Latar Belakang Analisis Yuridis dan Kriminologi Terhadap Tindak Pidana Pemerkosaan Anak(Studi Kasus Putusan No.300/PID.B/2013/PN.KBJ)

BAB I

A. Latar Belakang

Kasus pemerkosaan banyak terjadi di masyarakat , khususnya pemerkosaan yang terjadi terhadap anak. Kasus pemerkosaan terhadap anak sering terbaikan oleh lembaga lembaga yang seharusnya memperjuangkan hak anak sebagi korban tindak pidana pemerkosaan. Dimana seharusnya lembaga lembaga tersebut seharusnya memberikan perhatian dan perlindungan . Tidak jarang pula pelaku dari tindak pidana pemerkosaan itu adalah orang terdekat atau orang yang berada disekeliling anak itu berada. Pemerkosaan merupakan perbuatan yang bertentangan dengan norma yang berlaku di masayarakat. Pemerkosaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh seorang laki laki untuk memaksa seorang wanita untuk bersetubuh di luar perkawinan. Pemerkosaan merupakan satu hal yang paling menimbulkan traumatik bagi perempuan terlebih seorang anak yang menjadi korban pemerkosaan Anak adalah generasi penerus bangsa yang seharusnya mereka harus dibina dan dibentuk potensi diri yang dimiliki oleh seorang anak dan kepribadian anak. Dalam pembentukan potensi dan dan kepribadian anak maka perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan sangat mempengaruhi anak. Perkembangan tersebut dapat memberikan dampak positif dan negative terhadap perkembangan anak tersebut. Universitas Sumatera Utara Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga mempengaruhi perkembangan kesusilaan. Jika dahulu orang orang membicarakan seks dianggap tabu,tetapi pada masa sekarang telah dibahas secara ilmiah dalam ilmu seksiologi. 1 Dalam kasus-kasus pemerkosaan terhadap anak, para pelaku sering tidak tersentuh oleh hukum,karena tidak dilaporkan oleh korban dan keluarga korban sendiri. Karena didalam masyarakat sendiri menganut budaya jaga praja , menjaga ketat kerahasiaan keluarga, membuka aib dalam keluarga berarti membuka aib sendiri. Setiap kejahatan seksual merupakan hasil interaksi antara pelaku dan korban , Pada kejahatan tertentu korban lah sebagai pemicu kejahatan terjadi kepadanya.Misal nya pemerkosaan terjadi karena cara berpakaian korban mengundang nafsu dari pelaku sehingga terjadi pemerkosaan. Dalam kedudukan nya anak sebagai korban tindak pidana pemerkosaan , dapat dilihat jika korban itu adalah orang yang menderita jasmani dan rohaniah sebagai akibat dari tindakan orang lain yang bertentangan dengan kepentingan diri sendiri atau orang lain yang mencari pemenuhan kepentingan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan kepentingan hak asasi yang menderita Pada umum nya tindak pidana pemerkosaan terjadi karena pelaku, yang tidak mampu pelaku dalam menahan nafsu seksual dan keinginan pelaku untuk balasa 1 Leden Marpaung , Kejahatan Terhadap Kesusilaan Dan Masalah Prevensinya , Jakarta : 2004,hal 6 . Universitas Sumatera Utara dendam terhadap sikap, ucapan korban,perilaku korban yang dianggap menyakiti dan merugikan pelaku , namun faktor pelaku pun dipengaruhi oleh faktor lain yaitu gaya hidup , mode pergaulan , Antara laki laki dan perempuan yang sudah tidak mengindahkan etika ketimuran, rendah nya pengalaman dan penghayatan terhadap norma norma keagamaan yang ada ditengah kehidupan nya karena nilai nilai agama sudah mulai terkikis di masyarakat atau pola relasi horizontal yang cenderung meniadakan peran agama adalah sangat potensial untuk mendorong seseorang berbuat jahat dan merugikan orang lain.Tetapi kejahatan pemerkosaan pun tentu tidak akan timbul apabila adanya control dari masyarakat. 2 Anak – anak menjadi korban pemerkosaan Child Rape adalah kelompok yang paling sulit pulih . Mereka cenderung akan menderita trauma akut. Masa depan anak tersebut akan hancur , dan bagi anak yang tidak kuat menanggung beban , maka pilihan satu-satunya adalah bunuh diri. Perasaan merasa perempuan yang sudah tidak terhormat lagu, malu karena cibiran masyarakat akan menghantui para korban tinndak pidana pemerkosaan. Anak korban tindak pidana pemerkosaan mengalami penderitaan yang lebih berat lagi karena akan menjadi trauma yang akan mengiringi perjalanan hidup anak tersebut, anak yang mengalami traumatic korban pemerkosaan. Akan cenderung takut bertemu dengan laki laki, menjadi takut untuk menjalin pertemanan dengan laki-laki. 2 Rena Yulia, Victimologi Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan ,Yogyakarta 2010 ,hal 21 Universitas Sumatera Utara Stres akibat pemerkosaan dapat dibagi menjadi dua yaitu stres langsung dan stres jangka panjanng. Stres langsung yaitu reaksi yang terjadi setelah pemerkosaan yaitu kesakitan secara fisik, rasa bersalah , takut , cemas , malu , marah , dan perasaan tidak berdaya . stress jangka panjang yaitu gejala psikologis yang dirasakan oleh korban pemerkosaan sebagai rasa trauma yang menjadikan korban kurang memiliki rasa percaya diri , menutup diri dari pergaulan dan reaksi lainya yang dirasakan korban. Pada saat ini hukum Indonesia sudah mengatur secara khusus mengenai perlindungan untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual terhadap anak – anak. Diantara nya lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak lalu , Undang Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga , Undang Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban.Meskipun sudah diatur secara khusus tetapi dari sudut pandang hukum acara pidana , korban tetap memiliki kedudukan yang pasif ,karena kepentingan korban diwakilkan oleh Jaksa Penuntut Umum. Bahkan dalam prakteknnya banyak aparat hukum yang menolak untuk menegakkan hukum apabila kejahatan itu berlangsung didalam lingkup domestik. Pada praktek nya di Pengadilan terdapat cara pandang hakim dan jaksa yang konvensional terhadap korban kejahatan seksual anak – anak , seperti yang diunggkapkan oleh Jaringan Kerja Penanganan Kekerasan Terhadap Perempuan : Universitas Sumatera Utara “ Dalam menangani kasus perkosaan anak sebagai kasus kejahatan terhadap manusia yang berdampak serius terhadap masa depan korban , hakim sebaiknya mengubah sikap dan cara pandang nya . Hakim sepatut nya menjatuhkan hukuman seadil-adilnya sesuai hukum yang berlaku kepada pelaku , dengan memperhatikan kepentingan korban “ Kekerasan seksual terhadap anak , menyebabkan anak sebagai korban seharusnya mendapat perhatian khusus oleh lembaga hukum dan aparat aparat hukum, seluruh lembaga hukum , aparat hukum , dan masyarakat seharusnya mencari apa yang menjadi penyebab terjadinya kekerasan seksual seperti pemerkosaan yang menjadikan anak sebagai korban nya. Perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban pemerkosaan memerlukan perhatian khusus dari lembaga hukum , aparat hukum dan masyarakat , karena anak merupakan generasi penerus bangsa yang harus dijaga dan dilindungi.

B. Ruang Lingkup Permasalahan