Tujuan Penulisan Pembatasan Masalah Metode Penulisan

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan mengangkat novel “Jangan Pergi Lara” sebagai judul kertas karya ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menyampaikan pesan yang terkandung dalam novel ini kepada pembaca 2. Untuk menambah wawasan atau pengetahuan penulis dan pembaca tentang isi novel 3. Sebagai syarat kelulusan program D3 Bahasa Jepang Universitas Sumatera Utara

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam menganalisis novel “Jangan Pergi Lara” ini penulis hanya membahas mengenai tema, penokohan, setting, dan alur cerita. Penulis tidak membahas mengenai gaya bahasa yang ada di dalam novel ini.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang di gunakan dalam penulisan kertas karya ini adalah metode pengumpulan data dan membaca buku-buku yang sesuai dengan judul yang akan di bahas. Kemudian menganalisis dan mendistribusikannya ke setiap bab dalam kertas karya ini. Universitas Sumatera Utara BAB II RINGKASAN CERITA Ada dua kewajiban yang paling di benci Lara yang harus di lakukannya setiap pagi. Lara harus mengemudi mobil ayahnya yang besar dan tua ke rumah sakit dan mengantarkan adik-adiknya ke sekolah. Karena sejak kecil Lina mengidap kelainan jantung, Lina sangat dimanja dan selalu didahulukan kalau memilih sesuatu oleh Bu Raharjo. Lina selalu bersikap lembut pada siapapun dan tidak pernah marah, terkadang Lara heran terbuat dari apa hati saudara kembarnya. Sedangkan Lara tidak bisa bersikap lembut. Sudah sejak kecil Lina belajar alat musik piano dan selalu menang di berbagai perlombaan. Sedangkan Lara tidak suka musik klasik, tetapi suka musik rok. Pak Raharjo sudah tidak bekerja lagi karena dikeluarkan dari perusahaannya, sehingga Bu Raharjo yang mencari nafkah untuk keluarganya dan mulai menjual berlian pada orang-orang kaya. Usaha Bu Raharjo sangat berkembang pesat, sehingga selalu pulang larut malam. Hari pertama masuk kelas bedah tulang Lara sudah merasa tidak nyaman. Setiap pagi Lara dan kelima temannya harus mengunjungi pasien bersama dosen pembimbing. Dokter Prapto terkenal sebagai dosen pembimbing yang paling kejam dan pelit di bagian bedah, tetapi tidak pelit dengan pujian untuk mahasiswanya yang pintar. Lara termasuk mahasiswa yang pintar di antara kelima temannya. Universitas Sumatera Utara Nyonya Tini Yuliati adalah pasien pertama Lara. Tini datang ke poliklinik untuk mengambil hasil pemeriksaan kakinya. Kemudian Dokter Prapto meminta Lara untuk mengambil hasil foto tulang di bagian radiology. Setelah Dokter Prapto melihat hasilnya lalu mengatakan bahwa Tini terkena kanker ganas tulang dan sudah mencapai stadium IIB dan harus segera di amputasi. Tini benar- benar terkejut, tetapi dia sangat tegar dan kuat menerima kenyataan ini. Atas saran para dokter Tini menyetujui kakinya di amputasi. Ketika Dokter Prapto sedang berdiskusi bersama mahasiswanya, tiba-tiba datang seorang laki-laki yang tinggi dan tampan masuk ke ruang rapat membuat Lara terdiam melihat ke tampanan laki-laki itu. Kemudian Dokter Prapto memperkenalkan laki-laki itu pada mahasiswanya. Dokter Adrian yang akan menangani operasi Tini Yuliati dan yang akan menjadi asistennya adalah Lara. Sejak pertama Lara bertemu dengannya, Lara sudah simpatik padanya. Ketika operasi bau tidak sedap menyiksa saraf penciumannya. Setelah sampai di rumah, Lina meminta Lara untuk mengantarkannya ke konser amal di sekolahnya, dengan terpaksa Lara harus mengantarkannya. Ketika konser berlangsung mata Lara yang setengah terpejam mengenali laki-laki yang baru saja datang dan duduk di sebelahnya, dan baru disadarinya bahwa laki-laki itu adalah Dakter Adrian. Seketika Lara menjadi tidak mengantuk lagi dan mereka pun saling menyapa. Setelah acara selesai Lara memperkenalkan Lina dengan Dokter Adrian dan mereka saling berjabat tangan. Dokter Adrian sangat menyukai musik klasik dan mengagumi permainan Lina. Universitas Sumatera Utara Malam ini Lara bertugas di unit gawat darurat, banyak pasien yang datang membuat para dokter dan orang yang bertugas menjadi sibuk. Tiba-tiba datang seorang pasien laki-laki yang sangat membutuhkan pertolongan dan di bajunya penuh dengan darah. Lara yang menangani pasien tersebut dan baru sekali ini Lara menemui pasien yang keras kepala dan selalu berbicara sesuka hati, pasien itu bernama Dedi Martondang. Tetapi Lara mengagumi dengan keberanian Dedi Martondang Sudah beberapa hari ini Lara merasa lutut kirinya sakit, tetapi tidak pernah di perdulikannya. Sejak kecil sakit tidak pernah membuatnya mengeluh, tetapi hari ini lututnya bertambah pegal dan Lara harus menyeret kakinya pulang. Ketika naik tangga menuju kamarnya Nieke, Pak Raharjo, dan Lina melihatnya dan Lara tidak pernah membiarkan orang yang dekat dengan dirinya ikut merasakan penderitaannya. Kemudian Pak Raharjo menyuruh Lara agar memeriksakannya ke dokter dan berjanji akan membelikan mobil yang bagus untuknya. Menjelang akhir kuliah kliniknya di bagian bedah, Lara harus mengucapkan selamat tinggal kepada pasiennya. Ada dua pasien Lara yang begitu berat untuk meninggalkannya. Dedi Martondang, pasien keras kepala dan selalu berbicara sesuka hati tetapi Lara sangat menyukai keberaniannya. Dan Tini Yuliati pasien pertamanya di poliklinik bedah, wanita yang baru berumur 19 tahun mengidap kanker ganas tulang. Tetapi hanya sebulan sesudah kakinya di amputasi, kankernya sudah menyebar ke paru-paru dan tidak ada harapan lagi. Walaupun hari-harinya dapat dihitung, Tini sangat kuat dan tegar. Ketika akhirnya Universitas Sumatera Utara waktu yang ditunggu itu tiba, mereka sama-sama meninggalkan bagian bedah tetapi Tini tidak pulang ke rumah, melainkan pulang ke rumah abadinya. Setelah Lara lulus di bagian bedah, hubungan Lara dengan Dokter Adrian semakin hari semakin dekat dan Dokter Adrian tidak malu lagi mengantar dan menjemput Lara pulang. Ketika Lara dan Lina sedang santai, Lara mencari tahu siapa laki-laki yang di sukainya. Ketika Lara menyampaikan pesan dari Dokter Adrian, Lina sangat bahagia mendengarnya. Lara sangat terkejut dan ternyata Lina diam-diam menyukai Dokter Adrian. Kemudian tanpa sepengetahuan Lara Bu Raharjo menjumpai Dokter Adrian dan memintanya agar menikahi Lina. Awalnya Dokter Adrian tidak setuju tetapi karena kasihan pada Lina, akhirnya Dokter Adrian setuju menikah dengan Lina. Setelah beberapa hari Dokter Adrian mengatakan hal ini pada Lara. Awalnya Lara sangat terkejut dan marah tetapi Dokter Adrian terus meyakinkan Lara dan akhirnya dengan berat hati dan rasa marah yang begitu besar Lara pun menyetujuinya dan memutuskan hubungan dengan Dokter Adrian. Lara sangat kecewa, marah, dan sedih dengan sikap Bu Raharjo tetapi Lara tidak bisa berbuat apa-apa. Lara mengalah demi Lina. Pernikahan Lina dengan Dokter Adrian berlangsung sangat meriah. Pada saat acara Lara tidak menunjukkan kesedihan di depan keluarganya dan para tamu, hanya Pak Raharjo yang mengerti perasaan Lara saat itu. Setelah beberapa bulan Dokter Adrian membawa Lina keluar negeri, karena ingin mencari pengobatan untuk Lina. Bagi Lara hal itu sangat membahagiakannya, dengan begitu dapat melupakan Dokter Adrian untuk selamanya. Universitas Sumatera Utara Ketika Lara sedang praktek di rumah sakit umum, tiba-tiba datang seorang pasien yang sangat di kenalnya. Dia seorang laki-laki muda yang sehat, tampan, dan mudah senyum, pasien itu bernama Dedi Martondang. Sebenarnya Dedi tidak sakit, dia hanya ingin mengajak Lara nonton bioskop. Setelah itu Dedi datang ke rumah Lara dengan membawa mobil mewah membuat Bu Raharjo mengijinkan mereka pergi. Keesokan harinya Dedi menelepon Lara dan mengatakan perasaannya. Awalnya Lara tidak percaya, tetapi Dedi meyakinkan Lara dan akhirnya Lara menerimanya menjadi kekasihnya. Setelah itu Pak Raharjo datang ke kamar Lara untuk memberikan sebuah kunci mobil. Larapun sangat senang dengan hadiah yang di berikan oleh ayahnya. Sejak beberapa hari terakhir ini rasa sakit mulai lagi menggerogoti lutut kirinya, sehingga memaksa Lara harus memeriksakannya di bagian radiology. Lara memeriksakannya pada Dokter Gunadi dan hasilnya akan di berikan besok. Ketika sampai di rumah Lara melihat Lina dan Dokter Adrian sedang duduk di ruang tamu bersama kedua orang tuanya, Lara sangat senang dengan kedatangan mereka. Ke esokan harinya Lara mengambil hasil pemeriksaannya, Dokter Gunadi mengatakan ada hal yang mengkhawatirkan, karena kurang jelas Dokter Gunadi melakukan pemeriksaan ulang. Ketika Lara datang ke ruangan Dokter Gunadi, Lara juga melihat Dokter Prapto dan Lara mulai khawatir dengan hasil pemeriksaannya. Setelah itu Dokter Prapto mengatakan bahwa Lara terkena kanker ganas tulang dan baru masuk stadium IB, tiba-tiba pandangan Lara gelap seolah-olah sudah berada di ambang kematian dan terlintas di pikirannya pasien Tini Yuliati yang juga terkena penyakit yang sama. Kemudian Dokter Prapto Universitas Sumatera Utara menyarankan agar kakinya segera di amputasi, Lara tidak setuju kakinya di amput asi. Di tengah perjalanan Lara terus mengeluarkan air mata. Ketika sampai di rumah Lara menjadi anak yang pendiam. Orang pertama diharapkan Lara yang mengetahui penyakitnya adalah Dedi Martondang sahabatnya sekaligus calon suaminya. Tetapi Dedi Martondang bukan orang yang tepat untuk berbagi duka, karena Dedi sangat sulit untuk di ajak serius. Apalagi malam ini Dedi Martondang sangat bahagia karena baru saja menjadi wakil direktur di perusahaan mobil milik keluarganya dan akan ditugaskan beberapa hari di seoul. Sudah beberapa kali Lara mencoba mengatakan penyakitnya pada keluarganya tetapi selalu gagal. Ke esokan harinya Lara datang ke ruangan Dokter Prapto dan mengatakan setuju kakinya di amputasi dan akan memakai kaki palsu. Di waktu yang bersamaan Lina meminta Dokter Adrian untuk bertemu dengan Lara, karena Lina terus saja bermimpi tentang Lara. Setelah sampai di rumah Lina langsung menanyakan keadaan kaki Lara, tetapi Lara tidak ingin Lina tahu tentang penyakitnya dan mengatakan kakinya baik-baik saja. Setelah mereka pulang, Pak Raharjo menanyakan hasil pemeriksaan kakinya. Lara melihat Pak Raharjo dengan wajah yang sedih lalu mengatakan bahwa dirinya terkena kanker ganas tulang dan harus segera di amputasi. Pak Raharjo sangat terkejut dan sedih melihat anaknya yang begitu kuat ternyata saat ini sedang sakit parah, air mata Pak Raharjo keluar deras membanjiri wajahnya. Kemudian Bu Raharjo pulang melihat suami dan anaknya sedang bersedih, kemudian Lara langsung merangkul Bu Raharjo sambil menangis. Bu Raharjo berpikir Lina yang sakit, tetapi Pak Universitas Sumatera Utara Raharjo berteriak dan mengatakan Lara terkena kanker ganas tulang dan harus segera di amputasi. Bu Raharjo terkejut dan melihat Lara seolah-olah tidak percaya putrinya terkena penyakit yang sangat berbahaya. Lara tidak kuat mendengar suara tangisan Pak Raharjo dan meninggalkan kedua orang tua dan adiknya menuju kamarnya. Sudah larut malam, Nieke masuk ke kamar Lara dan tidur di sampingnya. Menjelang pagi, Bu Raharjo masuk ke kamar Lara dan memandang wajah anaknya dalam kegelapan. Setelah Lara merasakan air yang jatuh ke tangannya, Lara bangun dan melihat Bu Raharjo sedang menangis tanpa suara. Dan hari itu untuk pertama kalinya Lara merasakan kasih sayang yang paling lembut dari seorang ibu. Menjelang operasi atas permintaan Lara, Dedi Martondang dan Lina tidak di beritahu dan semua harus di lakukan seperti biasa. Dokter Prapto yang akan menangani operasi Lara. Ketika masuk gedung rumah sakit Lara sangat takut, tetapi selalu menyembunyikan ketakutan di depan keluarganya. Ketika suster mulai memberikan obat bius Lara terus memandang kakinya, pelan-pelan matanya tertutup dan tidak sadar lagi. Ketika operasi Bu Raharjo terus berdo’a untuk purinya, begitu juga dengan Pak Raharjo dan Nieke. Lina terus meminta Dokter Adrian untuk bertemu dengan Lara, karena mereka tidak ingin Lina tahu, akhirnya Dokter Adrian mengajak Lina pulang ke jerman. Setelah operasi sedikit demi sedikit kesadaran Lara mulai kembali dan melihat keluarganya berada di sampingnya. Setelah obat biusnya habis, Lara merasa kesakitan di kakinya. Karena tidak tahan lagi Lara menangis dan membuat Universitas Sumatera Utara keluarganya ikut bersedih. Nieke mengusap-usap kakinya pelan-pelan dan sakitnya mulai berkurang. Kemudian Lara meminta Nieke mengusap kakinya sampai bawah dan Niekepun langsung menangis. Lara heran melihat adiknya menangis dan langsung membuka selimut di kakinya. Ketika melihat kakinya yang sudah setengah, Lara langsung berteriak membuat keluarganya tambah bersedih. Hanya Bu Raharjo yang masih tegar dan kuat menahan air matanya agar tidak keluar. Sekarang Bu Raharjo harus berjuang untuk mengembalikan mental purtinya. Sudah dua hari ini Lara berbaring di tempat tidur. Perlahan-lahan lukanya mulai sembuh dan kondisinya mulai membaik. Sedikit demi sedikit Lara mulai menemukan kembali dirinya dan kepribadiannya. Lara tidak lagi menyesali keadaannya. Ketika Dedi melihatnya di rumah sakit, Lara tidak memperlihatkan kesedihannya dan menyambut kedatangan Dedi seperti biasa. Setelah itu Lara menceritakan keadaannya, dan Dedi tidak pernah mempermasalahkannya. Apapun yang terjadi pada kekasihnya Dedi Martondang tidak akan pernah mundur dan tetap menginginkan Lara menjadi istrinya. Itu membuat Lara sangat bersyukur mendapatkan kekasih seperti Dedi Martondang. Karena lukanya belum begitu sembuh, Lara harus memakai kursi roda dan belum di perbolehkan memakai kaki palsu. Lara masih harus menjalani pemeriksaan lebih lanjut untuk mencegah kankernya. Sedangkan Dedi Martondang sibuk menyiapkan acara pernikahan mereka. Karena Dokter Adrian dan Lina tidak bisa hadir,mereka menelepon dari jerman dan mengucapkan selamat atas pernikahannya. Lara Silvani dan Dedi Martondang sangat bahagia dengan pernikahannya. Universitas Sumatera Utara BAB III ANALISIS CERITA

3.1 Tema