Teori Kriminologi dari Perspektif Sosiologis

3. Ernesnt Burgess dan Ronald Akers Mereka menggabungkan Learning Theory dari Badura yang berdasarkan psikologi dengan teori Differential Association dari Erwin Sutherland yang berdasarkan sosiologi dan kemudian menghasilkan teori Differential Association Rein Forcemment .

5. Teori Kriminologi dari Perspektif Sosiologis

Teori sosiologis sendiri mencari perbedaan dari angka kejahatan di dalam lingkungan social . Teori ini dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu : a. Strain ; b. Culture Deviance ; c. Social Control . a. Strain Theories Strain theories merupakan theory anomie dari Emile Durkheim. Durkheim meyakini jika sebuah masyarakat sederhana berkembang menuju surtu masyaraka yang modern dan kota , maka kedekatan yang dibutuhkan untuk melanjutkan satu set norma akan merosot , di mana kelompok – kelompok akan terpisah dan dalam ketiadaan dalam satu set aturan – aturan umum , tindakan – tindakan dan harapan orang lain dengan tidak dapat diperediksi perilaku sistem tersebut secara bertahap akan runtuh dan masyarakat itu dalam keadaan anomi. Durkheim mempercayai Universitas Sumatera Utara bahwa hasrat manusia adalah tidak terbatas , karena alam tidak mengatur batas – batas yang kketat untuk kemampuan manusia . b. Cultural Deviance Theories Teori ini juga disebut dengan teori – teori penyimpangan budaya. Ada tiga jenis teori penyimpangan budaya yaitu : 1. Social Disorganization Theory Teori ini terfokus pada perkembangan disintegrasi nilai konvensional yang disebabkan industrialisasi yang cepat , peningkatan imigrasi , dan urbanisasi. Adapun tokoh yang terkenal di dalam teori Social Disorganization Theory yaitu, W.I Thomas dan Florian Znanieck didalam buku mereka yang berjudul The Polish Peasant in Ueropa and America menggambarkan pengalaman sulit yang dialami para petani Polandia ketika mereka meninggalkan dunia lamanya yaitu pedesaan untuk menuju dunia baru kota industry . Selain itu mereka menyelidiki asimilasi dari para imigran dimana para imigran tua tidak begitu terpengaruh akan kepindahan itu meskipun berada di daerah kumuh , tetapi dengan adanya generasi muda mereka memliki sedikit tradisi lama tetapi tidak terasimilalsi dengan tradisi dunia baru, adapun tokoh lain nya yaitu Robert Park dan Ernest Burgess yang mengembangkan teori Social Disorganization dari Thomas dan Znanieck yang mengintrodusir analisis ekologi dari masyarakat dunia, yang meniliti karakter daerah dan bukan meneliti para penjahat untuk penjelasan tentang tingginya angka kejahatan Universitas Sumatera Utara Mereka mengembangkan pemikiran tentang Natural Urban Areas yang terdiri atas zona – zona konsentrasi yang memanjang keluar dari distrik pusat bisnis dan kota, tokoh lain nya yaitu Clifford Shaw dan Hendri Mc kay ang mmengatakan bahwa angka tertinggi dari delinquent berlangsung terus di area yang sama dari kota Chicago meskipun komposisi etnis berubah. Penemuan ini memberi kesimpulan bahwa faktor yang paling menentukan bukanlah etnisitas melainkan posisi kelompok di dalam penyebaran status ekonomi dan nilai – nilai budaya . 2. Culture Conflick Theory Teori ini menegaskan bahwa kelompok – kelompok yang berlainan belajar conduct norm yang berbeda dan bahwa banyak conduct norm dari suatu kelompok mungkin berbenturan dengan aturan konvensional kelas menegah. Tokoh yang terkenal dari teori ini adalah Thorsten Sellin di mana ia mengatakan bahwa conduct norm merupakan aturan yang merefleksikan sikap – sikap dari kelompok yang masing – masing dari kita memilikinya . 3. Differential Association Theory Teori ini berpendapat bahwa orang belajar melakukan kejahatan sebagai akibat dari hubungan dengan nilai – nilai dan sikap anti social serta pola tingkah laku criminal. Jadi kejahatan terjadi karena hasil peniruaan terhadap kejahatan yang ada di dalam masyarakat . Adapun tokoh dari teori ini adalah Edwin H. Sutherland. Universitas Sumatera Utara Sobural sebagai akronim dari nilai – nilai social , aspek budaya dan faktor structural dari suatu sistem masyarakat tertentu. Tujuan dari teori sobural bukan semata – mata mencegah kejahtan , melainkan merekayasa hukum dalam kebenaran dan keadilan agar tercipta kedamaian dan kesejahteraan , maka hanya Polri lah yang dapat memberitahukan kepada semua aparat pemerintah baik pusat maupun daerah bahwa timbulnya dan semakin meningkatnya kejahatan atau tindak pidana. c. Social Control Teori control sosial memfokuskan diri pada teknik – teknik dan strategi yang mengatur tingkah laku manusia dan membawanya kepada penyesuaian atau ketaataan kepada aturan – aturan masyarakat . 25 Konsep control sosial lahir pada peralihan abad dua puluh dalam satu volume buku dari E.A.Ross, salah seorang bapak sodiologi Amerika.Menurut Ross,sistem keyakinanlah yang membimbing orang – orang yang secara universal mengontrol tingkah laku , tidak peduli apa pun bentuk keyakinan yang dipilih.Sejak saat itu ,konsep ini diambil dalam arti yang semakin luas . Kontrol sosial telah di konseptualisasikan sebagai : “all – encompassing , representingpractically any phenomenon that leads to conformity to norms “ istilah ini dapat ditemukan pada studi – studi hukum, kebiasaan,moral , ideology, dan adat. Control sosial dikaji dari perspektif makro maupun mikro. Macrosociological studies menjelajah sistem – sistem formal untuk mengontrol kelompok – kelompok. 25 Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa ,Op.Cit, hal 87 Universitas Sumatera Utara Sistem formal itu diantara nya , sistem hukum undang – undang penegak hukum,kelompok – kelompok kekuatan masyarakat ,arahan –arahan sosial ekonomi dari pemerintah atau kelompok swasta.Jenis control ini dapat menjadi positif maupun negative.positif apabila dapat merintangi orang dari melakukan tingkah laku yang melanggar hukum. Negatif apabila mendorong penindasan, membatasi, atau melahirkan korupsi dari mereka yang memiliki kekuasaan. Micrososiological studies memfokuskan perhatian kepada sistem control secara informal . teori teori dari control sosial antara lain : 1. Travis Hirschi sosial Bonds Hirschi menyebut empat sosial bonds yang mendorong socialization sosialisasi dan conformity Penyesuaian diri , yaitu attachment , commitment , involvement, dan belief. Menurut Hirschi “ the stronger these bonds,the less likelihood of delinquency semakin kuat ikatan ikatan ini ,semakin kecil kemungkinan terjadi delinquency atau kenakalan dalam penelitiannya ia mendapati bahwa “ weakness in any of the bonds was asocited with delinquent behavior “ kelemahan di setiap ikatan – ikatan itu berkaitan dengan tingkah laku delinquent . 2. Michael Gotfreason dan Travis Hirschi Gotfredson dan hirschi dalam buku nya A General Theory Of Crime menemukan satu penjelasan yang signifikan dengan karya hirschi terdahulu. Social bonds dari hirschi menolak usaha menjelaskan kejahtan melalui internalized control dan ia justru Universitas Sumatera Utara menggunakan pendekatan sosiologis . Kontrol tersebut menurut teori Hirschi sebelumnya, dihasilkan oleh hubungan berlanjut si individu dengan conventional orde yaitu oleh ikatan ikatan dengan keluarga ,sekolah , pekerjaan,aktivitas sehari – hari, dan kepercayaan . Mereka meninggalkan pemikiran bahwa berlanjutnya social bonds merupakan pencegahan terhadap keterlibatan perbuatan illegal. Mereka justru menegaskan dalil bahwa self control , yang terpendam dalam awal kehidupan seseorang menentukan siapa yang jatuh sebagai pelaku kejahahtan. Jadi control merupakan suatu keadaan integral yang permanen disbanding dari hasil perjalanan faktor sosiologis. Menurut mereka , self control merupakan pencegah yang membuat orang menolak kejahtan dan pemuasaan sesaat. 3. David Matza techniques of neutralization David matza mengembangkan suatu perspektif yang berbeda secara signifikan pada sosial control dengan menjelaskan mengapa sebagian remaja hanyut ke dalam atau keluar dari delinquency. Menurut nya remaja merasakan suatu kewajiban moral untuk menaati atau terikat dengan hukum . “ikatan “ atau “ bond “ antara seseorang dengan hukum sesuatu yang menciptakan tanggung jawab dan control sosial akan tetap di tempat nya sepanjang waktu . Apabila ia tidak ditempatnya lagi , remaja itu mungkin masuk ke dalam drift , atau periode di mana delinquent sementara hadir dalam keadaan linglung terlantar atau terombang ambing antara convention dan crime , merespon permintaan dari Universitas Sumatera Utara masing – masing , kadang dekat dengan yang satu kadang dengan yang lain , tetapi menunda komitmen , menghindari putusan . Jadi ia drift antara tindakan criminal dan konvensional. 4. Albert J.Reiss Personal and Social Control Personal control didefinisikan sebagai “ the ability of the individual to refrain from meeting needs in ways which conflict with the norms and rules of the community “ kemampuan individu umtuk menolak memenuhi kebutuhan dengan cara yang berlawanan dengan norma – norma atau aturan masyarakat . Sedangkan social control di defenisikan sebagai “ the ability of sosial groups or institusion to make norms or rules effective kemampuan kelompok – kelompok atau lembaga – lembaga sosial untuk membuat norma norma atau aturan – aturanya dipatuhi . Menurut Reiss penyesuaian diri dengan norma mungkin dihasilkan dari penerimaan acceptance individu atas aturan dan peranan atau semata- mata dari ketundukan kepada norma. 5. Walter C. Reckless Containment Theory Containment theory menurut Reckless adalah menjelaskan mengapa di tengah berbagai dorongan dan tarikan – tarikan kriminogenik yang beraneka macam , apa pun itu bentuknya, conformity penerimaan kepada norma tetaplah menjadi sifat yang umum . Menurut Reckless untuk melakukan kejahatan atau delinquency mempersyaratkan si indivdu memecahkan atau menerobos suatu kombinasi dari outer containment pengurungan luar dan inner containment pengurangan dalam yang Universitas Sumatera Utara bersama – sama cenderung mengisolasikan seseorang baik dari dorongan ataupun tarikan itu . Menurut Reckless kemungkinan terjadi penyimpangan berhubungan secara langsung dengan sejauh mana dorongan – dorongan internal seperti kebutuhan harus dipenuhi , keresahan , tekanan eksternal kemiskinan , pengganguran tekanan – tekanan eksternal dikontrol dengan inner containment atau outer containment .

B. Faktor – Faktor Penyebab Tindak Pidana Pemerkosaan Terhadap