Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional I 5
1.1 Ciri-ciri Aliran Struktural
Berdasarkan asumsi dan hipotesis umum yang melandasi teori kebahasaan struktural memiliki ciri-ciri:
a. Berlandaskan pada faham behaviourisme. Dalam hal ini berbahasa merupakan proses rangsang-tanggap stimulus-response.
b. Bahasa berupa ujaran artinya hanya ujaran saja yang termasuk dalam bahasa.
c. Bahasa merupakan sistem tanda signifie dan signifiant yang arbitrer dan konvensional. Berkaitan dengan ciri tanda, bahasa pada dasarnya
merupakan paduan dua unsur yaitu signifie dan signifiant. Signifie adalah unsur bahasa yang berada di balik tanda yang berupa konsep di balik
sang penutur atau disebut juga makna. Sedangkan signifiant adalah wujud fisik atau hanya yang berupa bunyi ujar.
d. Bahasa merupakan kebiasaan habit, dalam hal ini pengajaran bahasa menggunakan metode drill and practice yakni suatu bentuk latihan yang
terus menerus, berkelanjutan, dan berulang-ulang sehingga membentuk kebiasaan.
e. Kegramatikalan berdasarkan keumuman. f. Level-level gramatikal ditegakkan secara rapi mulai dari yang morfem
sampai menjadi kalimat. g. Analisis dimulai dari bidang morfologi.
h. Bahasa merupakan deret sintakmatik dan paradigmatik i. Analisis bahasa secara deskriptif.
j. Analisis struktur bahasa berdasarkan unsur langsung, yaitu unsur yang secara langsung membentuk struktur tersebut. Ada empat model analisis
unsur langsung yaitu model Nida, model Hockett, model Nelson, dan model Wells.
1.2 Pernyataan Pokok Aliran Struktural
Asumsi Ferdinand De Saussure yang terkenal dan merupakan dasar kajian ailran struktural adalah bahwa bahasa merupakan realitas sosial yaitu kajian
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional I 6
terhadap sruktur bahasa karena Saussure menganggap bahwa bahasa sebagai satu struktur sehingga pendekatannya sering disebut Structural
Linguistics. Hal tersebut dikembangkan ke dalam enam dikotomi tentang bahasa, yaitu a dikotomi sinkronik dan diakronik, b dikotomi bentuk form
dan substansi, c dikotomi Signifian dan signifie, d dikotomi langue dan Parole, e dikotomi individu dan sosial, dan f hubungan sintagmatik dan
hubungan paradigmatik. Ferdinand de Saussure mengistilahkan bahasa-bahasa sebagai fakta-fakta
sosial. Fakta sosial adalah istilah dari pendiri sosiologi, untuk mengacu pada fenomena gagasan-
gagasan ‘minda kolektif’ dalam suatu masyarakat, yaitu yang berada di luar fenomena psikologis maupun fisikal. Fakta sosial bisa
berupa konvensi atau aturan-aturan. Contoh fakta sosial yang konvensional adalah kecenderungan orang Amerika mengambil jarak fisik dengan lawan
bicara. Contoh fakta sosial yang berupa aturan-aturan adalah sistem hukum suatu masyarakat. Bahasa bisa disetarakan dengan sistem hukum atau
struktur konvensi. Datanya berupa fenomena-fenomena fisikal atau parole, sedangkan sistem umumnya adalah langue atau ‘bahasa’. Data konkret
parole diproduksi oleh pengujar-pengujar secara indivual. Hal ini dikarenakan
penguasaan bahasa setiap orang berbeda-beda, artinya suatu bahasa tidak pernah lengkap pada diri seseorang tetapi lengkap dan secara sempurna
bahasa hanya di dalam kolektivitas. Jadi, fakta sosial menurut Saussure bukan berupa minda kolektif maupun gagasan kolektif seperti yang
diterangkan oleh Durkheim. Akibat perbedaan tersebut, muncul dua pendekatan,
yaitu pendekatan
‘individualisme metodologis’ yang berseberangan dengan pendekatan Durkheim
‘kolektivisme metodologis’.
1.3 Enam Dikotomi tentang Bahasa 1.3.1 Sinkronik-Diakronik