Respons Pertumbuhan dan Produksi Tiga Varietas Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) Terhadap Pemberian Berbagai Dosis Bokashi Jerami Padi

4

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Adapun sistematika tanaman ubi jalar menurut Rukmana (1997) adalah
sebagai berikut: Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta,
Angiospermae ,

Kelas :

Convolvulaceae,

Genus

Dicotyledonae, Ordo : Convolvulales,

Subdivisi :
Famili :

: Ipomoea, Spesies : Ipomoea batatas L.


Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar
lumbung atau umbi. Akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur
hara yang ada dalam tanah, sedangkan akar lumbung berfungsi sebagai tempat
untuk menimbun sebagian makanan yang nantinya akan terbentuk umbi.
Kedalaman tanah akar tidak lebih dari 45 cm. Biasanya sekitar 15 persen dari
seluruh akarnya yang terbentuk akan menebal dan membentuk akar lumbung yang
tumbuh agak dangkal. Ukuran umbi meningkat selama daun masih aktif
(Sonhaji, 2007).
Batang tanaman berbentuk bulat, tidak berkayu, berbuku - buku dan tipe
pertumbuhannya tegak atau merambat (menjalar). Panjang tanaman bertipe tegak
antara 1m–2m, sedangkan pada tipe merambat (menjalar) antara 2m–3m. ukuran
batang dibedakan atas 3 macam yaitu besar, sedang, kecil. Warna batang biasanya
hijau tua sampai keungu–unguan (Rukmana, 1997). Daun ubi jalar bentuknya
berbeda-beda tergantung varietasnya. Tangkai daun melekat pada buku-buku
batang (Suparman, 2007).
Mahkota bunga menyatu membentuk terompet, berdiameter 3-4 cm,
berwarna merah jambu pucat dengan leher terompet kemerahan, ungu pucat atau
ungu, menyerupai warna bunga mekar pagi (morning glory). Bunga mekar pada

Universitas Sumatera Utara


5

pagi hari, dan menutup serta layu dalam beberapa jam. Penyerbukan dilakukan
oleh serangga. Biji terdapat dalam kapsul, sebanyak 1-4 biji. Biji matang
berwarna hitam, bentuknya memipih, dan keras, dan biasanya memerlukan
pengausan

(skarifikasi)

untuk

membantu

perkecambahan

(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Buah pada ubi jalar berkotak tiga yang terbentuk setelah terjadi
penyerbukan. Satu bulan setelah terjadi penyerbukan buah ubi jalar sudah masak,
didalam buah terdapat biji yang sangat ringan. Biji buah memiliki kulit yang keras

yang akan digunakan untuk perbanyakan tanaman secara generatif untuk
menghasilkan varietas ubi jalar yang baru (Juanda dan Cahyono, 2000).
Syarat Tumbuh
Iklim
Di Indonesia tanaman ubi jalar dapat ditanam mulai dari pantai sampai ke
pegunungan dengan ketinggian 1700 meter di atas permukaan laut (dpl), suhu
rata-rata 27°C dan lama penyinaran 11 – 12 jam per hari. Tanaman ubi jalar
membutuhkan intensitas sinar matahari yang sama dengan tanaman padi atau
setara dengan tanaman jagung dalam ketahanannya terhadap kekeringan. Ubi jalar
dapat di tanam pada kelembaban yang sama dengan kelembaban yang dibutuhkan
oleh jagung. Tanaman ubi jalar dapat tumbuh subur apabila iklim panas dan
lembab. Ubi jalar memerlukan paling sedikit empat bulan musim panas dan
jumlah sinar yang cukup selama periode pertumbuhannya (Jedeng, 2011).
Tanaman ubi jalar dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh
karena daerah penyebaran terletak pada 300 lintang utara dan 300 lintang selatan.
Di Indonesia yang beriklim tropik, tanaman ubi jalar cocok ditanamn didataran

Universitas Sumatera Utara

6


rendah hinggah ketinggian 500 meter di atas permukaan laut (dpl). Didtaran tinggi
(pegunungan) berketinggian 1000 meter di atas pemukaan laut (dpl), ubi jalar
masih dapat tumbuh dengan baik, tetapi umur panen menjadi panjang dan
hasilnya rendah (Rukmana, 1997).
Kelembaban berpengaruh terhadap laju transpirasi. Jika kelembaban udara
lingkungan di sekitar tumbuhan tinggi maka difusi air dalam ruang udara pada
tumbuhan akan berlangsung lambat. Sebaliknya, jika kelembaban di sekitar
tumbuhan rendah, difusi air dalam ruang udara pada tumbuhan berlangsung cepat
(Lakitan, 2007).
Tanah
Ubi jalar dapat tumbuh diberbagai jenis tanah, namun hasil terbaik akan
didapat bila ditanam pada tanah lempung berpasir yang kaya akan bahan organik
dengan 7 drainase yang baik. Perkembangan umbi akan terhambat oleh struktur
tanah bila ditanam pada tanah lempung berat, sehingga dapat mengurangi hasil
dan bentuk umbinya sering berbenjol - benjol dan kadar seratnya tinggi. Apabila
ditanam pada lahan yang sangat subur akan banyak tumbuh daun tetapi hasil
umbinya sangat sedikit. Derajat kemasaman (pH) tanah yang baik untuk
pertumbuhan ubi jalar berkisar antara 5,5 - 7,5. pH tanah optimum untuk
pertumbuhan tanaman ubi jalar adalah 6,1 - 7,7 akan tetapi ubi jalar masih tahan

tumbuh pada pH tanah yang relative rendah (Jedeng, 2011).
Hampir semua jenis tanah petanian cocok untuk membudidayakan ubi
jalar. Jenis tanah yang paling baik adalah pasir berlempung, gembur, banyak
mengandung bahan organik aerasi serta drainasenya baik. Pananaman ubi jalar
pada tanah kering dan pecah-pecah sering menyebabkan ubi jalar mudah terserang

Universitas Sumatera Utara

7

hama penggerek (Cylas sp.). sebaliknya, bila ditanam pada tanah yang mudah
becek atau drainase yang jelek, dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman ubi
jalar kerdil, ubi mudah busuk, kadar serat tinggi, dan bentuk ubi benjol
(Deputi Menegristek, 2008).
Tanaman ini dapat diusahakan di berbagai tempat, baik dataran rendah
maupun dataran tinggi/pegunungan, serta di segala macam tanah. Tetapi yang
paling cocok dan potensial, dengan hasil produksi yang bagus dan tinggi adalah di
tanah pasir berlempung yang gembur dan halus. Tanah dengan pH 5.6-6.6 lebih
disukai untuk pertumbuhannya (Koswara, 2013).
Varietas Ubi Jalar

Ubi jalar ungu jenis Ipomoea batatas L. memiliki warna ungu yang cukup
pekat pada daging ubinya, sehingga banyak menarik perhatian. Warna ungu pada
ubi jalar disebabkan oleh adanya pigmen ungu antosianin yang menyebar dari
bagian kulit sampai dengan daging ubinya. Konsentrasi antosianin inilah yang
menyebabkan beberapa jenis ubi ungu mempunyai gradasi warna ungu yang
berbeda. Secara nutrisi, ubi jalar pada umumnya didominasi oleh karbohidrat yang
dapat mencapai 27,9% dengan kadar air 68,5%, sedang dalam bentuk tepung
karbohidratnya mencapai 85,26% dengan kadar air 7,0% (Hardoko et al., 2010).
Antosianin merupakan kelompok pigmen yang dapat larut di dalam air dan
berperan memberi warna ungu, merah atau biru pada buah-buahan dan sayuran.
Antosianin memiliki kemampuan yang tinggi sebagai antioksidan karena
kemampuannya menangkap radikal bebas dan menghambat peroksidasi lemak,
penyebab utama kerusakan pada sel yang berasosiasi dengan terjadinya penuaan
dan penyakit degeneratif. Kemampuan antioksidan ubi jalar ungu lebih tinggi

Universitas Sumatera Utara

8

dibanding ubi jalar putih, kuning atau orange dan juga lebih tinggi dibanding biji

kedelai hitam, beras hitam dan terong ungu (Ginting et al, 2011).
Varietas atau kultivar atau klon ubi jalar yang ditanam di berbagai daerah
jumlahnya cukup banyak, antara lain: lampeneng, sawo, cilembu, rambo, SQ-27,
jahe, kleneng, gedang, tumpuk, georgia, layang-layang, karya, daya, borobudur,
prambanan, mendut, dan kalasan. Varietas yang digolongkan sebagai varietas
unggul harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: Berdaya hasil tinggi, di atas
30 ton/hektar, berumur pendek (genjah) antara 3-4 bulan, rasa ubi enak dan manis,
tahan terhadap hama penggerek ubi (Cylas sp.) dan penyakit kudis oleh cendawan
Elsinoe sp., kadar karotin tinggi di atas 10 mg/100 gram, keadaan serat ubi relatif
rendah (Jayanto, 2009).
Ubi Jalar Antin -1 merupakan hasil persilangan antara varietas lokal
Samarinda dari Blitar dengan Kinta varietas lokal Papua. Varietas ini toleran
terhadap kekeringan, mengandung zat antosianin 33,89 mg/100 g dan memiliki
corak warna yang atraktif yakni berwarna ungu bercampur putih pada daging
umbi. Potensi hasil mencapai 33,2 ton /ha dengan umur panen 4 - 4,5 bulan, serta
pigmen ubijalar yang berwarna ungu megandung antosianin yang berfungsi
sebagai antioksidan. Keunggulan varietas ini memiliki potensi hasil tinggi dan
toleran terhadap kekeringan. Corak warna umbi ungu bercampur putih yang
atraktif cocok di buat menjadi keripik. Mengandung zat antosianin sebagai
antioksidan untuk menangkal radikal bebas yang menyebabkan penuaan, kanker

dan penyakit-penyakit degeneratif lainnya. Antosianin juga memiliki kemampuan
sebagai anti-mutagenik dan anti-karsinogenik terhadap mutagen dan karsinogen
yang terdapat pada bahan pangan dan olahannya, mencegah gangguan pada fungsi

Universitas Sumatera Utara

9

hati, anti-hipertensi dan menurunkan kadar gula darah (anti-hiperglisemik).
Varietas ubi jalar ini berpotensl dikembangkan secara komersial oleh industri
pangan

dan

olahan

termasuk

untuk


penyediaan

bahan

baku

farmasi

(BALITKABI, 2012).
Sampai saat ini Indonesia sudah merilis 23 varietas unggul ubi jalar namun
belum memiliki varietas ubi jalar ungu (kadar antosianin tinggi). Varietas ubijalar
ungu (kaya antosianin) yang berkembang di masyarakat saat ini adalah
Ayamurasaki, introduksi dari Jepang yang beredar secara illegal karena belum
dirilis secara resmi (BALITKABI, 2013).
Antin-2 dengan kode klon RIS 03063-05 berasal dari hasil persilangan
terkendali antara klon MSU 01008-16 dengan varietas lokal Samarinda (lokal
Blitar). Antin 2 memiliki potensi hasil umbi tinggi 37,1 t/ha, kandungan
antosianin 130,19 mg/100 b (bb), bahan kering umbi 32,6%, agak tahan hama
boleng dan penyakit kudis serta memiliki rasa enak. Antin-3 dengan kode klon
MSU 03028-10 berasal dari salah satu turunan hasil persilangan bebas dari induk

betina MSU 03028. Potensi hasil umbi Antin 3 adalah 30,6 t/ha, memiliki
kandungan antosianin yang sangat tinggi yaitu 150,67 mg/100 g (bb), kadar bahan
kering 29,7%, agak tahan hama boleng dan penyakit kudis serta memiliki rasa
enak, manis dan agak pahit, rasa pahit ini berkorelasi dengan kandungan
antosianin yang sangat tinggi (BALITKABI, 2013).
Varietas Antin 3 memiliki tipe tanaman semi kompak dengan dominan
sulur berwarna hijau dengan beberapa bercak ungu tua dengan warna skunder
sulur ungu pada buku-buku. Daun dewasa berukuran sedang, berwarna hijau
sedangkan daun muda permukaan atas dan bawah berwarna ungu. Susunan

Universitas Sumatera Utara

10

pertumbuhan umbi Varietas Antin 3 adalah terbuka dengan umbi berbentuk elip
panjang, memiliki warna kulit umbi merah ungu dengan warna daging ungu tua.
Varietas Antin 3 memiliki kadar bahan kering yang cukup tinggi yaitu 29,65 %
dan

juga


memiliki

rasa

umbi

yang

enak,

manis

dan

agak

pahit

(BALITKABI, 2013).
Bokashi Jerami Padi
Ada beberapa sampah organik yang bisa digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan bokashi dan salah satunya adalah jerami padi. Jerami padi
mengandung beberapa unsur organik esensial yang dibutuhkan oleh tanaman
(Wulandari, et al, 2013). Bokashi jerami padi merupakan hasil olahan jerami padi
dengan EM-4, yang cukup potensial sebagai bahan organik. Pemberian bokashi
jerami padi dan pupuk P diharapkan akan meningkatkan ketersediaan P,
meningkatkan kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah, sehingga dapat
meningkatkan hasil kacang tanah (Sedjati, 2010).
Di dalam jerami terdapat beberapa unsur hara yang berguna untuk
tanaman seperti Nitrogen dan Kalium sehingga dapat membantu menggantikan
pupuk Urea dan KCl. Dengan mengembalikan jerami padi ke lahan sawah, petani
dapat menghemat biaya pupuk karena tidak perlu lagi memberikan pupuk Urea
dan KCl. Satu ton jerami padi dapat diperoleh ½ ton sampai 2/3 ton kompos.
Dengan demikian jika kita ingin membuat 1 ton kompos, maka bahan baku jerami
yang disiapkan sekitar 1,5-2 ton jerami. Kandungan beberapa unsur hara untuk 1
ton kompos jerami padi adalah : unsur makro Nitrogen (N) 2,11 %, Fosfor (P2O5)
0,64%, Kalium (K2O) 7,7%, Kalsium (Ca) 4,2%, serta unsur mikro Magnesium
(Mg) 0,5%, Cu 20 ppm, Mn 684 ppm dan Zn 144 ppm. Kompos jerami memiliki

Universitas Sumatera Utara

11

kandungan hara setara dengan 41,3 kg Urea, 5.8 kg SP36, dan 89,17 kg KCl per
ton kompos atau total 136,27 kg NPK per ton kompos kering. Jumlah hara ini
kurang lebih dapat memenuhi lebih dari setengah kebutuhan pupuk kimia petani
(BPTP, 2013).
Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang berpotensi
sebagai penambah unsur hara apabila dikembalikan ke dalam tanah. Sampai saat
ini, penanganan limbah jerami padi oleh petani sebagian besar dilakukan dengan
cara dibakar dan abunya digunakan sebagai pupuk. Penanganan limbah dengan
cara dibakar mengakibatkan beberapa unsur hara seperti C dan S menjadi hilang
dan apabila dilakukan secara terus-menerus dapat menimbulkan pencemaran
terhadap lingkungan sekitarnya. Nilai jerami padi sebagai pupuk umumnya
terlupakan. Pembakaran jerami merupakan kegiatan yang umum dilakukan di
banyak negara, disebabkan sulitnya mencampur jerami dalam jumlah besar ke
dalam tanah. Jerami padi memiliki dinding sel yang terdiri dari 39.7 % selulosa
dalam berat kering, 25.2% hemiselulosa dan 4.8% lignin. Pada sekam padi
mengandung mineral silika (SiO2) sebesar 23.96% dan pada bagian jerami
mengandung 4-9% silica (Mulyadi, 2003).
Penambahan bahan organik (bokashi) ke dalam tanah dapat meningkatkan
kandungan bahan organik dan unsur hara tanah. Hal ini karena semakin banyak
dosis pupuk bokashi yang diberikan, maka N yang terkandung di dalam pupuk
bokashi juga semakin banyak yang diterima oleh tanah. Unsur N merupakan
unsur hara yang sangat penting karena merupakan unsur yang paling banyak
dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Nitrogen berfungsi sebagai penyusun
asam-asam amino, protein komponen pigmen klorofil yang penting dalam proses

Universitas Sumatera Utara

12

fotosistesis.

Sebaliknya jika kekurangan N menyebabkan

perkembangan tanaman

pertumbuhan dan

terganggu dan hasil menurun yang disebabkan oleh

terganggunya pembentukan klorofil yang sangat penting untuk proses fotosintesis
(Djunaedi, 2009).
Nisbah C/N kompos yang stabil antara 10 sampai 30 . Dari segi
penyediaan hara maka bahan organik dengan nisbah C/N rendah dikatakan
bermutu tinggi karena lebih mudah terdekomposisi dan cepat menyediakan hara
tanpa menimbulkan immobilisasi hara. Bahan organik jerami padi dapat
memperbaiki sifat biologi tanah sehingga tercipta lingkungan yang lebih baik bagi
perakaran tanaman. Selain itu bahan organik jerami padi dapat mensuplai unsur
hara terutama K. Jerami padi secara tidak langsung mengandung N dan C yang
menyediakan substrat untuk metabolisme jasad renik (Pangaribuan et al, 2011).

Universitas Sumatera Utara