Pondok Pesantren Raudhatul Hasanah

3.4 Pondok Pesantren Raudhatul Hasanah

Telah diketahui bahwa dunia pendidikan islam terus bertambah dan semangkin berkembang, terutama di Indonesia sendiri. Seperti...

Pada dasarnya pesantren mendidik para santrinya dengan ilmu agama Islam, agar mereka menjadi orang yang beriman kepada Allah Yang Maha Esa, berilmu agama yang mendalam dan beramal sesuai dengan tuntunan agamanya. Pesantren sebahagian besar terletak di pedesaan, yang di dalamnya Pada dasarnya pesantren mendidik para santrinya dengan ilmu agama Islam, agar mereka menjadi orang yang beriman kepada Allah Yang Maha Esa, berilmu agama yang mendalam dan beramal sesuai dengan tuntunan agamanya. Pesantren sebahagian besar terletak di pedesaan, yang di dalamnya

3.4.1 Sejarah dan perkembangan Wakaf menurut Undang-undang Wakaf Nomor 41 Tahun 2004

adalah perbuatan hukum wakaf untuk memisahkan dan atau menyerahkan sebagaian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan atau kesejahteraan umum menurut syariah. Pada awal perkembangan Islam macam-macam wakaf hanya terbatas pada benda yang tidak bergerak ataupun bertahan lama menurut zatnya namun melalui perkembangan sekarang wakaf tunai sudah termasuk jenis wakaf yang sudah diakui oleh umum. Sesuai dengan perkembangan kebutuhan umat wakaf tidak boleh didiamkan namun wakaf produktif di dalam pengelolaan harta wakaf harus sesuai dengan syariah dan hasilnya sepenuhnya digunakan untuk kesejahteraan dan adalah perbuatan hukum wakaf untuk memisahkan dan atau menyerahkan sebagaian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan atau kesejahteraan umum menurut syariah. Pada awal perkembangan Islam macam-macam wakaf hanya terbatas pada benda yang tidak bergerak ataupun bertahan lama menurut zatnya namun melalui perkembangan sekarang wakaf tunai sudah termasuk jenis wakaf yang sudah diakui oleh umum. Sesuai dengan perkembangan kebutuhan umat wakaf tidak boleh didiamkan namun wakaf produktif di dalam pengelolaan harta wakaf harus sesuai dengan syariah dan hasilnya sepenuhnya digunakan untuk kesejahteraan dan

Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah merupakan lembaga pendidikan wakaf, yang didirikan pada tahun 1982 dan telah resmi dicatat dalam akte notaries M. Djaidir, SH No. 29 tahun 1986 di Medan. Pesantren ini didirikan di atas lahan ± 80.000 M2 yang berlokasi di jalan Jamin Ginting Km. 11 Paya Bundung Simpang Selayang Medan Sumatera Utara. Dibuka program pendidikan formal pesantren sejak tahun 1986. Pada tahun 2005 diketahui jumlah santri dan santriwati sebanyak 2300 orang dibawah bimbingan 151 guru. Pada penerimaan santri dari tahun 2004-2010, tercatat lebih dari 900 calon santri pertahun yang mendaftar, namun yang dapat diterima hanya sebanyak 600 santri. memiliki jenjang pendidikan di antaranya yaitu, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), Madrasah Tsanawiyah (setingakat SMP), dan Madrasah Aliyah (Setingkat SMA).

Pesantren ini didirikan atas inisiatif tokoh-tokoh mayarakat, termasuk alim ulama setempat. Dalam susunan pengurusan yang berlaku sekarang terdapat 17 orang pengurusan, dengan susunan sebagai berikut : Musyrif, Ketua Umum, Ketua I, Ketua II, Sekretaris Umum, Sekretaris I, Bendahara Umum, Bendahara I, dan Anggota. Pada saat diresmikan tahun 1986, Pengurus Badan Wakaf Ar-Raudhatul Hasanah adalah sebagai berikut :

56 Joko Kuncoro : Badan Wakaf Pesant ren Ar-Raudhatul Hasanah Dalam Perspekt if Hukum Nasional, 2006.

Musyrif

: H. Hasan Tarigan : H. M. Arsyad Tarigan : Usman Husni, BA

Ketua Umum : dr. H. M. Mochtar Tarigan Ketua I

: H. Abdul Muthalib Sembiring, SH Ketua II

: Drs. H. M. Ardyan Tarigan Sekretaris Umum : Drs. H. M. Ilyas Tarigan Sekretaris I

: H. Goman Rusdy Pinem Sekretaris II

: Ir. H. Musa Sembiring

Bendahara Umum : dr. H. Hilaluddin Sembiring Bendahara I

: H. Panji Bahrum Tarigan

Anggota : Prof. Dr. drg. Hj. Moendyah Mochtar : H. Sya'ad Afifuddin Sembing, M.Sc : Ir. H. Sehat Keloko : H. Raja Syaf Tarigan : dr. H. Benyamin Tarigan : dr. H. Nurdin Ginting : dr. H. Ja'far Tarigan

Sejak dibentuk, telah terjadi pergantian anggota Badan Wakaf, karena telah banyak di antara mereka yang meninggal dunia atau sebab lainnya. Para anggota Badan Wakaf yang telah wafat adalah : H. Hasan Tarigan, H. M. Arsyad Tarigan, dr. H. M. Mochtar Tarigan, H. Panji Bahrum Tarigan, Ir. H. Musa Sembiring, H. Raja Syaf Tarigan, Drs. H.

M. Ardyan Tarigan, MM dan Prof. Dr. drg. Hj. Moendyah Mochtar. Meskipun sudah banyak pergantian, namun peremajaan kepengurusan belum pernah dilaksanakan, sehingga kepengurusan Badan Wakaf Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah hingga Februari 2011 adalah sebagai berikut : Musyrif

: Dr. KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA : H. Abdul Muthalib Sembiring, SH : dr. H. Benyamin Tarigan

Ketua Umum : Drs. H. Muhammad Ilyas Tarigan Ketua I

: Ir. H. Sehat Keloko

Ketua II : dr. H. Nurdin Ginting Sekretaris Umum : dr. H. Hilaluddin Sembiring Sekretaris I

: H. Goman Rusdy Pinem

Sekretaris II : Prof. Dr. H. Sya’ad Afifuddin S, M.Ec Bendahara I : Drs.H.Wahidin Tarigan, Ak Bendahara II : Drs. M. Amin Tarigan, Ak Anggota

: dr.H.Ja’far Tarigan, Sp.B, Sp.B DigK

: Dr.Ir.H.Ahmad Perwira Mulia Tarigan, M.Sc : Akhmad Tarigan, Amd : H.Abdul Aziz Tarigan, Lc : Ramadhan Sembiring, SE : Nur M. Ridha Tarigan, SE, MM

Yayasan menentukan kebijakan umum pesantren dan bertanggung jawab baik di luar maupun di dalam. Di samping itu ada Yayasan menentukan kebijakan umum pesantren dan bertanggung jawab baik di luar maupun di dalam. Di samping itu ada

Pengurus Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhahtul Hasanah Medan Sumatera Utara berlandaskan Surat Keputusan Badan Wakaf Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Nomor 02 Tahun 1999, Surat Keputusan Pimpinan Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Nomor 06 Tahun 2004 dan Anggaran Rumah Tangga Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah. Pengurus Pesantren yaitu:

Pimpinan : Drs. H.M. Ardyan Tarigan, MM Bidang Pendidikan : Drs. H. M. Ilyas Tarigan Bidang Keuangan : Drs. M.Amin Tarigan, Ak Direktur

: Drs. Syahid Marqum

Wakil Direktur

: Drs. Junaidi

Majlis Guru : Drs. Syahid Marqum ,Drs. Basron Sudarmanto, Drs. Maghfur Abdul Halim, Drs. Rasyidin Bina, Drs. Junaidi, H. Solihin Addin, S. Ag, H. Abdul Wahid Sulaiman, Lc, Agis Nirodi Hasbullah, S. Ag Sekretaris

: Carles Ginting, B. Hsc, Mukhlis Ihsan, Amd, Yenni Kurniawi Bendahara

: Supar Wasesa, SE., MM, Evi Nora J. Lingga, SE

Koordinator

1. Bidang Pendidikan :H. Abdul Wahid Sulaiman, Lc

2. Bidang Pengasuhan : Drs. Rasyidin Bina

1. Bidang Kesejahteraan : Drs. Basron Sudarmanto

2. Bidang Usaha Milik Pesantren : Agis Nirodi Hasbullah, S. Ag

3. Bidang Litbang : M. Subhan, S. Ag

3.4.2 Kehidupan Sehari-hari di Pesantren Dalam pesantren ini, kehidupan diatur menurut sebuah tata-tertib.

Sejak mulai bangun tidur, para santri dididik untuk mengikuti peraturan jam bangun, agar bisa mengikuti shalat subuh di mesjid secara berjamaah, dan disertai dengan membaca Al-Qur’an dan mempelajari bahan pelajaran hari itu. Setelah pulang dari mesjid mereka di wajibkan mengikuti kegiatan olah raga, berupa senam sekitar satu jam. Setelah itu dilanjutkan dengan persiapan masuk sekolah: mandi, memakai pakaian seragam sekolah, dan makan pagi.

Pada pukul tujuh tepat, bel berbunyi dan dimulailah kegiatan belajar mengajar di sekolah hingga pukul satu siang, diselingi dengan satu kali istirahat selama dua puluh menit. Kemudian dilakukanlah shalat dzuhur berjamaah di mesjid, setelah itu ketika bel makan siang berbunyi maka para santri pergi makan bersama di dapur umum. Setelah selesai makan siang, yaitu sekitar pukul dua maka santri di berikan waktu istirahat hingga waktu shalat ashar tiba, ketika tiba waktu Pada pukul tujuh tepat, bel berbunyi dan dimulailah kegiatan belajar mengajar di sekolah hingga pukul satu siang, diselingi dengan satu kali istirahat selama dua puluh menit. Kemudian dilakukanlah shalat dzuhur berjamaah di mesjid, setelah itu ketika bel makan siang berbunyi maka para santri pergi makan bersama di dapur umum. Setelah selesai makan siang, yaitu sekitar pukul dua maka santri di berikan waktu istirahat hingga waktu shalat ashar tiba, ketika tiba waktu

Selesai shalat ashar maka dilakukanlah kegiatan sosial dan olah raga oleh para santri hingga terdengar bunyi bel yang mengisyaratkan bahwa kegiatan di sore hari berheti dan di lanjutkan dengan kegiatan di Asrama, baik berupa mandi, mencuci, membersihkan asrama, hingga persiapan menuju ke mesjid untuk menunaikan shalat Maghrib berjamaah.

Selesai shalat magrib biasanya ada kegiatan mendengarkan ceramah singkat yang dilakukan santri yang telah di jadwalkan atau pengarahan-pengarahan dari pengasuh pondok. Setelah itu para santri keluar dari mesjid dan kembali ke asrama guna mempersiapkan diri untuk berangkat makan malam di dapur umum. Dan tiba waktu shalat isya para santri menunaikan ibadah shalat isya berjamaah di mesjid.

Sepulang shalat isya, maka dimulailah kegiatan akademis dalam bentuk belajar bersama pada waktu malam hari di kelas mereka masing- masing, mata pelajaran yang di bahas yaitu berupa bahan-bahan pelajaran besok pagi. Di sinilah santri diberi waktu untuk diskusi dengan teman-teman dalam membahas pelajaran sekolah dan mengerjakan tugas yang di berikan guru di kelas. Selesai mengadakan kegiatan belajar malam maka menjelang jam sepuluh tibalah masa Sepulang shalat isya, maka dimulailah kegiatan akademis dalam bentuk belajar bersama pada waktu malam hari di kelas mereka masing- masing, mata pelajaran yang di bahas yaitu berupa bahan-bahan pelajaran besok pagi. Di sinilah santri diberi waktu untuk diskusi dengan teman-teman dalam membahas pelajaran sekolah dan mengerjakan tugas yang di berikan guru di kelas. Selesai mengadakan kegiatan belajar malam maka menjelang jam sepuluh tibalah masa

Pembahasan tentang bentuk pendidikan pondok dengan segala kegiatan-kegiatanya baik yang bersifat akademis dan non akademis, atau intra dan ekstrakurikuler. Bukanlah kegiatan yang terjadi secara kebetulan, tapi diarahkan dalam rangka pecapaian tujuan tertentu.

Kegiatan akademis belajar di dalam ruangan kelas di luar waktu jam belajar formal, kursus sore dana belajar bersama di waktu malam setelah shalat isya yang diselenggarakan para santri umpanya, dapat dikategorikan kedala dua kemungkinan jenis kegiatan, yaitu kegiatan akademis atau juga kegiatan sosial. Kegiatan tersebut dapat menunjang kegiatan akademis pada waktu pagi, dalam rangka pencapaian tujuan akademis, tetapi sekaligus dapat memberikan pengalaman belajar dalam tercapainya tujuan-tujuan pengalaman dan sikap sosial. Pengalaman, kegiatan dan pembinaan sikap-sikap sosial ini diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya di masyarakat kelak, sesudah terjun ke dalam kehidupan masyarakat orang dewasa di dalam masyarakat.

Di samping kegiatan sosial yang bernilai akademis dan sebaliknya kegiatan akademis yang bernilai sosial, maka dapat dijumpai pula kegiatan-kegiatan sosial yang bertujuan kearah tercapainya tujuan- tujuan pendidikan sosial, sesuai azas kemasyarakatan pendidikanya, seperti organisasi pelajar, yang mengelola segala kegiatan-kegiatan di luar jam sekolah, termasuk kegiatan kesenian, olah raga, majalah Di samping kegiatan sosial yang bernilai akademis dan sebaliknya kegiatan akademis yang bernilai sosial, maka dapat dijumpai pula kegiatan-kegiatan sosial yang bertujuan kearah tercapainya tujuan- tujuan pendidikan sosial, sesuai azas kemasyarakatan pendidikanya, seperti organisasi pelajar, yang mengelola segala kegiatan-kegiatan di luar jam sekolah, termasuk kegiatan kesenian, olah raga, majalah

Nilai yang terkandung dalam segala kegiatan-kegiatan tersebut meliputi nilai sosial, keterampilan, kewargaan Negara, dan kepemimpinan dan nilai moral. Diharapkan juga dapat tercapainya pengembangan dan pembinaan sikap sosial di bidang kepemimpinan, koprasi, partisipasi dan tanggung jawab.

Segala kegiatan atau pengalaman belajar di atas akan medanapatkan tujuan yang diharapkan apabila dapat di jalankan dan di patuhi, dengan dilakasanakan sesuai prosedur yang telah dibuat dan laksanakan serta didukung dari berbagai pihak, khususnya para pengasuh pondok persantren. Dan diharapakan mereka tidak akan menerima pengaruh-pengaruh lain yang tidak menguntunkan selama dalam proses pembinaan. Dengan kata lain, bentuk pondok pesantren akan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada santri dalam mengadaka eksperimen sosial mereka, tanpa suatu yang merugikan.

Bagi para santri baru mungkin agak sulit melaksanakan peranturan seperti ini, karena cenderung berbeda dengan kegiatan-kegiatan yang biasa di lakukan di rumah. Seperti shalat yang di mesjid dan harus tepat waktu, bangun dan tidur yang tepat waktu dan lain-lain. Namun dengan seiring berjalanya waktu maka santri akan terbiasa.

3.4.3 Dasar dan tujuan pendidikannya Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah adalah balai pendidikan

yang berdasarkan keagamaan, dengan dasar, tujuan, dan pendidikan yang sesuai dengan ajaran agama Islam dan tradisi kebudayaan Indonesia dan diselenggarakan denga sistem pendidikan pengajaran modern, maka dasar-dasar pendidikan ini adalah berdasarkan tauhid, yaitu keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Sedangkan tujuan pendidikannya Secara umum mengacu kepada tujuan pendidikan nasional yang berlaku, khususnya pada jenjang pendidikan lanjutan pertama dan menengah dengan penekanan khusus pada upaya mempersiapkan santri yang: (a) Menguasi bekal-bekal kemampuan dasar keulamaan/kecendikiawanan, kepemimpinan dan keguruan. (b) Mau dan mampu mengembangkan bekal-bekal dasar tersebut secara mandiri, Dan (c) Siap mengamalkannya di tengah- tengah masyarakat dengan ikhlas, cerdas, dan beramal.

3.4.4 Sisetem Pengajaran Sekolah Disinilah letak salah satu perbedaan penting antara pendidikan

sistem pondok tradisional dengan sistem pendidikan modern pondok pesantren seperti pondok pesantren Raudhah, yaitu bahwa pada yang tradisioal menganut sistem individual sedangkan pada yang modern menganut sistem klasikal, yang terpimpin dan atau di organisir dalam bentuk penjenjangan kelas dan dalam jangka waktu .

Sebagaimana dikatakan oleh M. Arifin (1993), menyatakan bahwa proses belajar mengajar di sekolah pada hakikatnya adalah merupakan rangkaian proses komunikasi antara siswa dengan guru yang berlangsung atas dasar minat, bakat, dan kemampuan diri masing- masing siswa.

Demikian juga halnya dengan proses belajar mengajar yang terjadi di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan. Pendidikan dan pengajaran menekankan pada aspek kemampuan siswa untuk berkembang sesuai dengan minat, bakat yang dikomunikasikan oleh guru dengan cara yang mengedepankan potensi serta partisipasi dari siswa itu sendiri. Secara umum, proses belajar mengajar demikian dinamakan dengan transfer ilmu pengetahuan dan nilai-nilai dengan menggunakan kurikulum berbasis kompetensi.

Mata pelajaran yang disajikan di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan secara umum dapat diklasifikan menjadi dua bagian, yaitu: Mata pelajaran yang bercirikan agama, dan mata pelajaran yang bercirikan umum. Mata pelajaran agama berbasis kepada pelajaran-pelajaran Kitab Kuning dan kitab-kitab sejenis lainnya. Sementara mata pelajaran umum pada hakikatnya sama dengan mata pelajaran yang diberikan di tingkat sekolah menengah atas (SMA dan MA). Namun yang perlu diperjelas adalah baik mata pelajaran agama maupun mata pelajaran umum diajarkan dengan menggunakan kurikulum.

Berdasarkan kenyataan yang ditemui peneliti di lapangan menunjukkan kemampuan bahasa Arab dan bahasa Inggris yang dimiliki oleh para santri memang cukup menggembirakan, di mana dalam menjalankan aktivitas sehari-hari dan bahkan di dalam proses belajar mengajar mereka tetap menggunakan kedua bahasa tersebut sebagai alat komunikasi.