PENYAJIAN DATA Formulasi Upah Minimum Kota Medan Tahun 2010

BAB IV PENYAJIAN DATA

Dalam Bab ini akan disajikan data yang diperoleh selama penelitian pada dewan pengupahan Kota Medan baik data yang didapat dari penyebaran kuesioner maupun wawancara. Dalam penyebaran kuesioner yang akan dijawab oleh responden, peneliti mengambil sampel sebayak 23 orang, dan dari 23 orang tersebut diambil 2 orang sebagai informan untuk wawancara yaitu ketua Dewan Pengupahan, dan ketua SBSI Kota Medan. Penyajian data dalam bentuk kuesioner akan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan deskripsi hasil wawancara akan dilakukan berdasarkan kelompok masalah yang ditemukan di Universitas Sumatera Utara lapangan. Penyajian data ini terdiri dari data pribadi responden berdasarkan perwakilanunsur, jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan tingkat pendidikan terakhir dan data variabel penelitian yang berupa jawaban responden terhadap pertanyaan yang diajukan berdasarkan daftar pertanyaan pada kuesioner yang diuraikan dalam tabel distribusi frekuensi serta deskripsi hasil wawancara dari 2 informan diatas.

4.1 Deskripsi Data-data responden

Berikut ini adalah hasil data mengenai identitas responden melalui kuesioner yang diperoleh selama penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel frekuensi.

4.1.1 Data Responden berdasarkan perwakilanunsur

Dari data responden berdasarkan perwakilan ini kita akan melihat jumlah dari masing- masing keterwakilan. Dengan keterwakilan tersebut dapat digambarkan nantinya jumlah dan komposisi masing-masing perwakilaanunsur yang duduk sebagai dewan pengupahan. Setiap perwakilan dewan pengupahan ini nantinya yang akan mewakili aspirasi dan kepentingan masing-masing lembaganya. Tabel 2. Data responden berdasarkan perwakilanunsur No Perwakilan Unsur Frekuensi F Persentase 1. Serikat PekerjaSerikat Buruh 7 30,43 2. Pemerintah 12 52,17 3. APINDO 4 17,40

4. Jumlah

23 100,00 Sumber: kuesioner 2010 Universitas Sumatera Utara Dari tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa jumlah keterwakilan pemerintah lebih dominan daripada keterwakilan unsur-unsur lainnya yaitu sebesar 52,17. Sedangkan untuk perwakilan serikat buruhserikat pekerja sebesar 30,43 dan untuk unsur APINDO hanya sebesar 17,40. Pemerintah memang memiliki keterwakilan lebih banyak dari unsur-unsur lainnya, hal ini sebagaimana tercantum dalam Keputusan Presiden No 107 tahun 2004 tentang dewan pengupahan, bahwa komposisi dewan pengupahan adalah 2:1:1. Dengan perwakilan pemerintah adalah 2 kali lebih banyak dari unsur-unsur lainnya.

4.1.2 Data responden mengenai jenis kelamin

Dari data yang diperoleh, diketahui bahwa responden laki-laki paling mendominasi dibandingkan dengan responden perempuan pada anggota dewan pengupahan Kota Medan. Setelah dilakukannya distribusi kuesioner kepada responden menurut jenis kelamin, maka dapat diuraikan sebagai berikut: Tabel 3. Data responden berdasarkan jenis kelamin No Jenis Kelamin Frekuensi F Persentase 1. Laki-laki 19 82,60 2. Perempuan 4 17,40

3. Jumlah

23 100,00 Sumber: kuesioner 2010 Berdasarkan tabel 3 di atas, dapat dilihat bahwa dari seluruh responden yang berjumlah 23 responden, 19 orang 82,60 adalah laki-laki dan 4 orang adalah perempuan 17,40. Jadi dapat disimpulkan bahwa anggota dewan pengupahan Kota Medan lebih banyak berjenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan yang berjenis kelamin perempuan. Universitas Sumatera Utara

4.1.3 Data Responden berdasarkan Usia

Dari data responden menurut usia dapat dilihat bahwa usia 47-56 adalah paling banyak. Usia dapat menunjukan kematangan seseorang dalam mengambil keputusan, dan dalam pengalaman kerja yang telah dijalani. Seperti terlihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 4. Data responden berdasarkan usia No Usia Frekuensi Persentase 1 17 – 26 1 4,34 2 27 – 36 4 17,40 3 37 – 46 8 34,79 4 47 – 56 10 43,47 5 57 – 66 - -

6 Jumlah

23 100 Sumber: kuesioner 2010 Berdasarkan tabel 4 diatas, dapat dilihat bahwa responden yang berusia 17-26 tahun adalah 1 orang 4,34. Responden yang berusia 27-36 adalah 4 orang 17,40, responden yang berusia 37-46 adalah 8 orang 34,79 dan responden yang berusia 47-56 adalah 10 orang 43,47. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa responden yang berusia 47-56 tahun adalah paling banyak yaitu 10 orang 43,47. Dan responden yang berusia 17-26 adalah paling sedikit hanya 1 orang saja 4,30. Dengan demikian anggota dewan pengupahan Kota Medan lebih banyak yang berusia 47-56 tahun. 4.1.4 Data Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Universitas Sumatera Utara Tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menjalankan setiap tugas, fungsi yang dibebankan padanya. Oleh karena itu penting sekali tingkat pendidikan bagi anggota dewan pengupahan demi menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi dalam dewan pengupahan. Tabel 5. Data responden berdasarkan pendidikan terakhir No Pendidikan Terakhir Frekuensi F Persentase 1. SMASederajat 4 17,39 2. Sarjana S-1 18 78,26 3. Magister S-2 1 4,35

4. Jumlah

23 100,00 Sumber: kuesioner 2010 Dari tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa dari 23 responden, 4 orang responden 17,39 memiliki tingkat pendidikan SMA, 18 orang responden 78,26 memiliki tingkat pendidikan S-1, dan 1 orang responden 4,35 memiliki tingkat pendidikan S-2. Dari data diatas diketahui bahwa anggota dewan pengupahan Kota Medan sudah memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari hasil tabel bahwa anggota dewan pengupahan lebih dominan memiliki tingkat pendidikan Sarjana S-1 yaitu 18 orang 78,26, ditambah lagi dengan 1 orang anggota dewan pengupahan yang memiliki tingkat pendidikan magister S-2.

4.2 Deskripsi variabel penelitian

Universitas Sumatera Utara Sesuai dengan teknik pengumpulan data yang penulis gunakan, yaitu dengan teknik wawancara dan penyebaran kuesioner terhadap responden, berikut ini disajikan hasil pengumpulan data tentang formulasi upah minimum Kota Medan tahun 2010 yang dilaksanakan pada dewan pengupahan Kota Medan. Hasil dari pengumpulan data tersebut akan penulis sajikan dalam bentuk tabel frekuensi, kemudian jawaban dari responden diinterpretasikan menurut analisa penulis berdasarkan keterangan responden. Selanjutnya penulis juga akan mendeskripsikan hasil wawancara yang diperoleh di lapangan dengan 2 informan kunci yang mengetahui tentang masalah penelitian penulis. 4.2.1 Deskripsi Data Kuesioner Tabel 6. jawaban responden tentang kebijakan upah minimum kota sebagai instrument dalam penentuan tingkat upah No Kategori Frekuensi F Persentase 1. Sangat baik 2 8,69 2. Baik 12 52,17 3. Cukup baik 5 21,73 4. Buruk 3 13,04 5. Sangat Buruk 1 4,37

6. Jumlah

23 100,00 Sumber: kuesioner 2010 Dari tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa dari 23 responden, 12 orang responden 52,17 mengatakan bahwa kebijakan upah minimum kota sebagai instrument dalam hal penentuan tingkat upah sudah baik, 2 orang responden 8,69 mengatakan jika kebijakan upah minimum kota sangat baik sebagai instrumen dalam penentuan tingkat upah, dan 5 orang 21,73 mengatakan kebijakan upah minimum kota sudah cukup baik sebagai instrument dalam penentuan tingkat upah, ini berbanding terbalik dengan 3 orang responden 13,04 yang Universitas Sumatera Utara mengatakan bahwa kebijakan upah minimum kota masih buruk sebagai instrument dalam penentuan tingkat upah, dan 1 orang responden 4,37 mengatakan bahwa kebijakan upah minimum kota sangat buruk dalam mengatur penentuan tingkat upah. Dari data diatas diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa kebijakan upah minimum sudah baik sebagai intrumen dalam penentuan tingkat upah minimum kota. Tabel 7. Jawaban responden tentang terpenuhinya tuntutan buruh dan pengusaha akan tingkat upah dalam formulasi upah minimum Kota Medan tahun 2010 No Kategori Frekuensi F Persentase 1. Sangat terpenuhi - - 2. Terpenuhi 8 34,78 3. Cukup terpenuhi 6 26,08 4. Tidak terpenuhi 8 34,78 5. Sangat tidak terpenuhi 1 4,36

6. Jumlah

23 100,00 Sumber: kuesioner 2010 Dari tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa ada hal menarik dalam data tabel tersebut, dimana 8 orang responden 34,78 mengatakan bahwa tuntutan buruh dan keinginan pengusaha akan tingkat upah dalam formulasi UMK 2010 sudah terpenuhi, sedangkan 8 orang responden 34,78 lainnya juga mengatakan bahwa tuntutan buruh dan keinginan pengusaha akan tingkat upah dalam formulasi UMK 2010 tidak terpenuhi. Perbandingan yang sama besar namun berbanding terbalik. 6 orang responden mengatakan bahwa tuntutan buruh dan keinginan pengusaha akan tingkat upah dalam formulasi UMK 2010 cukup terpenuhi. Dan dengan 1 orang responden 4,36 mengatakan bahwa tuntutan buruh dan keinginan pengusaha sangat tidak terpenuhi. Ini Universitas Sumatera Utara menunjukan bahwa tidak semua responden menyatakan bahwa tuntutan mereka sudah terpenuhi dalam formulasi UMK tahun 2010. Tabel 8. Jawaban responden tentang perlunya kesepakatan dari masing-masing anggota perwakilan sebelum usulan upah diwacanakan dalam dewan pengupahan No Kategori Frekuensi F Persentase 1. Sangat perlu 7 30,43 2. Perlu 13 56,54 3. Cukup perlu 2 8,69 4. Tidak perlu 1 4,34 5. Sangat tidak perlu - -

6. Jumlah

23 100,00 Sumber: kuesioner 2010 Dari tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa 13 responden 56,54 mengatakan bahwa perlu kesepakatan dari masing-masing anggota perwakilan sebelum mewacanakan usulan upah dalam dewan pengupahan. Dan 7 orang responden 30,43 mengatakan bahwa sangat perlu adanya kesepakatan dari masing-masing anggota perwakilan sebelum usulan upah diwacanakan dalam dewan pengupahan. 2 orang responden 8,69 mengatakan bahwa cukup perlu kesepakatan dari masing-masing perwakilan sebelum usulan upah diwacanakan dalam dewan pengupahan. Namun 1 orang responden 4,34 mengatakan bahwa bahwa tidak perlu kesepakatan dari masing-masing perwakilan sebelum usulan upah diwacsanakan dalam dewan pengupahan. Dari data diatas diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa perlu kesepakatan dari masing-masing anggota perwakilan sebelum usulan upah diwacanakan dalam dewan pengupahan. Tabel 9. Jawaban responden tentang penerimaan usulan upah yang direkomendasikan salah satu aktor terhadap aktor-aktor lainnya Universitas Sumatera Utara No Kategori Frekuensi F Persentase 1. Sangat diterima 5 26,08 2. Diterima 6 26,08 3. Cukup diterima 5 21,74 4. Tidak diterima 5 21,74 5. Sangat tidak diterima 2 8,70

6. Jumlah 23

100,00 Sumber: kuesioner 2010 Dari tabel 9 diatas, dapat dilihat bahwa dari 23 responden, 6 orang responden 26,08 mengatakan bahwa usulan upah yang direkomendasikan salah satu aktor terhadap aktor lainnya telah diterima, ditambah lagi dengan 5 orang responden 26,08 mengatakan bahwa usulan upah yang direkomendasikan oleh aktor lainnya sangat diterima oleh aktor-aktor lainnya. Dan 5 orang responden 21,74 mengatakan bahwa tingkat usulan upah yang direkomendasikan oleh satu aktor cukup diterima oleh aktor lainnya. Dan ada 5 orang responden 21,74 mengatakan bahwa usulan upah yang disampaikan atau direkomendasikan satu aktor tidak diterima oleh aktor lainnya. 2 orang responden 8,70 menyatakan bahwa tingkat usulan upah yang direkomendasikan suatu aktor sangat tidak diterima oleh aktor-aktor lainnya. Tingkat penerimaan usulan upah oleh aktor-aktor lainnya ini akan meminimalisasi tingkat perselisihan dan perdebatan dalam rapat usulan upah dalam dewan pengupahan nantinya. Dari data diatas diketahui bahwa sebagaian besar responden mengatakan bahwa usulan upah yang mereka rekomendasikan diterima oleh aktor lainnya, walaupun ada sebagain kecil responden yang mengatakan bahwa usulan upah yang direkomendasikan satu aktor sering tidak diterima oleh aktor lainnya. Universitas Sumatera Utara Tabel 10. Jawaban responden tentang kesesuaian proses formulasi UMK tahun 2010 dengan tuntutan buruh dan pengusaha No Kategori Frekuensi F Persentase 1. Sangat sesuai - - 2. sesuai 8 34,78 3. Cukup sesuai 8 34,78 4. Tidak sesuai 6 26,08 5. Sangat tidak sesuai 1 4,36

6. Jumlah

23 100,00 Sumber: kuesioner 2010 Dari tabel 10 diatas diketahui bahwa kesesuaian formulasi upah minimum kota dengan tuntutan buruh dan pengusaha masih belum sesuai. Karena masih banyak responden yang mengatakan bahwa usulan upah belum sesuai dengan tuntutan buruh dan keinginan pengusaha. Ini dapat dilihat bahwa dari 23 responden, hanya 8 orang responden 34,78 mengatakan bahwa proses formulasi sesuai dengan tuntutan buruh dan keinginan pengusaha, dan jumlah yang sama juga dengan data 8 orang responden 34,78 diatas menyatakan bahwa cukup sesuai. Dan 6 responden 26,08 mengatakan bahwa proses formulasi upah minimum kota tidak sesuai dengan tuntutan buruh dan pengusaha, ditambah lagi 1 orang responden 4,36 mengatakan bahwa sangat tidak sesuai proses formulasi upah minimum kota dengan tuntutan buruh dan pengusaha. Tabel 11. Jawaban responden tentang proses Formulasi UMK Tahun 2010 dijalankan dengan Permenakertrans No. Per-17MenVIII2005 tentang Komponen Dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak No Kategori Frekuensi F Persentase Universitas Sumatera Utara 1. Sangat baik - - 2. baik 14 60,87 3. Cukup baik 6 26,08 4. buruk 3 13,05 5. Sangat buruk - -

6. Jumlah

23 100,00 Sumber: kuesioner 2010 Dari tabel 11 diatas, diketahui bahwa sebagian besar responden mengatakan bahwa formulasi upah minimum Kota Medan tahun 2010 sudah sesuai dengan Permenakertrans No 17 Tahun 2005 tentang komponen dan pelaksanaan tahapan pencapaian kebutuhan hidup layak. Ini merupakan langkah yang baik dalam tahapan formulasi upah minimum kota, karena proses formulasi upah minimum kota sudah berjalan sesuai dengan dasar hukum atau aturan yang mengaturnya. Dari 23 responden terlihat 14 responden 60,87 mengatakan bahwa formulasi upah minimum Kota Medan tahun 2010 sudah baik, yaitu sesuai dengan Permenakertrans No 17 tahun 2005. 6 responden mengatakan bahwa formulasi upah minimum Kota Medan tahun 2010 cukup baik dijalankan sesuai dengan Permenakertrans No 17 tahun 2005. Dan 3 orang mengatakan bahwa formulasi upah minimum kota masih buruk karena Permenakertrans No 17 tahun 2010 juga dinilai tidak sesuai sebagai dasar formulasi upah minimum kota. Tabel 12. Jawaban responden tentang Permenakertrans No 17 Tahun 2005 sebagai dasar dalam mekanisme dan formulasi upah minimum No Kategori Frekuensi F Persentase 1. Sangat baik - - Universitas Sumatera Utara 2. baik 12 52,17 3. Cukup baik 5 21,74 4. buruk 4 17,39 5. Sangat buruk 2 8,70

6. Jumlah

23 100,00 Sumber: kuesioner 2010 Permenakertrans No 17 Tahun 2005, merupakan hal yang paling fundamen dalam membahas dan menentukan upah minimum kota. Karena merupakan Salah satu dasar dalam perumusan upah minimum kota tersebut. Permenakertrans ini mengatur tentang survei KHL yang menjadi dasar dalam merumuskan usulan upah nantinya. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 23 responden 12 responden 52,17 mengatakan bahwa Permenakertrans tersebut sudah baik sebagai dasar dalam formulasi upah minimum kota. 5 responden mengatakan cukup baik 21,74 , 4 responden 17,39 mengatakan bahwa Permenakertrans ini buruk dalam mengatur formulasi upah minimum kota, dan 2 orang responden 8,70 mengatakan bahwa Permenakertrans ini sangat buruk sebagai dasar dalam formulasi. Dari data diatas diketahui bahwa sebagian besar responden mengatakan bahwa Permenakertrans belum terlalu baik sebagai dasar dalam formulasi upah minimum kota. Walaupun sebagian besar responden mengatakan bahwa Permenakertrans tersebut sudah baik, namun masih ada beberapa responden yang mengatakan itu buruk. Tabel 13. Jawaban responden tentang adanya indikator lain yang digunakan masing- masing aktor dalam perumusan Upah Minimum Kota Medan tahun 2010 No Kategori Frekuensi F Persentase 1. Sangat ada 3 13,04 2. ada 13 56,52 Universitas Sumatera Utara 3. Cukup ada 2 8,70 4. Tidak ada 5 21,74 5. Sangat tidak ada - -

6. Jumlah

23 100,00 Sumber: kuesioner 2010 Dari tabel 13 diatas diketahui bahwa, ada indikator lain yang digunakan selain dari indikator dalam Permenakertrans No 17 Tahun 2005 di dalam perumusan upah minimum kota. Indikator lain ini diartikan sebagai adanya survei tandingan yang dilakukan oleh masih-masing lembaga dalam hal upah. Survei tandingan ini nantinya menjadi pembanding bagi mereka dalam mengusulkan usulan upah sebelum diwacanakan dalam dewan pengupahan. Dari data diatas, dapat dilihat bahwa 13 responden 56,52 mengatakan bahwa ada indikator lain yang digunakan masing-masing aktor dalam formulasi upah minimum kota. 3 orang responden 13,04 mengatakan bahwa sangat ada indikator lain yang digunakan oleh masing-masing aktor dalam formulasi upah minimum kota. Data tersebut menunjukan bahwa memang ada indikator lain yang digunakan oleh masing-masing aktor dalam formulasi upah minimum kota yaitu adanya survei tandingan yang mereka gunakan dalam merumuskan usulan upah sebelum diwacanakan dalam dewan pengupahan nantinya. Tabel 14. Jawaban responden tentang aturan-aturan dan standar yang berlaku dalam mekanisme perumusan upah sudah menguntungkan masing-masing aktor. No Kategori Frekuensi F Persentase 1. Sangat menguntungkan - - 2. menguntungkan 10 43,48 3. Cukup menguntungkan 6 26,08 Universitas Sumatera Utara 4. Tidak menguntungkan 4 17,39 5. Sangat tidak menguntungkan 3 13,05

6. Jumlah

23 100,00 Sumber: kuesioner 2010 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengatakan bahwa aturan-aturan dan standar yang berlaku dalam perumusan upah sudah menguntungkan masing- masing aktor. Walaupun masih ada beberapa responden lainnya yang mengatakan bahwa aturan- aturan tersebut tidak menguntungkan bagi salah satu aktor. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa dari 23 responden, 10 responden 43,48 mengatakan bahwa aturan-aturan dan standar yang berlaku sudah menguntungkan msing-masing aktor. 6 responden 26,08 mengatakan bahwa aturan-aturan dan standar yang digunakan cukup menguntungkan masing-masing aktor. Namu ada 4 responden 17,39 yang mengatakan bahwa aturan-aturan tersebut tidak menguntungkan, malah merugikan salah satu aktor. Ini diperkuat lagi dengan data 3 orang responden 13,05 mengatakan bahwa aturan-aturan dan standar sangat tidak menguntungkan masing-masing aktor. Sehingga diketahui bahwa aturan-aturan atau standar yang digunakan masih belum menguntungkan salah satu aktor dalam formulasi upah minimum kota, walaupun menguntungkan bagi aktor lainnya. Tabel 15. Jawaban responden tentang ada tidaknya aktor yang mendominasi dalam formulasi upah minimum Kota Medan tahun 2010 No Kategori Frekuensi F Persentase 1. Sangat ada 3 13,04 2. Ada 5 21,74 Universitas Sumatera Utara 3. Cukup ada 4 17,39 4. Tidak ada 9 39,13 5. Sangat tidak ada 2 8,70

6. Jumlah

23 100,00 Sumber: kuesioner 2010 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, dari 23 responden sebagian besar responden mengatakan bahwa tidak ada aktor yang mendominasi. Dalam formulasi upah minimum kota ada berbagai kepentingan yang terlibat di dalamnya, sehingga tidak dihindari adanya dominasi salah satu aktor terhadap aktor lainnya. Dalam tabel 20 diatas dapat dilihat bahwa 9 responden 39,13 mengatakan bahwa tidak ada aktor yang mendominasi dalam formulasi upah minimum Kota Medan tahun 2010, 2 orang responden 8,70 mengatakan bahwa sangat tidak ada pihak yang mendominasi. Namun 5 orang responden 21,74 mengatakan bahwa ada aktor yang mendominasi dalam formulasi upah minimum Kota Medan tahun 2010. Dan 3 orang responden 13,04 mengatakan bahwa sangat ada aktor yang mendominasi. Dari tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar responden mengatakan bahwa tidak ada pihak yang mendominasi. Tabel 16. Jawaban responden tentang kesesuaian nilai KHL tahun 2009 yaitu Rp.1.094.213,17 dengan Permenakertrans No Per-17MenVIII2005 No Kategori Frekuensi F Persentase 1. Sangat sesuai 2 8,70 2. Sesuai 14 60,87 3. Cukup sesuai 4 17,39 4. Tidak sesuai 2 8,70 5. Sangat tidak sesuai 1 4,34

6. Jumlah

23 100,00 Sumber: kuesioner 2010 Universitas Sumatera Utara KHL adalah salah satu dasar dalam perumusan upah minimum kota. Besaran nilai KHL ditentukan melalui survei KHL, survei tersebut dilakukan dengan mensurvei 46 itemkomponen kebutuhan dasar buruh sesuai dengan Permenakertrans no 17 tahun 2005. Hasil survei yang sudah disepakati bersama tersebut akan menjadi nilai KHL. Dari tabel 15 diatas, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengatakan bahwa nilai KHL tahun 2009 sesuai dengan Permenakertrans No 17 Tahun 2005. 14 responden 60,87 mengatakan bahwa nilai KHL tahun 2009 sudah sesuai dengan Permenakertrans no 17 tahun 2005. 2 responden mengatakan sangat sesuai nilai KHL dengan Permenakertrans tersebut. 4 orang responden mengatakan cukup sesuai, dan 2 orang responden mengatakan tidak sesuai nilai KHL tahun 2009 dengan Permenakertrans yang mengatur tentang komponen dan tahapan pencapaian kebutuhan hidup layak. Ditambah lagi 1 orang responden mengatakan bahwa nilai KHL Kota Medan tahun 2009 sebesar Rp. 1.094.213 sangat tidak sesuai dengan Permenakertrans No 17 Tahun 2005. Dari data tersebut diketahui bahwa sebagian besar responden mengatakan bahwa nilai KHL Kota Medan tahun 2009 sudah sesuai dengan Permenakertrans No 17 Tahun 2005. Tabel 17. Jawaban responden tentang nilai KHL tersebut apakah telah mencerminkan tingkat kebutuhan buruh saat ini No Kategori Frekuensi F Persentase 1. Sangat mencerminkan 1 4,34 2. Mencerminkan 12 52,17 3. Cukup mencerminkan 3 13,05 4. Tidak mencerminkan 4 17,39 5. Sangat tidak mencerminkan 3 13,05

6. Jumlah

23 100,00 Universitas Sumatera Utara Sumber: kuesioner 2010 Dari tabel 17 diatas, dapat dilihat bahwa dari 23 responden, 12 responden 52,17 mengatakan bahwa nilai KHL diatas telah mencerminkan kebutuhan buruh saat ini. 1 responden 4,34 mengatakan sangat mencerminkan, dan 3 orang responden 13,05 mengatakan bahwa nilai KHL tersebut cukup sesuai dengan kebutuhan buruh saat ini. Namun tidak dipungkiri bahwa sebagian kecil dari responden mengatakan bahwa nilai KHL tersebut tidak mencerminkan kebutuhan buruh saat ini. Dari data diatas dapat dilihat bahwa 4 orang responden 17,39 mengatakan bahwa nilai KHL yang sebesar Rp. 1.094.213 tidak mencerminkan dengan kebutuhan buruh saat ini. Ditambah lagi dengan 3 orang responden 13,05 mengatakan sangat tidak mencerminkan sekali nilai KHL tersebut dengan kebutuhan buruh saat ini. Tabel 18. Jawaban responden tentang kesesuaian itemkomponen yang disurvei dengan tingkat harga kebutuhan saat ini No Kategori Frekuensi F Persentase 1. Sangat sesuai 1 4,34 2. Sesuai 13 56,53 3. Cukup sesuai 4 17,39 4. Tidak sesuai 5 21,74 5. Sangat tidak sesuai - -

6. Jumlah

23 100,00 Sumber: kuesioner 2010 Dari tabel 18 diatas dapat dilihat bahwa dari 23 responden, 13 responden 56,53 mengatakan bahwa itemkomponen yang disurvei telah sesuai dengan kebutuhan saat ini. 1 orang responden 4,34 mengatakan bahwa sangat sesuai itemkomponen yang disurvei telah sesuai Universitas Sumatera Utara dengan kebutuhan saat ini. 4 orang responden 17,39 mengatakan bahwa cukup sesuai itemkomponen yang disurvei dengan tingkat kebutuhan saat ini. Dan 5 orang responden 21,74 mengatakan bahwa tidak sesuai itemkomponen yang disurvei dengan kebututahan saat ini. Dari data diatas diketahui bahwa sebagian besar responden mengatakan bahwa itemkomponen yang disurvei dalam survei KHL telah sesuai dengan kebutuhan saat ini. Tabel 19. Jawaban responden tentang ada tidaknya survei lain yang dilakukan masing- masing aktor sebagai dasar usulan upah nantinya No Kategori Frekuensi F Persentase 1. Sangat ada 1 4,34 2. Ada 13 56,53 3. Cukup ada 1 4,34 4. Tidak ada 8 34,79 5. Sangat tidak ada - -

6. Jumlah

23 100,00 Sumber: kuesioner 2010 Survei lain yang dimaksud dalam tabel ini adalah adanya survei tandingan yang dilakukan oleh masing-masing aktor sebelum mewacanakan usulan upah di dewan pengupahan. Survei tandingan ini dilakukan untuk membandingkannya dengan survei KHL yang dilakukan oleh tim dalam dewan pengupahan sebagai dasar dalam usulan upah nantinya. Dari tabel 18 Universitas Sumatera Utara diatas dapat dilihat bahwa 13 responden 56,53 mengatakan bahwa ada survei lain yang dilakukan masing-masing aktor sebagai dasar usulan upah nantinya. 1 orang responden 4,34 mengatakan sangat ada survei lain yang dilakukan oleh masing-masing aktor. Dan 8 orang responden 34,79 mengatakan bahwa tidak ada survei lain yang dilakukan oleh masing-masing aktor sebagai dasar usulan upah nantinya. Dari tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar responden mengatakan bahwa ada survei lain yang dilakukan masing-masing aktor sebagai survei tandingan dengan survei yang dilakukan oleh tim dalam dewan pengupahan. Namun sebagian kecil responden mengatakan bahwa tidak ada survei lain yang dilakukan masing-masing aktor selain dari survei yang dilakukan oleh tim dewan pengupahan. Tabel 20. Jawaban reponden tentang kesesuaian formulasi upah minimum Kota Medan tahun 2010 dengan survei KHL No Kategori Frekuensi F Persentase 1. Sangat sesuai - - 2. Sesuai 12 52,17 3. Cukup sesuai 6 26,08 4. Tidak sesuai 2 8,70 5. Sangat tidak sesuai 3 13,05

6. Jumlah

23 100,00 Sumber: kuesioner 2010 Dari tabel 20 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengatakan bahwa formulasi upah minimum Kota Medan tahun 2010 telah sesuai dengan survei KHL tahun 2009. Ini menunjukan bahwa proses formulasi berjalan baik, karena dasar dalam formulasi upah minimum kota telah terpenuhi yaitu survei KHL. Dari tabel diatas 12 orang responden 52,17 mengatakan bahwa formulasi upah minimum Kota Medan tahun 2010 telah sesuai dengan survei Universitas Sumatera Utara KHL, 6 orang responden 26,08 mengatakan cukup sesuai, namun 2 orang responden 8,70 mengatakan tidak sesuai formulasi upah minimum kota denga survei KHL, dan 3 orang responden 13,05 mengatakan bahwa sangat tidak sesuai formulasi upah minimum kota dengan survei KHL. Dari tabel 20 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden mengatakan bahwa formulasi upah minimum Kota Medan tahun 2010 telah sesuai dengan survei KHL tahun 2009. Dan ini adalah hal yang sangat baik sebagaai awal dasar dalam formulasi telah terpenuhi yaitu survei KHL. Tabel 21. Jawaban responden tentang kesepakatan usulan tingkat upah dalam formulasi upah minimum kota No Kategori Frekuensi F Persentase 1. Sangat benar - - 2. Benar 13 56,53 3. Cukup benar 7 30,43 4. Tidak benar 2 8,70 5. Sangat tidak benar 1 4,34

6. Jumlah

23 100,00 Sumber: kuesioner 2010 Dari tabel 21 diatas dapat dilihat bahwa dari 23 responden 13 responden 56,53 mengatakan bahwa benar kesepakatan usulan tingkat upah dalam formulasi upah minimum kota selalu dihasilkan. 7 orang responden 30,43 mengatakan cukup benar usulan tingkat upah dalam formulasi upah minimum kota dihasilkan. Dan 2 orang responden 8,70 mengatakan bahwa tidak benar usulan tingkat upah dalam formulasi upah minimum kota tidak dihasilkan. Dan 1 Universitas Sumatera Utara orang responden 4,34 mengatakan bahwa sangat tidak benar usulan tingkat upah dalam formulasi upah minimum kota tidak dihasilkan. Dari tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar responden mengatakan bahwa usulan upah selalu dihasilkan dalam formulasi upah minimum Kota Medan tahun 2010. Tabel 22. Jawaban responden tentang seringtidaknya terjadi perdebatan dalam membahas usulan upah No Kategori Frekuensi F Persentase 1. Sangat sering 11 47,82 2. Sering 9 39,13 3. Cukup sering 3 13,05 4. Tidak pernah - - 5. Sangat tidak pernah - -

6. Jumlah

23 100,00 Sumber: kuesioner 2010 Dari tabel 22 diatas dapat dilihat bahwa sangat sering terjadi perdebatan dan perselisihan dalam membahas usulan upah minimum kota. Hal ini karena aktor yang terlibat di dalamnya memiliki berbagai kepentingan. Sehingga tidak dipungkiri perdebatan dan perselisihan itu pasti sering terjadi. Dari 23 responden 11 responden 47,82 mengatakan bahwa sangat sering terjadi perdebatan dan persilisihan dalaam membahas usulan upah. 9 orang responden 39,13 mengatakan bahwa perdebatan dan perselisihan tersebut sering terjadi. 3 orang responden Universitas Sumatera Utara 13,05 mengatakan cukup sering terjadi perdebataan dan perselisihan dalam membahas usulan upah. Dari data diatas dapat diketahui bahwa perdebatan dan perselisihan dalam membahas usuln upah sering terjadi. Ini tidak dapat dipungkiri karena perdebatan tersebut memang pasti terjadi dalam pembahasan usulan upah. Tabel 23. Jawaban responden tentang perdebatan yang terjadi adalah karena perbedaan pandangan atau perbedaan kepentingan dalam hal perumusan tingkat upah No Kategori Frekuensi F Persentase 1. Sangat benar 9 39,13 2. Benar 7 30,43 3. Cukup benar 4 17,39 4. Tidak benar 3 13,05 5. Sangat tidak benar - -

6. Jumlah

23 100,00 Sumber: kuesioner 2010 Dari tabel 23 diatas sebagian besar responden mengatakan bahwa perdebatan yang terjadi adalah karena perbedaan pandangan atau perbedaan kepentingan dalam hal perumusan tingkat upah. 9 orang responden 39,13 mengatakan bahwa sangat benar perdebatan yang terjadi adalah karena perbedaan pandangan atau perbedaan kepentingan dalam hal perumusan tingkat upah. 7 orang responden 30,43 memang benar perdebatan yang terjadi adalah karena perbedaan pandangan atau perbedaan kepentingan dalam hal perumusan tingkat upah. Dan 4 orang responden 17,39 mengatakan bahwa hal tersebut cukup benar, dan 3 orang responden 13,05 Universitas Sumatera Utara mengatakan tidak benar perdebatan yang terjadi karena perbedaan pandangan atau perbedaan kepentingan dalam hal perumusan tingkat upah. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengatakan bahwa memang benar perdebatan yang terjadi karena perbedaan pandangan atau perbedaan kepentingan dalam hal perumusan tingkat upah. Tabel 24. Jawaban responden tentang perdebatan yang terjadi juga karena usulan upah yang direkomendasikan oleh masing-masing aktor No Kategori Frekuensi F Persentase 1. Sangat benar 3 13,05 2. Benar 17 73,91 3. Cukup benar 1 4,34 4. Tidak benar 2 8,70 5. Sangat tidak benar - -

6. Jumlah

23 100,00 Sumber: kuesioner 2010 Perdebatan yang terjadi bukan saja karena perbedaan pandangan dalam hal upah sebagaimana yang terdapat dalam tabel 23, juga karena usulan upah yang direkomendasikan oleh masing-masing aktor. Hal ini karena memang masing-masing aktor memiliki kepentingan yang berbeda dalam hal upah. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 17 responden 73,91 mengatakan benar bahwa perdebatan yang terjadi juga karena usulan upah yang direkomendasikan oleh masing-masing aktor. 3 orang responden mengatakan bahwa sangat benar perdebatan tersebut terjadi juga karena usulan upah yang direkomendasikan masing-masing aktor. 1 orang responden mengatakan cukup benar, dan 2 orang responden mengatakan bahwa tidak benar bahwa Universitas Sumatera Utara perdebatan yang terjadi juga karena usulan upah yang direkomendasikan oleh masing-masing aktor. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengatakan perdebatan yang terjadi juga disebabkan karena usulan upah yang direkomendasikan oleh masing-masing aktor. Tabel 25. Jawaban responden tentang metode penyelesaian permasalahan yang paling sesuai dalam perumusan upah minimum No Kategori Frekuensi F Persentase 1. Sangat sesuai 2 8,70 2. Sesuai 13 56,52 3. Cukup sesuai 3 13,04 4. Tidak sesuai 5 21,74 5. Sangat tidak sesuai - -

6. Jumlah

23 100,00 Sumber: kuesioner 2010 Dari tabel 25 diatas dapat diketahui bahwa dari 23 responden, 13 responden 56,52 mengatakan bahwa musyawarah dan voting adalah metode yang sesuai untuk menyelesaikan permasalahan dalam pembahasan upah minimum kota. 2 orang responden 8,70 mengatakan bahwa sangat sesuai musyawarah dan voting sebagai metode dalam penyelesaian permasalahan dalam formulasi upah. 3 orang responden 13,04 mengatakan cukup sesuai, dan 5 orang responden 21,74 mengatakan bahwa musyawarah dan voting adalah metode yang tidak sesuai dalam penyelesaian permasalahan dalam formulasi upah. Universitas Sumatera Utara Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengatakan bahwa musyawarah dan voting adalah metode yang sesuai untuk menyelesaikan permasalahan dalam pembahasan upah minimum kota. Walaupun voting pada dasarnya tidak ada dalam metode penyelesaian pembahasan usulan upah.

4.2.2 Deskripsi Hasil Wawancara

Deskripsi hasil wawancara dengan beberapa informan diuraikan dibawah ini. Diantaranya adalah wawancara dengan perwakilan unsur pemerintah, dan wawancara dengan salah satu perwakilan unsur serikat pekerjaserikat buruh dalam dewan pengupahan.

a. Keterwakilan serikat pekerjaserikat buruh dalam dewan pengupahan Kota Medan

Keterwakilan serikat pekerjaserikat buruh dalam dewan pengupahan Kota Medan, terdiri dari 5 serikat pekerjaserikat buruh yaitu SBSI, SBMI, PPMI, SBSI 1992 dan SPSI. Masing- masing serikat pekerjaserikat buruh memiliki 1 orang perwakilan dalam dewan pengupahan, hanya SPSI yang memiliki 3 orang perwakilan di dalam dewan pengupahan. Hal ini karena SPSI merupakan organisasi serikatpekerjaserikat buruh yang tertua di Indonesia. Keterwakilan serikat pekerjaserikat buruh di dalam dewan pengupahan dilakukan dengan verifikasi oleh dinas sosial dan tenaga kerja dengan syarat adalah jumlah keanggotaan dari serikat pekerjaserikat buruh tersebut. Syarat keanggotaan yang harus dipenuhi oleh SPSB adalah memiliki 10 unit kerja, dan 5 ribu anggota yang tergabung di dalamnya. Berdasarkan verifikasi tersebut maka Tidak dipungkiri lagi bahwa SPSI memiliki keterwakilan yang lebih Universitas Sumatera Utara besar karena memang SPSI adalah serikat pekerja yang pertama dan tertua di Indonesia tentunya memiliki kenggotaan yang lebih besar dari yang lainnya, oleh karena itu keterwakilan SPSI di dalam dewan pengupahan Kota Medan juga ada 3 orang. Salah satu fungsi Serikat pekerjaserikat buruh adalah mengakomodir aspirasi dan tuntutan para buruh dan memperjuangkan hak-hak dasar buruh. Termasuk dalam hal pengupahan, keterwakilan serikat pekerjaserikat buruh di dalam dewan pengupahan adalah sebagai perpanjangan tangan buruh dalam memperjuangkan hak mereka untuk mendapatkan upah yang layak. Serikat pekerjaserikat buruh yang ada di Kota Medan ada 18, sementara yang masuk dalam dewan pengupahan hanya 5 serikat pekerjaserikat buruh. Oleh karena itu perlu koordinasi antar serikat pekerjaserikat buruh dalam mengakomodir tuntutan buruh akan usulan upah. Serikat pekerjaserikat buruh yang masuk anggota dewan pengupahan dianggap sudah representativemewakili semua tuntutan buruh di Kota Medan akan usulan upah.

b. Tuntutan buruh dan keinginan pengusaha dalam hal pengupahan

Buruh dan pengusaha adalah 2 kelompok kepentingan yang sangat bertolak belakangs namun saling ketergantungan satu sama lain. Keduanya memiliki pandangan yang berbeda dalam hal upah. Upah bagi buruh adalah segalanya, yaitu sebagai sumber kehidupan bagi mereka. Oleh karena itu Tuntutan buruh dalam hal upah adalah untuk mendapatkan upah yang layak sesuai dengan tingkat kebutuhan mereka. Sedangkan upah bagi pengusaha adalah sebagai cost atau biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk membayar upah buruh. Sehingga pengusaha selalu saaja menekan pengeluaran perusahaan melalui upah buruhnya. Perbedaan pandangan antara buruh dan pengusaha ini kerapkali yang membentuk persepsi tuntutan buruh adalah upah yang tinggi sedangkan pengusaha menginginkan tingkat upah yang rendah. Universitas Sumatera Utara Tuntutan buruh dan keinginan pengusaha menurut serikat pekerjaserikat buruh yaitu, Buruh selalu menginginkan terpenuhinya tingkat kesejahteraannya yaitu dengan upah yang tinggi, sementara pengusaha menginginkan tingkat upah dibawah dari tuntutan buruh dengan alasan profit perusahaan. Di dewan pengupahan perdebatan memang selalu sengit tentang usulan upah yang diinginkan oleh serikat buruh dan APINDO, keduanya punya pandangan masing- masing. Namun perdebatan tersebut terjadi karena penerapan system, tidak semata-mata karena buruh mau upah segini, dan pengusaha menginginkan segini juga. Walaupun Perdebatan tersebut terjadi namun tetap ada rambu-rambu yang mengaturnya. Sedangkan Tuntutan buruh dan keinginan pengusaha menurut unsur pemerintah yaitu Tuntutan buruh dan pengusaha adalah 2 hal yang berbeda, mereka mempunyai pandangan masing-masing dalam hal upah. APINDO menginginkan upah dibawah KHL, sebaliknya serikat pekerjaserikat buruh menginginkan diatas KHL. Begitu juga dalam mengusulkan usuan upah, buruh pasti menawarkan usulan upah diatas APINDO, sedangkan APINDO menawarkan tingkat upah dibawah dari yang diusulkan Serikat pekerjaserikat buruh. Ini sudah hukum alam, perbedaan pandangan diantara keduanya memang sudah seperti itu. Tetapi dalam menentukan tingkat upah unsur pemerintah tidak semata-mata harus mengacu pada kedua kepentingan tadi, tapi sudah ada angka riil yang hampir pasti yaitu KHL, disesuaikan dengan inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Disinilah peran pemerintah untuk menetralisir perbedaan kepentingan kedua pihak. Contohnya saja: UMK tahun 2010 kemaren, buruh menginginkan Rp 1.270.000 APINDO menginginkan Rp 1.070.000,- namun akhirnya disepakati tingkat upah Rp 1.100.000,- dengan sikap APINDO yang deadlock dari rapat. Universitas Sumatera Utara c. Aturanregulasi yang mengatur upah minimum Permenakertrans No 17 Tahun 2005 tentang pelaksanaan dan komponen kebutuhan hidup layak. Salah satu dasar yang mengatur tentang penentuan upah minimum adalah Permenakertrans No 17 tahun 2005 tentang komponen dan pelaksanaan pencapaian kebutuhan hidup layak. Dalam Permen tersebut mengatur bahwasanya upah minimum harus sesuai dengan KHL, dan pencapaian KHL dillakukan secara bertahap. Menurut unsur serikat pekerjaserikat buruh Permen tersebut belum baik sebagai dasaraturan yang mengatur upah minimum kota, karena dalam Permenakertrans ada beberapa itemkomponen KHL yang berubah nilainya. Perubahan ini semakin merugikan buruh karena nilainya yang semakin berkurang. Contohnya saja Kalau di dalam Kepmen 81 tahun 1995 tentang kebutuhan hidup minimum sebelumnya, item beras yang disurvei adalah 12 kg sedangkan di Permen 17 beras hanya tinggal 10 kg. dulu item sewa rumah sedangkan di Permen 17 itemnya berubah menjadi sewa kamar. Jelas sekali Permen 17 Tahun 2005 ini semakin merugikan buruh, dan inilah yang menyebabkan upah buruh rendah. Oleh Karena itu harus diperbaharui system yang mengatur upah minimum ini, yaitu Perbaiki Permen 17 Tahun 2005. Namun menurut unsur pemerintah Permen tersebut sudah sesuai untuk mengatur upah minimum namun, masih perlu diperbaharui lagi. Ada beberapa item yang memang tidak jelas aplikasinya di situ. Lebih baik lah upah maksimal daripada diberlakukannya upah minimum. Upah minimum kan hanya untuk buruh lajang yang bekerja diatas 1 tahun, ini sudah tidak sesuai lagi dengan dunia kerja sekarang. Upah minimum haruslah disesuaikan dengan besarkecil perusahaan jangan disamakan semua. Upah buruh di Carefour haruslah beda dengan yang bekerja di mini market kecil biasa. Upah pekerja untuk hotel bintang 5 masa harus sama dengan Universitas Sumatera Utara upah pekerja dengan Hotel Melati. Inilah yang masih kurang sesuai dari Permen tersebut. Oleh karena itu Permen ini harus masih diperbaiki, yaitu menyesuaikannya dengan kemampuan perusahaan, modal perusahaan, jumlah karyawan.

d. Survei Kebutuhan Hidup Layak KHL dan proses atau mekanisme formulasi

Survei KHL adalah salah satu dasar dalam formulasi upah minimum kota. Survei KHL dilakukan untuk menjadi dasar dalam usulan upah dan dalam merumuskan besaran upah yang akan direkomendasikan kepada kepala daerah nantinya. Survei dilakukan oleh 12 tim di 21 Kecamatan Kota Medan. Harga-harga komponen per item dijumpai di pasar bukan dari Permen. Permen hanya mengatur komponenitem yang disurvei. Dan untuk tim yang melakukan survei ditentukan oleh secretariat dewan pengupahan. Setelah survei KHL disepakati, maka dihasilkan nilai KHL yang menjadi dasar dalam perumusan upah minimum. Menurut Usaha Tarigan proses atau mekanisme formulasi belum bisa dikatakan baik. Karena memang aturan yang menjadi dasar dalam perumusan upah minimum belum baik, aturannya dulu diperbaiki, Siapa pun yang melakukan survei KHL hasilnya pasti baik jika aturannya sudah siperbaiki. Proses kesepakatan tingkat upah sebesar Rp 1.100.000,- cukup panjang. Sebelumnya buruh mengusulkan angka Rp 2.700.000,- sedangkan APINDO mengusulkan angka dibawah KHL yaitu Rp 1.070.00,-. Perumusan upah tetap harus mengacu kepada hasil KHL sebagai dasar dalam perumusan upah. Dan akhirnya dilakukanlah voting karena APINDO tidak mau menaikkan angka untuk upah. Dan disepakatilah angka dari pemerintah yaitu Rp 1.100.000,-

e. Peran pemerintah dalam perumusan upah

Universitas Sumatera Utara Peran pemerintah dalam dewan pengupahan adalah sebagai mediator dalam menengahi perbedaan kepentingan buruh dan pengusaha. Pemerintah selalu berada di tengah-tengah. Pemerintah berperan untuk melindugi kedua belah pihak tidak hanya salah satu. Yang paling penting adalah keterbukaan antara kedua belah pihak yaitu antara serikat pekerjaserikat buruh dengan APINDO. Selain itu juga pemerintah harus bisa menempatkan opini tentang kedua kepentingan, Jadi tidak boleh terbawa arus. Dalam menengahi kedua kepentingan tentang perdebatan tingkat upah, pemerintah selalu mengambil jalan tengah. Pastinya dengan pendapat dewan pakar yang mengetahui angka pasti inflasi dan pertumbuhan ekonomi, sehingga dapat diusulkan angka yang tepat dari para ahli. Unsur pemerintah haruslah bicara faktor ilmiah, tidak saja berdasarkan tuntutan buruh dan keinginan pengusaha. Unsur pemerintah mempunyai tim ahli dari ekonomi USU juga dari BPS yang mengetahui pastinya inflasi dan pertumbuhan ekonomi. selain itu usulan tingkat upah minimum kota juga harus memperhatikan upah minimum daerah sekitarnya. Untuk Kota Medan maka usulan upah minimum kota harus disesuaikan dengan upah minimum Langkat, Deli Serdang, juga harus memperhatikan Upah Minimum Provinsi, dan DKI Jakarta sebagai perbandingan dalam menentukan tingkat upah. Itulah yang diigodok oleh tim ahli, sehingga didapat angka yang tepat. Bagi unsur serikat pekerjaserikat buruh sikap pemerintah diatas masih kurang tegas. Pemerintah dalam melaksanakan peranannya masih tergantung arah angin. Yaitu tergantung bagaimana pendekatan masing-masing pihak terhadap pemerintah. Universitas Sumatera Utara

BAB V ANALISA DATA