Masuknya Islam ke Indonesia

2.3 Masuknya Islam ke Indonesia

Azyumardi Azra menginformaskan sejumlah teori tentang datangnya Islam ke Asia Tenggara. Pertama, Pijnappel (sejarawan Universitas Leiden) berpendapat bahwa Islam datang ke Nusantara berasal dari anak Benua India, yaitu Gujarat dan Malabar. Pendapat ini didukung oleh Snouck Hurgronye. Kedua, Moquette, sarjana Belanda lainnya, juga berpendapat bahwa Islam datang ke Nusantara berasal dari Gujarat meskipun juga terdapat beberapa pendapat lain yang mengatakan dari Arab.

Siti Maryam dkk. Menginformasikan pendapat tentang waktu datangnya Islam. Pertama, sebagian ahli berpendapat bahwa Islam datang ke Asia Tenggara pada abad pertama hijriah (abad ke-7 M); dan kedua, Islam masuk ke Asia Tenggara pada abad ke-13 M).

Badri Yatim (1997:193) menginformasikan bahwa Islam disebarkan dan dikembangkan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia) dengan tiga tahap: pertama, Islam di pelabuhan-pelabuhan Nusantara; kedua, terbentuknya komunitas-komunitas Islam di beberapa kepulauan Nusantara; dan ketiga, berdirinya kerajaan-kerajaan Islam.

Azyumi Azra mengatakan bahwa perkembangan Islam di Asia Tenggara mengalami tiga tahap: pertama, Islam disebarkan oleh para pedagang yang berasal dari Arab, India, dan Persia di sekitar pelabuhan. Pada tahap ini, para ulama yang merangkap sebagai pedagang memiliki peran besar dalam penyebaran agama Islam. Di samping itu, penyebaran Islam tahap pertama ini sangat diwarnai oleh aspek mistik Islam (tasauf). Tidak berarti syariat atau fiqih diabaikan sama sekali. Tahap pertama ini berlangsung hingga Majapahit runtuh (abad 15 M).

Kedua, sejak datang dan berkuasanya Belanda di Indonesia, Inggris di semenanjung Malaya, dan Spanyol di Pilipina, sampai abad 19 M; dan tahap liberalisasi kebijakan pemerintahan kolonial, terutama belanda di Indonesia. Pada tahap ini, proses Islamisasi di Asia Tenggara sampai bentuknya seperti sekarang ini.

Islamisasi di Asia Tenggara dimulai sejak dunia Islam melakukan hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara. Meskipun masih diperdebatkan, I’Tsing yang pernah berkunjung ke Sriwijaya Palembang (671 M) sudah menjalin hubungan dengan khalifah Mu’awiyah Ibn Abi Sufyan (661 M) dan khalifahUmar Ibn Abd al-Aziz (717-720). Selanjutnya ia Islamisasi di Asia Tenggara dimulai sejak dunia Islam melakukan hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara. Meskipun masih diperdebatkan, I’Tsing yang pernah berkunjung ke Sriwijaya Palembang (671 M) sudah menjalin hubungan dengan khalifah Mu’awiyah Ibn Abi Sufyan (661 M) dan khalifahUmar Ibn Abd al-Aziz (717-720). Selanjutnya ia

K.N. Sofyan Hasan dan Warkum Sumitro (1994) menyederhanakan perdebatan mengenai kedatangan Islam di Nusantara. Menurutnya, sejarawan terbagi menjadi dua kelompok dalam menjelaskan asal-usul Islam di Nusantara (termasuk Indonesia).

Pertama, Husin Jayadiningrat dan Cristien Snouck Hurhgronje (ahli hukum dari Belanda) berpendapat bahwa Islam datang ke Nusantara pada abad ke 13 yang dibawa oleh para da’i dan pedagang dari Persia melalui India. Argumentasinya adalah: (a) kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah Samudra Pasai di Aceh Utara (Lhoksmawe). Nama Samudra Pasai berasal dari kata Persia; (b) mistik yang diajarkan di Indonesia sama dengan mistik yang dijalankan di Persia; buktinya adalah adanya kesamaan ajaran al-Hallaj dengan Syekh Siti Jenar; dan (c) cara membaca Al-Qur’an di Indonesia sama dengan cara membaca Qur’an di Persia.

Kedua, Hamka dan W. P. Goenevelt berpendapat bahwa Islam datang ke Nusantara langsung dari Arab (Mesir) tidak melalui Persia dan India. Alasannya adalah: madzhab Syafi’I; dan madzhab itu berasal dari Mekkah; dan (b) gelar-gelar raja Pasai yang dipakai pada waktu itu adalah gelar raja- raja Pasai yang dipakai pada waktu itu adalah gelar raja-raja Mesir.

Pada seminar yang membahas tentang masuknya Islam di Indonesia yang di adakan di Medan pada tahun 1963 dapat diambil kesimpulan: (a) Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 Masehi langsung dari Arab; (b) daerah Pada seminar yang membahas tentang masuknya Islam di Indonesia yang di adakan di Medan pada tahun 1963 dapat diambil kesimpulan: (a) Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 Masehi langsung dari Arab; (b) daerah

Pusat-pusat Penyebaran Islam di Indonesia

1. Kerajaan Samudra Pasai Kerajaan Samudra Pasai didirikan oleh Malik al-Saleh setelah

mendapat dukungan dari masyarakat dalam mengalahkan raja Rajenra I dari India. 33

Sultan al-Malik al-Saleh (1297 M) adalah raja pertama dari Kerajaan Samudera. Beliau kemudian menikah dengan putri raja Perlak dan memiliki dua anak. Oleh karena itu, dua kerajaan ini kemudian digabung menjadi kerajaan Samudera Pasai (gabungan antara kerajaan Samudera dengan kerajaan Perlak). Kerajaan ini bertahan lama sampai ditundukan oleh Portugis (1521 M).

Para pedagang muslim mengislamkan penduduk urban; sedangkan di daerah pedalaman tetap melanjutkan tradisi lama mereka. Cerita tentang

33 Samsul Wahidin dan Abdurrahman, Perkembangan Ringkas Hukum Islam di Indonesia, (Jakart a: CV. Akademika Pressindo, 1984), h. 24 33 Samsul Wahidin dan Abdurrahman, Perkembangan Ringkas Hukum Islam di Indonesia, (Jakart a: CV. Akademika Pressindo, 1984), h. 24

2. Malaka Islam berkembang di Malaka sepanjang jalur perdagangan. Pendiri

kerajaan Malaka adalah Parameswaran (sekitar 1400 M). Kemudian ia mengganti nama menjadi Muhammad Iskandar Syah setelah menikah dengan saudara perempuan raja Pasai.

Pada zaman Muzhaffar Syah (1445-1459 M), Islam disebarkan secara langsung oleh raja (sultan) sehingga mengalami perkembangan pesat dan mampu menguasai perdagangan. Ibu kota kerajaan adalah Johor. Pada tahun 1511 M, Portugis menguasai Malaka, sehingga peran Malaka yang berperan sebagai pusat penyebaran Islam. Ibu kota Malaka dari Johor dipindahkan ke Kepulauan Riau. Aceh kemudian menggantikan peran Malaka sebagai pusat penyebaran Islam dan mempunyai pemerintahan yang kuat.

3. Aceh Sultan Aceh pertama adalah Ali Mugayat. Syah; dan kemudian ia

diganti oleh anaknya, Ala’ al-Din (1548-1527 M). kesultanan Aceh berhasil menguasai Aru dan Johor; dan bahkan dengan bantuan dari Turki

Usmani (1562 M), Aceh menyerang Portugis di Malaka. 34

34 Siti M aryam dkk, h. 384. Akan t et api, informasi ini berbeda dengan yang ditulis oleh Tgk. A. K. Jakobi. M enurut nya, Turki Usmani t idak dapat memberikan bant uan (tentara dan materi) ke Aceh karena Turki

Usmani ketika it u sedang dilanda konflik dengan tent ara Krist en. Lihat Tgk. A. K. Jakobi, Aceh dalam perang

Puncak kejayaan Aceh adalah pada zaman sultan Iskandar Muda (1608-1637 M). pada masanya, Gayo dan Minangkabau diislamkan. 35

4. Jawa Ma Huan menyatakan bahwa pada tahun 1455-1432 M, komunitas

muslim di Jawa dibedakan menjadi tiga komunitas: muslim yang berasal dari Barat, Cina, dan Pribumi.

Sejarah Islam di Jawa didasarkan pada nisan makam Malik Ibrahim (1419 M); dan makam nisan putrid Campa (1448 M), istri Prabu Brawijaya, raja Majapahit terakhir yang mendukung pemkaman istrinya dengan cara masuk Islam.

Putrid Campa adalah bibi Raden Rahmat dari Ampel Denta yang diangkat oleh raja sebagai imam umat Islam di Majapahit. Raden Rahmat menyebarkan Islam di sepanjang Jawa. Raden Paku, murid Raden Rahmat, mengislamkan penduduk Giri. Di samping itu, Raden Rahmat juga mengirim Syekh Khalifah Husen ke Madura; akhirnya Islam berkembang di Pulau Jawa atas kerjasama antara penguasa local dengan ulama. Kerjasama itu akhirnya melahirkan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa.

M empert ahankan Proklamasi Kemerdekaan 1945-1949 dan Peranan Teuku Hamid Azw ar sebagai Pejuang, (Jakart a: Gramedia Pust aka Ut ama, 1998) h. 25-26.

35 M enurut Thk. A. K. Jakobi, Kerajaan Aceh t ermasuk salah satu dari lima kerajaan besar yang ada di Dunia Islam pada zamannya. Empat kerajaan lainnya adalah: (1) Kerajaan Islam Turki Usmani di Ist anbul (2)

Kerajaan Islam M aroko di Afrika Ut ara; (3) Kerajaan Islam di Isfahan di Timur Tengah; (4) Kerajaan Islam Agra di Anak benua India.

Raden Fatah adalah raja Demak pertama. Dalam menjalankan pemerintahan, ia dibantu oleh ulama (kemudian dikenal denga Wali Songo). Meski pun gagal, Pati Unus (pengganti Raden Fatah) menyerang Malaka yang dikuasai oleh Portugis (1512-1513).

Sultan Trenggono (pengganti Pati Unus) telah berhasil melakukan penyebaran Islam da menaklukan Sunda Kelapa, Majapahit, dan Tuban (sekitar 1527 M). daerah-daerah lain yang ditaklukan adalah Madiun, Blora, Surabaya, Pasuruan, Lamongan, Blitar, dan Kediri.

Setelah kerajaan Demak runtuh maka terdapat kerajaan mataram. Pada tahun 1619 ketika Mataram berada dibawah pemerintahan Sultan Agung Praktis seluruh Jawa Timur berada di bawah pemerintahan Islam. Mulai dari sinilah konflik-konflik bersenjata antara Mataram dan VOC mulai terjadi.

Di Jawa bagian barat, telah terdapat kerajaan Islam awal abad ke16 M yang didirikan oleh Syarif Hidayat yang lebih dikenal sebagai Sunan Gunung Jati. Kerajaan itu dikenal sebagai Kesultanan Cirebon. Dari Cirebon Sunan Gunung Jati menyebarkan Islam ke daerah-daerah lain di Jawa barat seperti Kawali (Galuh), Majalengka, Kuningan, Sunda Kelapa sampai Banten. Kemudian di teruskan oleh putranya yaitu Hasanuddin meluaskan ajaran Islam sampai Lampung dan Sumatera Selatan. Bangsawan Sunda juga banyak yang masuk Islam.

5. Maluku dan Sulawesi Penyebaran Islam mencapai Maluku mengikuti jalur perdagangan

mulai pertengahan akhir abad ke-15. Data-data lokal menunjukan adanya komunitas Muslim justru sejak masa sebelumnya. Raja Ternate ke 12 yaitu Molomateya (1350-1357) telah bersahabat dengan orang Arab untuk membuat kaligrafi pada kapalnya tetapi bukan berarti dia telah memeluk Islam. Raja Tidore telah menggunakan nama Islam, Hasan Shah, tetapi belum ada komunitas muslim yang besar.

Raja Zainal Abidin (1486-1500) dianggap sebagai raja pertama yang beragama Islam. Tertekan oleh perdaganga Muslim, raja lebih memilih belajar Islam ke Madrasah Giri. Sekembalinya ke Maluku diajaknya Tuhubahahul untuk ikut membantu menyebarkan Islam di kepulauan Maluku. Upaya Portugis untuk melakukan Kristenisasi terhalang. Kedatangan Portugis tahun 1522 memunculkan persaingan penyebaran agama Islam dengan Kristen tetapi usaha portugis tidak begitu berhasil.

Kekuata Islam di wilayah ini didukung oleh kerajaan Gowa dan Tallo yang menjalin hubungan baik dengan Ternate dan Giri di Gresik. Tradisi setempat turut mempercepat menyebarkan Islam. Konflik-konflik internal mulai terjadi seiring camput tangan Portugis dan Belanda. Demak dan Jepara menjadi sekutu kerajaan Hitu melawan kolonisasi Portugis di Ambon.

6. Kalimantan Islam di Kalimantan hampir sama dengan daerah lain, yaitu banyak

berkembang di daerah pesisir. Islam telah ada sejak abad ke-16 yang dianut oleh sebagian masyarakat Banjarmasin. Islam yang berkembang tidak lepas dari usaha yang dilakukan oleh kerajaan Islam di Jawa yaitu Demak sebagai syarat yang harus dipenuhi Banjarmasin untuk mendapatkan bantuan kekuatan melawan musuhnya.

Di pantai barat laut yang sekarang masuk ke wilayah Brunei, orang- orang spanyol telah menemukan kerajaan Islam ketika mereka mendarat di sana tahun 1521. Kemudian menyebar ke Sukadana di Kalimantan Barat pada tahun 1550 dibawa oleh orang-orang Islam dari Palembang. Tahun 1600 agama Islam telah menjadi agama umum rakyat di sepanjang pesisir setalah raja mereka memperistri putri kerajaan Demak pada tahun 1590. Seorang Syeikh dari Mekah bernama Syamsuddin datang ke Sukadana memberikan penghargaan kepada rajanya berupa Kitab Suci Al-Qur’an, cincin berukir, dan piagam serta pemberian gelar kehormatan sebagai

Sultan Muhammad Safiuddin. 36 Suku Idaan di Kalimantan bagian Utara memandang orang Islam

sebagai bangsa yang lebih mulia dari mereka sendiri. Suku Dayak sejak tahun 1671 sampai tahun 1764 telah banyak yang beralih memeluk agama Islam. Hal ini tidak terlepas dari masuknya bangsa-bangsa lain dari luar seperti Arab, Bugis, Melayu, Cina yag telah berlangsung sejak abad ke-7.

36 Arnold, The Preaching of, h. 341

Memang mayoritas Muslim Kalimantan adalah keturunan asingd an bukan penduduk asli. 37

7. Bali, Lombok, Sumbawa Islamisasi di Bali erat hubungannya dengan Jawa. Setelah runtuhnya

majapahit oleh Raden Patah, banyak bangsawan Hindu yang melarikan diri ke Bali (1481). Islam yang ada sedikit dan myoritasnya adalah pendatang. Masuknya Islam di Lombok khususnya pada bangsa sasak tidak lepas dari peranan mubaligh bangsa bugis yang telah banyak diislamkan oleh raja Bone. Kemudian bangsa bugis melalui perdagangan dan akibat dari perkawinan maka bangsa bugis yang muslim banyak menetap di Lombok.

Beralihnya orang sasak menjadi Islam membuat Lombok terbagi menjadi dua kelompok yang sangat bertentangan yaitu suku sasak dengan Islamnya dan suku Bali yang masih menganut Hindu. Pada abad ke-18 Bali justru mampu menguasai suku Sasak walaupun komunitas suku Sasak lebih besar. Ketidak seimbangan kekuatan menyebabkan Sasak meminta bantuan pada Belanda pada tahun 1894, barulah Islam dapat berkembang.

37 Harapan, Sedjarah Penjiaran, h. 42