KAJIAN PUSTAKA Hubungan minat belajar dengan prestasi belajar siswa kelas VI SD Karitas Ngaglik tahun pelajaran 2011/2012.

6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Minat Belajar 1. Pengertian Minat Belajar Minat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang minat. Menurut Winkel 1984:30 minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Menurut Fuad Hasan 1989:59 minat sebagai hal yang menunjuk pada adanya intensitas dari seseorang terhadap suatu hal, peristiwa, orang, atau benda. Menurut Jersild dan Tasch dalam buku Wayan Nurkancana, 1983:224 menekankan bahwa minat atau interest menyangkut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas oleh individu. Sedangkan Doyles Fryer Wayan Nurkancana, 1983:224 minat atau interest adalah gejala psikis yang berkaitan dengan obyek atau aktivitas yang menstimulir perasaan senang pada individu. Menurut Hilgart dalam buku Slameto, 1988:58 minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati 7 seseorang diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Dalam soal belajar, minat itu sangat penting. Secara sederhana, minat interest berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Sardiman A. M 1988:76 berpendapat bahwa minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Definisi lain tentang minat juga dikemukakan oleh I.L Pasaribu 1983:52 minat adalah suatu motif yang menyebabkan individu itu berhubungan secara aktif dengan barang yang menariknya. Minat merupakan suatu sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang merekan inginkan bila mereka bebas memilih Hurlock, 2005:114. Menurut Reber dalam buku Muhibbin, 2008:151 berpendapat bahwa minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian prestasi belajar siswa. Misalnya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak 8 dari pada siswa lainnya. Dengan pemusatan yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat dan akhirnya memperoleh prestasi belajar yang diinginkan. Schiefele dalam buku John W. Santrock, 2009:206 menyatakan bahwa telah dilakukan pembedaan antara minat individual, yang dianggap sebagai relatif stabil dan minat situsional, yang diyakini dibangkitkan oleh aspek spesifik dari sebuah aktivitas tugas. Riset pada minat terutama telah berfokus pada hubungan antara minat dengan pembelajaran. Minat dihubungkan terutama dengan tindakan pembelajaran mendalam, seperti ingatan atas gagasan pokok dan respons terhadap pertanyaan pemahaman yang lebih sulit, dibandingkan pembelajaran yang hanya pada permukaan, seperti respons terhadap pertanyaan yang sederhana dan ingatan kata-demi-kata atas teks. Minat adalah syarat mutlak untuk belajar. Perlu diingat bahwa nilai buruk pada suatu mata pelajaran tertentu bukan berarti bahwa anak itu bodoh terhadap mata pelajaran itu. Tapi juga bisa dilihat dari faktor-faktor lain yang menyebabkan hal tersebut yaitu salah satunya adalah minat belajar anak tersebut. Jika anak memiliki minat yang kuat, maka lepaslah tenaga yang luar biasa, sehingga tercapai hasil-hasil yang semula tidak terduga. Minat siswa dapat 9 merupakan bagian dari metode mengajar. Contoh yang diberikan oleh Sylvia Ashton Warner dalam buku Wuryani, 2006:365, menggambarkan satu sistem untuk mengajar membaca dengan menggunakan cerita-cerita yang dibuat oleh siswa sendiri dengan topik-topik yang diminati mereka. Minat memainkan peran yang penting dalam kehidupan seseorang. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa minat merupakan rasa ketertarikan atau rasa lebih suka terhadap suatu hal atau aktivitas, sehingga timbul dorongan untuk melakukan atau menekuni hal atau aktivitas tertentu. Perasaan senang juga akan menimbulkan minat, yang ditunjukkan dengan sikap yang positif dari anak. Seperti halnya sikap positif terhadap belajar di sekolah. Jika diperhatikan dari uraian di atas bisa dikatakan bahwa minat erat hubungannya dengan perasaan individu, obyek, aktivitas, dan situasi. Dalam menumbuhkan minat anak pada suatu mata pelajaran, guru juga mempunyai peranan penting. Guru dalam kaitan ini seyogyanya berusaha membangkitkan minat siswa dalam kegiatan belajar di kelas. Abu Ahmadi 1991:121 mengemukakan definisi belajar yaitu belajar adalah suatu proses usaha yang 10 dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulassi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapaitas baru Dimyati, 2006:10. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan mengenai definisi belajar yaitu kegiatan yang dilakukan oleh tiap orang dengan tujuan memperoleh kemampuan baru meliputi pengetahuan, pemahaman, pemecahan masalah, ketrampilan, sikap dan pola tingkah laku Wens, 2010:5. Dari pengertian-pengertian yang telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan minat belajar merupakan rasa ketertarikan atau rasa lebih suka terhadap aktivitas belajar, sehingga timbul dorongan untuk melakukan atau menekuni hal atau aktivitas tersebut. Dalam melakukan aktivitas belajar tersebut, anak melakukannya tanpa disuruh. Karena anak memiliki minat yang tinggi untuk melakukan aktivitas belajar tersebut. Minat merupakan faktor pendorong bagi anak dalam melaksanakan usahanya. Jadi dapat dilihat bahwa minat sangat penting dalam pendidikan, sebab minat merupakan sumber dari usaha. Wrigstone dalam buku Wayan Nurkancana, 1983:225 menyatakan bahwa anak-anak tidak perlu mendapat 11 dorongan dari luar, apabila pekerjaan yang dilakukannya cukup menarik minatnya. 2. Macam-macam minat Minat adalah suatu sikap subyek terhadap obyek atas dasar adanya kebutuhan dan kemungkinan terpenuhinya kemungkinan itu. Secara psikologi minat dapat dibedakan atas Pasaribuan, 1983:52-53 : a. Minat aktual Minat aktual adalah minat yang berlaku pada obyek yang ada pada suatu saat dan ruangan yang konkrit. Minat aktual ini disebut perhatian yang merupakan dasar bagi proses belajar. b. Minat disposisional Minat didposisional atau arah minat, yang dasarnya pembawaan disposisi dan menjadi ciri sikap hidup seseorang. Minat bukan sesuatu hal yang sejak lahir telah tertutup, bukan merupakan suatu keseluruhan yang tak dapat berubah. Sesuai dengan umur maka minat pun berubah dalam bentuk dan isi. Oleh karena itu tiap-tiap tingkatan umur mempunyai minat masing-masing. Minat dapat dibangkitkan dan dipelihara. 12 3. Metode pengukuran minat Wayan Nurkancana 1983:227-229 menyebutkan ada beberapa metode yang dipergunakan untuk mengadakan pengukuran minat, yaitu sebagai berikut : a. Observasi Pengukuran minat dengan metode observasi mempunyai suatu keuntungan karena dapat mengamati minat anak-anak dalam kondisi yang wajar. Jadi tidak dibuat-buat. Observasi dapat dilakukan dalam setiap situasi, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Pencatatan hail observasi dapat dilakukan selama observasi berlangsung. Tetapi guru juga harus menyadari bahwa observasi ini mempunyai kelemahan. Observasi ini tidak dapat dilakukan terhadap beberapa situasi atau beberapa anak dalam waktu yang sama. Apabila kita hendak mengukur minat semua anak yang kita didik, maka kita akan memerlukan waktu yang sangat panjang. Jadi seorang guru tidak mungkin akan berhasil mengukur minat anak-anak hanya dengan mempergunakan observasi. Biasanya observasi dilakukan terhadap beberapa orang anak berdasarkan data yang telah terkumpulkan sebelumnya. Kelemahan yang lain dari pada observasi adalah bahwa penafsiran terhadap hasil-hasil observasi sering bersifat subyektif. Sikap dari pada guru-guru, jarak waktu yang 13 panjang antara situasi-situasi tingkah laku yang di observasi, serta obyektifitas dari pada pencatatan sangat mempengaruhi validitas dari pada observasi. a. Interview wawancara Interview baik dipergunakan untuk mengukur minat anak-anak. Sebab biasanya anak-anak gemar memperbincangkan hobinya dan aktivitas lain yang menarik hatinya. Pelaksanaan interview ini biasanya lebih baik dilakukan dalam situasi yang tidak formal informal approach , sehingga percakapan akan dapat berlangsung dengan lebih jelas. Misalnya dalam percakapan sehari-hari di luar jam pelajaran, dengan mengadakan kunjungan rumah dan sebaginya. Guru dapat memperoleh informasi tentang minat anak-anak dengan menanyakan kegiatan-kegiatan apa yang dilakukan oleh anak setelah pulang sekolah, permainan apa yang disenangi, apa hobinya, perjalanan-perjalanan atau tamasnya yang berkesan di hatinya, pengalaman apa yang paling mengesankan, buku-buku apa yang disenangi, film jenis apa yang digemari, dan sebagainya Baron dan Bernard, halaman 165. b. Kuesioner Dengan mempergunakan kuesioner guru dapat melakukan pengukuran terhadap sejumlah anak sekaligus. 14 Dengan demiian apabila dibandingkan dengan interview dan observasi, kuesioner ini jauh lebih efisien dalam penggunaan waktu. Isi pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner pada prinsipnya tidak berbeda dengan isi pertanyaan dalam interview. Jadi dalam kuesioner guru dapat menanyakan tentang kegiatan yang dilakukan anak diluar sekolah, permainan yang disenangi, bacaan yang menarik hatinya, dan sebgainya. Perbedaannya dengan interview adalah bahwa interview dilakukan secara lisan, dan guru hanya menghadapi seorang anak. Sedang kuesioner dilakukan secara tertulis dan guru menghadapi beberapa orang anak sekaligus. c. Inventori Inventori adalah suatu metode untuk mengadakan pengukuran atau penilaian yang sejenis dengan kuesioner, yaitu sama-sama merupakan daftar pertanyaan secara tertulis. Perbedaannya adalah dalam kuesioner responden menulis jawaban-jawaban yang relatif panjang terhadap sejumlah pertanyaan, sedangkan pada inventori responden memberi jawaban dengan memberi lingkaran, tanda cek, mengisi nomor atau tanda-tanda lain yang berupa jawaban- jawaban yang singkat terhadap sejumlah pertanyaan yang lengkap. 15 Wayan Nurkancana 1983:225-226 berpendapat ada beberapa alasan mengapa seorang guru perlu mengadakan pengukuran terhadap minat anak-anak, antara lain adalah sebagai berikut :  Untuk meningkatkan minat anak-anak. Setiap guru mempunyai kewajiban untuk meningkatkan minat anak-anak. Minat merupakan omponen yang penting dalam kehidupan pada umumnya dan dalam pendidikan dan pengajaran pada khususnya. Guru yang mengabaikan hal ini tidak akan berhasil di dalam pekerjaannya mengajar.  Memelihara minat yang baru timbul. Apabila anak- anak menunjukkan minat yang kecil, maka merupakan tugas bagi guru untuk memelihara minat tersebut. Anak yang baru masuk ke suatu sekolah mungkin belum begitu banyak menaruh minat pada aktivitas-aktivitas tertentu. Dalam hal ini guru wajib memperkenalkan kepada anak aktivitas-aktivitas tersebut. Apabila anak telah menunjukkan minatnya, maka guru wajib memelihara minat anak yang baru tumbuh tersebut.  Mencegah timbulnya minat terhadap hal-hal yang tidak baik. Oleh karena sekolah adalah suatu lembaga yang menyiapkan anak-anak untuk hidup di 16 dalam masyarakat, maka sekolah harus mengembangkan aspek-aspek ideal agar anak-anak menjadi anggota masyarakat yang baik. Dalam keadaan tertentu anak-anak sering menaruh minat terhadap hal-hal yang tidak baik yang terdapat di luar sekolah di dalam masyarakat yang jauh dari ideal. Dalam keadaan yang demiian sekolah melalui guru-guru hendaknya memberantas minat anak-anak yang tertuju kepada hal-hal yang tidak baik, dan dengan metode yang positif mengalihkan minat anak-anak tersebut kepada hal-hal yang baik.  Sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan kepada anak tentang lanjutan studi atau pekerjaan yang cocok baginya. Walaupun minat bukan merupakan indikasi yang pasti tentang suses tidaknya anak dalam pendidikan yang akan datang atau dalam jabatan, namun interest merupakan pertimbangan yang cuup berarti kalau dihubungkan dengan data-data lain. 4. Cara membangkitkan minat siswa Proses belajar akan berjalan lancar apabila disertai minat. Minat dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut Sardiman, 1986:93-94 : 17 a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan. b. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau. c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik. d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar. 5. Faktor-faktor yang mendasari timbulnya minat Menurut Crow dalam Bernadinus Rizki dengan skripsinya yang berjudul Perbandingan Antara Minat Siswa dan Proses Kegiatan Belajar Mengajar pada SD yang Menerapkan PMRI dan SD yang Tidak Menerapkan PMRI Dalam Pembelajaran Matematika 2008:25-26, ada tiga faktor yang mendasari timbulnya minat : a. Faktor dorongan dari dalam Merupakan faktor dari dalam yang mendorong suatu aktivitas. Dapat dijelaskan dengan adanya dorongan makan, yang menimbulkan minat untuk mencari makanan, dorongan ingin tahu dan membangkitkan minat untuk mengadakan penelitian, dan sebagainya. b. Faktor motif sosial Dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat untuk melaukan suatu aktivitas untuk memenuhi kebutuhan diterima dan diakui oleh lingkungan 18 sosial. Misalnya minat untuk belajar IPA muncul karena keinginan memperoleh penghargaan dari orang tua. c. Faktor emosional Minat erat kaitannya dengan perasaan dan emosi. Biasanya, kesuksesan dalam suatu kegiatan memunculkan perasaan senang, dan mendorong atau menimbulkan minat di dalamnya. Kegagalan biasanya menyebabkan hilangnya minat. Ketiga faktor yang menimbulkan minat tersebut tidak berdiri sendiri tetapi merupakan suatu perpadua atau kesatuan yang saling melengkapi. Dari uraian ini, dapat disimpulkan bahwa minat sebagai faktor psikis yang mendorong individu mencapai tujuannya, dipengaruhi oleh berbagai faktor psikis, fisik, serta lingkungan. 6. Ciri-Ciri Siswa Berminat Dalam Belajar Menurut Slameto 2003:58 siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :  Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.  Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati. 19  Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati. Ada rasa ketertarikan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.  Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya dari pada yang lainnya.  Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan. 7. Membangkitkan Minat Belajar Siswa di Sekolah Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap pelajaran mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi minat-minat baru. Menurut ilmuwan pendidikan cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat belajar pada siswa adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada dan membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Hal ini dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaan bagi siswa dimasa yang akan datang. Minat dapat dibangitkan dengan cara menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa. Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan perubahan dalam minat pada sekolah. Perubahan ini sebagian besar berupa penurunan minat. Apa saja faktor-faktornya dan 20 bagaimana faktor ini mengurangi minat anak pada sekolah. Kondisi yang mempengaruhi minat anak pada sekolah dijelaskan sebagai berikut Hurlock, 2005:139 : a. Pengalaman dini sekolah Anak yang secara fisik dan intelektual telah siap untuk kelas satu mempunyai sikap yang lebih positif terhadap sekolah dibandingkan anak yang belum siap untuk sekolah. Pengalaman dikelompok bermain dan taman kanak-kanak mempermudah penyesuaian dan menjadikan pengalaman dini di sekolah lebih menyenangkan. b. Pengaruh orang tua Orang tua mempengaruhi sikap anak terhadap sekolah secara umum dan juga sikap mereka terhadap pentingnya pendidikan, belajar, terhadap berbagai mata pelajaran, dan terhadap guru. c. Sikap saudara kandung Saudara kandung yang lebih besar mempunyai pengaruh yang sama pada sikap anak terhadap sekolah seperti orang tua. Sebaliknya, sikap saudara kandung yang lebih muda relatif tidak penting. d. Sikap teman sebaya Minat dan sikap terhadap sekolah secara umum dan terhadap berbagai kegiatan sekolah sangat diarahkan 21 oleh teman sebaya. Untuk diterima oleh kelompok teman sebaya, anak belajar bahwa ia harus menerima minat dan nilai kelompok. Jika teman sekelas terang- terangan menyatakan ketidaksukaan mereka pada sekolah, ia harus melakukannya juga atau menanggung resiko dipanggil “kutu buku” atau “anak mas guru”. e. Penerimaan oleh kelompok teman sebaya Karena bagian hari-hari sekolah yang disukai berpusat sekitar kegiatan ekstrakurikuler dengan teman sebaya, hubungan yang baik dengan guru dan nilai yang bagus tidak adapat mengimbangi kurangnya penerimaan oleh teman sebaya. f. Keberhasilan akademik Besarnya pengaruh keberhasilan akademik pada sikap anak terhadap sekolah akan bergantung pada besarnya nilai keberhasilan akademik dalam kelompok teman sebaya. Bila keberhasilan ini merupakaan lambang status, maka ia akan meningkatkan status anak dengan perstasi akademik baik dalam kelompok teman sebaya. Kegagalan akademik mengurangi rasa harga diri semua anak dan menimbulkan rasa tidak senang terhadap lingkungan tempat kegagalan ini terjadi. Jika kegagalan akademik berarti tidak naik kelas, ia lebih lagi 22 memperbesar rasa tidak senang anak pada sekolah, dan mengurangi minatnya pada sekolah. g. Sikap terhadap pekerjaan Anak yang dibesarkan oleh orang tua yang berpendapat bahwa masa kanak-kanak harus bahagia dan bebas, biasanya mengembangkan sikap negatif terhadap setiap kegiatan yang menyerupai pekerjaan. Selama sekolah masih bermain-main saja, mereka menyukainya. Tapi dengan kenaikan kelas, lebih banyak upaya dituntut untuk membuat pekerjaan rumah, dan ini menimbulkan rasa tidak suka akan sekolah. h. Hubungan guru dan murid Banyak atau sedikitnya minat anak terhadap sekolah dipengaruhi sikapnya terhadap guru. Jika anak membawa onsep yang tidak positif terhadap “guru” ke sekolah, yaitu konsep yang didasarkan atas kata orang tua atau saudara, gambaran media massa, atau bila pengalaman pribadi yang tidak menyenangkan dengan guru, sikap mereka terhadap semua guru cenderung tidak positif. i. Suasana emosional sekolah Suasana emosional sekolah dipengaruhi sikap guru dan jenis disiplin yang digunakan. Para guru mempunyai hubungan baik dengan murid dan menggunakan 23 disiplin yang demokratis mendorong sikap yang lebih positif pada murid dibandingkan dengan mereka yang mempunyai “anak mas”, yang merasa bosan dengan pekerjaan, yang mengajar secara membosankan dan yang terlalu bersifat otoriter permisif dalam pengendalian situasi di kelas. 8. Indikator Minat Belajar Siswa Dengan teori diatas peneliti menjabarkan indicator yang digunakan dalam kuesioner penelitian adalah sebagai berikut : a. Menunjukkan minat terhadap pelajaran Setiap mengikuti kegiatan pembelajran, siswa-siswi menunjukkan minat terhadap pelajaran. Misalnya siswa selalu memperhatikan guru yang sedang menjelaskan, siswa tidak pernah membolos, siswa selalu menjawab pertanyaan yang diberikan guru. b. Selalu mengingat pelajaran dan mempelajari kembali. Sesudah menerima pembelajaran atau materi yang diberikan guru, siswa mengingat materi-materi tersebut dan mempelajarinya bila sudah di rumah. c. Tekun menghadapi tugas Siswa selalu mengerjakan tugas – tugas yang diberikan guru. 24 d. Ulet menghadapi kesulitan belajar Siswa selalu mempunyai usaha dalam menghadapi kesulitan belajar. Misalnya bertanya kepada guru tentang materi yang belum jelas. e. Perasaan hati setelah belajar Perasaan siswa setelah mengikuti pembelajaran di kelas. Misalnya senang, sedih. f. Senang menghadapi kesulitan belajar Siswa selalu merasa senang bila menghadapi kesulitan belajar. Bukan menjadi beban dalam menghadapi kesulitan belajar. g. Mempunyai antusias yang tinggi dalam belajar di kelas Siswa mempunyai semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. h. Senang berdiskusi dengan teman dalam mempelajari mata pelajaran Siswa selalu berdiskusi atau meyelesaikan masalah dalam pelajaran dengan teman – temannya. i. Keinginan kuat untuk maju dan mencapai keberhasilan Setiap siswa pasti mempunyai keinginan untuk mencapai cita – citanya. Maka para siswa mengikuti setiap kegiatan belajar dengan semangat agar cita – citanya tercapai. 25 j. Orientasi pada masa depan, kegiatan belajar sebagai jalan menuju kreativitas cita-cita Kegiatan belajar dapat membuat siswa dalam mencapai cita – citanya. Misalnya dengan cara mengkuti dengan tekun setiap kegiatan belajar dan selalu memperhatikan guru yang sedang menjelaskan. B. Prestasi Belajar 1 Pengertian Belajar Manusia selalu dan senantiasa belajar bilamanapun dan di manapun dia berada, karena belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan sangat penting bagi kita semua. Hilgard dan Bower dalam buku Ngalim Purwanto, 1987:85 mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya. Gagne dalam buku Ngalim Purwanto, 1987:85 menyatakan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi 26 tadi. Sedangkan Morgan dalam buku Ngalim Purwanto, 1987:85 mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Hintzman dalam buku Muhibbin, 2008:65 dalam bukunya The Psichology of Learning dan Memory berpendapat bahwa “Learning is a change in organism due to experience which can affect the organism’s behavior” belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Menurut kaum Konstruktivis, belajar merupakan proses aktif pelajar mengkonstruksi arti entah teks, dialog, pengalaman fisik, dan lain-lain Suparno, 1997:61. Definisi lain tentang belajar juga dikemukakan oleh Witherington Ngalim Purwanto, 1987:85 yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru darp pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. Jika dilihat dari definisi-definisi tentang pengertian belajar diatas, jelas sekali bahwa belajar sangat penting bagi kehidupan seorang manusia. 27 Ngalim Purwanto 1987:253 mengemukakan hal-hal pook dari definisi-definisi tentang belajar adalah sebagai berikut :  Bahwa belajar itu membawa perubahan  Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru  Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang dapat terjadi melalui latihan atau pengalaman yang mana perubahan itu harus relatif mantap. Diharapkan perubahan tingkah laku yang terjadi adalah perubahan tingkah laku yang baik.Karena ada kemungkinan perubahan tingkah laku tersebut mengarah kepada perubahan tingkah laku yang lebih buruk. 2 Pengertian Prestasi Belajar Tujuan dari pendidikan adalah meningkatkan dan mengembangkan kepribadian individu yang sedang menjalani proses pendidikan. Kerena manusia mampu untuk belajar maka ia berkembang, mulai dari saat lahir sampai mencapai umur tua. Perkembangan kepribadian erat kaitannya dengan perubahan tingkah laku yang merupakan akibat dari proses belajar. Dalam memperoleh prestasi yang baik, kadang siswa juga mengalami hambatan-hambatan. Baik itu hambatan- 28 hambatan yang bersifat eksternal maupun internal. Faktor- faktor internal antara lain yaitu kondisi fisik, kondisi panca indra, minat, kecerdasan, kemampuan kognitif. Sedangkan faktor-faktor eksternal antara lain lingkungan, guru atau pengajar, sarana dan fasilitas untuk pembelajaran, materi pelajaran. Prestasi adalah bukti keberhasilan yang dicapai Winkel, 1986:102. Setelah melakukan proses belajar, berarti siswa melakukan perbaikan dalam tingkah laku dan kecakapan- kecakapan atau memperoleh kecakapan-kecakapan dan tingkah laku yang baru. Perubahan-perubahan juga akan terjadi dalam bidang pengetahuan atau pemahaman. Perubahan itu tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan siswa. Siman 1988:28 mendefinisikan prestasi belajar yaitu suatu ukuran dari kemampuan atau kecakapan siswa yang berupa penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dicapai dalam belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan belajar yang dapat dicapai setiap siswa dalam proses belajar. Prestasi belajar ini merupakan wujud dari proses belajar yang dilakukan di sekolah. Prestasi belajar ditunjukkan dengan nilai yang dapat diperoleh siswa selama mengikuti proses belajar. Prestasi belajar siswa dinyatakan dengan tingkat penguasaan, 29 pengetahuan dan ketrampilan yang diembangkan dalam proses belajar mengajar. 3 Prinsip-Prinsip Belajar Terdapat tujuh prinsip belajar yang dikemukakan Dimyati 2006:42-50 dalam bukunya yang berjudul Belajar dan Pembelajaran. Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain memilii persamaan dan juga perbedaan. Prinsip belajar yang baik bagi siswa yaitu prinsip belajar yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya. Ketujuh prinsip belajar tersebut adalah sebagai berikut : a. Perhatian dan Motivasi Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Disamping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang 30 memiliki minat terhadap sesuatu bidang tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk memperlajari bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting dalam kehidupannya. Perubahaan nilai-nilai yang dianut akan mengubah tingkah laku manusia dan motivasinya. Kerenanya, bahan-bahan pelajaran yang disajikan hendaknya disesuaikan dengan minat siswa dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. b. Keaktifan Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tida bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih ketrampilan-ketrampilan, dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, 31 menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain. c. Keterlibatan langsungberpengalaman Dalam mengajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan. d. Pengulangan Terdapat tiga teori yang menekankan perlunya pengulangan yaitu teori Psikologi Daya, Psikologi Asosiasi, dan Psikologi Conditioning . Teori yang paling tua barang kali adalah Psikologi Daya. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan 32 berkembang. Seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi sempurna. Dalam teori Psikologi Asosiasi dikemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respons benar. Sedangkan dalam teori Psikologi Conditioning yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari psiologi asosiasi juga menekankan pentingnya pengulangan dalam belajar. Pada psikologi conditioning respons akan timbul bukan karena saja oleh stimulus, tetapi juga oleh stimulus yang dikondisikan. Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda. Yang pertama pengulangan untuk melatih daya-daya jiwa sedangkan yang kedua dan ketiga pengulangan untuk membentuk respons yang benar dan membentuk kebiasaan-kebiasaan. e. Tantangan Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat 33 hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbulah motif untuk mengatasi hambatan yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. f. Balikan dan Penguatan Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baik akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Skinner menyebutkan bahwa dorongan belajar itu tidak hanya oleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenangkan. Atau dengan kata lain penguatan positif maupun negatif dapat memperkuat belajar. Sebagai contoh penguatan positif yaitu siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Dan contoh 34 penguatan negatif adalah anak yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa taut tidak naik kelas, karena taut tidak naik kelas ia terdorong untuk belajar lebih giat. g. Perbedaan Individual Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di sekolah mayoritas kurang memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata- rata. 4 Tujuan belajar Tujuan belajar menurut Sardiman 1986:28-30 jika ditinjau secara umum ada tiga jenis : a. Untuk mendapatkan pengetahuan Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir jenis interaksi dan cara yang dipergunakan untuk kepentingan ini pada umumnya dengan model ceramah, pemberian tugas-tugas bacaan. Dengan cara demikian anak didik 35 akan menambah pengetahuannya dan sekaligus akan mencari sendiri untuk mengembangkan cara berpikir dalam rangka mengembangkan pengetahuannya. b. Untuk mendapatkan pemahaman konsep dan ketrampilan Pemahaman konsep atau perumusan konsep juga memerlukan suatu keterampilan. Keterampilan tersebut memang dapat dilatih yaitu dengan banyak melatih kemampuan interaksi yang mengarah pada pencapaian itu dengan kaidah-kaidah tertentu dan bukan semata-mata hanya menghafal atau meniru. c. Untuk mendapatkan pembentukan sikap Dalam menumbuhkan sikap mental perilaku dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk itu dibutuhkan kecakapan dalam mengarahkan motivasi dalam berpikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model. 5 Beberapa Aktivitas Belajar Aktivitas belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses, yaitu proses belajar sesuatu. Aktivitas belajar tersebut juga dapat diketahui oleh guru dari perlakuan siswa terhadap bahan belajar. Proses belajar sesuatu dialami oleh siswa dan aktivitas belajar sesuatu dapat diamati oleh guru. Berikut ini dikemukakan beberapa 36 contoh aktivitas belajar dalam beberapa situasi Abu Ahmadi, 1991:125 : a. Mendengarkan b. Memandang c. Meraba, membau dan mencicipimengecap d. Menulis atau mencatat e. Membaca f. Membuat ihktisar atau ringkasan, dan menggaris bawahi g. Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan h. menyusun paper atau kertas kerja i. Mengingat j. Berpikir k. Latihan atau praktek 6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku. Perubahan dapat berhasil baik dan tidaknya juga dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor. Faktor-faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu sebagai berikut Ngalim Purwanto, 1987:106 : a. Faktor yang ada pada diri organism itu sendiri yang kita sebut faktor individul. Yang termasuk faktor individual antara lain faktor kematangan atau 37 pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. b. Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial. Faktor sosial antara lain adalah faktor keluarga atau keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial. Muhbbin 2008:144-155 berpendapat bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi belajar, yaitu sebagai berikut : a. Faktor internal Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yaitu : 1. Aspek fisiologis Yang dimaksud dalam aspek fisiologis ini adalah kondisi umum jasmani siswa. Kondisi kebugaran siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas sangat berpengaruh. Untuk mempertahankan kebugaran jasmani siswa sangat dianjurkan memilih pola istirahat mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihatan, 38 juga dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas. 2. Aspek psikologis Aspek psikologis yang mempengaruhi belajar siswa antara lain sebagai berikut : a. Inteligensi siswa Inteligensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Namun harus diakui juga bahwa otak memiliki peran lebih menonjol dalam hubungannya dengan inteligensi manusia daripada peran organ tubuh lainnya. Tingkat kecerdasan atau inteligensi IQ siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin besar peluangnnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses. 39 b. Sikap siswa Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa yang positif terhadap guru dan materi yang diajarkan guru merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya. Sikap negatif siswa terhadap guru dan materi yang diajarkan guru akan menimbulkan kesulitan belajar. Meskipusn bisa saja tidak menimbulkan kesulitan belajar tapi akan berdampak dalam hal lain yaitu prestasi belajar yang dicapai siswa akan kurang memuaskan. c. Bakat siswa Bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. 40 d. Minat siswa Minat belajar dalam diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya minat akan melemahkan kegiatan belajar juga. Dan itu akan berdampak pada prestasi belajar. Oleh karena itu, minat belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus. Agar siswa memiliki minat yang kuat, dan dapat menciptakan suasana belajar yang menggembirakan. e. Motivasi siswa Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. b. Faktor eksternal Seperti faktor internal, faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam, yaitu: 1. Faktor Lingkungan Sosial Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Dan yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman 41 sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Misalnya di lingkungan masyarakat yang kurang kondusif untuk belajar anak. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Contoh kebiasaan yang diterapkan orang tua siswa dalam mengelola keluarga yang keliru, seperti kelalaian orang tua dalam memonitor kegiatan anak, dapat menimbulkan dampak lebih buruk lagi. 2. Faktor Lingungan Non Sosial Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung seolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. c. Faktor Pendekatan Belajar Di samping faktor-faktor internal dan eksternal siswa, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut. Pendekatan belajar merupakan segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan 42 efisiensi proses mempelajari materi tertentu. Pendekatan belajar dapat dibagi menjadi tiga macam tingkatan, yaitu: 1. Pendekatan tinggi a. Speculatif Pendekatan speculatif yaitu pendekatan berdasarkan pemikiran mendalam, yang bukan saja bertujuan menyerap pengetahuan melainkan juga mengembangkannya. b. Achieving Pendekatan achieving pada umumnya dilandasi oleh motif ekstrinsik yang berciri khusus yang disebut ego-enhancement yaitu ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih indeks prestasi setinggi-tingginya. Gaya belajar ini lebih serius daripada yang memakai pendekatan-pendekatan lainnya. 2. Pendekatan menengah a. Analytical Pendekatan analytical strateginya yaitu berpikir kritis, mempertanyakan, menimbang-nimbang, beragumen. Tujuannya yaitu pembentukan kembali materi ke dalam pola baruberbeda. 43 b. Deep Siswa yang menggunakan deep biasanya mempelajari materi kerena memang dia tertarik dan merasa membutuhkannya intrinsik. Oleh karena itu, gaya belajarnya serius dan berusaha memahami materi secara mendalam serta memiirkan cara mengaplikasikan. 3. Pendekatan rendah a. Reproductif Strategi dalam pendekatan reproductif yaitu menghafal, meniru, menjelaskan, meringkas. Dan tujuannya yaitu pembenaran atau penyebutan kembali materi. b. Surface Siswa yang menggunakan pendekatan surface misalnya, mau belajar karena dorongan dari luar ekstrinsik antara lain takut tidak lulus yang mengakibatkan dia malu. Oleh karena itu, gaya belajarnya santai, asal hafal, dan tidak mementingkan pemahaman yang mendalam. Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata 1971:253 faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu adalah banyak sekali macamnya, terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu dan dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 44 a. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dan ini masih lagi dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu : 1. Faktor-faktor non sosial 2. Faktor-faktor sosial b. Faktor-faktor yang berasaal dari dalam diri si pelajar, dan inipun dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu : 1. Faktor-faktor fisiologis 2. Faktor-faktor psikologis C. Penelitian yang relevan Peneliti akan memaparkan hasil penelitian yang relevan dari Valentina Dewi Prasetyawati 2011, dengan judul “Hubungan Minat Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VB SD Kanisius Sengkan Semester 1 Tahun Pelajaran 20102011”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 minat belajar dibagi menjadi tiga kategori yaitu minat belajar rendah 9,68, minat belajar sedang 29,03, dan minat belajar tinggi 61,29. Skor minat belajar terendah 73 dan skor tertingginya adalah 147; 2 prestasi belajar dibagi menjadi tiga kategori, yaitu prestasi belajar rendah 25,8, prestasi belajar sedang 29, dan prestasi belajar tinggi 45,2. Prestasi belajar siswa terendah adalah 61,8 sedangkan prestasi belajar tertinggi adalah 88; 3 ada hubungan yang signifikan dan positif antara minat belajar dengan prestasi belajar siswa, dengan nilai r = 0,78 berada pada 45 tingkat korelasi kuat. Signifikan pada taraf 1 dengan korelasi r = 0,456; 4 sumbangan minat belajar terhadap prestasi belajar siswa sebesar 78. Cicilia Oktarina Wijayanti 2011 dengan judul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Demokratis Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD Kanisius Demangan Baru T ahun Pelajaran 20102011”. Hasil penelitian 1 pola asuh orang tua demokratis rendah sebesar 24, pola asuh orang tua demokratis sedang sebesar 19, pola asuh orang tua demokratis tinggi 57. 2 prestasi belajar siswa rendah sebesar 24, prestasi belajar siswa sedang 55, prestasi belajar siswa tinggi 19. 3 pola asuh orang tua demokratis memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa dengan nilai r = 0,797 dan signifikan pada taraf 1. 4 pola asuh orang tua demokratis memberikan sumbangan 79,7 terhadap prestasi belajar siswa. Nindya Ayu Wulandari 2011 dengan judul “ Hubungan Minat Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 4 Sragen Tahun Pelajaran 20102011”. Hasil penelitian 1 minat belajar dibagi menjadi tiga yaitu siswa dengan minat belajar rendah sebesar 13,3, siswa dengan minat belajar sedang sebesar 6,7, dan siswa dengan minat belajar tinggi sebesar 80. 2 prestasi belajar dibagi menjadi tiga yaitu prestasi belajar rendah sebesar 10, prestasi belajar sedang sebesar 58,33, dan prestasi belajar tinggi sebesar 31,67. 3 minat belajar mempunyai hubungan yang positif 46 dan signifikan dengan prestasi belajar siswa, dengan nilai r = 0,834 dan signifikan pada taraf 1, minat belajar memberikan sumbangan sebesar 83,4 dengan prestasi belajar siswa. D. Hubungan Antara Minat Belajar Dengan Prestasi Belajar Salah satu faktor yang berpengaruh pada prestasi belajar siswa adalah minat belajar siswa. Siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi biasanya akan memberi perhatian lebih terhadap mata pelajaran tersebut. Siswa akan merasa tertarik dan lebih memperhatikan penjelasan guru di dalam kelas. Dan siswa akan selalu antusias dalam mengerjakan tugas-tugas. Dengan demikian prestasi belajar yang diperoleh siswa akan meningkat. Karena materi yang disampaikan guru dapat diserap dengan baik oleh siswa, jadi dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa mempengaruhi prestasi belajar siswa. Untuk mencapai prestasi yang baik disamping kecerdasan juga ada minat, sebab tanpa adanya minat segala kegiatan akan dilakukan kurang efektif dan efisien. Kurangnya minat belajar dapat mengakibatkan kurangnya rasa ketertarikan pada suatu bidang tertentu, bahkan dapat melahirkan sikap penolakan kepada guru. Beberapa murid kurang berprestasi secara umum, mereka bekerja dibawah kapasitas dalam semua mata pelajaran, beberapa lagi berprestasi di bawah kemampuan mereka dalam beberapa mata pelajaran tertentu. Bila seorang anak kurang berprestasi, biasanya sekolah yang disalahkan. Orang menyimpulkan bahwa para guru 47 tidak mengetahui bagaimana mengajar atau tidak berminat untuk melakukannya dengan baik. Yang lain menyalahkan orang tua terlalu permisif dan tidak menuntut anak mereka belajar di rumah atau memperhatikan pelajaran di sekolah. Kemerosotan prestasi mulai sekitar saat minat anak terhadap sekolah mulai berkurang dan minat akan penerimaan oleh teman sebaya mulai semakin kuat Hurlock, 142. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar, karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa tidak akan belajar dengan baik sebab tidak menarik baginya. Siswa akan malas belajar dan tidak akan mendapatkan kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar. Dalam hal ini prestasi belajar dialmbil dari nilai raport lima mata pelajaran inti di sekolah dasar yaitu Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu pengetahuan Sosial, Matematika, dan Pendidikan kewarganegaraan. Nilai tersebut dihitung rata-ratanya. Kelima mata pelajaran tersebut digunakan karena dianggap sudah dapat mewakili mata pelajaran inti SD. Nilai raport bersifat obyektif dan merupakan nilai final seorang siswa selama satu semester belajar. 48 E. Hipotesis Berdasarkan kajian pustaka dan permasalahan yang disajikan dalam penelitian ini maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Ada minat belajar siswa kelas VI SD Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 20112012. 2. Ada prestasi belajar siswa kelas VI SD Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 20112012. 3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara minat dan prestasi belajar siswa kelas VI SD Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 20112012. 4. Ada sumbangan minat belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas VI SD Karitas Ngaglik Tahun Pelajaran 20112012. 49

BAB III METODE PENELITIAN