langsung membaca serta mendengarkan kalimat yang terdapat dalam Rectoverso untuk memahami, meninjau, dan mempelajari pemakaian bahasa lalu menentukan
gaya bahasa yang terbentuk. Pengumpulan data pada lirik lagu, selain menggunakan teknik sadap, penulis juga menggunakan teknik simak bebas libat
cakap atau SLBC sebagai teknik lanjutan dari teknik sadap. Teknik simak bebas libat cakap atau SLBC yaitu peneliti sebagai pemerhati dengan penuh minat,
tekun memperhatikan calon data yang terbentuk dan muncul dari peristiwa kebahasaan yang ada di luar darinya Sudaryanto, 1993:136.
Setelah dilakukan teknik-teknik di atas secara cermat dan teliti, kemudian dilakukan pencatatan data pada kartu data yang segera dilanjutkan dengan
pengklasifikasian. Pencatatan dilakukan langsung ketika teknik pertama digunakan.
3.3 Metode dan Teknik Pengkajian Data
Metode dalam analisis gaya bahasa retoris dan kiasan dalam Rectoverso karya Dewi Lestari adalah metode agih. Disebut metode agih karena metode ini
beranggapan bahwa alat penentunya adalah bahasa yang bersangkutan Sudaryanto, 1993: 15.
Teknik dasar yang digunakan adalah Teknik Baca Markah atau BM. Disebut Teknik Baca Markah karena cara yang digunakan dari awal kerja analisis ini
adalah dengan membaca markah. Dalam hal ini, yang dimaksud adalah pemarkah baik secara sintaksis, morfologis, ataupun dengan cara yang lain lagi
menunjukkan suatu kejatian satuan lingual atau identitas konstituen tertentu. Kemampuan pembaca membaca peranan markah itu marker berarti kemampuan
Universitas Sumatera Utara
menentukan kejatian yang dimaksud Sudaryanto, 1993 : 95. Kejatian yang dimaksud dalam hal ini adalah suatu komponen kata yang menunjukkan keaslian
atau identitas sehingga kita sebagai pembaca dapat melihat secara jelas pemarkah yang menandai suatu kalimat.
Contoh 1: Aku memandangimu tanpa perlu menatap. Aku mendengarmu tanpa perlu alat.
Aku menemuimu tanpa perlu hadir. Aku mencintaimu tanpa perlu apa-apa. Karena kini kumiliki sagalanya, Rectoverso, 2008: 32.
Kalimat di atas merupakan jenis gaya bahasa asonansi. Kalimat tersebut ditandai dengan pemarkah “aku, mu, perlu” secara berulang-ulang.
Contoh 2: “Ada yang mau berbagi lagi sebelum kita akhiri sesi malam ini?” ia bertanya pada
semua. Dan terakhir matanya mendarat padaku yang meringkuk di sudut seperti binatang terluka. Rectoverso, 2008:102.
Contoh di atas adalah kalimat yang mengandung unsur gaya bahasa personifikasi. Kalimat itu ditandai dengan pemarkah matanya mendarat padaku.
Kalimat “dan terakhir matanya mendarat padaku yang meringkuk di sudut seperti binatang terluka” mengandung perilaku.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV GAYA BAHASA RETORIS DAN KIASAN
DALAM RECTOVERSO KARYA DEWI LESTARI
4.1 Jenis-jenis Gaya Bahasa Retoris dalam Rectoverso Karya Dewi Lestari
Gaya bahasa retoris merupakan gaya bahasa yang semata-mata merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu Keraf, 2006:
130. Gaya bahasa ini memiliki berbagai fungsi antara lain menjelaskan, memperkuat, menghidupkan objek mati, menimbulkan gelak tawa, atau untuk
hiasan. Jenis-jenis gaya bahasa retoris dalam Rectoverso karya Dewi Lestari adalah sebagai berikut ini.
1. Aliterasi Contoh 1. Data 83
“Siapa yang mengatur itu? Akupun tak tahu. Barangkali kita berdua, tanpa kita sadari. Barangkali hidup itu sendiri, sehingga sia-sia menyalahkan siapa-siapa”
hal. 57
Kalimat di atas mengandung gaya bahasa aliterasi. Kalimat di atas ditandai dengan adanya pengulangan konsonan yang sama di awal kata yakni pada kata
sendiri, sehingga, sia-sia, dan siapa-siapa. Jadi dengan menggunakan pengulangan konsonan pada kata tersebut, maka kalimat tersebut membentuk
gaya bahasa aliterasi.
Contoh 2. Data 95
“Lalu nafas hangat itu hilang, lengan itu merenggang, dan tak lama kemudian ruangan itu kembali benderang…” hal. 88
Universitas Sumatera Utara