Jangan Pergi Lara No Shousetsu No Bunseki

(1)

JANGAN PERGI LARA NO SHOUSETSU NO BUNSEKI

KERTAS KARYA Dikerjakan

O l e h

SYAFNATUNNAJAH NIM 062203063

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI D3 BAHASA JEPANG MEDAN


(2)

JANGAN PERGI LARA NO SHOUSETSU NO BUNSEKI

KERTAS KARYA Dikerjakan

O l e h

SYAFNATUNNAJAH NIM 062203063

Pembimbing, Pembaca,

Zulnaidi, SS, M.Hum Rani Arfianty, SS NIP 132316223 NIP 132307627

Kertas karya ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Falkultas Sastra USU Medan, untuk melengkapi salah satu Syarat Ujian Diploma III Bidang Studi Bahasa Jepang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM PROGRAM STUDI D3 BAHASA JEPANG MEDAN


(3)

Disetujui Oleh :

Program Diploma Sastra dan Budaya Fakultas Sastra

Univesitas Sumatera Utara Medan

Program Studi D3 Bahasa Jepang Ketua,

Adriana Hasibuan, S.S.,M.Hum. NIP 131662152


(4)

PENGESAHAN

Diterima oleh :

Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III Bidang Studi Bahasa Jepang

Pada : Tanggal : Hari :

Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Drs. Syaifuddin, M.A.,Ph.D. NIP 132098531

Panitia :

No. Nama Tanda Tangan

1. Adriana Hasibuan, S.S.,M.Hum (……….)


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya yang berjudul JANGAN PERGI LARA. Meskipun banyak kesulitan dalam penulisan kertas karya ini, karena pengetahuan penulis yang terbatas, tetapi berkat bimbingan, bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, maka penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.

Dalam penulisan kertas karya ini, penulis banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan kertas karya ini, terutama kepada :

1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A., selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Adriana Hasibuan, S.S., Ph.D., selaku Ketua Program Studi D3

Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Zunaidi S.S., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing yang dengan

ikhlas meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sampai kertas karya ini dapat diselesaikan.

4. Ibu Rani Arfianty S.S., selaku Dosen Pembaca

5. Bapak Drs. Amin Sihombing, selaku Dosen Wali

6. Seluruh staff Pengajar Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Sastra


(6)

7. Ayahanda Zainal Arifin, Ibunda Hartini, Kakak, Abang, serta seluruh keluarga besar penulis yang tersayang.

8. Teman-teman Fakultas Sastra D3 Bahasa Jepang stambuk 06 dan

sahabat-sahabatku Alya, Inda, Lily, Juli, Sarifa, Agnes, Cori, dan Kak Eka.

9. Teman-teman Ade, Maysita yang telah memberikan banyak dukungan

Tiada lain harapan penulis semoga Allah SWT memberikan rahmatNya kepada semua pihak yang disebutkan diatas.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih untuk semua bantuan dan dukungannya selama ini. Mudah-mudahan kertas karya ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2009 Penulis

062203063 SYAFNATUNNAJAH


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1. Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2. Tujuan Penulisan... 2

1.3. Pembatasan Masalah ... 2

1.4. Metode Penelitian ... 2

BAB II : RINGKASAN CERITA ... 3

BAB III : ANALISIS CERITA ...12

3.1. Tema ...12

3.2. Penokohan ...12

3.3. Setting ...14

3.4. Alur Cerita ...14

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN ...15

4.1. Kesimpulan ...15

4.2. Saran ...15 DAFTAR PUSTAKA


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Novel “Jangan Pergi Lara” merupakan novel yang menceritakan tentang gadis kembar yang bernama Lara dan Lina. Kedua gadis ini sama-sama mengidap penyakit yang berbahaya. Lina sudah sejak kecil mengidap kelainan jantung dan selalu di istimewakan. Sedangkan Lara setelah selesai kuliah penyakit kanker ganas tulang mulai menggerogoti kaki kirinya. Ketika Lara tahu tentang penyakitnya sedikitpun Lara tidak ingin dikasihani dan diistimewakan dan berusaha bersikap tegar dan kuat. Dalam novel ini juga menceritakan tentang percintaan kakak beradik yang bernama Lara dan Lina dengan seorang dokter yang bernama Adrian Riupassa.

Cerita ketegaran dan percintaan Lara Silvani mengingatkan kita untuk memiliki sikap keberanian, rela berkorban, dan prinsip yang kuat. Cerita ini mudah di mengerti oleh para remaja. Namun novel ini bukan hanya untuk para remaja saja, melainkan orang dewasapun dapat menikmatinya. Meskipun di dalam novel ini ada kata-kata asing yang tidak dimengerti oleh pembaca, kita dapat melihat di akhir cerita ada tertulis “Keterangan Istilah Asing“, di situlah kita dapat mengerti dan mempelajari kata-kata asing yang belum kita ketahui.

Berdasarkan hal itu penulis tertarik untuk menganalisis cerita novel “Jangan Pergi Lara” karya Mira W. ke dalam kertas karya ini.


(9)

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan mengangkat novel “Jangan Pergi Lara” sebagai judul kertas karya ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menyampaikan pesan yang terkandung dalam novel ini

kepada pembaca

2. Untuk menambah wawasan atau pengetahuan penulis dan pembaca

tentang isi novel

3. Sebagai syarat kelulusan program D3 Bahasa Jepang Universitas

Sumatera Utara

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam menganalisis novel “Jangan Pergi Lara” ini penulis hanya membahas mengenai tema, penokohan, setting, dan alur cerita. Penulis tidak membahas mengenai gaya bahasa yang ada di dalam novel ini.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang di gunakan dalam penulisan kertas karya ini adalah metode pengumpulan data dan membaca buku-buku yang sesuai dengan judul yang akan di bahas. Kemudian menganalisis dan mendistribusikannya ke setiap bab dalam kertas karya ini.


(10)

BAB II

RINGKASAN CERITA

Ada dua kewajiban yang paling di benci Lara yang harus di lakukannya setiap pagi. Lara harus mengemudi mobil ayahnya yang besar dan tua ke rumah sakit dan mengantarkan adik-adiknya ke sekolah. Karena sejak kecil Lina mengidap kelainan jantung, Lina sangat dimanja dan selalu didahulukan kalau memilih sesuatu oleh Bu Raharjo. Lina selalu bersikap lembut pada siapapun dan tidak pernah marah, terkadang Lara heran terbuat dari apa hati saudara kembarnya. Sedangkan Lara tidak bisa bersikap lembut. Sudah sejak kecil Lina belajar alat musik piano dan selalu menang di berbagai perlombaan. Sedangkan Lara tidak suka musik klasik, tetapi suka musik rok. Pak Raharjo sudah tidak bekerja lagi karena dikeluarkan dari perusahaannya, sehingga Bu Raharjo yang mencari nafkah untuk keluarganya dan mulai menjual berlian pada orang-orang kaya. Usaha Bu Raharjo sangat berkembang pesat, sehingga selalu pulang larut malam.

Hari pertama masuk kelas bedah tulang Lara sudah merasa tidak nyaman. Setiap pagi Lara dan kelima temannya harus mengunjungi pasien bersama dosen pembimbing. Dokter Prapto terkenal sebagai dosen pembimbing yang paling kejam dan pelit di bagian bedah, tetapi tidak pelit dengan pujian untuk mahasiswanya yang pintar. Lara termasuk mahasiswa yang pintar di antara kelima temannya.


(11)

Nyonya Tini Yuliati adalah pasien pertama Lara. Tini datang ke poliklinik untuk mengambil hasil pemeriksaan kakinya. Kemudian Dokter Prapto meminta Lara untuk mengambil hasil foto tulang di bagian radiology. Setelah Dokter Prapto melihat hasilnya lalu mengatakan bahwa Tini terkena kanker ganas tulang dan sudah mencapai stadium IIB dan harus segera di amputasi. Tini benar-benar terkejut, tetapi dia sangat tegar dan kuat menerima kenyataan ini. Atas saran para dokter Tini menyetujui kakinya di amputasi. Ketika Dokter Prapto sedang berdiskusi bersama mahasiswanya, tiba-tiba datang seorang laki-laki yang tinggi dan tampan masuk ke ruang rapat membuat Lara terdiam melihat ke tampanan laki-laki itu. Kemudian Dokter Prapto memperkenalkan laki-laki itu pada mahasiswanya. Dokter Adrian yang akan menangani operasi Tini Yuliati dan yang akan menjadi asistennya adalah Lara. Sejak pertama Lara bertemu dengannya, Lara sudah simpatik padanya. Ketika operasi bau tidak sedap menyiksa saraf penciumannya.

Setelah sampai di rumah, Lina meminta Lara untuk mengantarkannya ke konser amal di sekolahnya, dengan terpaksa Lara harus mengantarkannya. Ketika konser berlangsung mata Lara yang setengah terpejam mengenali laki-laki yang baru saja datang dan duduk di sebelahnya, dan baru disadarinya bahwa laki-laki itu adalah Dakter Adrian. Seketika Lara menjadi tidak mengantuk lagi dan mereka pun saling menyapa. Setelah acara selesai Lara memperkenalkan Lina dengan Dokter Adrian dan mereka saling berjabat tangan. Dokter Adrian sangat menyukai musik klasik dan mengagumi permainan Lina.


(12)

Malam ini Lara bertugas di unit gawat darurat, banyak pasien yang datang membuat para dokter dan orang yang bertugas menjadi sibuk. Tiba-tiba datang seorang pasien laki-laki yang sangat membutuhkan pertolongan dan di bajunya penuh dengan darah. Lara yang menangani pasien tersebut dan baru sekali ini Lara menemui pasien yang keras kepala dan selalu berbicara sesuka hati, pasien itu bernama Dedi Martondang. Tetapi Lara mengagumi dengan keberanian Dedi Martondang

Sudah beberapa hari ini Lara merasa lutut kirinya sakit, tetapi tidak pernah di perdulikannya. Sejak kecil sakit tidak pernah membuatnya mengeluh, tetapi hari ini lututnya bertambah pegal dan Lara harus menyeret kakinya pulang. Ketika naik tangga menuju kamarnya Nieke, Pak Raharjo, dan Lina melihatnya dan Lara tidak pernah membiarkan orang yang dekat dengan dirinya ikut merasakan penderitaannya. Kemudian Pak Raharjo menyuruh Lara agar memeriksakannya ke dokter dan berjanji akan membelikan mobil yang bagus untuknya.

Menjelang akhir kuliah kliniknya di bagian bedah, Lara harus mengucapkan selamat tinggal kepada pasiennya. Ada dua pasien Lara yang begitu berat untuk meninggalkannya. Dedi Martondang, pasien keras kepala dan selalu berbicara sesuka hati tetapi Lara sangat menyukai keberaniannya. Dan Tini Yuliati pasien pertamanya di poliklinik bedah, wanita yang baru berumur 19 tahun mengidap kanker ganas tulang. Tetapi hanya sebulan sesudah kakinya di amputasi, kankernya sudah menyebar ke paru-paru dan tidak ada harapan lagi.


(13)

waktu yang ditunggu itu tiba, mereka sama-sama meninggalkan bagian bedah tetapi Tini tidak pulang ke rumah, melainkan pulang ke rumah abadinya.

Setelah Lara lulus di bagian bedah, hubungan Lara dengan Dokter Adrian semakin hari semakin dekat dan Dokter Adrian tidak malu lagi mengantar dan menjemput Lara pulang. Ketika Lara dan Lina sedang santai, Lara mencari tahu siapa laki-laki yang di sukainya. Ketika Lara menyampaikan pesan dari Dokter Adrian, Lina sangat bahagia mendengarnya. Lara sangat terkejut dan ternyata Lina diam-diam menyukai Dokter Adrian. Kemudian tanpa sepengetahuan Lara Bu Raharjo menjumpai Dokter Adrian dan memintanya agar menikahi Lina. Awalnya Dokter Adrian tidak setuju tetapi karena kasihan pada Lina, akhirnya Dokter Adrian setuju menikah dengan Lina. Setelah beberapa hari Dokter Adrian mengatakan hal ini pada Lara. Awalnya Lara sangat terkejut dan marah tetapi Dokter Adrian terus meyakinkan Lara dan akhirnya dengan berat hati dan rasa marah yang begitu besar Lara pun menyetujuinya dan memutuskan hubungan dengan Dokter Adrian. Lara sangat kecewa, marah, dan sedih dengan sikap Bu Raharjo tetapi Lara tidak bisa berbuat apa-apa. Lara mengalah demi Lina.

Pernikahan Lina dengan Dokter Adrian berlangsung sangat meriah. Pada saat acara Lara tidak menunjukkan kesedihan di depan keluarganya dan para tamu, hanya Pak Raharjo yang mengerti perasaan Lara saat itu. Setelah beberapa bulan Dokter Adrian membawa Lina keluar negeri, karena ingin mencari pengobatan untuk Lina. Bagi Lara hal itu sangat membahagiakannya, dengan begitu dapat melupakan Dokter Adrian untuk selamanya.


(14)

Ketika Lara sedang praktek di rumah sakit umum, tiba-tiba datang seorang pasien yang sangat di kenalnya. Dia seorang laki-laki muda yang sehat, tampan, dan mudah senyum, pasien itu bernama Dedi Martondang. Sebenarnya Dedi tidak sakit, dia hanya ingin mengajak Lara nonton bioskop. Setelah itu Dedi datang ke rumah Lara dengan membawa mobil mewah membuat Bu Raharjo mengijinkan mereka pergi. Keesokan harinya Dedi menelepon Lara dan mengatakan perasaannya. Awalnya Lara tidak percaya, tetapi Dedi meyakinkan Lara dan akhirnya Lara menerimanya menjadi kekasihnya. Setelah itu Pak Raharjo datang ke kamar Lara untuk memberikan sebuah kunci mobil. Larapun sangat senang dengan hadiah yang di berikan oleh ayahnya.

Sejak beberapa hari terakhir ini rasa sakit mulai lagi menggerogoti lutut kirinya, sehingga memaksa Lara harus memeriksakannya di bagian radiology. Lara memeriksakannya pada Dokter Gunadi dan hasilnya akan di berikan besok. Ketika sampai di rumah Lara melihat Lina dan Dokter Adrian sedang duduk di ruang tamu bersama kedua orang tuanya, Lara sangat senang dengan kedatangan mereka. Ke esokan harinya Lara mengambil hasil pemeriksaannya, Dokter Gunadi mengatakan ada hal yang mengkhawatirkan, karena kurang jelas Dokter Gunadi melakukan pemeriksaan ulang. Ketika Lara datang ke ruangan Dokter Gunadi, Lara juga melihat Dokter Prapto dan Lara mulai khawatir dengan hasil pemeriksaannya. Setelah itu Dokter Prapto mengatakan bahwa Lara terkena kanker ganas tulang dan baru masuk stadium IB, tiba-tiba pandangan Lara gelap seolah-olah sudah berada di ambang kematian dan terlintas di pikirannya pasien


(15)

menyarankan agar kakinya segera di amputasi, Lara tidak setuju kakinya di amput asi.

Di tengah perjalanan Lara terus mengeluarkan air mata. Ketika sampai di rumah Lara menjadi anak yang pendiam. Orang pertama diharapkan Lara yang mengetahui penyakitnya adalah Dedi Martondang sahabatnya sekaligus calon suaminya. Tetapi Dedi Martondang bukan orang yang tepat untuk berbagi duka, karena Dedi sangat sulit untuk di ajak serius. Apalagi malam ini Dedi Martondang sangat bahagia karena baru saja menjadi wakil direktur di perusahaan mobil milik keluarganya dan akan ditugaskan beberapa hari di seoul. Sudah beberapa kali Lara mencoba mengatakan penyakitnya pada keluarganya tetapi selalu gagal.

Ke esokan harinya Lara datang ke ruangan Dokter Prapto dan mengatakan setuju kakinya di amputasi dan akan memakai kaki palsu. Di waktu yang bersamaan Lina meminta Dokter Adrian untuk bertemu dengan Lara, karena Lina terus saja bermimpi tentang Lara. Setelah sampai di rumah Lina langsung menanyakan keadaan kaki Lara, tetapi Lara tidak ingin Lina tahu tentang penyakitnya dan mengatakan kakinya baik-baik saja. Setelah mereka pulang, Pak Raharjo menanyakan hasil pemeriksaan kakinya. Lara melihat Pak Raharjo dengan wajah yang sedih lalu mengatakan bahwa dirinya terkena kanker ganas tulang dan harus segera di amputasi. Pak Raharjo sangat terkejut dan sedih melihat anaknya yang begitu kuat ternyata saat ini sedang sakit parah, air mata Pak Raharjo keluar deras membanjiri wajahnya. Kemudian Bu Raharjo pulang melihat suami dan anaknya sedang bersedih, kemudian Lara langsung merangkul Bu Raharjo sambil menangis. Bu Raharjo berpikir Lina yang sakit, tetapi Pak


(16)

Raharjo berteriak dan mengatakan Lara terkena kanker ganas tulang dan harus segera di amputasi. Bu Raharjo terkejut dan melihat Lara seolah-olah tidak percaya putrinya terkena penyakit yang sangat berbahaya. Lara tidak kuat mendengar suara tangisan Pak Raharjo dan meninggalkan kedua orang tua dan adiknya menuju kamarnya.

Sudah larut malam, Nieke masuk ke kamar Lara dan tidur di sampingnya. Menjelang pagi, Bu Raharjo masuk ke kamar Lara dan memandang wajah anaknya dalam kegelapan. Setelah Lara merasakan air yang jatuh ke tangannya, Lara bangun dan melihat Bu Raharjo sedang menangis tanpa suara. Dan hari itu untuk pertama kalinya Lara merasakan kasih sayang yang paling lembut dari seorang ibu.

Menjelang operasi atas permintaan Lara, Dedi Martondang dan Lina tidak di beritahu dan semua harus di lakukan seperti biasa. Dokter Prapto yang akan menangani operasi Lara. Ketika masuk gedung rumah sakit Lara sangat takut, tetapi selalu menyembunyikan ketakutan di depan keluarganya. Ketika suster mulai memberikan obat bius Lara terus memandang kakinya, pelan-pelan matanya tertutup dan tidak sadar lagi. Ketika operasi Bu Raharjo terus berdo’a untuk purinya, begitu juga dengan Pak Raharjo dan Nieke. Lina terus meminta Dokter Adrian untuk bertemu dengan Lara, karena mereka tidak ingin Lina tahu, akhirnya Dokter Adrian mengajak Lina pulang ke jerman.

Setelah operasi sedikit demi sedikit kesadaran Lara mulai kembali dan melihat keluarganya berada di sampingnya. Setelah obat biusnya habis, Lara


(17)

keluarganya ikut bersedih. Nieke mengusap-usap kakinya pelan-pelan dan sakitnya mulai berkurang. Kemudian Lara meminta Nieke mengusap kakinya sampai bawah dan Niekepun langsung menangis. Lara heran melihat adiknya menangis dan langsung membuka selimut di kakinya. Ketika melihat kakinya yang sudah setengah, Lara langsung berteriak membuat keluarganya tambah bersedih. Hanya Bu Raharjo yang masih tegar dan kuat menahan air matanya agar tidak keluar. Sekarang Bu Raharjo harus berjuang untuk mengembalikan mental purtinya.

Sudah dua hari ini Lara berbaring di tempat tidur. Perlahan-lahan lukanya mulai sembuh dan kondisinya mulai membaik. Sedikit demi sedikit Lara mulai menemukan kembali dirinya dan kepribadiannya. Lara tidak lagi menyesali keadaannya. Ketika Dedi melihatnya di rumah sakit, Lara tidak memperlihatkan kesedihannya dan menyambut kedatangan Dedi seperti biasa. Setelah itu Lara menceritakan keadaannya, dan Dedi tidak pernah mempermasalahkannya. Apapun yang terjadi pada kekasihnya Dedi Martondang tidak akan pernah mundur dan tetap menginginkan Lara menjadi istrinya. Itu membuat Lara sangat bersyukur mendapatkan kekasih seperti Dedi Martondang.

Karena lukanya belum begitu sembuh, Lara harus memakai kursi roda dan belum di perbolehkan memakai kaki palsu. Lara masih harus menjalani pemeriksaan lebih lanjut untuk mencegah kankernya. Sedangkan Dedi Martondang sibuk menyiapkan acara pernikahan mereka. Karena Dokter Adrian dan Lina tidak bisa hadir,mereka menelepon dari jerman dan mengucapkan selamat atas pernikahannya. Lara Silvani dan Dedi Martondang sangat bahagia dengan pernikahannya.


(18)

BAB III

ANALISIS CERITA

3.1 Tema

Novel ini menceritakan tentang seorang gadis kembar yang bernama Lara dan Lina yang sama-sama mengidap penyakit yang sangat berbahaya. Lina sudah sejak kecil mengidap kelainan jantung, sedangkan Lara setelah selesai kuliah penyakit kanker ganas tulang mulai menggerogoti kakinya. Ketika Lara mengetahui tentang penyakitnya, Lara sangat kuat, tegar, dan tidak ingin di istimewakan oleh siapapun. Ketika keluarganya mengetahui tentang penyakit Lara yang sangat terpukul adalah Bu Raharjo. Semua keluarga dan temannya tidak percaya Lara yang begitu kuat dan tidak pernah sakit ternyata saat ini terkena penyakit yang sangat berbahaya.

3.2 Penokohan

1. Lara Silvani adalah seorang wanita yang memiliki sikap ketegaran, kuat, dan tidak suka di kasihani oleh siapapun karena penyakitnya. Lara juga seorang dokter wanita muda yang pintar di bagian bedah. Selain itu Lara juga seorang kakak yang baik untuk adik-adiknya.

2. Lina Savitri adalah seorang gadis yang sangat lembut, anggun, dan


(19)

penyakit yang dialaminya sejak kecil. Selain itu Lina sangat berbakat memainkan alat musik piano.

3. Dokter Adrian Riupassa adalah mantan kekasih Lara Silvani. Dia

adalah seorang dokter bedah Lara yang sangat pintar, baik, dan tampan. Sekarang menjadi suami Lina saudara kembarnya.

4. Dedi Martondang adalah kekasih Lara. Dedi tidak pernah

mempermasalahkan tentang penyakit kekasihnya. Dia juga bekerja sebagai wakil direktur di perusahaan mobil milik keluarganya.

5. Pak Raharjo adalah seorang ayah yang baik dan mengerti saat anaknya sedang bersedih dan susah.

6. Bu Raharjo adalah seorang ibu yang sangat kuat dan tegar menghadapi keadaan putri kembarnya yang mengidap penyakit berbahaya.

7. Nieke adalah seorang anak yang selalu ada di saat keluarganya sangat membutuhkannya.

8. Dokter Prapto adalah seorang dokter bedah dan dosen pembimbing

yang sangat kejam dan pelit dalam hal nilai, tetapi tidak pelit untuk mahasiswanya yang pintar.

9. Tini Yuliati adalah seorang pasien yang sangat kuat dan tegar


(20)

3.3 Setting

Tempat terjadi kejadian cerita novel “Jangan Pergi Lara” ini sebagian besar berada Di Jakarta. Sebagian lainnya berada di poliklinik bedah dan setelah Lara lulus dia di tugaskan di rumah sakit umum.

3.4 Alur Cerita

Alur cerita dari novel “Jangan Pergi Lara” ini adalah maju mundur. Di awali dengan pertemuan menjadi percintaan yang hanya sebentar saja dan menghadapi kenyataan sulit. Cerita ini di mulai dengan menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi sekarang, kemudian menceritakan peristiwa yang terjadi di masa lalu. Lalu mencapai klimaksnya dan setelah itu penyelesaian.


(21)

BAB 1V

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Kesetiaan memerlukan kepercayaan dan pengorbanan. Kita harus berkorban demi cinta sejati dan selalu menerima apa yang sudah di berikan meskipun itu sulit di lakukan. Namun cinta sejati tiada artinya jika kita menunjukkan sikap keegoisan, dan tidak memiliki sikap yang ragu dan mengecewakan kepada pasangan kita. Sehingga untuk memperoleh cinta sejati itu membutuhkan suatu keyakinan dan kesetiaan.

4.2. Saran

1. Penulis mengharapkan kepada para pembaca supaya mengerti makna

cerita yang sebenarnya, karena cinta merupakan suatu anugrah dari Tuhan yang patut kita jalani, dengan keyakinan, dan pengorbanan. 2. Supaya kertas karya bermanfaat bagi penulis dan pembaca.


(22)

DAFTAR PUSTAKA

Mira W. 1998. Jangan Pergi Lara. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Selatan.

Putri Minerva Mutiara, Eris Yetti, Yeni Mulyani. 1998. Analisis Struktur novel Indonesia Modern 1930-1939, Jakarta.

Sukapiring Peraturan, Gustaf Sitepu. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang di sempurnakan. Fakultas Sastra Usu, Medan.

Suroto. 1989. Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia. Penerbit Erlangga, Jakarta.


(1)

keluarganya ikut bersedih. Nieke mengusap-usap kakinya pelan-pelan dan sakitnya mulai berkurang. Kemudian Lara meminta Nieke mengusap kakinya sampai bawah dan Niekepun langsung menangis. Lara heran melihat adiknya menangis dan langsung membuka selimut di kakinya. Ketika melihat kakinya yang sudah setengah, Lara langsung berteriak membuat keluarganya tambah bersedih. Hanya Bu Raharjo yang masih tegar dan kuat menahan air matanya agar tidak keluar. Sekarang Bu Raharjo harus berjuang untuk mengembalikan mental purtinya.

Sudah dua hari ini Lara berbaring di tempat tidur. Perlahan-lahan lukanya mulai sembuh dan kondisinya mulai membaik. Sedikit demi sedikit Lara mulai menemukan kembali dirinya dan kepribadiannya. Lara tidak lagi menyesali keadaannya. Ketika Dedi melihatnya di rumah sakit, Lara tidak memperlihatkan kesedihannya dan menyambut kedatangan Dedi seperti biasa. Setelah itu Lara menceritakan keadaannya, dan Dedi tidak pernah mempermasalahkannya. Apapun yang terjadi pada kekasihnya Dedi Martondang tidak akan pernah mundur dan tetap menginginkan Lara menjadi istrinya. Itu membuat Lara sangat bersyukur mendapatkan kekasih seperti Dedi Martondang.

Karena lukanya belum begitu sembuh, Lara harus memakai kursi roda dan belum di perbolehkan memakai kaki palsu. Lara masih harus menjalani pemeriksaan lebih lanjut untuk mencegah kankernya. Sedangkan Dedi Martondang sibuk menyiapkan acara pernikahan mereka. Karena Dokter Adrian dan Lina tidak bisa hadir,mereka menelepon dari jerman dan mengucapkan selamat atas pernikahannya. Lara Silvani dan Dedi Martondang sangat bahagia dengan pernikahannya.


(2)

BAB III

ANALISIS CERITA

3.1 Tema

Novel ini menceritakan tentang seorang gadis kembar yang bernama Lara dan Lina yang sama-sama mengidap penyakit yang sangat berbahaya. Lina sudah sejak kecil mengidap kelainan jantung, sedangkan Lara setelah selesai kuliah penyakit kanker ganas tulang mulai menggerogoti kakinya. Ketika Lara mengetahui tentang penyakitnya, Lara sangat kuat, tegar, dan tidak ingin di istimewakan oleh siapapun. Ketika keluarganya mengetahui tentang penyakit Lara yang sangat terpukul adalah Bu Raharjo. Semua keluarga dan temannya tidak percaya Lara yang begitu kuat dan tidak pernah sakit ternyata saat ini terkena penyakit yang sangat berbahaya.

3.2 Penokohan

1. Lara Silvani adalah seorang wanita yang memiliki sikap ketegaran, kuat, dan tidak suka di kasihani oleh siapapun karena penyakitnya. Lara juga seorang dokter wanita muda yang pintar di bagian bedah.


(3)

penyakit yang dialaminya sejak kecil. Selain itu Lina sangat berbakat memainkan alat musik piano.

3. Dokter Adrian Riupassa adalah mantan kekasih Lara Silvani. Dia adalah seorang dokter bedah Lara yang sangat pintar, baik, dan tampan. Sekarang menjadi suami Lina saudara kembarnya.

4. Dedi Martondang adalah kekasih Lara. Dedi tidak pernah mempermasalahkan tentang penyakit kekasihnya. Dia juga bekerja sebagai wakil direktur di perusahaan mobil milik keluarganya.

5. Pak Raharjo adalah seorang ayah yang baik dan mengerti saat anaknya sedang bersedih dan susah.

6. Bu Raharjo adalah seorang ibu yang sangat kuat dan tegar menghadapi keadaan putri kembarnya yang mengidap penyakit berbahaya.

7. Nieke adalah seorang anak yang selalu ada di saat keluarganya sangat membutuhkannya.

8. Dokter Prapto adalah seorang dokter bedah dan dosen pembimbing yang sangat kejam dan pelit dalam hal nilai, tetapi tidak pelit untuk mahasiswanya yang pintar.

9. Tini Yuliati adalah seorang pasien yang sangat kuat dan tegar mengahadapi penyakitnya.


(4)

3.3 Setting

Tempat terjadi kejadian cerita novel “Jangan Pergi Lara” ini sebagian besar berada Di Jakarta. Sebagian lainnya berada di poliklinik bedah dan setelah Lara lulus dia di tugaskan di rumah sakit umum.

3.4 Alur Cerita

Alur cerita dari novel “Jangan Pergi Lara” ini adalah maju mundur. Di awali dengan pertemuan menjadi percintaan yang hanya sebentar saja dan menghadapi kenyataan sulit. Cerita ini di mulai dengan menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi sekarang, kemudian menceritakan peristiwa yang terjadi di masa lalu. Lalu mencapai klimaksnya dan setelah itu penyelesaian.


(5)

BAB 1V

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Kesetiaan memerlukan kepercayaan dan pengorbanan. Kita harus berkorban demi cinta sejati dan selalu menerima apa yang sudah di berikan meskipun itu sulit di lakukan. Namun cinta sejati tiada artinya jika kita menunjukkan sikap keegoisan, dan tidak memiliki sikap yang ragu dan mengecewakan kepada pasangan kita. Sehingga untuk memperoleh cinta sejati itu membutuhkan suatu keyakinan dan kesetiaan.

4.2. Saran

1. Penulis mengharapkan kepada para pembaca supaya mengerti makna cerita yang sebenarnya, karena cinta merupakan suatu anugrah dari Tuhan yang patut kita jalani, dengan keyakinan, dan pengorbanan. 2. Supaya kertas karya bermanfaat bagi penulis dan pembaca.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Mira W. 1998. Jangan Pergi Lara. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Selatan.

Putri Minerva Mutiara, Eris Yetti, Yeni Mulyani. 1998. Analisis Struktur novel Indonesia Modern 1930-1939, Jakarta.

Sukapiring Peraturan, Gustaf Sitepu. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang di sempurnakan. Fakultas Sastra Usu, Medan.

Suroto. 1989. Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia. Penerbit Erlangga, Jakarta.