13
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa besar pajak dapat dipengaruhi oleh kepatuhan Wajib Pajak dalam kewajiban perpajakannya dan
dipengaruhi pula oleh pelaksanaan pajak. Hal tersebut menyebabkan ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian dengan judul
“Analisis Pengaruh Penerapan Sensus Pajak, Sosialisasi Pajak dan Persepsi
Efektifitas Sistem Perpajakan terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Wilayah Jakarta Selatan
”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan maka penulis memberikan perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh positif secara parsial pada variabel penerapan sensus pajak, sosialisasi pajak dan persepsi efektifitas sistem perpajakan
terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak ? 2. Apakah terdapat pengaruh positif secara simultan pada variabel penerapan
sensus pajak, sosialisasi pajak dan persepsi efektifitas sistem perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak ?
3. Manakah variabel independen penerapan sensus pajak, sosialisasi pajak dan persepsi efektifitas sistem perpajakan yang paling mempengaruhi variabel
dependen tingkat kepatuhan wajib pajak ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang di ajukan dalam penelitian ini
maka tujuan penelitian adalah:
14
1. Untuk menganalisis pengaruh positif secara parsial pada variabel penerapan sensus pajak, sosialisasi pajak dan persepsi efektifitas sistem perpajakan
terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak 2. Untuk menganalisis pengaruh positif secara simultan pada variabel
penerapan sensus pajak, sosialisasi pajak dan persepsi efektifitas sistem perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak
3. Untuk menganalisis variabel independen penerapan sensus pajak, sosialisasi pajak dan persepsi efektifitas sistem perpajakan manakah yang
paling mempengaruhi variabel dependen tingkat kepatuhan wajib pajak
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan bermanfaat kepada beberapa pihak dimana manfaatnya adalah sebagai berikut :
1. Manfaat penelitian bagi pemerintah, diharapkan nantinya pemerintah tahu bagaimana cara melakukan sensus pajak yang efektif sehingga apa yang
menjadi tujuan sensus pajak dapat tercapai secara maksimal. 2. Manfaat penelitian bagi pendidikan, diharapkan penelitian ini bisa menjadi
acuan dan untuk melakukan penelitian yang lebih spesifik dan dengan variabel-variabel berbeda, sehingga diperoleh pemahaman baru yang baik
bagi pengetahuan mahasiswa. 3. Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah, untuk mengetahui pengaruh
sensus pajak, sosialisasi pajak dan persepsi efektifitas sistem perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak serta masalah dalam sensus pajak. Selain itu
penelitian ini juga sebagai prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi.
15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pajak
a. Pengertian Pajak
Sejak jaman dahulu sebelum perkembangan masyarakat seperti sekarang ini, telah dikenal adanya pemungutan pajak. Dimana dalam
masyarakat yang
sangat sederhana
tersebut, penyelenggaraan
kepentingan bersama diurus dan diatur oleh orang yang sangat dituakan dalam masyarakat disebut kepala kelompoksukumarga. Dalam
pembiayaan penyelenggaraan kepentingan bersama anggota kelompok memberikan sebagian waktu, tenaga, dan sebagian harta miliknya kepada
ketua kelompok. Pemberian dalam bentuk natura ini dapat dianggap sebagai pajak dalam bentuk yang sangat sederhana. Sektor pajak
merupakan pilihan yang tepat untuk mencari alternatif sumber penerimaan negara dari sektor non migas, karena pajak relatif lebih stabil
terhadap perubahan kondisi perekonomian dunia, disamping sebagai wujud nyata partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sehingga dapat
meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat, untuk meningkatkan kemandirian dalam pembiayaan nasional Rahayu,
2010:139.
16
Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada pengusaha menurut norma-norma yang ditetapkannya secara
umum, tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutupi pengeluaran-pengeluaran umum. Karena pajak merupakan
prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat
ditunjukan dalam hal individual, dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Pajak juga didefinisikan sebagai iuran
masyarakat kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh wajib pajak membayarnya menurut peraturan-peraturan umum Undang
Undang dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Pajak juga dikatakan sebagai suatu pengalihan sumber dari
sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih
dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proposional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan
pemerintahan Waluyo, 2010:3. Pajak juga didefinisikan sebagai iuran masyarakat kepada Negara
yang dapat dipaksakan yang terutang oleh wajib pajak membayarnya menurut peraturan-peraturan umum undang-undang dengan tidak
mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
17
berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Pajak adalah iuran kepada kas Negara berdasarkan undang-undang yang dapat
dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal kontraprestasi, yang berlangsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar
pengeluaran umum Soemitro 2007:1. Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari
kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai
hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara
langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum Resmi, 2009:1. Soemitro 2003:54 mengemukakan tentang Pajak sebagai
berikut : “Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas
Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public
invesment ”. Dari definisi di atas terlihat ada beberapa hal pokok yang
bisa disimpulkan, yaitu: 1 Pajak dipungut dari rakyat untuk membiayai program pemerintah.
2 Pajak dipungut secara paksa compulsory, bukan secara sukarela voluntary.
3 Tidak mendapatkan kontraprestasi, jadi rakyat yang membayar pajak tidak merasakan manfaatnya secara langsung. Manfaat yang diterima
masyarakat adalah berupa pelayanan yang diberikan pemerintah secara umum ataupun menikmati hasil pembangunan yang dilakukan
Pemerintah.
18
b. Fungsi Pajak
Terdapat dua fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair sumber keuangan negara dan fungsi regulerend mengatur dalam Resmi
2009:3, yaitu: 1 Fungsi Budgetair Sumber Keuangan Negara
Pajak mempunyai fungi budgetair artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik
rutin maupun pembangunan. 2 Fungsi Regulerend Mengatur
Pajak mempunyai fungsi regulerend artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang
sosial dan ekonomi, dan mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan.
c. Jenis Pajak
Dalam Resmi 2009:7, di Indonesia pajak dikelompokkan menurut beberapa kategori, yaitu menurut golongannya, menurut
sifatnya, dan menurut lembaga pemungutannya. 1 Menurut Golongannya
a Pajak Langsung, adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh Wjib Pajak dan tidak dilimpahkan atau dibebankan
kepada orang lain atau pihak lain. b Pajak Tidak Langsung, adalah pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga.
19
2 Menurut Sifatnya a Pajak Subjektif, adalah pajak yang penggenaannya memperhatikan
pada keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya.
b Pajak Objektif, adalah pajak yang pengenaanya memperhatikan pada objeknya baik pada berupa benda, keadaan, perbuatan, atau
peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan subjek pajak maupun tempat
tinggal. 3 Menurut Lembaga Pemungutannya
a Pajak Negara Pajak Pusat, adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
negara pada umumnya. b Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah daerah
baik Daerah Tingkat I maupun Daerah Tingkat II dan digunakan untuk membiayai rumah tanggan daerah masing-masing.
d. Tata Cara Pemungutan Pajak
1 Asas-asas Pemungutan Pajak Dalam
Waluyo 2010:13
terdapat empat
asas-asas pemungutan pajak yang dikemukan oleh Adam Smith yaitu: Equality,
Certainty, Convenience dan Economy.
20
a Equality Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak
dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan
manfaat yang diterima. Adil dimaksudkan bahwa setiap Wajib Pajak menyumbangkan uang untuk pengeluaran pemerintah
sebanding dengan kepentingannya dan manfaat yang diminta. b Certainty
Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu, Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti
besarnya pajak yang terutang, kapan harus bayar, serta batas waktu pembayaran.
c Convenience Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai
dengan saat-saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak. Sistem pemungutan ini disebut Pay as You Earn.
d Economy Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan
kewajiban pajak bagi Wajib Pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian pula beban yang dipikul Wajib Pajak.
2 Sistem Pemungutan Pajak
Dalam Resmi 2009:11 dikemukakan beberapa sistem pemungutan pajak, yaitu antara lain:
21
a Official Assessment System Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan
aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang
perpajakan yang berlaku.
b Self Assessment System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap
tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang
berlaku.
c With Holding System Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan undang-undang
perpajakan yang berlaku.
2. Wajib Pajak
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum Perpajakan, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemungut pajak dan pemungut pajak yang mempunyai
hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
22
Sebagaimana telah diketahui banyak Wajib Pajak terdaftar yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya. Oleh karena itu ada beberapa
istilah seperti Wajib Pajak Efektif dan Wajib Pajak Non Efektif. Adapun pengertian Wajib Pajak Efektif adalah Wajib Pajak yang memenuhi
kewajiban perpajakannya, berupa memenuhi kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan SPT Masa dan atau Tahunan sebagaimana mestinya.
Sedangkan Wajib Pajak Non Efektif adalah Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya. Berdasarkan Surat Edaran SE-
01PJ.920 tentang Pengawasan Penyampaian SPT Tahunan disebutkan bahwa Jumlah Wajib Pajak efektif adalah selisih antara jumlah Wajib Pajak
terdaftar dengan jumlah Wajib Pajak non efektif.
a. Kewajiban Wajib Pajak:
Menurut Resmi 2009:24 berdasarkan Undang-Undang No 28 Tahun 2007, kewajiban wajib pajak yaitu:
1 Mendaftarkan diri dan meminta Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP apabila belum mempunyai NPWP.
2 Mengambil sendiri blangko Surat Pemberitahuan SPT dan blangko perpajakan lainnya di tempat-tempat yang ditentukan oleh DJP.
3 Mengisi dengan lengkap, jelas dan benar dan menandatangani sendiri SPT dan kemudian mengembalikan SPT itu kepada kantor inspeksi
pajak dilengkapi dengan lampiran-lampiran. 4 Melakukan pelunasan dan melakukan pembayaran pajak yang
ditentukan oleh Undang-Undang.
23
5 Menghitung sendiri, menetapkan besarnya jumlah dan membayar pajak dalam tahun yang sedang berjalan, sesuai dengan pajak dari
tahun terakhir atau sesuai dengan SKP yang dikeluarkan oleh DJP. 6 Menghitung dan menetapkan sendiri pajak yang terutang menurut cara
yang ditentukan. 7 Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan-pencatatan.
8 Dalam hal terjadi pemeriksaan pajak, Wajib Pajak wajib: a Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan,
dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,
pekerjaan bebas Wajib Pajak atau objek yang terutang pajak. b Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang
dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan.
c Memberikan keterangan yang diperlukan. 9 Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau
dokumen serta keterangan yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakan, maka kewajiban untuk
merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan.
b. Hak-hak Wajib Pajak
Menurut Resmi 2009:24 berdasarkan Undang-Undang No 28 Tahun 2007, adapun hak-hak dari wajib pajak adalah sebagai berikut:
24
1 Menerima tanda bukti pemasukan SPT. 2 Mengajukan permohonan dan penundaan penyampaian SPT.
3 Melakukan pembetulan sendiri SPT yang telah dimasukkan ke KPP. 4 Mengajukan permohonan penundaan dan pengangsuran pembayaran
pajak sesuai dengan kemampuannya. 5 Mengajukan permohonan perhitungan atau pengembalian kelebihan
pembayaran pajak serta berhak memperoleh kepastian terbitnya surat keputusan
kelebihan pembayaran
pajak, surat
keputusan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
6 Mendapatkan kepastian batas ketetapan pajak yang terutang dan penerbitan Surat Pemberitaan.
7 Mengajukan permohonan pembetulan salah tulis atau salah hitung atau kekeliruan yang terdapat dalam Surat Ketetapan Pajak SKP
dalam penerapan peraturan perundang-undangan perpajakan. 8 Mengajukan surat keberatan dan mohon kepastian terbitnya surat
keputusan atas surat keberatannya. 9 Mengajukan permohonan banding atas surat keputusan keberatan
yang diterbitkan oleh DJP. 10 Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan pengenaan
sanksi perpajakan serta pembetulan ketetapan pajak yang salah atau keliru.
11 Memberikan kuasa khusus kepada orang yang dipercaya untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya.
25
3. Surat Pemberitahuan SPT
Surat Pemberitahuan SPT adalah surat yang digunakan oleh pemotong untuk melaporkan pemotongan, perhitungan, dan Penyetoran
Pajak atas penghasilan orang pribadi sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan. Surat Pemberitahuan SPT diterima adalah SPT
yang dilaporkan setiap tahunnya dan diterima oleh KPP setempat. Surat Pemberitahuan SPT adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melaporkan perhitungan danatau pembayaran pajak, objek pajak danatau objek bukan pajak danatau harta dan kewajiban, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan perpajakan Waluyo, 2011:31. Menurut Mardiasmo 2011:29 adalah surat yang oleh Wajib Pajak
digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban yang
terhutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Penciptaan iklim kepatuhan dan kesadaran membayar utang pajak
tercermin dari keadaan: a. WP Paham atau berusaha untuk memahami Undang-undang pajak;
b. Mengisi formulir pajak dengan tepat; c. Menghitung pajak dengan jumlah benar;
d. Membayar pajak tepat pada waktunya. Sedangkan menurut Direktorat Jenderal Pajak yang dimaksud Wajib
Pajak patuh adalah: a. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan;
26
b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah memperleh ijin mengangsur atau menunda
pembayaran pajak; c. Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau Lembaga
pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 tiga tahun berturut-turut; dan
d. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan Pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 lima tahun terakhir.
4. Kepatuhan Wajib Pajak
a. Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak
Adanya sanksi administrasi maupun sanksi hukum pidana bagi wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya dilakukan
supaya masyarakat selaku wajib pajak mau memenuhi kewajibannya. Hal ini terkait dengan ikhwal kepatuhan perpajakan atau tax compliance.
Kepatuhan adalah ketaatan atau berdisiplin, dalam hal ini kepatuhan pajak diartikan secara bebas adalah ketaatan dalam menjalankan semua
peraturan perpajakan. Menurut Nurmantu yang dikutip oleh Rahayu 2009:148 kepatuhan pajak dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan
Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Kepatuhan juga perilaku yang taat hukum. Secara
konsep, kepatuhan diartikan dengan adanya usaha dalam mematuhi peraturan hukum oleh seseorang atau organisasi.
27
Menurut Surjoputro dan Widodo 2004:117-130, tingkat kepatuhan wajib pajak biasanya diukur dengan tingkat ketidakpatuhan
yang pada umumnya diukur dengan menggunakan tax gap yaitu perbedaan antara pajak yang diterima berdasarkan pelaporan wajib pajak
secara sukarela dengan jumlah yang ditentukan oleh pemeriksa pajak. Menurut Surjoputro dan Widodo 2004:41-45, pada hakikatnya
kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh kondisi sistem pelayanan tax services dan sistem penegakan hukum tax enforcement. Langkah-
langkah perbaikan pelayanan dan penegakan hukum diharapkan dapat mendorong meningkatnya kepatuhan wajib pajak. Pelayanan tax
service yang prima akan mendorong wajib pajak untuk secara sukarela memenuhi seluruh kewajiban perpajakannya. Disisi lain, penegakan
hukum tax enforcement yang berwibawa akan membuat Wajib Pajak berpikir bahwa mereka akan mendapat sanksi yang berat jika pajak yang
tidak mereka laporkan terdeteksi oleh sistem informasi dan administrasi perpajakan serta kemampuan untuk crosschecking informasi dengan
instansi lain. Pengertian kepatuhan Wajib Pajak menurut Nasucha yang dikutip
oleh Rahayu 2010:139, menyatakan bahwa kepatuhan wajib pajak dapat didefinisikan dari:
1 Kewajiban wajib pajak dalam mendaftarkan diri; 2 Kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat pemberitahuan;
3 Kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang; dan
28
4 Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan. Sedangkan
menurut Keputusan
Menteri Keuangan
No. 544KMK.042000 dalam Devano dan Rahayu 2006:112, menyatakan
bahwa kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu negara. Pengertian wajib pajak menurut Resmi 2009:21
dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 UU No. 28 Tahun 2007, menjelaskan bahwa badan adalah sekumpulan orang
danatau modal yang merupakan usaha yang meliputi: perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara
atau Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan
yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi
kolektif dan bentuk usaha tetap. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepatuhan wajib
pajak merupakan suatu tindakan patuh dan sadar terhadap ketertiban pembayaran dan pelaporan kewajiban perpajakan masa dan tahunan dari
wajib pajak yang berbentuk sekumpulan orang danatau modal yang merupakan usaha sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.
29
b. Jenis-Jenis Kepatuhan Wajib Pajak
Adapun jenis-jenis kepatuhan wajib pajak menurut Devano dan Rahayu 2006:110 adalah:
1 Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam
Undang-undang perpajakan, seperti ketepatan waktu pembayaran pajak. Misalnya ketentuan batas waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan Pajak Penghasilan SPT PPh Tahunan tanggal 31 Maret. Apabila wajib pajak telah melaporkan Surat Pemberitahuan
Pajak Penghasilan Tahunan sebelum atau pada tanggal 31 Maret maka wajib pajak telah memenuhi ketentuan formal, akan tetapi isinya
belum tentu memenuhi ketentuan material, yaitu suatu keadaan dimana wajib pajak secara subtantive memenuhi semua ketentuan
material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan.
2 Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantive hakikatnya memenuhi semua ketentuan material
perpajakan yaitu sesuai isi dan jiwa Undang - undang pajak kepatuhan material juga dapat meliputi kepatuhan formal. Kepatuhan material
dapat meliputi kepatuhan formal. wajib pajak yang memenuhi kepatuhan material adalah wajib pajak yang mengisi dengan jujur,
lengkap dan benar Surat Pemberitahuan SPT sesuai ketentuan, tidak memiliki tunggakan, tidak pernah di pidana.
30
5. Sensus Pajak Nasional SPN
Sensus Pajak Nasional SPN telah resmi digelar pada Tanggal 30 September 2011 lalu oleh Direktorat Jenderal Pajak DJP. Rencananya
program yang digagas oleh Direktur Jenderal Pajak Dirjen Pajak Fuad Rahmany ini akan dilaksanakan sampai akhir Tahun 2012. Sensus pajak ini
merupakan kegiatan penyisiran dan pencacahan terhadap potensi pajak wajib pajak dan objek pajak yang dilakukan oleh DJP dalam rangka
ekstensifikasi menjaring wajib pajak yang belum terdaftar dan objek pajak yang belum dipajaki serta intensifikasi optimalisasi pemajakan atas objek
pajak yang belum sepenuhnya dipajaki pada tahun 2011 s.d 2012. Kegiatan sensus pajak ini merupakan perluasanpengembangan ke arah yang lebih
komprehensif dari kegiatan canvassing pajak yang telah dilakukan DJP selama ini. Hal yang melatarbelakangi kegiatan SPN adalah dikarenakannya
tingkat kepatuhan masyarakat Indonesia wajib pajak orang pribadi maupun badan yang melaporkan SPT masih sangat rendah bila dibandingkan
dengan populasi orang pribadi maupun badan usaha. DJP sendiri menargetkan hasil yang akan dicapai dari pelaksanaan
SPN ini berupa: pertama, perluasan basis pajak WP dan objek pajak. Kedua, peningkatan penerimaan pajak. ketiga, peningkatan jumlah
pelaporan SPT Tahunan PPh dan SPT Masa. Keempat, pemutakhiran dan pertukaran data WP. Ada beberapa hal yang menjadi sasaran SPN, yaitu
yang belum ber-NPWP, diberikan NPWP. Yang belum menyerahkan SPT, dihimbau untuk menyerahkan SPT membayar pajak. Yang sudah
31
membayar namun belum optimal, agar membayar sesuai dengan ketentuan. Tentunya yang utama adalah memperluas basis pemajakan semua lapisan
kelompok dan bidang usaha. Kepatuhan mendaftarkan diri sebagai WP, melaporkan jumlah pajak
yang terhutang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan membayar pajak yang seharusnya terhutang secara tepat waktu, sebenarnya tidak hanya
tergantung kepada masalah-masalah teknis saja yang menyangkut metode- metode pemungutan, tata cara pemeriksaanperhitungan dan sebagainya
sebagai perwujudan pelaksanaan Undang-undang pajak dan peraturan- peraturan pelaksanaannya, akan tetapi terutama tergantung dalam sanubari
masing-masing WP sampai sejauh mana ia mematuhi Undang-undang pajak.
Kepatuhan sukarela dalam membayar pajak perlu diwujudkan antara lain dengan melakukan proses pemungutan pajak yang mudah, penggunaan
atau alokasi penerimaan pajak yang transparan, sehingga diperlukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai UU dan peraturan yang terkait,
kinerja aparat pajak, agar timbul kepercayaan dari wajib pajak. Dalam kaitannya dengan upaya menciptakan kepatuhan wajib pajak
maka pemerintah diantaranya telah megeluarkan suatu kebijakan yang disebut dengan Sensus Pajak Nasional, yaitu suatu kegiatan pengumpulan
data mengenai kewajiban perpajakan dalam rangka memperluas basis pajak dengan mendatangi subjek pajak orang pribadi atau badan diseluruh
wilayah Indonesia yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
32
Sebagai kegiatan pemerintah dalam pengumpulan data mengenai kewajiban perpajakan merupakan sesuatu yang dipilih oleh pemerintah
untuk dilakukan, yang ditetapkan secara jelas dalam peraturan perudang- undangan dan bagaimana tindakan-tindakan tersebut akan dilakukan.
Kebijakan perpajakan merupakan sesuatu yang akan dituju, sedangkan Undang-undang perpajakan sebagai sarana untuk mencapai sarana tersebut,
dan administrasi perpajakan merupakan sarana mengimplementasikan kebijakan perpajakan dalam bentuk Undang-undang. Oleh karena itu
kebijakan tersebut selanjutnya harus ditetapkan dalam bentuk Undang- undang. Adapun dasar hukum Sensus Pajak Nasional antara lain:
a. Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-
undang Nomor 16 tahun 2009. b. Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-undang nomor 36 tahun 2008.
c. Undang-undang Nomor 8 tahun 1983 tentang pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah sebagaimana
telah diubah terakhir dengan undang-undang nomor 42 tahun 2009. d. Pasal 19 ayat 3 Undang-undang Nomor 12 tahun 1985 tentang pajak
bumi dan bangunan sebagaimana diubah dengan undang-undnag Nomor 12 tahun 1994.
e. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 149PMK.032011 tanggal 12 September 2011 tentang Pajak Nasional.
33
Sensus pajak dilakukan berdasarkan peraturan menteri keuangan sebagai peraturan dalam pelaksanaan sensus pajak, dalam peraturan tersebut
ditentukan mengenai pelaksanaan dan tata cara pelaksanaannya. Peraturan yang dibuat menteri keuangan mengenai sensus pajak diatur dalam peraturan
mentri keuangan no 149PMK.032011 tanggal 12 september 2011 tentang pajak nasional. Adapun Peraturan Menteri Keuangan tentang Sensus Pajak
Nasional tersebut adalah sebagai berikut: a. Pasal 1
1 Sensus pajak nasional diselenggarakan melalui kegiatan pendataan objek pajak dalam rangka pengumpulan data perpajakan.
2 Sensus pajak nasional sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan salah satu program penggalian potensi perpajakan dalam rangka
memperluas basis pajak, pencapaian target penerimaan perpajakan dan pengamanan penerimaan negara.
3 Penyelenggaraan sensus pajak nasional sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak dan dapat bekerja sama
dengan pihak lain. b. Pasal 2
1 Penyelenggaraan sensus pajak nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, dilakukan dengan cara mendatangi subjek pajak di lokasi subjek
pajak. 2 Subjek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah orang pribadi
dan badan.
34
3 Lokasi subjek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah domisili, tempat tinggal, tempat usaha, atau tempat kedudukan dari
subjek pajak. 4 Penyelenggaraan sensus pajak nasional dilakukan di seluruh wilayah
Indonesia yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. c. Pasal 3
1 Dalam rangka penyelenggaraan sensus pajak nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, Menteri Keuangan membentuk tim sensus pajak
nasional yang terdiri dari: a Tim pada tingkat pusat,
b Tim pada tingkat kantor wilayah, c Tim pada tingkat kantor pelayanan pajak.
2 Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas tim sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Direktur Jenderal Pajak dapat menggunakan tenaga non
Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Pajak untuk jangka waktu tertentu.
d. Pasal 4 Data perpajakan yang diperoleh dari hasil penyelenggaraan sensus
pajak nasional, ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
e. Pasal 5 Ketentuan mengenai pedoman teknis dalam rangka penyelenggaraan
sensus pajak nasional diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.
35
f. Pasal 6 Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan sampai dengan tanggal 31 Desember 2012. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri Keuangan
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Berdasarkan peraturan perpajakan Dewinta 2012:23 menyatakan
bahwa terdapat proses penerapan sensus pajak berdasarkan peraturan mentri keuangan no 149PMK.032011 tanggal 12 september 2011 tentang pajak
nasional yaitu: a. Kegiatan Pendataan Wajib Pajak
Kegiatan pendataan wajib pajak dilakukan oleh pegawai pajak, adapun proses pendataan bagi wajib pajak adalah sebagai berikut:
1 Petugas ramah dalam melakukan pendataan 2 Petugas teliti dalam melakukan pendataan
3 Petugas memiliki kemampuan yang baik dalam melakukan pendataan 4 Pendataan mengingatkan dalam pembayaran pajak
5 Informasi peraturan pajak 6 Informasi manfaat pajak
7 Informasi penghasilan 8 Informasi laporan keuangan
b. Penggalian Potensi Penggalian potensi perpajakan pada kegiatan sensus pajak yang
dilakukan pegawai pajak adalah sebagai berikut: 1 Informasi penghasilan
2 Informasi laporan keuangan
36
6. Sosialisasi Pajak
a. Pengertian Sosialisasi Pajak
Kegiatan penyuluhan pajak memiliki andil besar dalam mensukseskan sosialisasi pajak keseluruh wajib pajak. Berbagai media
diharapkan mampu menggugah kesadaran masyarakat untuk patuh terhadap pajak dan membawa pesan moral terhadap pentingnya pajak
bagi negara. Sedangkan Basamalah 2004:196
“Sosialisasi adalah sebagai suatu proses dimana orang-orang mempelajari sistem nilai, norma dan
pola perilaku yang diharapkan oleh kelompok sebagai bentuk transformasi dari orang tersebut sebagai orang luar menjadi organisasi
yang efektif”. Menurut Samudera 2004:6 bahwa dalam melakukan sosialisasi perlu adanya strategi dan metode yang tepat yang dapat
diaplikasikan dengan baik yaitu: publikasi, kegiatan, pemberitahuan, keterlibatan komunitas, pencantuman identitas, dan pendekatan pribadi.
1 Publikasi Adalah aktivitas publikasi yang dilakukan melalui media
komunikasi, baik media cetak melalui surat kabar, majalah maupun media audiovisual seperti radio ataupun televisi.
2 Kegiatan Institusi pajak dapat melibatkan diri pada penyelenggaraan
aktifitas-aktifitas tertentu yang dihubungkan dengan program peningkatan kesadaran masyarakat akan perpajakan pada momen-
37
momen tertentu. Misalnya: kegiatan olahraga, hari-hari libur nasional, dan lain sebagainya.
3 Pemberitaan Pemberitaan dalam hal ini mempunyai pengertian khusus yaitu
menjadi bahan berita dalam arti positif, sehingga menjadi sarana promosi yang efektif. Pajak dapat disosialisasikan dalam bentuk berita
kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat lebih cepat menerima informasi tentang pajak.
4 Keterlibatan komunitas Melibatkan komunitas pada dasarnya adalah cara untuk
mendekatkan institusi pajak dengan masyarakat, dimana iklim budaya Indonesia masih menghendaki adat ketimuran untuk bersilaturrahmi
dengan tokoh-tokoh setempat sebelum sebelum istitusi pajak dibuka. 5 Pencantuman identitas
Berkaitan dengan pancantuman logo otoritas pajak pada berbagai media yang ditujukan sebagai sarana promosi.
6 Pendekatan pribadi Pengertian lobbying adalah pendekatan pribadi yang dilakukan
secara informal untuk mencapai tujuan tertentu. Dari pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa sosialisasi perpajakan
merupakan suatu upaya dari Dirjen Pajak untuk memberikan pengertian, informasi, dan pembinaan kepada masyarakat pada
38
umumnya dan wajib pajak pada khususnya mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan perpajakan dan perundang-undangan.
b. Bentuk Sosialisasi Perpajakan
Kegiatan penyuluhan dan pelayanan pajak memegang peran penting dalam upaya memasyarakatkan pajak sebagai bagian penting
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Negara dalam hal ini memberikan mandat kepada pemerintah untuk menjalankan kewajiban
pemungutan pajak kepada masyarakat. Namun proses pemungutan pajak ini tidak mudah tanpa kesadaran dari masyarakat akan pentingnya pajak
bagi pembiayaan negara khususnya pembangunan sarana publik. Salah satu faktor yang bisa ditekankan oleh aparat dalam meningkatkan
kesadaran dan kepatuhan pajak adalah dengan cara mensosialisasikan peraturan pajak baik itu melalui penyuluhan, seruan moral baik dengan
media billboard, baliho, maupun membuka situs peraturan pajak yang setiap saat bisa diakses oleh wajib pajak Witono, 2008:197.
Program-program yang telah dilakukan Direktorat Jenderal Pajak berkaitan dengan kegiatan penyuluhan tersebut antara lain dengan
mengadakanvseminar-seminar ke berbagai profesi, dan pelatihan baik untuk pemerintah maupun swasta, memasang spanduk yang bertemakan
pajak, memasang iklan layanan masyarakat di berbagai stasiun televisi, mengadakan acara tax goes to campus yang diisi dengan berbagai acara
yang menarik mulai dari debat pajak sampai dengan seminar pajak dimana acara tersebut bertujuan guna menimbulkan pemahaman tentang
39
pajak ke mahasiswa yang dinilai sangat kritis, selain mahasiswa pelajar juga perlu dibekali tentang dasar-dasar pajak melalui acara tax aducation
road show, serta memberikan penghargaan terhadap wajib pajak patuh pada setiap Kantor Pelayanan Pajak. Berbagai program tersebut juga
ditunjang dengan sarana-sarana yang mengakomodasi harapan
masyarakat agar merasa mudah, cepat, dan benar dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Sosialisasi perpajakan merupakan upaya dari
Dirjen Pajak khususnya KPP untuk memberikan pengertian, informasi, dan pembinaan kepada masyarakat pada umumnya dan wajib pajak pada
khususnya mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan peraturan dan perundangundangan perpajakan Hendarsyah, 2009:19.
7. Persepsi Efektifitas Sistem Perpajakan
Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan membayar pajak, maka diperlukan perubahan atau penyempurnaan dan perbaikan
dalam sistem administrasi modern yang berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62PMK.012009 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Intansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak mengenai peningkatan ketertiban administrasi, efektivitas, dan kinerja organisasi instansi vertikal di
lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang mencakup semua lini operasi organisasi secara nasional.
Berdasarkan hal tersebut diharapakan sistem perpajakan yang sekarang sudah ada seperti e-SPT, e-filling, e-NPWP, e-registration, e-
banking dan drop box, dan lain-lain dapat lebih sempurna serta memberikan
40
kemudahan kepada wajib pajak dalam membayar atau melaporkan kewajiban perpajakan dan dapat memberikan pencitraan atau persepsi yang
baik kepada hal yang terkait dengan pajak terutama pada sistem perpajakan. Menurut Widayati dan Nurlis 2010:24 hal-hal yang mengindikasikan
efektifitas sistem perpajakan yang saat ini dapat dirasakan oleh wajib pajak antara lain : 1 Adanya sistem pelaporan melalui e-SPT dan e-filling. Wajib
pajak dapat melaporkan pajak secara lebih mudah dan cepat. 2 Pembayaran melalui e-banking yang memudahkan wajib pajak dapat melakukan
pembayaran dimana saja dan kapan saja. 3 Penyampaian SPT melalui drop box yang dapat dilakukan di berbagai tempat, tidak harus di KPP tempat
wajib pajak terdaftar. 4 Peraturan perpajakan dapat diakses secara lebih cepat melalui internet, tanpa harus menunggu adanya pemberitahuan dari
KPP tempat wajib pajak terdatar. 5 Pendaftaran NPWP yang dapat dilakukan secara online melalui e-registration dari website pajak. Hal ini
akan memudahkan wajib pajak untuk memperoleh NPWP secara lebih cepat. Persepsi wajib pajak terhadap sistem perpajakan di Indonesia
berkaitan dengan media yang digunakan dalam membayar pajak. Jika wajib pajak merasa bahwa sistem parpajakan yang ada adalah terpercaya, handal
dan akurat, maka wajib pajak akan memiliki pandangan yang positif untuk sadar membayar pajak. Namun jika sistem perpajakan yang ada tidak
memuaskan bagi wajib pajak, maka hal itu dapat turut mempengaruhi kesadaran wajib pajak.
41
Persepsi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengorganisasian, penginteprestasian terhadap stimulus oleh organisasi atau individu sehingga
merupakan suatu yang berarti dan merupakan aktifitas integrated dalam diri individu. Sedangkan efektifitas memiliki pengertian suatu pengukuran yang
menyatakan seberapa jauh target kualitas, kuantitas, dan waktu telah tercapai. Persepsi wajib pajak terhadap kinerja penerimaan pajak dilakukan
oleh Karanta,et,al 2000 dalam Suryadi 2006:17. Hal-hal yang mengindikasikan efektifitas sistem perpajakan dan saat
ini dapat dirasakan oleh wajib pajak antara lain Rahmawati, 2011:5 adalah sebagai berikut:
a. Adanya sistem pelaporan melalui e-SPT dan e-filling wajib pajak dapat melaporkan pajak secara lebih mudah dan cepat.
b. Pembayaran melalui e-banking yang memudahkan wajib pajak dalam melakukan pembayaran dimana dan kapan saja.
c. Penyampaian SPT melalui drop box yang dapat dilakukan di berbagai tempat, tidak harus di KPP tempat wajib pajak terdaftar.
d. Peraturan perpajakan dapat diakses dengan lebih cepat melalui internet tanpa harus menunggu adanya pemberitahuan dari KPP.
e. Pendaftaran NPWP yang dapat dilakukan secara online melalui e- registration dari website pajak untuk memudahkan wajib pajak
memperoleh NPWP.
42
B. Penelitian Terdahulu