Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa penemuan-penemuan bahan perawatan saluran akar selama ini menggunakan bahan sintetis yang memiliki efek
antibakteri yang tinggi, tetapi mempunyai efek samping terhadap jaringan gigi. Oleh karena itu, sangat diharapkan berkembangnya aplikasi bahan medikamen saluran akar
yang berasal dari alam dan lebih kompatibel terhadap jaringan, namun tetap memiliki kemampuan antibakteri yang sama dengan bahan non-biologi.
2.2 Peranan Bakteri Enterococcus faecalis dalam Saluran Akar
Enterococcus telah diketahui sebagai patogen yang berpotensi pada manusia sejak pergantian abad dan sekarang menempati posisi ketiga bakteri patogen dan
resisten terhadap antibiotik yang tersedia untuk terapeutik saat ini. Sekitar 90 infeksi Enterococcus
pada manusia disebabkan oleh Enterococcus faecalis Gambar 1. Enterococcus mempunyai kemampuan adaptasi yang baik dan persisten dalam
berbagai lingkungan. Hal ini diperjelas dengan kemampuan bertahan hidup di dalam saluran akar dengan nutrisi yang terbatas dan mampu menghindari efek dari bahan
medikamen. Berdasarkan studi in vitro, Enterococcus faecalis telah terbukti mampu menyerang tubulus dentin. Bakteri ini juga berkoloni dalam saluran akar dan mampu
bertahan hidup tanpa dukungan dari bakteri lainnya.
13
Secara umum ditemukan dalam persentase yang tinggi penyebab kegagalan dari perawatan saluran akar adalah satu atau lebih mikroorganisme yang mampu
bertahan hidup dalam saluran akar, salah satunya adalah Enterococcus faecalis. Secara taksonomi, bakteri ini termasuk ke dalam:
Filum: Firmicutes
Kelas: Bacilli
Ordo: Lactobacilles
Famili: Enterococcaceae
Genus: Enterococcus.
13
Enterococcus faecalis tidak membentuk spora, fakultatif anaerob, gram positif kokus, berbentuk ovoid dengan diameter 0,5 –
1 μm, biasanya tunggal, berpasangan atau berbentuk rantai pendek.
13
Enterococcus faecalis adalah salah satu spesies
bakteri Enterococci dan merupakan bakteri gram positif fakultatif anaerob. Enterococcus faecalis merupakan flora normal dalam rongga mulut. Prevalensi
Enterococcus faecalis meningkat pada mulut apabila pasien yang menerima perawatan endodonti berulang dibandingkan dengan mereka yang tidak ada riwayat
perawatan endodonti.
12
Virulensi dari Enterococcus faecalis berhubungan dengan kolonisasi terhadap host, kemampuan berkompetisi dengan bakteri lainnya, resistensi dalam melawan
mekanisme host serta produksi toksin secara langsung maupun melalui induksi inflamasi. Faktor – faktor virulensi tersebut adalah substansi agregasi AS,
permukaan adhesi adhesin surface , sex pheromones, lipoteichoic acid, produksi superoxide ektraseluler, gelatinase, hyaluronidase, cytolysin hemolysin dan
protease.
12,28
Substansi agregasi AS berperan sebagai mediasi antara donor dan resipien bakteri, serta merupakan ikatan mediasi matriks protein ekstraseluler ECM,
termasuk kolagen type I. Dengan kemampuannya untuk tetap berada pada kolagen menjadi penyebab penting dalam infeksi endodonti. Diketahui melalui kasus – kasus
bakterimia dan isolasi endokarditis bahwa bakteri Enterococcus faecalis memiliki daya perlekatan yang tinggi terhadap permukaan protein. Bakteri ini mampu
mengadakan kolonisasi yang baik pada permukaan protein serta membentuk biofilm pada dinding – dinding dentin. Hal inilah yang menyebabkan bakteri dapat tetap
bertahan pada saluran akar. Superantigen yang diproduksi bakteri dapat menginduksi inflamasi melalui stimulasi dari limfosit T, diikuti dengan masuknya hasil pelepasan
dari sitokin inflamasi. Sitokin TNF- α dan TNF-β diimplikasikan dalam terjadinya
resorpsi tulang, sedangkan INF- γ diketahui menstimulasi produksi makrofag dan
neutrofil yang menyebabkan kerusakan jaringan. Selain itu, Enterococcus faecalis memiliki berat molekul yang tinggi pada permukaan protein. Hal ini akan membantu
dalam pembentukan biofilm pada dinding dentin dan inilah yang menyebabkan resistensi bakteri terhadap efek bakterisidal calsium hydroxide.
11,12,28
Enterococcus faecalis menunjukkan resistensinya terhadap berbagai agen antimikroba. Resistensinya mungkin secara intrinsik atau didapat melalui transfer
gen. Resistensi gen secara intrinsik, seperti karakteristik spesies lainnya, berada pada kromosom. Sedangkan resistensi gen yang didapat berasal dari mutasi DNA atau
akuisisi gen baru melalui transfer plasmid dan trasposon. Resistensi Enterococcus secara intrinsik terhadap agen antimikroba yang umum digunakan memungkinkan
keuntungan kumulatif lebih lanjut untuk akuisisi pengkodean gen dengan tingkat resistensi yang lebih tinggi terhadap aminoglycosides, penicillins, tetracycline,
chloramphenicol, dan vancomycin. Ini memungkinkan organisme untuk bertahan hidup pada lingkungan yang telah digunakan agen antimikroba. Pada refraktori
periodontitis marginal dengan perawatan konvensional, ditemukan peningkatan prevalensi resistensi bakteri terhadapa antibiotik yang digunakan.
13
Menurut penelitian Evans et al 2002 dan Portenier 2003, Enterococcus faecalis adalah suatu mikroorganisme yang persisten dan mungkin mampu bertahan
hidup di saluran akar sebagai organisme tunggal atau sebagai komponen utama dari flora. Tronstad dan Sunde 2003 telah mengemukakan bahwa spesies ini terlibat
dalam patogenesis sekunder lesi endodontik apikal. Namun demikian, Zoletti et al 2006 dalam literaturnya menunjukkan bahwa Enterococcus juga dapat ditemukan
pada saluran akar yang tanpa lesi apikal dan juga dalam lesi endodontik primer.
2
Gambar 1. Koloni Enterococcus faecalis dengan scaning electron
mikroskop
29
2.3 Tanaman Manggis