0,564

6 1,000 0,904 0,457 0,464 0,551 0,564

Ӯ 0,9625 0,643667 0,523 0,592667 0,643833 0,628167 S 0,133338292 0,171632 0,1309 0,137459 0,173808 0,122122 s2 0,0177791 0,029457 0,017135 0,018895 0,030209 0,014914 sӮ 0,05443513 0,070068 0,05344 0,056118 0,070957 0,049856 CV 13,85 % 26,66 % 25,02 % 23,19 % 26,99 % 19,44 %

Keterangan : Kurva Standar Albumin y = 0,094x - 0,1 (R2 = 0,71) Uji Homogenitas Ragam (Uji Bartlett)

H0: σ21 = σ22 = σ23 = σ24 = σ25 = σ26

H1: Keenam ragam tersebut tidak semuanya sama α = 0,05

n1 = 6, n2 = 6, n3 = 6, n4 = 6, n5 = 6, n6 = 6. N= 36, k= 6 Tolak hipotesis nol bila, b < b6 (0,05 : 6,6,6,6,6,6)

b6 = [(6)(0,6727) + (6)(0,6727) + (6)(0,6727) + (6)(0,6727) + (6)(0,6727) + (6)(0,6727) / 36] = 0,6727

s2p = [(5)( 0,0177791) + (5)( 0,029457) + (5)( 0,017135) + (5)( 0,018895) + (5)(0,030209) + (5)( 0,014914) ] / 30 = 0,021398183

b= [{(0,0177791)5 (0,029457)5 (0,017135)5 (0,018895)5 (0,030209)5 (0,014914)5}1/30] / 0,021398183 = 0,962645517

b > b6 . Keputusan : terima H0 , dan disimpulkan bahwa ragam keenam populasi itu adalah sama (b > b6 )


(39)

Lampiran 2. Analisis Ragam dan Uji BNT Kandungan Protein Columella Tabel 5. Ʃy,Ʃ(y2), dan (Ʃy)2 protein Columella Buah Tomat

Ulangan Stage 1 Stage 2 Stage 3 Stage 4 Stage 5 Stage 6 Total

1 0,915 0,394 0,789 0,747 0,872 0,864

2 0,713 0,585 0,457 0,447 0,447 0,649

3 1,031 0,585 0,468 0,5 0,691 0,596

4 1,063 0,649 0,489 0,67 0,808 0,532

5 1,053 0,745 0,478 0,728 0,494 0,564

6 1,000 0,904 0,457 0,464 0,551 0,564

Ʃy 5,775 3,862 3,138 3,556 3,863 2,905 23,099

Ʃ(y2) 5,647333 2,633128 1,726848 2,201998 2,638175 1,695633 16,54312 (Ʃy)2 33,35063 14,91504 11,64857 10,60154 12,69497 12,03396 94,11964 H0 : µ1: µ2: µ3: µ4: µ5: µ6

H1 : sekurang-kurangnya satu nilai tengah tidak sama α = 0,05

wilayah kritik : f > 2,53

Perhitungan Faktor Koreksi, Jumlah Kuadrat Total, Jumlah Kuadrat Perlakuan, dan Jumlah Kuadrat Error

Faktor Koreksi = C = (y2...) / rt

= (23,0992) / (6x6) = 14,82122 JK Total = ƩijY2ij – C

= 16,54312- 14,82122 = 1,721898 JK Perlakuan = {(Y2i+...+ Y2Y) / r } – C

= {94,11964 / 6} – 14,82122= 0,86539

JK Error = JK Total – JK Perlakuan


(40)

Tabel 6. Analisis Ragam Kandungan Protein Columella Buah Tomat

Sumber Keragaman

Db JKT KT F Hit F Tabel

Perlakuan 5 0,86539 0,173078 6,06* 2,53

Error 30 0,856508 0,028550267

Total 35 1,721898

Keputusan : Tolak hipotesis nol dan disimpulkan bahwa nilai tengah kandungan protein Columella adalah tidak sama untuk keenam stage

Kematangan buah.

Uji BNT Kandungan Protein Columella Buah Tomat t 0,025 = 2,042

BNT (0,05) = 2,042 x (√2x 0,028550267) / 6 = 2,042 x ( √ (0,057101) /6

= 2,042 x (√0,009517) = 2,042 x 0,097554 = 0,199205 Tabel 7. Perbedaan Nilai Tengah Kandungan Protein Columella Buah Tomat antar Stage Kematangan Buah

Stage

Kematangan

6 5 4 3 2

1 0,33* 0,32* 0,37* 0,44* 0,32*

2 0,01 0,00 0,05 0,12

3 0,10 0,12 0,07

4 0,03 0,05

5 0,01


(41)

Lampiran 1. Kandungan Protein Locular Cavity Buah Tomat Tabel 8. Statistik Kandungan Protein Locular Cavity Buah Tomat

Ulangan Stage 1 Stage 2 Stage 3 Stage 4 Stage 5 Stage 6

1 1,096 0,596 0,532 0,702 0,638 0,532

2 1,159 0,723 0,936 0,596 0,574 0,776

3 0,638 0,957 0,500 0,628 0,925 0,479

4 1,032 0,968 0,457 0,617 0,702 0,732

5 0,979 0,957 0,468 0,638 0,734 0,628

6 1,042 0,936 0,606 0,713 0,649 0,447

Ӯ 0,991 0,856167 0,583167 0,649 0,703667 0,5975 S 0,183458 0,157883 0,180958 0,047539 0,121676 0,13381 s2 0,033657 0,024927 0,032746 0,00226 0,014805 0,017905 sӮ 0,074896 0,064455 0,073876 0,019408 0,049674 0,054628 CV 18,51 % 18,44 % 31,03 % 7,32 % 17,29 % 22,39 %

Keterangan : Kurva Standar Albumin y = 0,094x - 0,1 (R2 = 0,71) Uji Homogenitas Ragam (Uji Bartlett)

H0: σ21 = σ22 = σ23 = σ24 = σ25 = σ26

H1: Keenam ragam tersebut tidak semuanya sama α = 0,05

n1 = 6, n2 = 6, n3 = 6, n4 = 6, n5 = 6, n6 = 6. N= 36, k= 6 Tolak hipotesis nol bila, b < b6 (0,05 : 6,6,6,6,6,6)

b6 = [(6)(0,6727) + (6)(0,6727) + (6)(0,6727) + (6)(0,6727) + (6)(0,6727) + (6)(0,6727) / 36] = 0,6727

s2p = [(5)( 0,033657 ) + (5)( 0,024927) + (5)( 0,032746) + (5)( 0,00226) + (5)( 0,014805) + (5)( 0,017905) ] / 30 = 0,02105

b= [{(0,033657)5 (0,024927)5 (0,032746)5 (0,00226)5 (0,014805)5

(0,017905)5}1/30] / 0,02105 = 0,75767

b > b6. Keputusan : Terima H0 , dan disimpulkan bahwa ragam keenam populasi itu adalah sama (b>b6)


(42)

Lampiran 2. Analisis Ragam dan Uji BNT Kandungan Protein Locular Cavity

Tabel 9.Ʃy,Ʃ(y2), dan (Ʃy)2 protein Locular Cavity Buah Tomat

Ulangan Stage 1 Stage 2 Stage 3 Stage 4 Stage 5 Stage 6 Total

1 1,096 0,596 0,532 0,702 0,638 0,532

2 1,159 0,723 0,936 0,596 0,574 0,776

3 0,638 0,957 0,500 0,628 0,925 0,479

4 1,032 0,968 0,457 0,617 0,702 0,732

5 0,979 0,957 0,468 0,638 0,734 0,628

6 1,042 0,936 0,606 0,713 0,649 0,447

Ʃy 5,496 5,137 3,499 3,894 4,222 3,585 26,283

Ʃ(y2) 6,06077 4,522763 2,204229 2,538506 3,044906 2,231563 20,60274 (Ʃy)2 35,35492 26,38877 12,243 15,16324 17,82528 12,85223 119,8274 H0 : µ1: µ2: µ3: µ4: µ5: µ6

H1 : sekurang-kurangnya satu nilai tengah tidak sama α = 0,05

wilayah kritik : f > 2,53

Perhitungan Faktor Koreksi, Jumlah Kuadrat Total, Jumlah Kuadrat Perlakuan, dan Jumlah Kuadrat Error

Faktor Koreksi = C= (y2...) / rt

= (26,2832) / (6x6) = 19,18878 JK Total = ƩijY2ij – C

= 20,60274 – 19,18878 = 1,413957 JK Perlakuan = {(Y2i+...+ Y2Y) / r } – C

= {119,8274 / 6 } – 19,18878 = 0,782458

JK Error = JK Total – JK Perlakuan

= 1,413957 – 0,782458 = 0,631499


(43)

Tabel 10. Analisis Ragam Kandungan Protein Locular Cavity Buah Tomat

Sumber Keragaman

Db JKT KT F Hit F Tabel

Perlakuan 5 0,782458 0,156492 7,43* 2,53

Error 30 0,631499 0,02105

Total 35 1.413957

Keputusan : Tolak hipotesis nol dan disimpulkan bahwa nilai tengah kandungan protein Locular Cavity adalah tidak sama untuk keenam stage Kematangan buah.

Uji BNT Kandungan Protein Locular Cavity Buah Tomat t 0,025 = 2,042

BNT (0,05) = 2,042 x (√2x 0,02105 ) / 6 = 2,042 x ( √ (0,041) /6

= 2,042 x (√0,007017) = 2,042 x 0,083765 = 0,171049 Tabel 11. Perbedaan Nilai Tengah Kandungan Protein Locular Cavity Buah Tomat Antar Stage Kematangan Buah

Stage Kematangan

6 5 4 3 2

1 0,40* 0,30* 0,34* 0,40* 0,13

2 0,25* 0,15 0,20* 0,27*

3 0,01 0,12 0,06

4 0,05 0,05

5 0,11


(44)

Lampiran 1. Kandungan Protein Pericarp Wall Buah Tomat Tabel 12. Statistik Kandungan Protein Pericarp Wall Buah Tomat

Ulangan Stage 1 Stage 2 Stage 3 Stage 4 Stage 5 Stage 6

1 0,957 0,436 1,032 0,659 0,511 0,702 2 0,925 0,510 1,074 0,436 0,447 0,734 3 1,580 0,372 0,702 0,489 0,542 0,628 4 0,925 0,713 0,425 0,500 0,457 0,491 5 1,096 0,702 0,415 0,453 0,617 0,902 6 0,915 1,000 0,457 0,749 0,776 0,628

Ӯ 1,066333333 0,622167 0,684167 0,547667 0,558333 0,680833 S 0,260591379 0,231173 0,304795 0,126551 0,123281 0,0136974 s2 0,067907867 0,053441 0,0929 0,016015 0,015198 0,018762 sӮ 0,106385985 0,094376 0,124432 0,051664 0,050329 0,055919 CV 24,43 % 37,15 % 44,54 % 23,10 % 22,08 % 20,11 %

Keterangan : Kurva Standar Albumin y = 0,094x - 0,1 (R2 = 0,71) Uji Homogenitas Ragam (Uji Bartlett)

H0: σ21=σ22=σ23=σ24=σ25=σ26

H1: Keenam ragam tersebut tidak semuanya sama α = 0,05

n1 = 6, n2 = 6, n3 = 6, n4 = 6, n5 = 6, n6 = 6. N= 36, k= 6 Tolak hipotesis nol bila, b < b6 (0,05 : 6,6,6,6,6,6)

b6 = [(6)(0,6727) + (6)(0,6727) + (6)(0,6727) + (6)(0,6727) + (6)(0,6727) + (6)(0,6727) / 36] = 0,6727

s2p = [(5)( 0,067907867 ) + (5)( 0,053441) + (5)( 0,0929 ) + (5)( 0,016015) +

(5)( 0,015198 ) + (5)( 0,018762) ] / 30 = 0,044037

b= [{(0,067907867)5 (0,053441)5 (0,0929)5 (0,016015)5 (0,015198)5

(0,018762)5}1/30] / 0,044037 = 0,771637

b > b6. Keputusan : Terima H0 , dan disimpulkan bahwa ragam keenam populasi itu adalah sama (b>b6)


(45)

Lampiran 2. Analisis Ragam dan Uji BNT Kandungan Protein Pericarp Wall Tabel 13. Ʃy,Ʃ(y2), dan (Ʃy)2 protein Pericarp Wall Buah Tomat

Ulangan Stage 1 Stage 2 Stage 3 Stage 4 Stage 5 Stage 6 Total

1 0,957 0,436 1,032 0,659 0,511 0,702

2 0,925 0,510 1,074 0,436 0,447 0,734

3 1,580 0,372 0,702 0,489 0,542 0,628

4 0,925 0,713 0,425 0,500 0,457 0,491

5 1,096 0,702 0,415 0,453 0,617 0,902

6 0,915 1,000 0,457 0,749 0,776 0,628

Ʃy 6,398 3,733 4,105 3,286 3,35 4,085 24,957

Ʃ(y2) 7,16194 2,589753 3,273003 1,879708 1,946408 2,875013 19,72583 (Ʃy)2 40,9344 13,935289 16,85103 10,7978 11,2225 16,68723 110,4282 H0 : µ1: µ2: µ3: µ4: µ5: µ6

H1 : sekurang-kurangnya satu nilai tengah tidak sama α = 0,05

wilayah kritik : f > 2,53

Perhitungan Faktor Koreksi, Jumlah Kuadrat Total, Jumlah Kuadrat Perlakuan, dan Jumlah Kuadrat Error

Faktor Koreksi = C= (y2...) / rt

= (24,9572) / (6x6) = 17,30144 JK Total = ƩijY2ij – C

= 19,72583 – 17,30144 = 2,424385 JK Perlakuan = {(Y2i+...+ Y2Y) / r } – C

= {110,4282/ 6 } – 17,30144 = 1,103266

JK Error = JK Total – JK Perlakuan


(46)

Tabel 14. Analisis Ragam Kandungan Protein Pericarp Wall Buah Tomat

Sumber Keragaman

db JKT KT F Hit F Tabel

Perlakuan 5 1,103266 0,220653 5,01* 2,53

Error 30 1,321119 0,044037

Total 35 2,424385

Keputusan : Tolak hipotesis nol dan disimpulkan bahwa nilai tengah kandungan protein Locular Cavity adalah tidak sama untuk keenam stage Kematangan buah.

Uji BNT Kandungan Protein Pericarp Wall Buah Tomat t 0,025 = 2,042

BNT (0,05) = 2,042 x (√2x 0,044037 ) / 6 = 2,042 x ( √ (0,088075) /6

= 2,042 x (√0,014679) = 2,042 x 0,121157 = 0,247403 Tabel 15. Perbedaan Nilai Tengah Kandungan Protein Pericarp Wall Buah Tomat Antar Stage Kematangan Buah

Stage Kematangan

6 5 4 3 2

1 0,38* 0,50* 0,52* 0,38* 0,44*

2 0,06 0,06 0,07 0,06

3 0,00 0,12 0,14

4 0,13 0,01

5 0,12


(47)

Gambar 17. Lokasi Pengambilan Sampel Buah Tomat


(48)

Gambar 19. Penyiapan Cawan Petri dan Buah Tomat

Gambar 20. Buah Tomat yang akan digunakan untuk stage 2, stage 3, stage 4, stage 5 dan stage 6 disimpan di inkubator


(49)

Gambar 21. Beaker Glass Gambar 22. Cawan Petri

Gambar 23. Botol Semprot Gambar 24. Erlenmeyer dan Corong


(50)

Gambar 27. Neraca analitik Gambar 28. Pipet tetes

Gambar 29. Pengaduk kaca + spatula Gambar 30. Reagen biuret


(51)

Gambar 33. Sentrifuge


(52)

Gambar 35. Persiapan penelitian

Gambar 36. Mengelompokkan tomat sesuai ulangannya

Gambar 37. Mengambil daerah columella, Locular cavity dan Pericarp Wall dari anatomi buah tomat saat penentuan kandungan protein


(53)

Gambar 38. Menimbang 1 gr Columella, Locular Cavity dan Pericarp Wall saat penentuan kandungan protein

Gambar 39. Menggerus 1 gr Columella, Locular Cavity dan Pericarp Wall sampai halus saat penentuan kandungan protein


(54)

Gambar 41. Ekstrak Columella, Locular Cavity dan Pericarp Wall yang sudah disaring ditambah biuret lalu dimasukkan ke tabung reaksi dan diinkubasi saat penentuan kandungan protein


(55)

Gambar 43 . Ekstrak Kandungan Protein Columella Buah Tomat stage 1 dan diukur absorbansinya (540 nm) saat melakukan penentuan kandungan protein

Gambar 44 . Ekstrak Kandungan Protein Locular Cavoty Buah Tomat Stage 1 dan diukur absorbansinya (540 nm) saat melakukan Penentuan kandungan protein

Gambar 45. Ekstrak Kandungan Protein Pericarp Wall Buah Tomat stage 1 dan diukur absorbansinya (540 nm) saat melakukan penentuan kandungan protein


(56)

Gambar 46. Ekstrak Kandungan Protein Columella Buah Tomat stage 2 dan diukur absorbansinya (540 nm) saat melakukan penentuan kandungan protein

Gambar 47. Ekstrak Kandungan Protein Locular Cavity Buah Tomat stage 2 dan diukur absorbansinya (540 nm) saat melakukan penentuan kandungan protein

Gambar 48. Ekstrak Kandungan Protein Pericarp Wall Buah Tomat stage 2 dan diukur absorbansinya (540 nm) saat melakukan penentuan kandungan protein


(57)

Gambar 49. Ekstrak Kandungan Protein Columella Buah Tomat stage 3 dan diukur absorbansinya (540 nm) saat melakukan penentuan kandungan protein

Gambar 50. Ekstrak Kandungan Protein Locular Cavity Buah Tomat stage 3 dan diukur absorbansinya (540 nm) saat melakukan penentuan kandungan protein

Gambar 51. Ekstrak Kandungan Protein Pericarp Wall Buah Tomat stage 3 dan diukur absorbansinya (540 nm) saat melakukan penentuan kandungan protein


(58)

Gambar 52. Ekstrak Kandungan Protein Columella Buah Tomat stage 4 dan diukur absorbansinya (540 nm) saat melakukan penentuan kandungan protein

Gambar 53. Ekstrak Kandungan Protein Locular Cavity Buah Tomat stage 4 dan diukur absorbansinya (540 nm) saat melakukan penentuan kandungan protein

Gambar 54. Ekstrak Kandungan Protein Pericarp Wall Buah Tomat stage 4 dan diukur absorbansinya (540 nm) saat melakukan penentuan kandungan protein


(59)

Gambar 55. Ekstrak Kandungan Protein Columella Buah Tomat stage 5 dan diukur absorbansinya (540 nm) saat melakukan penentuan kandungan protein

Gambar 56. Ekstrak Kandungan Protein Locular Cavity Buah Tomat stage 5 dan diukur absorbansinya (540 nm) saat melakukan penentuan kandungan protein

Gambar 57. Ekstrak Kandungan Protein Pericarp Wall Buah Tomat stage 5 dan diukur absorbansinya (540 nm) saat melakukan penentuan kandungan protein


(60)

Gambar 58. Ekstrak Kandungan Protein Columella Buah Tomat stage 6 dan diukur absorbansinya (540 nm) saat melakukan penentuan kandungan protein

Gambar 59. Ekstrak Kandungan Protein Locular Cavity Buah Tomat stage 6 dan diukur absorbansinya (540 nm) saat melakukan penentuan kandungan protein

Gambar 60. Ekstrak Kandungan Protein Pericarp Wall Buah Tomat stage 6 dan diukur absorbansinya (540 nm) saat melakukan penentuan kandungan protein


(61)

(1)

Gambar 46. Ekstrak Kandungan Protein Columella Buah Tomat stage 2 dan diukur absorbansinya (540 nm) saat melakukan penentuan kandungan protein

Gambar 47. Ekstrak Kandungan Protein Locular Cavity Buah Tomat stage 2 dan diukur absorbansinya (540 nm) saat melakukan penentuan kandungan protein

Gambar 48. Ekstrak Kandungan Protein Pericarp Wall Buah Tomat stage 2 dan diukur absorbansinya (540 nm) saat melakukan penentuan kandungan protein


(2)

Gambar 49. Ekstrak Kandungan Protein Columella Buah Tomat stage 3 dan diukur absorbansinya (540 nm) saat melakukan penentuan kandungan protein

Gambar 50. Ekstrak Kandungan Protein Locular Cavity Buah Tomat stage 3 dan diukur absorbansinya (540 nm) saat melakukan penentuan kandungan protein

Gambar 51. Ekstrak Kandungan Protein Pericarp Wall Buah Tomat stage 3 dan diukur absorbansinya (540 nm) saat melakukan penentuan kandungan protein


(3)

Gambar 52. Ekstrak Kandungan Protein Columella Buah Tomat stage 4 dan diukur absorbansinya (540 nm) saat melakukan penentuan kandungan protein

Gambar 53. Ekstrak Kandungan Protein Locular Cavity Buah Tomat stage 4 dan diukur absorbansinya (540 nm) saat melakukan penentuan kandungan protein

Gambar 54. Ekstrak Kandungan Protein Pericarp Wall Buah Tomat stage 4 dan diukur absorbansinya (540 nm) saat melakukan penentuan kandungan protein


(4)

Gambar 55. Ekstrak Kandungan Protein Columella Buah Tomat stage 5 dan diukur absorbansinya (540 nm) saat melakukan penentuan kandungan protein

Gambar 56. Ekstrak Kandungan Protein Locular Cavity Buah Tomat stage 5 dan diukur absorbansinya (540 nm) saat melakukan penentuan kandungan protein

Gambar 57. Ekstrak Kandungan Protein Pericarp Wall Buah Tomat stage 5 dan diukur absorbansinya (540 nm) saat melakukan penentuan kandungan protein


(5)

Gambar 58. Ekstrak Kandungan Protein Columella Buah Tomat stage 6 dan diukur absorbansinya (540 nm) saat melakukan penentuan kandungan protein

Gambar 59. Ekstrak Kandungan Protein Locular Cavity Buah Tomat stage 6 dan diukur absorbansinya (540 nm) saat melakukan penentuan kandungan protein

Gambar 60. Ekstrak Kandungan Protein Pericarp Wall Buah Tomat stage 6 dan diukur absorbansinya (540 nm) saat melakukan penentuan kandungan protein


(6)