Penerapan Budaya Perusahaan pada PT. Pegadaian (Persero) ( Studi Kasus di PT. Pegadaian (Persero) Wilayah I Kota Medan )

  BAB II Gambaran Umum PT. Pegadaian (Persero)

  

2.1 Sejarah Dan Landasan Hukum Perubahan Bentuk PT. Pegadaian

(Persero)

  Sejarah PT.Pegadaian (Persero) yang bergerak di bidang jasa yaitu lembaga yang memberikan pinjaman uang dengan sistem gadai dengan cara memberi jaminan barang-barang bergerak telah lama dikenal di Indonesia yakni mulai pada zaman

  VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie). Pada perjalanannya dalam mengelola Perusahaan di bidang Gadai, banyak perubahan-perubahan terjadi pada PT. Pegadaian (Persero) yaitu perubahan hak kepemilikan dan perubahan bentuk Perusahaan.

  Berdasarkan sumber dari buku Agenda Tahun 2012, sejarah PT.Pegadaian (Persero) terbagi atas dua tahap dalam pendiriannya yaitu sebelum dan sesudah kemerdekaan Negara Indonesia (Agenda PT.Pegadaian, 2012).

2.1.1 Sebelum Kemerdekaan Indonesia

  Pada masa sebelum kemerdekaan Indonesia, Pembentukan PT.Pegadaian (Persero) mengalami 4 periode pemerintahan yaitu pada periode pertama dimulai pada masa VOC sendiri pada tahun 1746-1811, periode kedua terjadi pada masa penjajahan Negara Inggris pada tahun 1811-1816, selanjutnya pada periode ketiga pada masa penjajahan Belanda pada tahun 1816-1946 dan pada tahap yang keempat terjadi pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942-1945 (Agenda PT.Pegadaian, 2012).

  2.1.2 Pegadaian Pada Masa VOC Pada Tahun 1746-1811

  Pada masa VOC lembaga gadai dikenal dengan Bank Van Leening, pertama didirikan pada tahun 1746 berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal Von Sinhoff tanggal 28 Agustus 1746. Lembaga ini memberikan pinjaman atas dasar

  6 gadai dan juga bertindak sebagai Wessel Bank .

  Pada tahun 1800 VOC dibubarkan dan kekuasaan di Indonesia diambil alih oleh Pemerintah Belanda. Semasa pemerintahan Gubernur Jenderal Deandles, Bank

  

Van Leening ini lebih diperhatikan dan dalam masa pemerintahannya dikeluarkan

  peraturan tentang jenis-jenis barang yang dapat diterima sebagai jaminan yaitu berupa emas, perak, kain, dan lain-lain (Agenda PT.Pegadaian, 2012).

  2.1.3 Pegadaian Pada Masa Penjajahan Inggris Pada Tahun 1811-1816

  Pada tahun 1811 terjadi peralihan kekuasaan dari pemerintahan Belanda kepada pemerintahan Inggris. Sir Stamford Raffles sebagai pemimpin tertinggi di Indonesia pada masa itu tidak menyetujui adanya Bank Van Leening dikelola pemerintah, maka dikeluarkanlah peraturan yang menyatakan bahwa setiap orang 6 dapat mendirikan Badan Perkreditan dengan syarat mendapat izin dari penguasa.

  

Wessel Bank merupakan wessel yang diterbitkan oleh Bank dalam rangka penjualan tagihan oleh Bank kepada Bank Indonesia (www.mediabpr.com/../wesel_bank.aspx). Peraturan ini disebut juga Licentie Stelsel. Dalam perkembangannya, ternyata tujuan

  

Licentie Stelsel yaitu memperkecil peranan worker (Lintah Darat) tidak mencapai

  sasaran, artinya tidak menguntungkan Pemerintahan, malahan menimbulkan kerugian terhadap masyarakat karena timbulnya penarikan bunga yang tidak wajar. Oleh karena itu pada Tahun 1814, Licentie Stelsel dihapuskan dan diganti d engan “Pacht

  Stelsel

  ” dimana anggota masyarakat umum dapat menjalankan usaha gadai dengan syarat sanggup membayar sewa kepada pemerintah (Agenda PT.Pegadaian, 2012).

2.1.4 Pegadaian Pada Masa Penjajahan Belanda Pada Tahun 1816-1946

  Pada tahun 1816, Belanda kembali menguasai Indonesia, sementara itu Pacht

  

Stelsel yang dibentuk pada masa Inggris semakin berkembang, baik dalam arti

  perluasan wilayah operasi maupun jumlahnya. Kemudian pada tahun 1856, Pemerintah Belanda mengadakan penelitian terhadap pelaksanaan Pacht Stelsel.

  Berdasarkan hasil penelitian yang diadakan Belanda, ternyata para packers (pihak yang berwewenang dalam menggadai) banyak yang bertindak sewenang-wenang dalam menetapkan suku bunga, tidak melelangkan barang jaminan yang kadaluarsa, tidak membayar uang kelebihan kepada yang berhak, dan tidak melaksanakan daftar usaha yang teratur. Hal ini tentu sangat merugikan rakyat, kemudian melalui

  7 Staatblad (Stbl) No. 226 tahun 1930 status Jawatan diubah menjadi Perusahaan

  7 Lembaran Negara Republik Indonesia atau LNRI (saat periode kolonial disebut Het Staatsblad van

Nederlandsch-Indie atau periode transisi disebut Het Staatsblad van Indonesie dengan penyebutan

  Negara (PN), sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 IBW (Indonesische Bedrijvenwet) Staatblad (Stbl) No. 419 Tahun 1927 dimana harta kekayaan Pegadaian Negara dipisahkan dari kekayaan Negara (Pemerintah) (Agenda PT.Pegadaian, 2012).

  2.1.5 Pegadaian Pada Masa Penjajahan Jepang Pada Tahun 1942-1945

  Pada masa penjajahan Jepang, Pegadaian masih merupakan Instansi Pemerintah (Jawatan) dibawah pimpinan dan pengawasan kantor besar keuangan.

  Pada masa ini, lelang atas barang jaminan tidak ditebus (sudah kadaluarsa) dihapuskan sama sekali dan barang berharga seperti emas, intan dan berlian yang ada di Pegadaian diambil oleh Pemerintah Jepang (Agenda PT.Pegadaian, 2012).

  2.1.6 Sesudah Kemerdekaan Republik Indonesia

  Dengan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, penguasa atas pegadaian negara beralih kepada Pemerintah Republik Indonesia dan statusnya adalah sebagai jawatan dibawah Menteri Keuangan. Dengan peraturan Pemerintah No.178 Tahun 1961 terhitung mulai tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Pegadaian diubah statusnya menjadi Perusahaan Negara (PN) Pegadaian. Status sebagai Perusahaan Negara ternyata menyebabkan Pegadaian terus-menerus mengalami kemerosotan dibidang keuangan atau pendapatan. Usaha kegiatan

  singkat Staatsblad) merupakan referensi pemuatan publikasi dari segala bentuk pengumuman, kekuatan pemaksaan atas pemberlakuan pada keseluruhan wilayah kedaulatan Republik Indonesia.

  Pegadaian diatur sebagai Perusahaan yang telah diubah dan ditambah dengan undang- undang Nomor 9 Tahun 1969 mengenai bentuk-bentuk Perusahaan Negara dan melalui instruksi Presiden Nomor 17 Tahun 1967, maka Jawatan Pegadaian dengan dasar kegiatan Perusahaan, akhirnya dibentuk sebagai Perusahaan Jawatan. Melalui surat Keputusan Menteri Keuangan No. Kep. 39/MK/6/1/1971 Pasal 1 (tanggal 20 Januari 1971) ditetapkan bahwa Jawatan Pegadaian adalah unit pelaksanaan dilingkungan Direktorat Jenderal Keuangan. Selanjutnya, dalam Pasal 2 surat keputusan Menteri Keuangan tersebut ditetapkan bahwa Jawatan Pegadaian pada tahun 1870 Pacht Stelsel dihapuskan dan diganti dengan Licentie Stelsel dengan maksud untuk mengurangi pelanggaran-pelanggaran yang merugikan masyarakat dan pemerintah.

  Selanjutnya pada tahun 1969, Pegadaian mengalami perubahan bentuk Badan Hukum yang sebelumnya berbentuk dari Perusahaan Negara (PN) berubah menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan). Dalam periode berikutnya, Pegadaian juga mengalami perubahan bentuk hukum pada tahun 1990 yaitu peralihan Badan Hukum Perusahaan Jawatan (Perjan) menjadi Perusahaan Umum berdasarkan Undang-Undang No. 9 Tahun 1969, didalam penjelasan umum sub A alinea 4 undang-undang tersebut dinyatakan dalam rangka bahwa pelaksanaan ketetapan MPRS No. XX111/1/1966 oleh pemerintah berdasarkan instruksi Presiden No. 17 Tahun 1967 telah digariskan kebijaksanaan untuk menggolongkan usaha-usaha negara secara tegas kedalam tiga bentuk yaitu :

1. Perusahaan Negara Jawatan 2.

  Perusahaan Negara Umum 3. Perusahaan Negara Perseroan

  Pada saat ini perubahan badan hukum PT. Pegadaian (Persero) masih dibilang baru dibentuk yaitu pada Tahun 2012 tepatnya pada tanggal 1 April 2012. Perubahan Badan Hukum Pegadaian menjadi Perseroan Terbatas (PT) tidak dilakukan hanya untuk menaikkan identitas perusahaan saja melainkan dengan mengingat perkembangan ekonomi dewasa ini dan untuk lebih meningkatkan peranan lembaga kredit atas dasar hukum gadai yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat serta untuk lebih meningkatkan efisiensi dan produktifitas pengelolaan perusahaan perlu mengadakan perubahan bentuk badan hukum menjadi PT. Pegadaian Perseroan (Persero). Untuk mengubah badan hukum menjadi Perusahaan Perseroan, Pegadaian memilki landasan hukum untuk mendukungnya, sebagaimana yang sudah disusun dan disahkan sebagai berikut :

  “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2011 Tentang perubahan bentuk Badan Hukum Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Menimbang : a.

  Bahwa dalam rangka lebih meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan penyaluran pinjaman khususnya kepada masyarakat menengah kebawah, usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah, Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian yang didirikan dengan peraturan pemerintah Nomor 10 Tahun 1990 Tentang pengalihan bentuk Perusahaan Jawatan (Perjan) Pegadaian menjadi Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian, sebagaimana telah diganti dengan peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2000 Tentang Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian, perlu mengubah bentuk badan hukum Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) ;

  b. Bahwa berdasarkan ketentuan pasal 29 Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2005 Tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan dan Perubahan Bentuk Badan Hukum Badan Usaha Milik Negara, perubahan bentuk badan hukum ditetapkan dengan peraturan pemerintah ; c.

  Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan peraturan pemerintah tentang perubahan bentuk Badan Hukum Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).

  Mengingat : 1.

Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ;

2. Undang-undang 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran

  Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4297) ; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2005 Tentang Penggabungan, Peleburan,

  Pengambilalihan dan Perubahan bentuk badan hukum Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4554).

  Memutuskan : Menetapkan Peraturan Pemerintah tentang perubahan bentuk badan hukum Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).

  Pasal 1 (1)

  Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian yang didirikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1990 Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Jawatan (Perjan) Pegadaian menjadi Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian yang telah diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2000 Tentang Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian, diubah bentuk badan hukumnya menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) sebagaimana dimaksud dalam undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara, yang dalam peraturan pemerintah ini disebut Perusahaan Perseroan (Persero)

  (2) Perubahan bentuk badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan : a.

  Seluruh kekayaan, hak dan kewajiban Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian menjadi kekayaan, hak dan kewajiban Perusahaan Perseroan (Persero) ; b.

  Seluruh Karyawan tetap Perum Pegadaian menjadi Karyawan tetap Perusahaan Perseroan (Persero) berdasarkan perjanjian kerja waktu tidak tertentu ; c. Seluruh Karyawan tidak tetap Perum Pegadaian menjadi karyawan tidak tetap

  Perusahaan Perseroan (Persero) berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu ; dan d.

  Hak dan kewajiban antara Perum Pegadaian dengan karyawan Perum Pegadaian menjadi hak dan kewajiban antara Perusahaan Perseroan (Persero) dengan karyawan Perusahaan Perseroan (Persero).

  Pasal 2 (1)

  Maksud dan tujuan Perusahaan Perseroan (Persero) sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat (1) untuk melakukan usaha dibidang gadai dan fidusia, baik secara konvensional maupun syariah, dan jasa lainnya dibidang keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan terutama untuk masyarakat berpenghasilan menengah kebawah, usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya perseroan dengan menerapkan prinsip perseroan terbatas.

  (2) Untuk mencapai maksud dan tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

  Perusahaan Perseroan (Persero) melaksanakan kegiatan usaha utama berupa a. Penyaluran pinjaman berdasarkan hukum gadai termasuk gadai efek ; b.

  Penyaluran pinjaman berdasarkan jaminan fidusia ; dan c. Pelayanan jasa titipan, Pelayanan jasa taksiran, Sertifikasi dan Perdagangan Logam Mulia serta batu adi.

  (3) Selain melaksanakan kegiatan usaha utama sebagaimana dimaksud pada ayat

  (c) Perusahaan Perseroan (Persero) dapat melaksanakan kegiatan usaha a. Jasa transfer uang, Jasa transaksi pembayaran, dan jasa administrasi pinjaman ; dan b.

  Optimalisasi Sumber Daya Perusahaan Perseroan (Persero).

  Pasal 3 (1)

  Modal Perusahaan Perseroan (Persero) sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat (1) yang ditempatkan dan disetor pada saat pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan yang tercatat dalam Perum Pegadaian.

  (2) Modal Perusahaan Perseroan (Persero) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebesar modal Negara Republik Indonesia yang tercatat dalam neraca penutup

  Perum Pegadaian.

  Pasal 4

  (1) Neraca penutup Perum Pegadaian sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat

  (2) dan neraca pembuka Perusahaan Perseroan (Persero) ditetapkan oleh Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara berdasarkan audit.

  (2) Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Akuntan Publik yang ditunjuk oleh Menteri Negara

  Badan Usaha Milik Negara.

  Pasal 5 Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat (1) dilakukan oleh Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara.

  (Sumber : Arsip PT. Pegadaian (Persero) Tahun 2013

  2.2 Gambaran Umum PT. Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah I Medan

  PT. Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah I (kanwil) terletak di Jalan Pegadaian No. 112 Kota Medan. Kantor Wilayah I (Kanwil) Pegadaian hingga kini masih beroperasi dengan dibawah kepemimpinan Bapak Boedi Prasodjo, SE. PT.

  Pegadaian (Persero) Wilayah I ini memiliki unit Kantor Wilayah (Kanwil) sebanyak 12 dengan 5000 unit cabang yang tersebar diseluruh Indonesia. Pada Kantor Wilayah

  I Medan ini yang menjadi lokasi penelitian, memiliki beberapa unit cabang yaitu sebanyak 300 unit atau outlet cabang yang dikendalikan dan dalam pengawasan Kantor Wilayah I PT. Pegadaian (Persero).

  Tabel 1. Jumlah Outlet Dalam Pengawasan Kantor Wilayah I (Kanwil) PT. Pegadaian (Persero) Cabang PT. Pegadaian

Jumlah Keterangan

(Persero)

  Cabang Pelayanan Pusat Setiap Cabang Pelayanan Pusat (CPP) dan

  41 Unit (CPP) Cabang Pelayanan Sektor (CPS) mengendalikan dan mengawasi kinerja Unit Pelayanan Cabang 144 Unit (UPC) setiap Unit Sektor Cabang Pelayanan Sektor (CPS) 115 Unit

  (Sumber : Annual Report PT. Pegadaian (Persero) Tahun 2013

2.3 Profil Umum PT. Pegadaian (Persero)

  PT. Pegadaian (Persero) yang bergerak di bidang jasa peminjaman uang dengan sistem gadai memiliki profil perusahaan yang bertujuan untuk mengenal perusahaan khususnya bagi pihak eksternal perusahaan yaitu jaringan kerja sama Perusahaan PT. Pegadaian (Persero) dengan Perusahaan lainnya termasuk anak Perusahaan yaitu PT. Balai Lelang Artha Grasia.

  ( Gambar 1 : Kantor Wilayah (Kanwil) I PT. Pegadaian (Persero) )

  Adapun Visi dan Misi PT. Pegadaian (Persero) pada tahun 2014 dan Budaya Perusahaan adalah : a.

  Visi : Sebagai solusi bisnis terpadu terutama berbasis gadai yang selalu

  8

  menjadi market leader dan mikro berbasis fidusia selalu menjadi yang terbaik untuk masyarakat menengah kebawah.

  b.

  Misi :  Memberikan pembiayaan yang tercepat, termudah, aman, dan selalu memberikan pembinaan terhadap usaha golongan menengah kebawah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

   Memastikan pemerataan pelayanan dan infrastruktur yang memberikan kemudahan dan kenyamanan di seluruh Pegadaian dalam mempersiapkan diri menjadi pemain regional dan tetap menjadi pilihan utama masyarakat.

   Membantu Pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat golongan menengah kebawah dan melaksanakan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya perusahaan ( Agenda PT. Pegadaian, 2012 ). Budaya Perusahaan pada PT. Pegadaian (Persero) terdiri dari 5 dasar budaya yang dijabarkan dalam 10 perilaku utama yang akan diterapkan bagi setiap jajaran

8 Dari definisi yang diberikan jelas bagi kita bahwa Fidusia dibedakan dari Jaminan

  Fidusia, dimana Fidusia merupakan suatu proses pengalihan hak kepemilikan dan Jaminan Fidusia adalah jaminan yang diberikan dalam bentuk fidusia (http://id.wikipedia.org/wiki/Jaminan_fidusia). perusahaan. Berikut adalah rincian Budaya Perusahaan PT. Pegadaian (Persero) yang diberi nama INTAN sebagai singkatan dari :

   Nilai Budaya Perilaku Utama

  Inovatif

  1.Berinisiatif,kreatif,dan produktif

  2. Berorientasi pada solusi Nilai Moral Tinggi

  3. Taat beribadah

  4. Jujur dan berpikir positif Terampil

  5. Kompeten di bidangnya

  6. Selalu mengembangkan diri Adi layanan

  7. Peka dan cepat tanggap

  8. Empatik, santun, dan ramah Nuansa Citra

  9. Rasa memiliki

  10.Peduli nama baik perusahaan Budaya perusahaan Pegadaian yaitu INTAN memiliki pengertian sendiri yang telah dirumuskan dan dijabarkan oleh Perusahaan. Rumusan dari budaya INTAN itu adalah :

   Inovatif : mempunyai arti sebagai upaya melakukan penyempurnaan yang mempunyai nilai tambah dan tanggap terhadap perubahan.

   Nilai Moral Tinggi : mempunyai arti sebagai memahami dan mematuhi ajaran agama masing-masing serta etika Perusahaan.

   Terampil : mempunyai arti sebagai mengetahui dan memahami tugas yang telah dibebankan dan selalu belajar dengan tanggung jawab.

   Adi Layanan : mempunyai arti sebagai memberikan layanan yang dapat memuaskan orang lain, fokus pada privacy, kenyamanan dan kecepatan.

   Nuansa Citra : mempunyai arti sebagai senantiasa peduli dan menjaga nama serta reputasi Perusahaan.

2.3.1 Filosofi INTAN Sebagai Budaya Perusahaan PT. Pegadaian

  Dalam perencanaan perumusan Budaya Perusahaan, landasan rumusan Budaya Perusahaan harus dilandasi dengan filosofi yang ada pada Perusahaan.

  Peristilahan dari filosofi adalah seperangkat keyakinan pokok yang menentukan parameter untuk bisnis dan memberikan dorongan semangat para karyawannya (Nawawi Ismail, 2013).

  Menurut Arsip PT. Pegadaian (Report Pegadaian Tahun 2013), filosofi Budaya Perusahaan PT. Pegadaian (Persero) dilambangkan dengan batu Intan dimana kepala berbentuk berlian memberi makna bahwa Pegadaian mengenal batu intan sudah puluhan tahun, intan tidak lebih dari sebuah bongkahan batu yang diciptkan alam dalam suatu proses beratus tahun lamanya. Kekerasannya menjadikan Dia tidak dapat tergores dari benda lain, tetapi Dia juga dapat dibentuk menjadi batu yang sangat cemerlang (briliant).

  Dengan kecermelangan itulah kemudian Dia disebut Berlian. Karakteristik batu Intan tersebut diharapkan terdapat juga pada setiap Insan Pegadaian. Sikap tubuh dengan tangan terbuka dan tersenyum memberi makna sikap seorang pelayan yang selalu siap memberikan pelayanan prima kepada siapa saja. Rompi berwarna hijau bermakna memberi keteduhan sebagai Insan Pegadaian (Warta Pegadaian, 2013).

  Gambar 2 : Logo Budaya Perusahaan PT.Pegadaian (Persero) Budaya

  

INTAN

2.3.2 Struktur Organisasi Wilayah I PT. Pegadaian (Persero)

  Struktur organisasi adalah kerangka kerja organisasi yang dengan kerangka kerjanya terbagi atas tugas-tugas pekerjaan, dikelompokkan, dan dikoordinasikan, , (Robbin, , dan, , Coulter, , 2007:284, , dalam , kutipan, , Munandar,dkk,200 4:107). Jadi struktur organisasi dapat diartikan sebagai kerangka dan susunan hubungan diantara fungsi, bagian atau posisi juga menunjukkan struktur sebagai wadah untuk menjalankan wewenang dan tanggung jawab terhadap atasan maupun bawahan dan memberikan stabilitas yang memungkinkan organisasi tetap hidup. Berikut adalah Struktur Organisasi pada PT. Pegadaian (Persero) Wilayah I :

  Bagan 1 : Struktur Organisasi

  Pemimpin Wilayah Inspektur

  Sekretariat Wilayah

  Manajer Manajer Manajer Manajer Manajer Area Bisnis Keuangan SDM Logistik

  Asisten Asisten Asisten Asisten Manajer Manajer Manajer Manajer

  Bangunan Bsnis Gadai Tresuri APSDM

  Asisten Asisten Asisten Asisten Manajer Manajer Manajer Manajer Perlengkapan

  Bisnis Akutansi Kesra Dan Fidusia Dan HI

  Jasa Lain Asisten

  Asisten Manajer Pranata TI Pelatihan

  Manajer Bisnis Syariah

  Hubungan Pemimpin

  Masyarakat Cabang

  Asisten Manajer

  Legal Pemasaran

  Officer Ahli Taksir

  PKBL Dan CSR

  

(Sumber : Agenda Pegadaian Tahun 2014)

2.3.3 Uraian Pekerjaan

  1. Pemimpin Wilayah Pemimpin Wilayah mempunyai tugas sebagai berikut : a. Meyakini dan memastikan bahwa bidang yang menjadi tanggungjawabnya telah memiliki rencana kerja tahunan yang telah ditetapkan oleh Direksi.

  b. Meyakini dan memastikan tersusunnya kebijakan di Wilayah.

  c. Meyakini dan memastikan bahwa pengelolaan bidang yang menjadi tanggungjawabnya telah dilaksanakan sesuai yang telah ditetapkan oleh Perusahaan PT. Pegadaian (Persero).

  d. Meyakini dan memastikan terlaksana dan terkendalinya fungsi-fungsi kantor pusat diwilayah dalam operasional, keuangan,umum,Sumber Daya Manusia (SDM), dan pelaksanaan kegiatan Perusahaan lainnya sesuai kewenangan yang dilimpahkan Direksi.

  e. Meyakni dan memastikan terselanggara dan terkendalinya pengamanan kekayaan Perusahaan yang ada di Kantor Wilayah (Kanwil), Cabang dan Unit Pelayanan Cabang (UPC).

  f. Meyakini dan memastikan terselanggara dan terkendalinya strategi bisnis yang menjadi acuan bagi para Pemimpin Cabang, kegiatan evaluasi berkala terhadap kinerja Pemimpin Cabang dan srategi pemecahan masalah teknis operasional Kantor Cabang.

  g. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas pekerjaan seluruh di seluruh bagian Kantor Wilayah, Manajer Area, serta tenaga Fungsional lainnya.

  h. Meyakini dan memastikan bahwa target kerja Kantor Wilayah yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik oleh seluruh unit kerja operasional. i. Mewakili kepentingan Perusahaan di Kantor Wilayah dan Kantor Cabang, baik kedalam maupun keluar berdasarkan kewenangan yang dilempahkan oleh

  Direksi.

  2. Manajer Bisnis Manajer Bisnis mempunyai tugas sebagai fungsi merencanakan, mengkoordinasikan, menyelenggarakan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan operasional dan pembinaan bisnis gadai, bisnis fidusia dan jasa lain, bisnis syariah dan bisnis emas serta melakukan pemasaran sertiap bidang bisnis. Manajer Bisnis juga dibantu oleh Asisten Manajer Bisnis Gadai, Asisten Manajer Bisnis Fidusia dan Jasa Lain, Asisten Manajer Bisnis Syariah, Asisten Manajer Bisnis Emas dan Asisten Manajer Pemasaran. Setiap Asisten Manajer Bisnis mempunyai tugas dan fungsi untuk melakukan pengawasan dan pembinaan mengenai bidang operasional mereka masing-masing dengan dibantu oleh beberapa staffnya masing-masing.

  3. Manajer Keuangan

  Manajer Keuangan mempunyai tugas dan fungsi merencanakan, mengkoordinasikan, menyelenggarakan dan mengendalikan kegiatan tresuri dan akutansi Kantor Wilayah. Manajer Keuangan dibantu oleh 2 Asisten yaitu Asisten Manajer Tresuri dan Asisten Manajer Akutansi, dimana setiap Asisten Manajer Keuangan berfungsi sebagai pengawas, pengelola data keuangan di seluruh Wilayah Cabang dan Unit Pelayanan Cabang (UPC) dalam operasional kerja.

  4. Manajer Sumber Daya Manusia (SDM) Manajer SDM mempunyai tugas dan fungsi dalam merencanakan, mengkoordinasikan, menyelenggarakan dan mengendalikan administrasi, serta hubungan industrial dan melakukan pelatihan (diklat) SDM. Manajer SDM dibantu oleh Asisten Manajer APSDM, Asisten Manajer Kesra dan HI, Asisten Manajer Pelatihan SDM dan Hubungan Masyarakat (Humas). Setiap Pembantu atau Asisten Manajer SDM memiliki tugas dalam pengawasan kinerja karyawan dan mengkoordinasikan kesejahteraan bagi seluruh keluarga Jajaran PT. Pegadaian (Persero) dan Humas sendiri mempunyai tugas dan fungsi sebagai mengkoordinasikan, merencanakan dan melakukan pengendalian informasi serta memberi dan menerima informasi dari dalam dan luar Perusahaan.

  5. Manajer Logistik Manajer Logistik mempunyai tugas dan fungsi merencanakan dan mengkoordinasikan, menyelenggarakan dan mengendalikan kegiatan pengelolaan bangunan pada Kantor Wilayah dan Kantor Cabang, serta penatausahaan perlengkapan rumah tangga dan bangunan. Menurut Staff yang bertugas dibagian Logistik, logistik memberikan segala keperluan operasional kantor yang berada di Kantor Wilayah maupun Kantor Cabang beserta Unit Pelayanan Cabang (UPC), contohnya melakukan pembangunan kantor atau pengrehapan bangunan, memberikan fasilitas kantor seperti meja, kursi, AC, TV, alat tulis kantor, dan lain-lain. Manajer Logistik dibantu oleh 2 Asisten yaitu Asisten Manajer Bangunan dan Asisten Manajer Perlengkapan.

  6. Fungsional Ahli Taksir Fungsional Ahli Taksir mempunyai tugas dan fungsi merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan tugas sesuai dengan keahliannya dalam rangka penilaian dan penyesuaian taksiran barang jaminan.

  7. Fungsional PKBL Dan CSR Fungsional PKBL dan CSR mempunyai tugas dan fungsi merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan PKBL dan CSR di Kantor Wilayah, serta mendorong kesejahteraan dan perbaikan lingkungan masyarakat luas pada umumnya dan lingkungan sekitar bisnis pada khusunya. Menurut penjelasan Bapak E. Ilham Syahputra selaku staff PKBL dan CSR PT. Pegadaian (Persero), PKBL dan CSR telah banyak melakukan pendekatan-pendekatan terhadap masyarakat yang merupakan bagian dari strategi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya, sebagai contoh dalam penuturan Bapak E. Ilham Syahputra mengatakan ; “Ada salah satu staff atau karyawan yang berasal dari cabang Pegadaian mengirimkan proposal untuk melakukan promosi Pegadaian dalam acara Pesata Jubelium HKBP, jadi mereka meminta dana untuk melakukan sumbangan kepada Pusat Wilayah Pegadaian ini, jadi kami sebagai CSR yang mengurus hal seperti ini kembali meminta persetujun kepada Pimpinan Wilayah, ya akhirnya kami memenuhi permintaan cabang tersebut berdasarkan jumlah dana yang telah disepakati, ini juga bertujuan untuk memperkenalkan kepada Jemaat Gereja itu tentang Pegadaian”.

  8. Fungsional Pranata Teknologi Informasi Fungsional Pranata Teknologi Informasi mempunyai tugas dan fungsi merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi data base, perangkat lunak jaringan dan teknis perangkat keras dalam lingkup Kantor Wilayah.

  9. Fungsional Hubungan Masyarakat Fungsional Hubungan Masyarakat mempunyai tujuan dan fungsi membantu

  Pemimpin Wilayah dalam merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi kegiatan Perusahaan, kehumasan dan protokol di Kantor Wilayah dan Kantor Cabang.

  10. Fungsional Legal Officer Fungsional Legal Officer mempunyai tugas dan fungsi membantu Pemimpin

  Wilayah dalam merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi kegiatan Hukum Perusahaan, penanganan aspek hukum dan hubungan industrial di Kantor Wilayah, Kantor Cabang dan Kantor Cabang Syariah.

2.4 Produk-Produk PT. Pegadaian (Persero)

  Sebelum membahas lebih lanjut tentang pembahasan Budaya Perusahaan PT. Pegadaian (Persero), perlu mengetahui tentang produk-produk apa saja yang disediakan Perusahaan tersebut dalam bidang gadai sebagai jasa peminjaman uang.

  Adapun produk-produk PT. Pegadaian (Persero) adalah sebagai berikut :

  1. Pegadaian KCA (Kredit Cepat Aman) Produk ini merupakan kredit yang diberikan kepada masyarakat dengan sistem gadai (jaminan barang bergerak). Tujuan dari produk ini adalah membantu pemerintah dalam bidang perekonomian untuk membantu masyarakat guna menghindari dari gadai gelap, praktek riba dan pinjaman yang tidak wajar.

  2. Pegadaian Jasa Taksiran Produk ini merupakan bentuk layanan kepada masyarakat yang ingin mengetahui karatase dan kualitas harta perhiasan seperti emas, berlian, dan batu permata, baik untuk keperluan investasi atau keperluan bisnis dengan hanya membayar jasa yang sangat ringan.

  3. Pegadaian Jasa Titipan Produk ini merupakan bentuk jasa terhadap layanan kepada masyarakat yang ingin menitipkan barang berharga yang dimilikinya seperti emas, berlian, surat berharga dan kendaraan.

  4. Pegadaian KTJG (Kredit Tunda Jual Gabah)

  Memberikan pinjaman/talangan dana cepat kepada petani pada saat panen raya dengan jaminan gabah kering giling untuk digunakan menutup biaya hidup dan modal budidaya.

  5. Pegadaian Persewaan Gedung Produk ini merupakan bentuk layanan yang diberikan kepada masyarakat berupa persewaan gedung pertemuan untuk melakukan kegiatan acara pernikahan, reuni, rapat, seminar, dan lain-lain.

  6. Pegadaian Rahn (Ar Rahn) Melayani pinjaman untuk memenuhi kebutuhan dana bagi masyarakat dengan sistem gadai sesuai syariah.

  7. Pegadaian KREASI (Kredit Angsuran Dengan Sistem Fiducia) Produk ini merupakan kredit angsuran tiap bulan dengan sistem Fidusia, yang diberikan kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk mengembangkan usahanya.

  8. Pegadaian KRASIDA (Kredit Angsuran Dengan Sistem Gadai) Produk ini merupakan angsuran tiap bulan dengan sistem Gadai, yang diberikan kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk mengembangkan usahanya.

  9. Pegadaian KRISTA (Kredit Usaha Rumah Tangga)

  Produk ini merupakan kredit yang diberikan kepada para wanita wirausaha untuk mengembangkan usahanya yang tergabung dalam kelompok dengan sistem tanggung renteng.

  10. Pegadaian KREMADA (Kredit Perumahan Rakyat) Merupakan pinjaman (kredit) lunak yang diberikan oleh Pegadaian kepada masyarakat berpenghasilan rendah yang tergabung dalam kelompok.

  11. Pegadaian INVESTA (Investasikan Harta Berharga Milik Anda) Merupakan pinjaman (kredit) atas dasar hukum gadai dalam jangka waktu tertentu yang diberikan kepada nasabah dengan jaminan berbentuk saham yang tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

  12. Pegadaian ARRUM (Ar Rahn Untuk Usaha Mikro/Kecil) Melayani skim pinjaman berprinsip syariah bagi para pengusaha mikro dan kecil untuk keperluan pengembangan usaha melalui sistem pengembalian secara angsuran.

  13. Pegadaian KUCICA (Kiriman Uang Cara Instan Cepat Aman) Merupakan bentuk pelayanan kepada masyarakat untuk pengiriman uang kedalam dan luar negeri. Layanan kiriman uang ini bekerjasama dengan Western

  Union.

  14. Pegadaian MULIA (Murabahah Logam Mulia Untuk Investasi Abadi)

  Memfasilitasi penjualan Logam Mulia oleh Pegadaian kepada masyarakat secara tunai/atau secara angsuran dengan proses cepat.

  15. Pegadaian KAGUM (Kredit Aneka Guna Untuk Umum) Merupakan layanan pemberian pinjaman bagi pegawai/karyawan suatu instansi/lembaga yang berpenghasilan tetap, dengan sistem fidusia, diangsur bulanan.

  16. Pegadaian AMANAH (Murabahah Untuk Kepemilikan Kendaraan Bermotor)

  Pemberian pinjaman guna kepemilikan kendaraan bermotor kepada para pegawai tetap pada suatu instansi atau perusahaan tertentu atas dasar besarnya penghasilan (gaji) dengan pola perikatan jaminan sistem fidusia atas objek, surat kuasa pemotongan gaji amanah tersebut.

2.5 Data Hasil Pencapaian Perusahaan

  Data yang diperoleh dari laporan keuangan Tahun 2013 yang sudah diaudit menunjukkan angka peningkatan dalam beberapa kategori, hal ini terlaksana atas pencapaian kinerja perusahaan. Pencapaian atau peningkatan perusahaan akan dapat tercapai jika seluruh Sumber Daya Manusia (SDM) Perusahaan menerapkan suatu komitmen dan hubungan kerjasama antara sesama karyawan maupun atasan dengan karyawan dalam kinerja operasional Perusahaan. Adapaun data hasil pencapaian perusahaan terdiri dari kategori peningkatan jumlah nasabah, peningkatan penghasilan Perusahaan, jumlah unit kantor dan jumlah barang jaminan. Berikut adalah data rincian pencapain Perusahaan :

  

Tabel 2 : Data Pencapaian Perusahaan Non Keuangan PT. Pegadaian

No. Uraian 2013 2012 2011

  1. Kantor Wilayah (unit)

  12

  12

  12 Kantor Operasional (unit) 4.461 4.604 4.585 2.

  3. Anak Perusahaan

  1

  1 Galeri 24 (unit) 154

  53 4.

  5. Pegawai tetap (orang) 8.015 7.881 8.133

  6. Pegawai tidak tetap (orang) 17.068 17.349 16.144

  7. Nasabah (orang) 28.389.027 27.492.654 25.425.757

  8. Barang Jaminan (potong) 38.385.357 38.273.253 35.563.596 (Sumber : Data Keuangan Tahun 2013) Dari data laporan tahunan tahunan yang di terbitkan pada tahun 2014,

  menunjukkan bahwa hasil kesimpulan dari pencapaian PT. Pegadaian (Persero) mencapai angka yang sehat dan memuaskan. Berikut adalah kesimpulan dari hasil tingkat kesehatan Perusahaan dan skor CSI (Customer Satisfaction Index) :

   Skor CSI (Customer Satisfaction Index) terhadap skor Nasabah PT. Pegadaian (Persero).

SKOR SKOR PUAS

  78

   Tingkat Kesehatan Perusahaan PT. Pegadaian (Persero)

  Kondisi Kategori Skor

SEHAT AAA 99,44

  (Sumber : Laporan Keuangan Tahun 2013)

2.6 Prosedur Permohonan Pinjaman Dana

   Dalam melakukan permohonan peminjaman dana kepada PT.Pegadaian

  (Persero) pasti akan melalui prosedur-prosedur dalam langkah meminta pinjaman dana. Prosedur tersebut merupakan transaksi gadai antara nasabah dengan pihak perusahaan atau karyawan yang bertugas di outlet Perusahaan. Dalam melakukan penelitian, penulis juga terlibat langsung sebagai nasabah, hal ini merupakan syarat yang diberikan oleh Perusahaan untuk melakukan peneiltian di Perusahaan tersebut. Melalui persyaratan tersebut, penulis akan semakin mudah untuk mengetahui langkah-langkah apa yang harus dilakukan oleh nasabah. Tahapan yang harus dilakukan oleh nasabah dalam transaksi gadai terdiri dari mulai proses tahap peminjaman, tahap peringatan penebusan lewat waktu dan tahap penebusan barang jaminan gadai seperti uraian sebagai berikut :

  1. Tahap Peminjaman Dana Dalam tahap ini, setiap nasabah dapat mendatangi outlet-outlet Pegadaian terdekat sesuai jangkauan para nasabah yang terdiri dari Unit Pelayanan Cabang

  (UPC) yang disediakan oleh Pegadaian untuk mempermudah jangkauan lokasi nasabah, Kantor Cabang, maupun para nasabah dapat datang langsung ke Pusat Wilayah Pegadaian dimana terdapat outlet untuk melayani nasabah. Untuk selanjutnya nasabah akan disambut hangat oleh petugas pengamanan atau satpam yang bertugas dan siap membantu tujuan para nasabah. Setelah itu nasabah akan diberi nomor antrian jika diperlukan apabila jumlah nasabah berkapasitas banyak, berikutnya nasabah menjumpai teler yang bertugas dan nasabah dapat meminta permohonan peminjaman dengan membawa barang jaminan baik berupa emas, berlian, permata, batu mulia, kendaraan dan lain-lain sesuai bentuk produk perusahaan yang diinginkan oleh nasabah. Setelah itu nasabah akan mengisi surat gadai atau formulir yang disediakan oleh perusahaan dimana dalam formulir tersebut berisikan data pribadi sesuai Kartu Tanda Penduduk (KTP), jumlah peminjaman dan jenis barang jaminan gadai. Setelah itu barang yang akan digadai akan diproses lebih lanjut dengan melakukan penafsiran untuk mengetahui kualitas barang, dalam tafsiran barang jaminan gadai ini dilakukan oleh staaf Penafsir. Barang jaminan gadai yang telah ditafsir, selanjutnya pegawai yang bertugas akan memberitahukan kepada nasabah jumlah batas maksimum peminjaman sesuai dengan harga tafsiran barang dan tahap akhir nasabah dapat memperoleh dana sesuai yang dibutuhkan. Khusus layanan produk pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) , Perusahaan perlu beberapa hari untuk mencairkan dana pinjaman kepada nasabah hal ini dilakukan untuk melakukan tinjauan lokasi usaha atau survei usaha untuk ditafsir

lebih lanjut oleh Perusahaan. Batas waktu dalam transaksi gadai bervariasi tergantung produk yang diinginkan oleh nasabah dan waktu tersingkat yang diberikan oleh perusahaan dalam pelayanan maksimal terhadap nasabah adalah 15 menit dan batas maksimun dapat melebihi 24 jam.

  2. Tahapan Peringatan Penebusan Barang Jaminan Gadai Tahap ini hanya berlaku kepada nasabah yang jatuh tempo dalam penebusan barang jaminan gadai yang dimiliki oleh nasabah yang bersangkutan. Nasabah yang bersangkutan akan menerima surat peringatan jatuh tempo dimana barang akan dilelang apabila nasabah yang bersangkutan tidak menebus barang jaminannya beserta bunga pinjaman yang telah disepakati sebelumnya. Surat peringatan tersebut akan diantarkan langsung oleh petugas Perusahaan ke rumah nasabah sebagai layanan maksimal yang diberikan oleh Perusahaan dan tujuan surat peringatan ini bertujuan untuk mempermudah nasabah dalam pengendalian emosional atau dengan kata lain nasabah tidak terkejut secara tiba-tiba apabila barang jaminan gadainya telah dilelang oleh Perusahaan. Apabila barang jaminan yang digadai sudah dilelang, dan peminjaman tersebut tidak melebihi batas maksimum peminjaman atas barang jaminan yang dimiliki nasabah bersangkutan maka perusahaan dapat mengembalikan sisa dana tersebut kepada nasabah yang bersangkutan.

  3. Tahap Penebusan Barang Jaminan Gadai

  Pada tahap ini, nasabah dapat menebus barang jaminan gadainya dengan mempersiapkan jumlah dana pinjaman beserta bunganya (besar bunganya tergantung jenis produk yang diinginkan nasabah) dan memberikan surat gadai, setelah itu karyawan yang bertugas akan mengambil barang gadai tersebut yang tersimpan di bagian penyimpanan barang gadaian (khusus penebusan barang gadai di Unit Pelayanan Cabang (UPC), nasabah perlu menunggu beberapa waktu menunggu barang gadaiannya datang, hal ini disebabkan karena barang gadai tersebut disimpan di Kantor Cabang demi pengamanan barang) setelah barang diperoleh, nasabah akan menerima struk pembayaran.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Yang Dilakukan Oleh Anak Sebagai Pelaku Kejahatan Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Kasus Putusan No.21/Pid.Sus-Anak/2014/PN.MDN)

0 0 29

Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Yang Dilakukan Oleh Anak Sebagai Pelaku Kejahatan Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Kasus Putusan No.21/Pid.Sus-Anak/2014/PN.MDN)

0 3 9

BAB I PENDAHULUAN - Perlindungan Hak Konsumen atas Pengguna Jasa Penerbangan Dalam Hal Kenaikan Harga Tiket yang Tinggi Ketika Musim Libur dan Keselamatan Penerbangan (Studi Pada PT. Garuda Indonesia Kantor Cabang Medan)

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Persaingan Sesama Merek (Intrabrand) dikaitkan Dengan Pembatasan Perdagangan Secara Vertikal

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Orang yang Dengan Sengaja Tidak Melaporkan Adanya Tindak Pidana Menguasai Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 409/Pid.B/2014/PN.Mdn.)

0 0 28

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Peranan Kepolisian dalam Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika (Studi Kasus di Wilayah Hukum POLRES Tobasa)

0 1 43

PERANAN KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (Studi Kasus Di Wilayah Hukum POLRES TOBASA)

0 0 12

Studi Pembuatan Rempeyek Bercita Rasa Daun Kayu Manis (Cinnamomum Burmannii)

0 0 10

DAUN KAYU MANIS ( Cinnamomum burmannii)

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN - Penentuan Jumlah dan Lokasi Halte Monorel dengan Model Set Covering Problem(Studi Kasus: Rencana Pembangunanan Monorel Medan- Koridor I)

0 0 7