BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Peningkatan Dan Pengendalian Kualitas Rubber Wood Pellet Menggunakan Metode Taguchi Dan Failure Mode And Effect Analysis (Fmea) Di Pt. Salix Bintama Prima

  

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Salix Bintama Prima adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan limbah kayu menjadi bahan bakar pelet kayu (wood pellet). Perusahaan ini beralamat di Jl. Medan – Lubuk Pakam KM 21,1 Desa Tanjung Baru Kecamatan Tanjung Morawa. PT. Salix Bintama Prima sudah berdiri selama

  lebih dari 20 tahun dengan total luas area pabrik 12,0 Ha. Perusahaan ini berstatus Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) 2.2.

   Ruang Lingkup Bidang Usaha

  PT. Salix Bintama Prima merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dalam bidang industri perabot rumah tangga dari kayu dan pengerjaan kayu untuk bangunan dari awal berdirinya hingga sekarang. Karena perubahan kondisi lingkungan PT. Salix Bintama Prima memperluas bidang usahanya ke pengolahan bahan bakar biomasa dengan menghasilkan produk pelet kayu yaitu pelet kayu karet (rubber wood pellet) dan mix wood pellet. Memproduksi pelet kayu dipandang lebih menjanjikan bagi masa depan perusahaan maka perusahaan berniat untuk secara utuh fokus pada pengolahan limbah kayu menjadi pelet kayu karet. Pelet kayu 100% dipasarkan keluar negeri seperti korea dan eropa untuk

2.3. Lokasi Perusahaan Penelitian dilakukan pada PT. Salix Bintama Prima, yang berlokasi di Jl.

  Medan – Lubuk Pakam KM 21,1 Desa Tanjung Baru Kecamatan Tanjung Morawa, dengan 12,0 Ha. Area produksi berbatasan dengan: Utara : Sawah Timur : Pemukiman penduduk Selatan : Gg. Bakaran Batu Barat : Jalan Raya Medan- Tanjung Morawa 2.4.

   Organisasi dan Manajemen.

  Struktur organisasi merupakan susunan yang terdiri dari fungsi–fungsi dan hubungan–hubungan yang menyatakan keseluruhan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan. Secara fisik struktur organisasi dapat dinyatakan dalam bentuk gambaran grafik yang memperlihatkan hubungan unit–unit organisasi dan garis– garis wewenang yang ada.

  Struktur organisasi kita dapat menunjukkan gambaran tentang beberapa hal yaitu :

  1. Struktur organisasi dapat memperlihatkan karakteristik utama dari perusahaan yang bersangkutan

  2. Struktur organisasi dapat memperlihatkan gambaran pekerjaan dan hubungan yang ada dalam perusahaan.

  3. Struktur organisasi dapat digunakan untuk merumuskan rencana kerja yang ideal sebagai pedoman untuk dapat mengetahui siapa bawahan dan siapa atasan.

  Struktur organisasi suatu perusahaan tentu akan berbeda dengan struktur organisasi perusahaan lainnya, hal ini tergantung pada besar kecilnya perusahaan.

  PT. Salix Bintama Prima membutuhkan suatu struktur organisasi yang tepat agar dapat secara efektif dan efisien mengatur dan menjelaskan tugas – tugas anggota organisasinya. Bentuk struktur organisasi yang dilaksanakan PT. Salix Bintama Prima adalah berbentuk lini fungsional. Struktur organisasi dari perusahaan ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.

2.5. Tenaga Kerja dan Sistem Pengupahan 2.5.1. Tenaga Kerja

  Jumlah tenaga kerja yang digunakan pada PT. Salix Bintama Prima terdiri 58 orang. Perincian jumlah tenaga kerja tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. berisi keterangan perincian jumlah tenaga kerja.Tabel 2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja No Jabatan Jumlah

  1

  1 Direktur

  2

  1 Manager

  3

  1 Staf Hubungan Masyarakat

  4

  1 Kepala Personalia

  5 Kepala Bagian Administrasi

  1

  6

  3 Staf Kantor

  7

  1 Kepala Produksi

  8

  1 Kepala Bagian Pengolahan Kayu

  9

  1 Kepala Regu Pengolahan Kayu

  10

  10 Karyawan Pengolahan Kayu

  1

  11 Kepala Bagian Mekanik

  1

  12 Kepala Regu Mekanik

  4

  13 Karyawan Mekanik

  1

  14 Kepala Bagian Pelet kayu karet

  3

  15 Kepala Regu Pelet kayu karet

  24

  16 Karyawan Pelet kayu karet

  3

  17 Pengawas Keamanan

  58 Total

  Sumber: PT. Salix Bintama Prima 2.5.2.

   Jam Kerja

  PT. Salix Bintama Prima menerapkan jam kerja kepada karyawannya yaitu Pembagian jam kerja untuk setiap bagian adalah sebagai berikut : 1.

  Satu shift untuk bagian non-produksi (8 jam sehari) dengan perincian : Jam 08.00 – 11.59 WIB : Kerja aktif Jam 12.00 – 12.59 WIB : Istirahat Jam 13:00 – 16.59 WIB : Kerja aktif 2. Dua shift untuk bagian produksi (9 jam per sifht), dimana shift I adalah sebagai berikut :

  Jam 08.00 – 11.59 WIB : Kerja aktif Jam 12.00 – 12.59 WIB : Istirahat Jam 13:00 – 17.00 WIB : Kerja aktif Perincian shift II adalah sebagai berikut: Jam 17.00 – 21:59 WIB : Kerja aktif Jam 22.00 – 22.59 WIB : Istirahat Jam 23:00 – 02.00 WIB : Kerja aktif 3. Bagian keamanan (Satpam) dibagi menjadi 2 kelompok dengan anggota kelompok I berjumlah 2 orang untuk berjaga di gerbang depan dan 1 orang berjaga di area produksi, dan dilakukan pergantian setiap 3 jam.

  Ketentuan jam kerja lembur pada PT. Salix Bintama Prima adalah kerja sifht I dan II adalah melebihi 8 jam sehari atau melebihi 40 jam dalam seminggu.

2.5.3. Sistem Pengupahan

  mengenai UMR (Upah Minimum Regional) yang berlaku. Pemberian upah ditetapkan setelah melihat jam kerja, hari kerja, lembur dan golongan.

  Adapun sistem pengupahan karyawan perusahaan dibagi atas: Sistem pengupahan PT. Salix Bintama Prima terdiri atas dua berdasarkan ketentuan dari upah minimum provinsi/sektoral, yaitu:

  1. Gaji, yaitu upah pokok pegawai.

  2. Upah lembur yaitu upah yang dibayarkan jika pekerja bekerja melebihi jam kerja normal.

  3. Insentif yaitu upah yang dibayarkan jika pekerja bekerja mencapai target kerja minimal sesuai dengan ketentuan pencapaian target pekerja.

  Fasilitas yang diberikan oleh PT. Salix bintama prima kepada tenaga kerja atau karyawannya adalah sebagai berikut :

  1. Tunjangan Hari Raya (THR) THR yang diberikan adalah tambahan satu bulan gaji bagi karyawan yang mempunyai masa kerja lebih dari satu tahun.

  2. Tunjangan selama sakit Perusahaan akan menyantun untuk biaya pengobatan karyawan yang dalam keadaan sakit dan tidak dapat bekerja yang dinyatakan dengan surat keterangan dokter.

  3. Cuti Karyawan Perusahaan akan memberikan cuti tahunan untuk karyawan.

4. BPJS Ketenagakerjaan

  Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan adalah suatu bentuk asuransi yang dibuat oleh pemerintah untuk melindungi dan menyejahterakan pekerja. Program BPJS yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua dan Jaminan Kematian.

2.6. Proses Produksi 2.6.1. Bahan yang Digunakan

  Bahan yang digunakan dalam proses produksi rubber wood pellet dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu bahan utama, bahan penolong dan bahan tambahan 1.

  Bahan Baku Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam proses produksi, sifat dan bentuknya akan mengalami perubahan fisik maupun kimia yang langsung ikut di dalam proses produksi sampai dihasilkan produk jadi.

  Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi adalah serbuk kayu dan potongan kayu. Keduanya merupakan limbah dari proses pengolahan kayu menjadi perabot. Serbuk kayu yang dijadikan bahan baku dapat berupa serbuk kayu yang dihasilkan dari proses pemotongan, pengamplasan dan pengetaman kayu. Kayu hancuran adalah limbah kayu yang berbentuk potongan yang berasal dari proses pengolahan kayu baik untuk perabot ataupun kayu

  2. Bahan Tambahan Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dan berfungsi meningkatkan mutu produk serta merupakan bagian dari produk akhir.

  a.

  Goni plastik Goni plastik kapasitas 825 kg wood pellet digunakan untuk mengemas wood pellet .

  b.

  Benang Nilon Benang nilon digunakan untuk menjahit bukaan goni plastik kemasan rubber wood pellet agar tertutup.

  3. Bahan Penolong Bahan penolong adalah bahan–bahan yang digunakan dalam suatu proses produksi yang digunakan langsung atau tidak langsung terhadap bahan baku dalam suatu proses produksi untuk mendapatkan produk yang diinginkan tetapi bahan ini tidak ikut pada bahan jadi. Pada proses pembuatan rubber wood

  pellet di PT. Salix Bintama Prima tidak digunakan bahan penolong.

  Rubber wood pellet diproduksi melalui proses densifikasi yaitu pemadatan

  untuk meningkatkan efisiensi produk. Bahan baku terlebih dahulu dijemur untuk menurunkan kadar air. Bahan baku yang kadar airnya telah mencapai 10% s/d 15% dihancurkan menggunakan chipper dan hammer mill. Pemisahan partikel sesuai ukuran dilakukan sebelum bahan setengah jadi dicetak dalam mesin

  Diagram proses pembuatan rubber wood pellet dapat dilihat pada Gambar 2.2.

2.7. Utilitas

  Utilitas adalah fasilitas umum yang digunakan perusahaan yang berfungsi mendukung pelaksanaan produksi. Utilitas tidak terlibat langsung dalam pembuatan produknya, hanya sebagai penunjang proses produksi. Dengan adanya utilitas diharapkan perusahaan dapat berjalan dengan lancar.

  Utilitas yang digunakan pada perusahaan ini ialah seperti: 1. Listrik Sumber arus listrik yang berasal dari PLN (Perusahaan Listrik Negara).

  Sumber listrik dari PLN digunakan dalam kegiatan proses produksi dalam perusahaan serta penerangan pada area kerja dan sekitarnya

  2. Air Air digunakan untuk kebutuhan kebersihan lantai produksi, kantor dan kebutuhan pribadi karyawan. Sumber air yang digunakan berasal dari air tanah dan PDAM kemudian dipompa kedalam menara air sebelum dialirkan menuju lantai produksi dan kantor.

  3. Telekomunikasi Telekomunikasi digunakan sebagai media komunikasi penghubung perusahaan dengan pelanggan , pemerintahan dan pihak luar lainnya. Sarana komunikasi karyawan dengan pihak kantor. Jasa telekomunikasi berasal dari PT. TELKOM.

2.8. Safety and Fire Protection

  Dalam menjaga kondisi perusahaan agar tetap kondusif tentunya perlu dilakukan pengamanan pada perusahaan dan karyawan. Pengamanan-pengamanan yang dilakukan mengikuti Program Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3).

  Pekerja diwajibkan untuk mematuhi peraturan-peraturan keselamatan kerja seperti dilarang merokok di dalam pabrik. Melengkapi diri pekerja dengan alat- alat pelindung diri sebagai berikut: 1.

  Sarung tangan 2. Safety shoes 3. Helm 4. Masker

  Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja seperti kebakaran, terdapat

  fire protection di lantai produksi PT Salix Bintama Prima yaitu berupa: 1.

  Tabung pemadam api (fire extinguisher) untuk mencegah terjadinya kebakaran pada stasiun kerja tersebut. Fire extinguisher ini merupakan langkah awal untuk mencegah terjadinya kebakaran yang lebih besar sehingga dapat meminimalisasi kerusakan.

  2. Tersedianya pintu-pintu darurat pada daerah kerja, yang dapat mempermudah karyawan keluar dari daerah kerja apabila terjadi kebakaran di tempat kerja.

  3. Adanya karung-karung goni yang dapat dibasahi yang berguna untuk memadamkan api apabila terjadi kebakaran di tempat kerja.

2.9. Pengolahan Limbah

  PT Salix Bintama Prima tidak menghasilkan limbah padat dan cair dalam memproduksi rubber wood pellet. Rubber wood pellet merupakan bahan bakar yang dapat diperbaharui. Bahan baku yang digunakan merupakan limbah dari proses pengolahan kayu mentah diolah melalui proses yang ramah lingkungan dan hanya melibatkan proses fisika sehingga tidak dihasilkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan.

Dokumen yang terkait

Integrasi Overall Equipment Effectiveness dan Failure Mode and Effect Analysis untuk Meningkatkan Efektivitas Mesin Hammer Mill di PT. Salix Bintama Prima

12 167 136

Peningkatan Dan Pengendalian Kualitas Rubber Wood Pellet Menggunakan Metode Taguchi Dan Failure Mode And Effect Analysis (Fmea) Di Pt. Salix Bintama Prima

8 90 196

Usulan Perbaikan Mutu Produk Kertas Rokok (Cigarette Paper) Dengan Metode Statistical Quality Control (Sqc) Dan Failure Mode Effect Analysis (Fmea) Pada Pt. Pusaka Prima Mandiri

10 100 125

Penerapan Metode Taguchi Analysis dan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dalam Perbaikan Kualitas Crumb Rubber Sir 20 di PT Asahan Crumb Rubber

3 74 112

Integrasi Overall Equipment Effectiveness dan Failure Mode and Effect Analysis untuk Meningkatkan Efektivitas Mesin Hammer Mill di PT. Salix Bintama Prima

0 0 18

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Integrasi Overall Equipment Effectiveness dan Failure Mode and Effect Analysis untuk Meningkatkan Efektivitas Mesin Hammer Mill di PT. Salix Bintama Prima

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN - Integrasi Overall Equipment Effectiveness dan Failure Mode and Effect Analysis untuk Meningkatkan Efektivitas Mesin Hammer Mill di PT. Salix Bintama Prima

0 0 8

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Pengendalian Kualitas Untuk Mereduksi Kecacatan Produk Dan Meningkatkan Kecepatan Produksi Dengan Pendekatan Metode Lean Six Sigma Pada Pt. Bamindo Agrapersada

0 5 23

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Peningkatan Kualitas Pipa PVC dengan Menggunakan Metode Taguchi dan Fault Tree Analysis (FTA) di PT. Sinar Utama Nusantara

0 0 13

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Evaluasi Perbaikan Kualitas Menggunakan Metode Seven Tools Dan Fault Tree Analysis (FTA) Di PT. Perkebunana Nusantara II Batang Serangan

0 0 12