jumlah penetrasi tertentu yang diinginkanGreen Plessis,2009. Tetapi harus ditekankan bahwa nilai CBR yang ditetapkan demikian merupakan nilai
setempat. Telah diketahui benar-benar bahwa kapasitas dukung dari setiap tanah dapat dinaikkan besar sekali, pada dasarnya dengan dua cara:
i dengan pemadatan dan ii dengan menggunakan drainase yang tepat.
Pada umumnya kerapatan setempat dari setiap tanah asli berkisar antara 75 - 85 dan dengan pemadatan, kerapatan dapat dinaikkan sampai 90 - 100
dari kerapatan maksimum. Dengan cara ini kapasitas dukung dapat ditingkatkan. Jadi nilai CBR yang diperoleh dari sumber bahan tempat yang
potensial dengan menggunakan DCP dapat dianggap aman. Selama pengujian DCP, harus juga diperhatikan mengenai kondisi drainase di
lapangan. Kebanyakan tanah adalah peka terhadap drainase dan khususnya tanah dengan CBR yang rendah - tanah liat, lumpur, pasir halus sampai
medium, yang mengandung lempung danatau lumpur – sangat tergantung
pada kadar airnya. Jika tanah semacam itu pada kondisi kenyang air karena drainasenya jelek, maka beberapa tanah tersebut hampir kehilangan sama
sekali seluruh kapasitas dukungnya. Kerikil, pasir dan bahkan lumpur atau pasir berlempung adalah kurang mudah diserang dan dapat bertahan terhadap
kondisi drainase yang jelek. Masalah ini akan terlihat pada saat pembacaan DCP diplotkan dalam grafik hubungan kedalaman penetrasi dan jumlah
pukulan, ketika sudut kemiringan grafik pada lapisan tertentu tampak jauh lebih kecil dibandingkan lapisan lainnya.
D. Kuat Tekan Tanah Lempung
1. Uji Kuat Tekan Bebas
Kuat tekan bebas adalah besarnya gaya aksial per satuan luas pada saat sampel tanah mengalami keruntuhan atau pada saat regangan aksial telah
mencapai 20 pilih yang lebih dahulu tercapai saat pengujian. Uji tekan bebas termasuk hal yang khusus dari uji triaksial unconsolidated
undrained,UU tak terkonsolidasi-tak terdrainase. Kondisi pembebanan sama dengan yang terjadi pada uji triaksial, hanya tekanan selnya nol
σ3 = 0.
Tegangan aksial yang diterapkan di atas benda uji berangsur-angsur ditambah sampai benda uji mengalami keruntuhan. Pada saat keruntuhannya, karena
σ3 = 0, maka:
σ1 = σ3 + Δσ
f
= Δσ
f
= q
u
, dengan qu adalah kuat tekan bebas unconfined compression strength. Secara
teoritis, nilai Δσf pada lempung jenuh seharusnya sama seperti yang
diperoleh dari pengujian-pengujian triaksial unconsolidated-undrained dengan benda uji yang sama. Sehingga diperoleh:
s
u
= c
u
= q
u
2, dimana su atau cu adalah kuat geser undrained dari tanahnya. Uji kuat tekan
bebas adalah salah satu cara untuk mengetahui geser tanah. Uji kuat tekan bebas bertujuan untuk menentukan kekuatan tekan bebas suatu jenis tanah
yang bersifat kohesif, baik dalam keadaan asli undisturbed, buatan
remoulded maupun tanah yang dipadatkan compacted. Konsistensi tanah lempung dapat ditentukan berdasarkan kekuatan kompresinya q
u
, sebagaimana dalam tabel 2.7 terlihat bahwa konsistensi dibagi menjadi 6
kategori dari sangat lunak sampai keras, yaitu antara nilai kompresibilitas q
u
antara 0 sampai dengan lebih besar dari 4. Tabel ini dapat digunakan sebagai acuan untuk tanah kohesif yang lain.
Tabel 2.7 . Deskripsi Lempung Berdasarkan Kompresibilitas
Konsistensi Nilai qu kgcm
2
Sangat Lunak
0,25
Lunak 0,25
– 0,50
Sedang 0,50
– 1,0
Kaku 1,0
– 2,0
Sangat Kaku
2,0 – 4,0
Keras 4,0
Sumber : Terzaghi Peck, 1967
2. Sensitivitas Tanah
Pada tanah-tanah lempung yang terdeposisi terendapkan secara alamiah dapat diamati bahwa kekuatan tekanan tak tersekap berkurang banyak, bila
tanah tersebut diuji ulang lagi setelah tanah tersebut menderita kerusakan struktural remoulded tanpa adanya perubahan dari kadar air. Sifat
berkurangnya kekuatan tanah akibat adanya kerusakan struktural tanah tersebut disebut kesensitifan sensitifity.
Tingkat kesensitifan dapat ditentukan sebagai rasio perbandingan antara kekuatan tanah yang masih asli dengan kekuatan tanah yang sama setelah
terkena kerusakan remoulded, bila kekuatan tanah tersebut diuji dengan cara tekanan tak tersekap. Jadi, sensitifitas diperoleh acquired sensitivity
dinyatakan dalam persamaan:
S
T
=
q
u
tanah asli q
u
tanah terganggu
Rasio kesensitifan sebagian besar tanah lempung berkisar antara 1 sampai 8, biarpun pada beberapa tanah-tanah lempung maritim yang mempunyai
tingkat flokulasi yang sangat tinggi didapat juga harga rasio kesensitifan yang dapat berkisar antara 1,0 sampai 8,0. Ada beberapa jenis tanah lempung
tertentu yang akibat kerusakan tersebut dapat tiba-tiba berubah menjadi cair. Tanah-tanah seperti itu sebagian besar dijumpai di daerah Amerika Utara dan
daerah semenanjung Skandinavia yang dulunya tertutup es. Tanah-tanah lempung seperti ini biasa dinamai sebagai quick clays. Karena beberapa jenis
lempung mempunyai sifat sensitif terhadap gangguan yang berbeda-beda, maka perlu diadakan pengelompokan yang berhubungan dengan sifat
sensitifnya. Klasifikasi secara umum dapat dilihat pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8. Sensitifitas Lempung Peck et al, 1951
Sensitifitas Lempung
≈ 1 Tidak sensitif
1 - 2 Sensitifitas rendah
2 - 4 Sensitifitas sedang
4 - 8 Sensitif
8 - 16 Sensitifitas ekstra
16 Quick
Kehilangan kekuatan setelah adanya kerusakan struktural pada tanah dapat terjadi terutama karena memang sudah ada perubahan-perubahan yang berarti
dari struktur dasar partikel tanah asli selama berlangsungnya proses sedimentasi dari tanah tersebut pada mulanya. Bila setelah adanya kerusakan
tersebut sampel tanah dibiarkan tidak terusik juga tanpa adanya perubahan dari kadar airnya, tanah tersebut akan lambat laun pulih kekuatannya.
Peristiwa ini disebut sebagai thixotrophy. Thixotrophy adalah proses pulihnya kembali kekuatan tanah, yang melemah akibat kerusakan struktural, sebagai
fungsi dari waktu. Hilangnya kekuatan tanah tersebut lambat laun dapat kembali apabila tanah tersebut dibiarkan beristirahat. Sebagian besar tanah
pada kenyataannya hanya thixotrophy parsial. Artinya bahwa hanya sebagian saja dari kekuatan tanah yang hilang akibat kerusakan tersebut yang lambat
laun dengan berjalannya waktu akan kembali. Perbedaan yang ada antara kekuatan tanah mula-mula asli dan kekuatan tanah setelah pulih akibat
thixotrophy diperkirakan akibat dari struktur partikel tanah yang tidak sepenuhnya pulih seperti sediakala. Durasi waktu yang digunakan tanah untuk
beristrahat juga harus diperhatikan, karena makin lama tanah dibiarkan maka kadar air dalam tanah akan menguap, sehingga kekuatan tanah dapat lebih
kuat dari tanah aslinya..
E. Penelitian Terdahulu Yang Terkait
Beberapa penelitian yang menjadi bahan pertimbangan dan acuan penelitian ini dikarenakan adanya beberapa kesamaan metode akan tetapi dengan
perlakuan yang berbeda pada sampel tanah yang digunakan, antara lain :