Belajar Sebagai Proses Kognitif

11 untuk memperoleh pengetahuan. Pengalaman sampai sekarang merupakan guru yang terbaik 10 . Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah model dari Jerome S. Bruner yang dikenal dengan nama discovery learning. Jerome S. Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif. J. Bruner telah mengembangkan discovery learning yang berdasarkan kepada pandangan belajar kognitif tentang pembelajaran dan prinsip-prinsip konstruktivis. Berikut adalah teori Bruner tentang discovery learning: Teachers need to provide children with experiences to help them discover underlying ideas, concepts, and patterns. Bruner is proponent of inductive thinking, or going from the specific to the general. You are using inductive thinking when you get an idea from one experience that you use in another situation. Bruner believes that children are able to grasp any concept, provided it is approached a manner appropiate for their particular grade level. Therefore, teachers should encourage children to handle increasingly complex challenge 11 . Guru harus memberikan siswa berbagai pengalaman untuk membantunya menemukan ide, konsep dan pola. Teori Bruner merupakan pendukung teori berpikir secara induktif, atau dimana cara berpikirnya dari spesifik menuju umum. Ketika kamu mendapatkan ide dari suatu eksperimen disitulah kamu menggunakan berpikir secara induktif dan kamu dapat menggunakannya pada situasi yang lain. Bruner percaya bahwa siswa dapat memahami konsep dengan pendekatan yang sesuai dengan tingkatan mereka. Oleh karena itu, guru-guru sebaiknya memotivasi siswanya untuk mengatasi tantangan yang semakin rumit. Discovery learning merupakan dasar dari inkuiri dengan konstruktivis sebagai landasan dalam memecahkan masalah, dimana siswa 10 Joseph Abruscato, Teaching Children Science, United States of America: Allyn and Bacon, 2001, h. 38 11 Joseph Abruscato dan Donald A DeRosa, Teaching Children Science A Discovery Approach, United States of America: Allyn and Bacon, 2010, Edisi ketujuh, h. 29. 12 menggunakan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya untuk menarik fakta dan menghubungkannya dengan informasi baru. Di dalam ilmu sains siswa belajar menemukan sesuatu atau siswa tidak mengetahui ilmu tersebut 12 . Siswa berinteraksi langsung dengan lingkungan melalui penyelidikan, memanipulasi objek, dan melakukan eksperimen. Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip untuk memperoleh pengalaman, dan melakukan eksperimen-eksperimen serta mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri. Discovery terjadi apabila siswa terlibat secara aktif dalam menggunakan mentalnya agar memperoleh pengalaman, sehingga memungkinkan untuk menemukan konsep atau prinsip. Proses-proses mental itu melibatkan perumusan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, melaksanakan eksprimen, mengumpulkan dan menganalisis data, serta menarik kesimpulan. Di samping itu juga diperlukan sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu dan terbuka inilah yang dimaksud dengan sikap ilmiah. Bruner beranggapan bahwa belajar merupakan pengembangan kategori-kategori dan pengembangan suatu sistem pengkodean coding. Berbagai kategori-kategori saling berkaitan sedemikian rupa, sehingga setiap individu mempunyai model yang unik tentang alam 13 . Leonard dan Irving memberikan pendapatnya bahwa dalam mengajar dengan discovery learning guru sebagai petunjuk atau fasilitator bukan diktator. Sebagai fasilitator guru harus mencoba mengangkat masalah yang akan membuat siswa tertarik untuk memecahkannya, serta membantu mereka menjelaskan masalah, mencari fakta, dan memberikan kesimpulan 14 . 12 Margot Kaplan dan Sanoff, Exploring Early Childhood, United States of America:Macmillan Publishing, 1981, h. 43 13 Ratna wilis Dahar, Teori-Teori Belajar, Jakarta: Erlangga, 1996, Cet kedua, h. 100. 14 Leonard dan Irving, Secondary and Middle School Teaching Methods, United States of America: Macmillan Publishing, 1981, Edisi keempat, h. 207