Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana Linn.) pada Mencit Swiss Webster yang Diinduksi Oleum ricini.

(1)

iv

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

EFEK ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana Linn.) PADA MENCIT Swiss Webster YANG DIINDUKSI Oleum ricini

Cecilia Evan, 2015; Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes Pembimbing II : Harijadi Pramono, dr., M.Kes

Diare merupakan masalah kesehatan di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi. Beberapa obat kimia memiliki efek samping, sehingga kulit buah manggis dikembangkan sebagai alternatif. Tujuan penelitian adalah mengetahui efek antidiare ekstrak etanol kulit buah manggis (EEKM) pada mencit Swiss Webster jantan dan membandingkan potensinya dengan Loperamid.

Desain penelitian eksperimental laboratorik, menggunakan metode proteksi terhadap diare yang diinduksi Oleum ricini. Hewan coba (25 ekor mencit) dibagi menjadi lima kelompok secara acak (n=5). Kelompok I, II, III, IV, dan V berturut-turut diberi EEKM 500 mg/kgBB, 1.000 mg/kgBB, 2.000 mg/kgBB, Carboxy Metyl Cellulose 1%, dan Loperamid 0,52 mg/kgBB. Data yang diukur adalah frekuensi defekasi, berat feses (mg), dan konsistensi feses. Analisis data frekuensi defekasi dan berat feses menggunakan uji ANAVA satu arah dilanjutkan uji Tukey HSD, konsistensi feses menggunakan uji Kruskal-Wallis H dilanjutkan uji Mann-Whitney U, α=0,05. Hasil penelitian, frekuensi defekasi kelompok I, II, III menunjukkan perbedaan sangat bermakna terhadap kontrol (p=0,001; 0,000; 0,000) serta tidak memiliki perbedaan bermakna terhadap pembanding (p=0,916; 0,990; 1,000). Bila dibandingkan dengan kontrol, berat feses kelompok I tidak berbeda bermakna (p=0,071), kelompok II berbeda bermakna (p=0,047), kelompok III berbeda sangat bermakna (p=0,03). Kelompok I, II, dan III tidak memiliki perbedaan bermakna terhadap pembanding (p=0,998; 1,000; 0,780). Konsistensi feses semua kelompok tidak menunjukkan perbedaan bermakna terhadap kontrol (p=0,523).

Simpulan, ekstrak etanol kulit buah manggis berefek antidiare dengan menurunkan frekuensi defekasi dan berat feses dengan potensi setara Loperamid, tetapi tidak memperbaiki konsistensi feses.

Kata kunci : antidiare, ekstrak etanol kulit buah manggis, metode proteksi diare, Oleum ricini


(2)

ABSTRACT

ANTI DIARRHEAL EFFECT OF MANGOSTEEN (Garcinia mangostana Linn.) RIND ETHANOL EXTRACT ON Swiss Webster MICE INDUCED BY

Oleum ricini

Cecilia Evan, 2015; Tutor 1: Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes Tutor 2: Harijadi Pramono, dr., M.Kes

Diarrhea is a health problem in Indonesia, because of its high morbidity and mortality rate. Some chemical drugs have side effects, which makes mangosteen rind as alternative therapy. The purpose of this study was to determine the anti diarrheal effect of mangosteen rind ethanol extract (MSEE) on male Swiss Webster mice and compared to Loperamid.

This study was true laboratory experimental research, with protection method against diarrhea induced by Oleum ricini. Experimental animals (twenty-five mice) divided into five randomized groups (n=5). Group I, II, III, IV, and V were respecting given MSEE 500 mg / kgBW, 1000 mg / kgBW, 2000 mg / kgBW, 1% Carboxy Metyl Celluose, and Loperamid 0.52 mg / kgBW. Data measured were defecating frequency, stool weight (in milligrams), and stool consistency. Defecating frequency and stool weight were analyzed using one way ANOVA continued with Tukey’s HSD, stool consistency was analyzed with Kruskal-Wallis

H continued with Mann-Whitney U, α=0,05. The results of this study were;

defecating frequency of group I, II, and III showed highly significant differences compared to control (p=0,001; 0,000; 0,000) and had no significant differences compared to standard group (p=0,916; 0,990; 1,000). Compared to control, stool weight of group I had no significant difference (p=0,071), group II had a significant difference (p=0,047), group III had a highly significant difference against control (p=0,03). Group I, II, and III showed no significant differences compared to standard group (p=0,998; 1,000; 0,780). Stool consistency of all groups showed no significant differences against control (p=0,523).

Conclusion, mangosteen rind ethanol extract had an anti-diarrheal effect by reducing defecating frequency and stool weight with equal potency with Loperamid, but did not improved stool consistency.


(3)

vi

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PERNYATAAN MAHASISWA ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR DIAGRAM ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Maksud dan Tujuan ... 3

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3

1.4.1 Manfaat Akademis ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ... 4

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 4


(4)

1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Saluran Cerna ... 8

2.1.1 Esofagus ... 9

2.1.2 Lambung ... 9

2.1.3 Usus Halus ... 10

2.1.4 Usus Besar ... 11

2.2 Histologi Saluran Cerna ... 13

2.3 Fisiologi Saluran Cerna ... 15

2.3.1 Motilitas Saluran Cerna ... 15

2.3.2 Sekresi Saluran Cerna ... 16

2.3.3 Regulasi Saluran Cerna ... 17

2.3.4 Pembentukan Feses ... 17

2.4 Diare ... 18

2.4.1 Klasifikasi dan Etiologi Diare ... 19

2.4.2 Patofisiologi Diare ... 20

2.4.3 Diagnosis Diare ... 21

2.4.4 Penatalaksanaan Diare ... 23

2.5 Garcinia mangostana Linn. ... 24

2.5.1 Taksonomi ... 24

2.5.2 Botani Garcinia mangostana Linn ... 24

2.5.3 Kandungan Kimiawi Garcinia mangostana ... 26

2.5.4 Efek Antioksidan dari Garcinia mangostana ... 26


(5)

viii

Universitas Kristen Maranatha 2.5.6 Efek Antiinflamasi, Antialergi, dan Analgesik dari

Garcinia mangostana ... 27

2.5.7 Efek Antimikrobial dari Garcinia mangostana ... 28

2.5.8 Efek Antidiare dari Garcinia mangostana ... 28

2.6 Oleum ricini. ... 30

2.7 Loperamid. ... 31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan ... 33

3.1.1 Alat ... 33

3.1.2 Bahan ... 33

3.2 Subjek Penelitian ... 34

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

3.4 Metode Penelitian... 34

3.4.1 Desain Penelitian ... 34

3.4.2 Variabel Penelitian ... 34

3.4.3 Definisi Operasional Variabel ... 35

3.4.4 Perhitungan Besar Sampel ... 36

3.5 Prosedur Kerja ... 36

3.5.1 Persiapan Bahan Uji ... 36

3.5.2 Persiapan Hewan Coba ... 37

3.5.3 Cara Kerja ... 37

3.5.4 Cara Pemeriksaan ... 38

3.6 Metode Analisis ... 39


(6)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan... 42

4.1.1 Berat Badan Mencit ... 42

4.1.2 Frekuensi Defekasi ... 43

4.1.3 Berat Feses ... 46

4.1.4 Konsistensi Feses ... 49

4.2 Uji Hipotesis ... 53

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 55

5.2 Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 57

LAMPIRAN ... 61


(7)

x

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Berat Badan Mencit (Gram) ... 42

4.2 Frekuensi Defekasi Mencit (Dalam Ln) ... 43

4.3 Hasil Uji Tukey HSD Frekuensi Defekasi Mencit ... 45

4.4 Berat Feses Mencit (Dalam LG) ... 46

4.5 Hasil Uji Tukey HSD Berat Feses Mencit ... 48

4.6 Konsistensi Feses Mencit ... 49


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Anatomi Saluran Cerna Manusia ... 8

2.2 Anatomi Usus Besar ... 12

2.3 Histologi Dinding Saluran Cerna ... 14


(9)

xii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman 4.1 Diagram Batang Frekuensi Defekasi Mencit (Dalam Ln) ... 44 4.2 Diagram Batang Berat Feses Mencit (Dalam LG) ... 47 4.3 Diagram Batang Konsistensi Feses Mencit... 50


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Prosedur Kerja ... 61

2 Perhitungan Dosis ... 63

3 Berat Badan Mencit... 65

4 Hasil Pengamatan Mencit Selama 6 Jam ... 66

5 Data Hasil Uji Statistik Berat Badan Mencit ... 73

6 Data Hasil Uji Statistik Frekuensi Defekasi Mencit ... 76

7 Data Hasil Uji Statistik Berat Feses Mencit ... 79

8 Data Hasil Uji Statistik Konsistensi Feses Mencit ... 82

9 Ethical Approval ... 83

10 Determinasi Garcinia mangostana Linn ... 84


(11)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Saluran pencernaan merupakan bagian tubuh manusia yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Saluran pencernaan yang bekerja dengan baik senantiasa dapat menyediakan zat - zat yang dibutuhkan oleh tubuh, misalnya air, elektrolit, dan nutrien. Pada kondisi tertentu dapat terjadi gangguan pada saluran pencernaan, yang salah satunya adalah diare (Guyton & Hall, 2010). Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya, lebih dari 200 gram atau 200 mililiter per 24 jam, buang air besar tersebut dapat atau tanpa disertai lendir dan darah (Simadibrata & Daldiyono, 2009). Diare dapat dibedakan berdasarkan durasinya menjadi diare akut, diare persisten dan diare kronik. Diare akut adalah pasase abnormal feses yang semisolid atau cair dari usus berkali-kali, berlangsung kurang dari 14 hari (The World Health Organization, 2013).

Secara global setiap tahunnya terdapat sekitar dua miliar kasus diare, dengan angka kematian sekitar 1.500.000 penduduk per tahun. Diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak (UNICEF & WHO, 2009). Di Indonesia, diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Survei morbiditas, yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan, dari tahun 2000 – 2010, menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan insidensi diare. Diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Prevalensi tertinggi diare terjadi pada kelompok anak berusia 1 – 4 tahun, kejadian di perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan, dan cenderung lebih tinggi pada kelompok berpendidikan rendah (Kementrian Kesehatan RI, 2011).


(12)

Penanganan umum dan nonspesifik pada diare akut adalah beristirahat dan mengganti cairan yang hilang. Pengobatan simtomatik terhadap diare dapat menggunakan derivat opioid, bismuth subsalisilat, obat pengeras tinja, dan obat antisekretorik; sedangkan pengobatan kausatif diare adalah dengan menggunakan obat antibakteri. Dalam pengobatan diare, masih dijumpai adanya efek samping obat, seperti ensefalopati, sehingga saat ini obat tradisional digunakan sebagai alternatif pengobatan diare yang relatif lebih aman (Simadibrata & Daldiyono, 2009).

Pengobatan alternatif diare dapat dilakukan dengan menggunakan tanaman obat (Katzung, 2009). Dalam dekade belakangan ini, terdapat kecenderungan masyarakat global untuk menggunakan pengobatan herbal. Faktor - faktor yang menyebabkan masyarakat mendayagunakan obat tradisional antara lain adalah efek samping beberapa obat sintetis dan promosi melalui media massa. Penggunaan obat tradisional di Indonesia sudah lama berlangsung. Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia setelah Brazil. Indonesia memiliki 25.000 – 30.000 spesies tanaman yang merupakan 80% jenis tanaman di dunia, dan 90% jenis tanaman di Asia (Dewoto, 2007).

Tanaman - tanaman herbal yang dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan diare antara lain manggis, sambiloto, lengkuwas, secang, dan lain - lain. Manggis (Garcinia mangostana Linn.) merupakan tanaman buah yang tumbuh secara alami di kawasan Asia Tenggara. Kulit buah manggis yang selama ini dibuang oleh masyarakat ternyata dapat dimanfaatkan sebagai pengobatan alternatif. Masyarakat India, Indonesia, dan Filipina telah menggunakan kulit buah manggis untuk pengobatan diare dan disentri (Perry, 1980). Beberapa kandungan kulit buah manggis yang berperan sebagai antidiare antara lain: alfa-mangostin, gama-alfa-mangostin, tanin, dan flavonoid. Penelitian Santoso (2012) tentang efek antidiare kulit buah manggis belum menjelaskan secara lengkap efek kulit buah manggis dalam mengatasi diare. Tingginya angka kejadian diare dan peran kulit buah manggis yang menguntungkan terhadap pengobatan diare tersebut menjadi alasan dilakukannya penelitian ini.


(13)

3

Universitas Kristen Maranatha

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah penelitian ini adalah :

1. Apakah ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn.) berefek antidiare dengan menurunkan frekuensi defekasi.

2. Apakah ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn.) berefek antidiare dengan menurunkan berat feses.

3. Apakah ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn.) berefek antidiare dengan memperbaiki konsistensi feses menjadi lebih padat.

1.3 Maksud dan Tujuan

Penelitian ini dimaksudkan agar kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn.) dapat dimanfaatkan sebagai obat antidiare.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antidiare ekstrak etanol kulit buah manggis pada mencit Swiss Webster jantan dan membandingkan potensinya dengan Loperamid.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1 Manfaat Akademis

Memperluas pengetahuan farmakologi tumbuhan obat, khususnya ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn.) sebagai antidiare.


(14)

1.4.2 Manfaat Praktis

Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat kulit buah manggis dalam pengobatan diare.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Proses pencernaan makanan di dalam traktus gastrointestinal melibatkan dua gerakan, yaitu gerakan propulsif (peristaltik) dan gerakan mencampur. Gerakan propulsif menyebabkan makanan bergerak maju sepanjang saluran dengan kecepatan yang sesuai untuk membantu terjadinya pencernaan dan absorpsi. Gerakan mencampur, menjaga isi usus benar - benar tercampur setiap waktu (Guyton & Hall, 2010). Peningkatan abnormal gerakan – gerakan tersebut dapat menyebabkan diare.

Diare merupakan gangguan defekasi atau buang air besar. Diare dapat digolongkan menjadi diare akut, diare persisten, dan diare kronik. Berdasar pada patofisiologinya, diare dibedakan menjadi diare osmotik, diare sekretorik, diare akibat malabsorbsi asam empedu atau lemak, diare akibat motilitas dan waktu transit usus abnormal, diare akibat gangguan permeabilitas usus, diare karena terjadi inflamasi dinding usus, dan diare yang disebabkan infeksi dinding usus (Simadibrata & Daldiyono, 2009).

Diare dapat diinduksi oleh Oleum ricini yang digunakan dalam penelitinan ini. Oleum ricini mengandung trigliserida yang akan dihidrolisis oleh lipase pankreas menjadi gliserin dan asam risinoleat. Asam risinoleat menyebabkan penurunan absorpsi NaCl dan peningkatan sekresi ion klorida yang akan meningkatkan tekanan osmotik dalam lumen. Hal ini meningkatkan perpindahan cairan ke lumen usus. Asam risinoleat juga menyebabkan iritasi dan inflamasi mukosa usus yang menstimulasi pelepasan prostaglandin. Prostaglandin akan mempercepat


(15)

5

Universitas Kristen Maranatha peristaltik usus serta meningkatkan sekresi air dan elektrolit (Binder, 2009). Efek Oleum ricini ini yang menyebabkan terjadinya diare pada mencit yang diuji. Bahan yang diuji sebagai antidiare dalam penelitian ini adalah kulit buah manggis. Kulit buah manggis mengandung tanin, flavonoid, dan senyawa turunan xanthone, yaitu alfa-mangostin dan gama-mangostin (Heyne, 1987) yang dapat membantu menghentikan diare. Alfa-mangostin membantu menghentikan inflamasi dengan menghambat produksi interleukin-6, prostaglandin D2, leukotrien C4, dan siklooksigenase (COX)-2. (Chae et al., 2012). Gama-mangostin dapat menghambat pembentukan prostaglandin E2 dan enzim siklooksigenase (COX) (Nakatani et al., 2002).

Tanin memiliki efek antiinflamasi dengan menghambat 5-lipoksigenase (Bruneton, 1999). Tanin memiliki efek sebagai astringen, yaitu tanin dapat berikatan dengan mukus dan sel epitel mukosa, membentuk lapisan yang melindungi lapisan di bawahnya dari iritan dan infeksi. Sekresi cairan ke lumen berkurang, karena lapisan tersebut kurang permeabel. Efek astringensia pada mukosa menyebabkan penurunan sensitivitas saraf sensorik terhadap stimulus yang dapat meningkatkan aktivitas peristaltik (Loeb et al., 1989).

Flavonoid memiliki efek antiinflamasi dengan menghambat siklik AMP (cAMP) fosfodiesterase dan COX-2. Flavonoid menghambat gerakan peristaltik usus dengan menghambat protein kinase C dan fosfolipase C. Flavonoid mengurangi motilitas usus dengan cara menghambat pelepasan asetilkolin dan sistesis prostaglandin (Almeida et al., 1995).

1.5.2 Hipotesis Penelitian

1. Ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn.) berefek antidiare dengan menurunkan frekuensi defekasi.


(16)

2. Ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn.) berefek antidiare dengan menurunkan berat feses.

3. Ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn.) berefek antidiare dengan memperbaiki konsistensi feses menjadi lebih padat.


(17)

55

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

- Ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn.) berefek

antidiare dengan menurunkan frekuensi defekasi pada semua dosis. - Ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn.) berefek

antidiare dengan menurunkan berat feses pada dosis 1.000 mg/kgBB dan dosis 2.000 mg/kgBB.

- Ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn.) tidak berefek antidiare dengan tidak memperbaiki konsistensi feses menjadi lebih padat.

5.2 Saran

- Melakukan uji lanjut menggunakan kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn.) sebagai terapi antidiare dengan metode dan pelarut lain.

- Melakukan uji lanjut menggunakan kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn.) sebagai terapi antidiare pada hewan coba lain.

- Menggunakan kombinasi kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn.) dengan bahan herbal lainnya yang mampu memperbaiki konsistensi feses untuk memperoleh obat antidiare yang lebih efektif. - Melakukan uji klinik menggunakan kulit buah manggis (Garcinia

mangostana Linn.) sebagai terapi alternatif untuk mengurangi frekuensi defekasi dan berat feses pada kasus diare.


(18)

- Melakukan uji toksisitas menggunakan kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn.) agar dapat digunakan sebagai obat alternatif diare.


(19)

57

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Almeida, C., Karnikowski, M., Foleto, R., & Baldisserotto, B. (1995). Analysis of antidiarrhoeic effect of plants used in popular medicine. Rev. Saude Public, 29(6), 428-33.

Balemba, O., Bhattarai, Y., Stenkamp-Strahm, C., Lesakit, M., & Mawe, G. (2010). The traditional anti-diarrheal remedy, Garcinia buchananii stem bark extract, inhibits propulsive motility and fast synaptic potentials in the guinea pig distal colon. Neurogastroenterology and Motility, 22(12), 1332-1339.

Barbosa, M. (2014). Chemical Composition and Formation of the Human Feces. Jackson, MS: International Journal of Environmental Research and Public Health.

Barrett, K. E., Barman, S. M., Boitano, S., & Brooks, H. (2012). Ganong's review of medical physiology (24th ed.). New York, NY: McGraw-Hill Medical.

Binder, H. (2005). Medical physiology : a cellular and molecular approach. Philadelphia: Elsevier.

Bowen, R. (2006). Pathophysiology of Diarrhea. Retrieved October 28, 2015, from http://www.vivo.colostate.edu/hbooks/pathphys/digestion/smallgut/diarrhea.ht ml

Bruneton, J. (1999). Pharmacognosy phytochemistry medicinal plants (2 ed.). Paris: Lavoisier Publishing.

Chae, H., Oh, S., Lee, H., Joo, S., & Chin, Y. (2012). Mangosteen xanthones, α-and γ-mangostins, inhibit allergic mediators in bone marrow-derived mast cell. Food Chemistry, 12, 397-400.

Dewoto, H. R. (2007). Pengembangan obat tradisional Indonesia menjadi fitofarmaka. Dalam Majalah kedokteran Indonesia. Jakarta.

Dweck, A. (2004). A review of mangosteen (Garcinia mangostana L.). Personal Care, 5(3), 15-18.

Estuningtyas, A., & Arif, A. (2007). Farmakologi dan terapi (5 ed.). Jakarta: FKUI. Floch, M. (2010). Netter's Gastroenterology (2nd ed.). Philadelphia, PA: Elsevier. Goodman, & Gilman. (2006). The pharmacological basis of therapeutics (Vol. 11).


(20)

Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2010). Textbook of medical physiology (12th ed.). Philadelphia, PA: Saunders-Elsevier.

Hanafiah, K. A. (2005). Rancangan percobaan aplikatif : Aplikasi kondisional bidang pertanaman, peternakan, perikanan, industri dan hayati. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Heyne, K. (1987). Tumbuhan berguna Indonesia III. (B. P. Kehutanan, Trans.) Jakarta: Yayasan Sarana Wahajaya.

Ibrahim, M., Hashim, N., Mariod, A., Mohan, S., Abdulla, M., Abdelwahab, S., et al. (2014). α-Mangostin from Garcinia mangostana Linn: An updated review of its pharmacological properties. Arabian Journal of Chemistry.

Izzo, A. A., Mascolo , N., & Capasso, F. (1998). Nitric oxide as a modulator of intestinal water and electrolyte transport. PubMed, 43(8), 1605-20.

Katzung, B. (2009). Basic and clinical pharmacology (11 ed.). United States: McGraw-Hill.

Kelompok Kerja Ilmiah Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica (1993). Pedoman pengujian dan pengembangan fitofarmaka : penapisan farmakologi, pengujian fitokimia dan pengujian klinik. Jakarta.

Kementrian Kesehatan RI. (2011). Buletin jendela data dan informasi kesehatan : situasi diare di Indonesia. Retrieved January 26, 2015

Kliegman, R., Stanton, B., St. Geme, J., Schor, N., & Behrman, R. (2011). Nelson textbook of pediatrics (19th ed.). Philadelphia, PA: Saunders.

Loeb, H., Vandenplas, Y., & Guesry, P. (1989). Tannin-rich carob pod for treatment of acute-onset diarrhea. J Pediatr Gastroenterol Nutr, 8(4), 480-5.

Longo, D., Fauci, A., Kasper, D., Hauser, S., Jameson, J., & Loscalzo, J. (2015). Harrison's principles of internal medicine (19th ed.). New York, NY: McGraw-Hill.

Martini, F., Nath, J., & Bartholomew, E. (2013). Fundamentals of anatomy and physiology (10th ed.). San Francisco: Pearson Benjamin Cummings.

Mescher, A. L. (2013). Junqueira's basic histology (13th ed.). New York, NY: McGraw-Hill.

Mills, S., & Bone, K. (2000). Principle and practice of phytotherapy: Modern herbal medicine. Edinburg: Churchill Livingstone.


(21)

59

Universitas Kristen Maranatha Moore, K. L., Aqur, A. M., & Dalley, A. F. (2013). Clinically oriented anatomy (7th

ed.). Philadelphia, PA: Lippincott Williams and Wilkins.

Ochoa, B., & Surawicz, C. (2012). Diarrheal Diseases - Acute and Chronic. Retrieved October 28, 2015, from http://patients.gi.org/topics/diarrhea-acute-and-chronic/

Orwa, C., Mutua, A., Kindt, R., Jamnadass, R., & Anthony, S. (2009). Agroforestree Database: a tree reference and selection guide version 4.0 (4th ed.). Nairobi: World Agroforestrey Centre.

Palakawong, C., Sophanodora, P., Pisuchpen, S., & Phongpaichit, S. (2010). Antioxidant and antimicrobial activities of crude extracts from mangosteen (Garcinia mangostana L.) parts and some essential oils. International Food Research Journal, 17, 583-589.

Perry, L. (1980). Medicinal plants of East and Southeast Asia. Massachusetts: The MIT Press.

Santoso, R. N. (2012). Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol 70% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana Linnaeus) Terhadap Mencit Jantan Galur BALB/C Yang Diinduksi Oleum ricini. Katalog Karya Ilmiah AKBID, AKPER, STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN.

Sato, A., Fujiwara, H., Oku, H., Ishiguro, K., & Ohizumi, Y. (2004). Alpha-mangostin induces Ca2+-ATPase-dependent apoptosis via mitochondrial pathway in PC12 cells. Journal of Pharmacological Science, 95(1), 33-40. Sherwood, L. (2012). Human physiology: from cells to systems (8th ed.). Belmont:

Thomson Brooks/Cole.

Simadibrata, M., & Daldiyono. (2009). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I (5 ed.). Jakarta: Interna Publishing.

Smithsonian Tropical Research Institute. (2005). Garcinia mangostana fruit.

Retrieved October 28, 2015, from

http://biogeodb.stri.si.edu/bioinformatics/dfm/metas/view/41486

Standring, S. (2008). Gray's Anatomy: The anatomical basis for clinical practice (40th ed.). London: Elsevier Churchill-Livingstone.

Tambunan, Y. L. (2009). Efek antidiare ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) pada menit galur Swiss Webster jantan. Bandung: FK UKM.


(22)

The World Health Organization. (2013). Diarrhoeal Disease. Retrieved October 18, 2015, from http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/

UNICEF, & WHO. (2009). Diarrhoea : why children are still dying and what can be done. Retrieved September 22, 2015


(1)

55

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

- Ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn.) berefek antidiare dengan menurunkan frekuensi defekasi pada semua dosis. - Ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn.) berefek

antidiare dengan menurunkan berat feses pada dosis 1.000 mg/kgBB dan dosis 2.000 mg/kgBB.

- Ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn.) tidak berefek antidiare dengan tidak memperbaiki konsistensi feses menjadi lebih padat.

5.2 Saran

- Melakukan uji lanjut menggunakan kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn.) sebagai terapi antidiare dengan metode dan pelarut lain.

- Melakukan uji lanjut menggunakan kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn.) sebagai terapi antidiare pada hewan coba lain.

- Menggunakan kombinasi kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn.) dengan bahan herbal lainnya yang mampu memperbaiki konsistensi feses untuk memperoleh obat antidiare yang lebih efektif. - Melakukan uji klinik menggunakan kulit buah manggis (Garcinia

mangostana Linn.) sebagai terapi alternatif untuk mengurangi frekuensi defekasi dan berat feses pada kasus diare.


(2)

- Melakukan uji toksisitas menggunakan kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn.) agar dapat digunakan sebagai obat alternatif diare.


(3)

57

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Almeida, C., Karnikowski, M., Foleto, R., & Baldisserotto, B. (1995). Analysis of antidiarrhoeic effect of plants used in popular medicine. Rev. Saude Public, 29(6), 428-33.

Balemba, O., Bhattarai, Y., Stenkamp-Strahm, C., Lesakit, M., & Mawe, G. (2010). The traditional anti-diarrheal remedy, Garcinia buchananii stem bark extract, inhibits propulsive motility and fast synaptic potentials in the guinea pig distal colon. Neurogastroenterology and Motility, 22(12), 1332-1339.

Barbosa, M. (2014). Chemical Composition and Formation of the Human Feces. Jackson, MS: International Journal of Environmental Research and Public Health.

Barrett, K. E., Barman, S. M., Boitano, S., & Brooks, H. (2012). Ganong's review of medical physiology (24th ed.). New York, NY: McGraw-Hill Medical.

Binder, H. (2005). Medical physiology : a cellular and molecular approach. Philadelphia: Elsevier.

Bowen, R. (2006). Pathophysiology of Diarrhea. Retrieved October 28, 2015, from http://www.vivo.colostate.edu/hbooks/pathphys/digestion/smallgut/diarrhea.ht ml

Bruneton, J. (1999). Pharmacognosy phytochemistry medicinal plants (2 ed.). Paris: Lavoisier Publishing.

Chae, H., Oh, S., Lee, H., Joo, S., & Chin, Y. (2012). Mangosteen xanthones, α-and γ-mangostins, inhibit allergic mediators in bone marrow-derived mast cell. Food Chemistry, 12, 397-400.

Dewoto, H. R. (2007). Pengembangan obat tradisional Indonesia menjadi fitofarmaka. Dalam Majalah kedokteran Indonesia. Jakarta.

Dweck, A. (2004). A review of mangosteen (Garcinia mangostana L.). Personal Care, 5(3), 15-18.

Estuningtyas, A., & Arif, A. (2007). Farmakologi dan terapi (5 ed.). Jakarta: FKUI. Floch, M. (2010). Netter's Gastroenterology (2nd ed.). Philadelphia, PA: Elsevier. Goodman, & Gilman. (2006). The pharmacological basis of therapeutics (Vol. 11).


(4)

Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2010). Textbook of medical physiology (12th ed.). Philadelphia, PA: Saunders-Elsevier.

Hanafiah, K. A. (2005). Rancangan percobaan aplikatif : Aplikasi kondisional bidang pertanaman, peternakan, perikanan, industri dan hayati. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Heyne, K. (1987). Tumbuhan berguna Indonesia III. (B. P. Kehutanan, Trans.) Jakarta: Yayasan Sarana Wahajaya.

Ibrahim, M., Hashim, N., Mariod, A., Mohan, S., Abdulla, M., Abdelwahab, S., et al. (2014). α-Mangostin from Garcinia mangostana Linn: An updated review of its pharmacological properties. Arabian Journal of Chemistry.

Izzo, A. A., Mascolo , N., & Capasso, F. (1998). Nitric oxide as a modulator of intestinal water and electrolyte transport. PubMed, 43(8), 1605-20.

Katzung, B. (2009). Basic and clinical pharmacology (11 ed.). United States: McGraw-Hill.

Kelompok Kerja Ilmiah Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica (1993). Pedoman pengujian dan pengembangan fitofarmaka : penapisan farmakologi, pengujian fitokimia dan pengujian klinik. Jakarta.

Kementrian Kesehatan RI. (2011). Buletin jendela data dan informasi kesehatan : situasi diare di Indonesia. Retrieved January 26, 2015

Kliegman, R., Stanton, B., St. Geme, J., Schor, N., & Behrman, R. (2011). Nelson textbook of pediatrics (19th ed.). Philadelphia, PA: Saunders.

Loeb, H., Vandenplas, Y., & Guesry, P. (1989). Tannin-rich carob pod for treatment of acute-onset diarrhea. J Pediatr Gastroenterol Nutr, 8(4), 480-5.

Longo, D., Fauci, A., Kasper, D., Hauser, S., Jameson, J., & Loscalzo, J. (2015). Harrison's principles of internal medicine (19th ed.). New York, NY: McGraw-Hill.

Martini, F., Nath, J., & Bartholomew, E. (2013). Fundamentals of anatomy and physiology (10th ed.). San Francisco: Pearson Benjamin Cummings.

Mescher, A. L. (2013). Junqueira's basic histology (13th ed.). New York, NY: McGraw-Hill.

Mills, S., & Bone, K. (2000). Principle and practice of phytotherapy: Modern herbal medicine. Edinburg: Churchill Livingstone.


(5)

59

Universitas Kristen Maranatha

Moore, K. L., Aqur, A. M., & Dalley, A. F. (2013). Clinically oriented anatomy (7th ed.). Philadelphia, PA: Lippincott Williams and Wilkins.

Ochoa, B., & Surawicz, C. (2012). Diarrheal Diseases - Acute and Chronic. Retrieved October 28, 2015, from http://patients.gi.org/topics/diarrhea-acute-and-chronic/

Orwa, C., Mutua, A., Kindt, R., Jamnadass, R., & Anthony, S. (2009). Agroforestree Database: a tree reference and selection guide version 4.0 (4th ed.). Nairobi: World Agroforestrey Centre.

Palakawong, C., Sophanodora, P., Pisuchpen, S., & Phongpaichit, S. (2010). Antioxidant and antimicrobial activities of crude extracts from mangosteen (Garcinia mangostana L.) parts and some essential oils. International Food Research Journal, 17, 583-589.

Perry, L. (1980). Medicinal plants of East and Southeast Asia. Massachusetts: The MIT Press.

Santoso, R. N. (2012). Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol 70% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana Linnaeus) Terhadap Mencit Jantan Galur BALB/C Yang Diinduksi Oleum ricini. Katalog Karya Ilmiah AKBID, AKPER, STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN.

Sato, A., Fujiwara, H., Oku, H., Ishiguro, K., & Ohizumi, Y. (2004). Alpha-mangostin induces Ca2+-ATPase-dependent apoptosis via mitochondrial pathway in PC12 cells. Journal of Pharmacological Science, 95(1), 33-40. Sherwood, L. (2012). Human physiology: from cells to systems (8th ed.). Belmont:

Thomson Brooks/Cole.

Simadibrata, M., & Daldiyono. (2009). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I (5 ed.). Jakarta: Interna Publishing.

Smithsonian Tropical Research Institute. (2005). Garcinia mangostana fruit.

Retrieved October 28, 2015, from

http://biogeodb.stri.si.edu/bioinformatics/dfm/metas/view/41486

Standring, S. (2008). Gray's Anatomy: The anatomical basis for clinical practice (40th ed.). London: Elsevier Churchill-Livingstone.

Tambunan, Y. L. (2009). Efek antidiare ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) pada menit galur Swiss Webster jantan. Bandung: FK UKM.


(6)

The World Health Organization. (2013). Diarrhoeal Disease. Retrieved October 18, 2015, from http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/

UNICEF, & WHO. (2009). Diarrhoea : why children are still dying and what can be done. Retrieved September 22, 2015


Dokumen yang terkait

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

4 100 106

Daya Hambat Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Bakteri Enterococcus faecalis Sebagai Alternatif Bahan Medikamen Saluran Akar (In Vitro)

3 289 97

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Gambaran Histopatologis Lambung Tikus (Rattus norvegicus L.) Jantan yang Dipapari Kebisingan

2 103 56

Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L) Terhadap Porphyromonas Gingivalis Sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar (In Vitro)

3 81 67

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Enterococcus faecalis sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar (Secara In Vitro)

2 96 63

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana.L) Terhadap Perubahan Makroskopis, Mikroskopis dan Tampilan Immunohistokimia Antioksidan Copper Zinc Superoxide Dismutase (Cu Zn SOD) Pada Ginjal Mencit Jantan (Mus Musculus.L) Stra

3 48 107

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Fungsi Hati, Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapari dengan Karbon Tetraklorida (CCl4)

3 53 59

Efek Antidiare Ekstrak Etanol Daun Sambiloto (Andrographis paniculata Ness.) pada Mencit Swiss Webster yang Diinduksi Oleum ricini.

1 3 20

Efek Antidiare Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga pada Mencit Swiss Webster yang Diinduksi Oleum Ricini.

0 2 15

Efek Ekstrak Etanol Daging Buah Salak Pondoh (Salacca edulis Reinw.)Sebagai Antidiare Pada Mencit Swiss Webster Jantan Yang diinduksi Oleum Ricini.

2 4 28