bahwa kemampuan. Rata-rata kemampuan koneksi matematika siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran kontekstual adalah 36, 78
sedangkan rata-rata kemampuan koneksi matematika siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran konvensional adalah 30, 37.
D. Kerangka Berpikir
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun
penyelesaian, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada
pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Namun, yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa pemecahan masalah dalam proses
pembelajaran matematika belum dijadikan kegiatan utama oleh guru, sehingga mengakibatkan rendahnya kemampuan pemecahan masalah pada
siswa. Untuk dapat memecahkan masalah, siswa terlebih dahulu harus dapat
memahami masalah yang ditunjukkan dengan menyusun persamaan atau model matematika, merencanakan penyelesaian dan melaksanakannya, dan
menjawab masalah. Jika dikaitkan dengan matematika sebagai mata pelajaran yang sulit dipelajari dan sulit diajarkan, maka siswa seharusnya
dibiasakan belajar pemecahan masalah. Namun kenyataannya, proses pembelajaran matematika yang dilaksanakan pada semua jenjang
pendidikan formal belum mengupayakan terbentuknya kemampuan ini pada diri setiap siswa.
Strategi REACT merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat membantu guru menanamkan konsep pada siswa, sehingga siswa
tidak sekedar menghapal rumus, akan tetapi siswa dapat menemukan sendiri, bekerja sama dapat menerapkan dalam kehidupan dan dapat
mentransfer dalam konteks baru. Dengan strategi ini, siswa akan mempunyai tingkatan yang berbeda
dalam menyikapi situasi yang baru dan siswa akan terbiasa memecahkan 45
masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, karena siswa mengalami sendiri pengetahuan yang
diperolehnya.
53 61
Dengan strategi REACT, siswa dapat memahami konsep matematika dengan benar. Pemecahan masalah matematika selama pembelajaran akan
berjalan lancar sehingga siswa tidak merasa bingung. Siswa akan merasa senang dan tidak bosan karena dalam pembelajarannya guru tidak
menggunakan metode ekspositori. Siswa juga merasa menikmati pelajaran matematika dan tidak merasa takut.
E. Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan pemilihan pokok permasalahan yang diajukan dan kerangka teori yang melandasi penelitian ini, maka perumusan hipotesis
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:”kemampuan pemecahan masalah matematika yang diajarkan dengan strategi REACT lebih tinggi
daripada kemampuan pemecahan masalah matematika yang diajarkan dengan strategi pembelajaran konvensional”.
53
Gelar Dwirahayu dkk, Pendekatan Baru dalam Pembelajaran Sains dan Matematika Dasar, Cet.I. Jakarta: PIC UIN, 2007, h. 123
46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTSN Tangerang II Pamulang yang beralamat di Jl. Pajajaran No. 31 Pamulang Kota Tangerang Selatan. Telp.
021 7415023.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian pada semester genap tahun ajaran 2011-2012 yaitu bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2011.
B.
Metode dan Desain Penelitian
Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode quasi eksperimen. Metode quasi eksperimen, yaitu metode penelitian yang tidak memungkinkan
peneliti melakukan pengontrolan secara penuh terhadap variabel dan kondisi eksperimen. Untuk pelaksanaan diperlukan dua kelas dimana peneliti
mengajar di kelas eksperimen dengan strategi REACT dan di kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.
Desain penelitian yang digunakan adalah randomized subjects post-test only control group design. Secara sederhana desain penelitian dapat
ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelas Treatmen
Test R
E
X
E
Y R
K -
Y
47
Keterangan : R
E
: proses pemilihan subjek secara acak pada kelas eksperimen
R
K
: proses pemilihan subjek secara acak pada kelas kontrol X
E
: Perlakuan pada kelas eksperimen Y
: Tes akhir yang diberikan pada kedua kelas
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah:
1. Populasi Target Seluruh siswa MTSN Tangerang II Pamulang.
2. Populasi Terjangkau Siswa kelas VII MTSN Tangerang II Pamulang semester genap tahun
ajaran 20112012 yang terbagi menjadi 11 kelas. Sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh yang
diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. Peneliti menetapkan sampel pada penelitian ini diambil kelas VII dari 11 kelas yang ada.
Untuk menentukan kelas mana yang terpilih sebagai kelas eksperimen dan kelas mana yang terpilih menjadi kelas kontrol, peneliti menggunakan
pemilihan sampel secara Cluster Random Sampling. Cluster Random Sampling digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari individu-individu,
melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu dalam kluster. Setelah dilakukan sampling terhadap 11 kelas yang ada, diperoleh sampel adalah kelas
VII-1 sebagai kelas eksperimen yang dalam pembelajarannya menggunakan strategi REACT dan kelas VII-3 sebagai kelas kontrol yang dalam
pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Data diperoleh dari tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada kedua kelompok sampel dengan pemberian tes yang sama.
48