70 pedagang dan di Pasar Berastagi sekitar 100 pedagang. Hambatan masuk bagi
pedagang pengumpul baru relatif sulit karena setiap petani pada umumnya sudah menjual secara langganan kepada pedagang pengumpul tertentu.
Pedagang pengumpul sebagai penjual menghadapi pasar oligopsoni tidak terdeferensiasi. Pasar Tigapanah hanya memiliki satu orang grosir yang khusus
membeli markisa dan Pasar Berastagi memiliki tiga orang grosir markisa. Buah markisa yang dijual oleh pedagang pengumpul kepada grosir bersifat homogen
karena tidak disortir. Informasi pasar yang dimiliki oleh pedagang pengumpul adalah informasi harga beli oleh grosir dan informasi pasokan markisa
berdasarkan pengamatan di pasar. Pedagang pengumpul desa dengan grosir tidak melakukan tawar-menawar harga karena hubungan diantara kedua pedagang
tersebut lebih bersifat kerjasama.
6.3.3. Grosir
Grosir memperoleh buah markisa dari dua sumber yaitu petani dan pedagang pengumpul kemudian dijual kembali kepada pabrik pengolah dan
pedagang antar kota. Grosir sebagai pembeli kepada petani dan pedagang pengumpul menghadapi struktur pasar oligopsoni tidak terdeferensiasi. Namun
grosir sebagai penjual kepada pedagang antar kota menghadapi struktur pasar yang cenderung oligopoli terdeferensiasi. Jumlah grosir hanya sekitar empat
orang sedangkan pedagang antar kota mencapai puluhan orang. Grosir melakukan sortir terhadap buah markisa sehingga didapat kualitas terbaik yaitu kelas A dan
kualitas yang berikutnya kelas B. Pedagang antar kota pada umumnya hanya membeli buah markisa kualitas A. Harga ditentukan secara tawar-menawar tetapi
grosir mempunyai daya tawar yang lebih tinggi dibandingkan dengan pedagang antar kota. Hambatan untuk masuk atau keluar dari pasar bagi grosir relatif sulit
karena membutuhkan modal usaha yang besar. Selain itu grosir baru juga akan menghadapi kesulitan dalam pembelian dan penjualan karena grosir pada
umumnya memperoleh pasokan markisa dari pedagang pengumpul langganan dan menjual kembali kepada pedagang antar kota langganan.
Grosir yang menjual kepada pabrik pengolah menghadapi struktur pasar yang cenderung monopsoni. Pabrik pengolah yang menampung 73,29 persen
volume produksi petani responden merupakan pasar utama komoditas markisa di
71 Kabupaten Karo. Pabrik pengolah markisa skala besar di Kabupaten Karo hanya
ada satu yaitu di Kota Berastagi dan grosir yang jumlahnya empat orang menjual ke pabrik tersebut. Walaupun grosir melakukan sortir dan membagi buah markisa
menjadi kelas A dan kelas B tetapi kegiatan tersebut bersifat rahasia dan grosir akan menghindari agar kegiatan tersebut tidak diketahui oleh pabrik pengolah.
Pabrik pengolah hanya membeli komoditas markisa yang homogen dari grosir atau tidak mengenal adanya kelas A atau kelas B. Harga buah markisa ditentukan
oleh pabrik pengolah. Grosir mengetahui informasi pasar seperti harga beli buah markisa oleh pabrik pengolah, kondisi pasokan markisa di pasar, harga jual
markisa di tingkat petani, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer.
6.3.4. Pabrik Pengolah