Penawaran Bahan Baku

5.3.3 Penawaran Bahan Baku

5.3.3.1 Perkebangan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit

Peningkatan luas areal perkebunan tanaman kelapa sawit telah memacu perkembangan produksi Tandan Buah Segar (TBS) serta mendorong peningkatan produksi CPO (Cruid Palm Oil) dan PKO (Palm Karnel Oil). Peningkatan produksi CPO dan PKO tersebut perlu diimbangi dengan upaya peningkatan permintaan dan penawaran intermediate product maupun final product untuk ketiga kelompok pengolahan (oleofood, oleochemical dan biodisiel). Tanpa adanya upaya tersebut maka tujuan akhir IHKS tidak dapat dicapai. Tabel 5.25 menggambarkan penawaran bahan baku IHKS dari aspek perkembangan luas areal perkebunan dan produksi kelapa sawit di Provinsi

Riau dari tahun 2007 – 2009. Misalnya pada tahun 2007 luas areal perkebunan kelapa sawit Riau hanya 1,612,381.60 ha meningkat menjadi 2,056,006.00 ha pada tahun 2009 atau terjadi pertumbuhan 27.51 persen.

Tabel 5.25: Perkembangan Luas Areal dan Produksi Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Indragiri Hilir dan Provinsi Riau, 2007 – 2009

No Kabupaten

Produksi (Ton) 1 Kampar

Luas (ha)

1,310,106.79 1,456,374.10 2 Rokan Hulu

399,639.42 491,868.32 7 Rokan Hilir

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan Republik Indonesia, 2009; Dinas Perkebunan Propinsi Riau dan Kabupaten Indragiri Hilir, 2010.

Penawaran bahan baku IHKS di beberapa kabupaten termasuk Kabupaten Indragiri Hilir menunjukkan perkembangan sangat signifikan. Misalnya pada 2007 luas areal perkebunan kelapa sawit daerah ini hanya berkisar 143,431.50 hektar kemudian meningkat menjadi 356,697.00 hektar pada tahun 2009. Peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Indragiri Hilir tidak terlepas daripada peningkatan permintaan eksport minyak kelapa sawit.

5.3.3.2 Produksi Tandan Buah Segar (TBS)

Peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit Provinsi Riau telah memacu peningkatan produksi TBS. Jumlah produksi TBS Provinsi Riau tahun 2007 sebanyak 4,757,750.25 ton meningkat menjadi 7,317,294.65 ton pada tahun 2009. Demikian juga halnya dengan Kabupaten Indragiri Hilir, jumlah produksi TBS telah meningkat dari 372,977.12 ton pada tahun 2007 menjadi 473,251.24 ton pada tahun 2009. Peningkatan produksi tersebut selain dari akibat penambahan luas areal tanaman tetapi juga disebabkan oleh adanya peningkatan produktivitas akibat peningkatan umur tanaman kelapa sawit. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.25 di atas.

5.3.3.3 Pabrik Crude Palm Oil (CPO)

Laju perkembangan luas lahan perkebunan kelapa sawit dan produksi TBS di Provinsi Riau yang cukup signifikan telah memacu perkembangan pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS). Hingga tahun 2010 jumlah pabrik PKS sebanyak 187 yang tersebar di 9 kabupaten dengan kapasitas produksi keseluruhan 7.819 ton per jam. Sebaran pabrik PKS di 9 kabupaten tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 5.26: Jumlah Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) Provinsi Riau, 2010

Jumlah PKS

No Kabupaten Kapasitas (Ton/Jam)

(Unit)

1 Rokan Hulu

4 Kuantan Singingi

5 Indragiri Hulu

6 Indragiri Hilir

9 Rokan Hilir

7,819 Sumber: Dinas Perkebunan Propinsi Riau. 2010.

Berdasarkan sebaran lokasi pabrik PKS tersebut maka cakupan penyediaan bahan baku IHKS untuk daerah kawasan industri Kuala Enok sebanyak 30 unit. Sedangkan yang menjadi cakupan kawasan industri Dumai sebanyak 114 unit. Bila dilihat dari aspek jumlah produksi CPO dengan kapasitas terpasang pabrik PKS pada cakupan Kawasan Industri Kuala Enok sebanyak 1300 ton TBS/jam. Sedangkan cakupan wilayah Kawasan Industri Dumai sebanyak 6,519 ton TBS/jam. Melihat besarnya volume produksi CPO yang diarahkan pada penyediaan bahan baku kedua kawasan industri tersebut, maka pemenuhan kebutuhan bahan baku IHKS sebanyak 70% dari jumlah produksi CPO tersebut dapa terpenenuhi, jika dibangun beberapa pabrik dengan beberapa kapasitas produksi dan jenis industri IHKS.

5.3.3.4 Produksi Crude Palm Oil (CPO)

Kapasitas produksi TBS Propinsi Riau pada tahun 2009 dilhat dari aspek penawaran produksi dari jumlah PKS terpasang maka produksi TBS Riau sebanyak 43,911,504 ton untuk 187 PKS dan mampu menghasilkan produksi CPO sebanyak 8,782,301 ton, dengan asumsi bahwa kapasitas terpakai setiap unit PKS sebesar 90 persen dengan 20 jam/hari serta 26 hari kerja per bulan. Sedangkan dari 30 unit PKS yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri Kuala Enok mampu menghasilkan CPO sebanyak 1,460,160.03 sedangkan untuk kawasan industri Dumai sebanyak 7,322,140.97 ton. Jika produksi CPO tersebut hanya digunakan sebanyak 70% sebagai bahan bahan baku IHKS kawasan industri Kuala Enok dan Dumai maka bahan baku yang tersedia untuk masing-masing kawasan tersebut sebanyak 1,022,112.02 ton dan 5,125,498.68 CPO.

Sedangkan jika potensi produksi CPO Riau dihitung berdasarkan produksi TBS yang mengacu pada luas areal perkebunan maka produksi TBS mampu menghasilkan produksi CPO 1,463,458.93 ton. Dari jumlah potensi Sedangkan jika potensi produksi CPO Riau dihitung berdasarkan produksi TBS yang mengacu pada luas areal perkebunan maka produksi TBS mampu menghasilkan produksi CPO 1,463,458.93 ton. Dari jumlah potensi