Pengelolaan pendidikan madrasah diniyah Manba'ul Huda Mlaten Pasuruan.

(1)

PENGELOLAAN PENDIDIKAN

MADRASAH DINIYAH MANBA’UL HUDA MLATEN PASURUAN

SKRIPSI

IBNUS SHOFI D93213078

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2017


(2)

PENGELOLAAN PENDIDIKAN

MADRASAH DINIYAH MANBA’UL HUDA MLATEN PASURUAN

SKRIPSI

Diajukan kepada:

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk memenuhi salah satu Persyaratan dalam

Menyelesaikan Program Strata Satu (S-1) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Oleh: IBNUS SHOFI

D93213078

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2017


(3)

(4)

(5)

(6)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika UIN Sunan Ampel Surabaya, yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : IBNUS SHOFI

NIM : D93213078

Fakultas/Jurusan : Tarbiyah dan Keguruan/Kependidikan Islam

E-mail address : ibnusshofi@gmail.com

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif atas karya ilmiah :

Sekripsi Tesis Desertasi Lain-lain (………)

yang berjudul :

Pengelolaan Pendidikan Madrasah Diniyah Manba’ul Huda Mlaten Pasuruan

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya berhak menyimpan, mengalih-media/format-kan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, dan

menampilkan/mempublikasikannya di Internet atau media lain secara fulltext untuk kepentingan

akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan atau penerbit yang bersangkutan.

Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Surabaya, 02 Mei 2017

Penulis

(IBNUS SHOFI)

nama terang dan tanda tangan


(7)

ABSTRAK

Ibnus Shofi (D93213078), 2017, Pengelolaan Pendidikan Madrasah Diniyah

Manba’ul Huda Mlaten Pasuruan. Dosen Pembimbing, Dr. Husniyatus Salamah Zainiyati, M.Ag. dan Machfud Bachtiyar, M.Pd.I

Pelaksanaan pendidikan di Madrasah Diniyah adalah hal yang penting, yang harus diperhatikan di madrasah-madrasah dan pemerintah. Hal ini dikarenakan madrasah diniyah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang ada di Indonesia.

Masalah – masalah yang terkait dalam pengkajian ini berkaitan dengan fungsi

– fungsi manajemen pendidikan di madrasah diniyah, sebagai bahan pertimbangan pihak – pihak yang berperan. Aspek – aspek yang menjadi fokus adalah: (1) Bagaimana planning (perencanaan) pendidikan di madrasah diniyah?, (2) Bagaimana

actuating (pelaksanaan) perencanaan pendidikan di madrasah diniyah?, (3)

Bagaimana evaluating (evaluasi) perencanaan pendidikan di madrasah diniyah? Untuk menjawab ketiga permasalahan tersebut, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus. Pengumpulan data dilaksanakan dengan (1) Wawancara, (2) Observasi, (3) dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan cara: (1) Editing, (2) Pengorganisasian data, (3) Analisis, (4) Reduksi data. Sedangkan untuk mendapatkan keabsahan data dilakukan uji coba kredibilitas dengan cara: (1) Ketekunan pengamatan, (2) Triangulasi.

Dari temuan penelitian dan pembahasan skripsi ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Kepala Madrasah Diniyah Manba’ul Huda Mlaten Kec. Nguling Kab. Pasuruan dalam merencanakan program berdasarkan visi dan misi madin, tujuan madin serta berdasarkan analisi kebutuhan. (2) Pelaksanaan perencanaan Pendidikan di Madrasah

Diniyah Manba’ul Huda Mlaten, terinci dalam beberapa aspek yaitu pengelolaan

tenaga pendidikan, kurikulum pembelajaran, pengelolaan keuangan madrasah, pengelolaan sarana dan prasarana, pengelolaan hubungan dengan masyarakat. (3) Evaluasi perencanaan pendidikan di Madrasah Diniyah Manba’ul Huda Mlaten Kec. Nguling Kab. Pasuruan dilaksanakan dalam bentuk rapat bersama antara Kepala madin, guru serta pengurus madrasah yang dilaksanakan setiap akhir tahun pelajaran menginjak tahun ajaran baru. Namun madin ini masih belum memiliki standart evaluasi yang baku


(8)

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN ... v

HALAM MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Penelitian Terdahulu ... 8

F. Definisi Konseptual ... 10


(9)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Islam ... 12

1. Definisi Pendidikan Islam ... 12

2. Tujuan Pendidikan Islam ... 17

3. Fungsi Pendidikan Islam ... 19

4. Pendidikan Keagamaan di Indonesia ... 20

B. Madrasah Diniyah ... 26

1. Defini Madrasah Diniyah ... 26

2. Tujuan Madrasah Diniyah ... 35

3. Fungsi Madrash Diniyah ... 36

C. Manajemen Madrasah Diniyah ... 37

1. Perencanaan Pendidikan di Madrasah Diniyah ... 37

2. Pelaksanaan Perencanaan Pendidikan di Madrasah Diniyah ... 42

3. Evaluasi Perencanan Pendidikan di Madrasah Diniyah 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 50

B. Sumber Data ... 52


(10)

E. Kehadiran Peneliti ... 53

F. Teknik Penggalian Data ... 53

G. Teknik Analisa Data ... 56

H. Keabsahan Data ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Madrasah ... 60

1. Identitas Madrasah Diniyah ... 60

a. Profil Madrasah ... 60

b. Visi ... 60

c. Misi ... 61

d. Tujuan ... 63

e. Data Siswa ... 65

f. Data Ruang ... 65

g. Struktur Organisasi ... 66

h. Keberadaan Tanah ... 66

i. Keberadann Bangunan ... 66

j. Data Pegawai ... 67

k. Data Wali Murid ... 67

B. Penyajian Data ... 68

1. Perencanaan Pendidikan di Madin ... 68


(11)

b. Pengelolaan Kurikulum dan peembelajaran ... 77

c. Pengelolaan Keuangan ... 81

d. Pengelolaan sarana prasarana ... 83

e. Pengelolaan Humas ... 84

3. Evaluasi perencanaan Pendidikan di Madin ... 87

C. Analisis Hasil Penelitian ... 89

1. Perencanaan ... 89

2. Pelaksanaan ... 91

a. Tanaga pendidik ... 92

b. Kurikulum dan pembelajaran ... 94

c. Keuangan ... 96

d. Sarana prasarana ... 97

e. Humas ... 98

3. Evaluasi ... 99

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 102

B. Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 104


(12)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Madrash Diniyah merupakan salah satu lembaga pendidikan keagamaan pada jalur luar sekolah yang diharapkan mampu secara terus menerus memberikan pendidikan agama Islam kepada anak didik yang tidak terpenuhi pada jalur sekolah yang diberikan melalui system klasikal serta menerapkan jenjang pendidikan.1

Pengertian di atas memberikan pengertian bahwa madrasah diniyah merupakan pendidikan keagamaan yang dilakasanakan di luar pendidikan formal, yakni dilaksanakan dalam pendidikan non formal yang memberikan khusus pada pendidikan agama Islam yang tidak terpenuhi di jalur pendidikan formal.

Pendidikan diniyah adalah pendidikan keagamaan Islam yang diselenggarakan pada semua jalur dan jenjang pendidikan.2 Pendidikan keagamaan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama dan mengamalkan ajaran agamanya.3

1

Depertemen Agama RI, Pedoman penyelenggaraan dan Pembinaan Madrasah Diniyah (Jakarta: Depag, 2000), 7.

2

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 Bab I ayat (3).

3Ibid.,


(13)

Madrasah Diniyah adalah madrasah-madrasah yang seluruh mata pelajaranya bermaterikan ilmu agama, yaitu fiqih, tafsir, tauhid dan ilmu-ilmu agama lainya.4 Dengan materi agama yang demikian padat dan lengkap, maka memungkinkan para santri yang belajar didalamnya lebih baik penguasaanya terhadap ilmu-ilmu agama.

Kedudukan Madrasah Diniyah adalah sebagai penambah dan pelengkap dari sekolah pendidikan formal yang dirasa jam pelajaran pendidikan agama yang diberikan disekolah formal sangat kurang yakni hanya sekitar 2 jam dirasa belum cukup untuk menyiapkan keberagaman anaknya sampai ketingkat yang memadai untuk mengarungi kehidupanya kelak.

Madrasah Diniyah merupakan lembaga pendidikan islam yang sudah dikenal sejak awal perkembangan Islam di Nusantara.5 Pendidikan Islam ialah yang seluruh komponen atau aspeknya didasarkan pada ajaran Islam. Visi, misi, tujuan, proses belajar mengajar, pendidik, peserta didik, hubungan pendidik dan peserta didik. Kurikulum, bahan ajar, sarana prasarana, pengelolaan, li ngkungan dan aspek atau komponen pendidikan lainnya didasarkan pada ajaran Islam.6

Pada hakikatnya pendidikan Islam adalah upaya tanpa putus asa untuk menggali hidayah yang terkandung dalam al-Qur’an. Hidayah yang dimaksudkan adalah hidayah iman, hidayah ilmu, dan hidayah amal. Hidayah iman artinya

4

Haedar Amin, El-saha Isham, Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren dan Madrasah Diniyah (Jakarta: Diva pustaka, 2004), 39.

5

PD Pontren, Pedoman Penyelenggraan Madrasah Diniyah Takmiliyah (Jkarta: Kemenag RI, 2014),1.

6


(14)

semua orang yang menggali kandungan al-Qur’an hendaknya beriman kepada Allah dan Rasulullah SAW. Serta beriman kepada kitab al-Qur’an. Hidayah ilmu artinya penggalian terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang memberi informasi dan idea dasar semua ilmu pengetahuan manusia, sedangkan hidayah amal artinya kita diberi kekuatan fisik dan mental untuk mengamalkan seluruh ilmu yang telah digali dalam al-Qur’an7. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT yang berbunyi:

ٰ َ َكَو

َٰ ق

ٰ

ٰ و

َ

أ

ٰ يَح

ٰمَٰ

ٰ َلقإ

َٰٰ

ٰ حوُر

ٰ

ٰ نقكم

ٰ

ٰ

َ

أ

ٰ َنقر

َٰم

ٰ

َٰت ُ

ٰ

ٰ دَت

يقر

َٰم

ٰٱٰ ل

ٰ َتق

ُٰٰ

ٰ

َ

لَو

ٰ

ٱ

ٰق

ل

ٰ ََٰ

ُٰن

ٰ

ٰ َلَو

نقك

ٰ

ٰ لَعَج

ٰ َن

ُٰٰ

ٰ ر ُن

اٰ

ٰ ن

يقد

ٰ

ٰققۦ

ٰ

نَم

ٰ

ٰم َشن

ُٰءٰ

ٰ نقم

ٰ

ٰ َنقل َ قع

ٰ

َٰ نِ

ٰ

ٰ َ ََ

ٰميقد

ٰ

ٰ

َ

لقإ

ٰ

ٰ َ قص

ٰ ط

ٰ

ٰ سم

ٰ ميق َت

ٰ

٢

ٰٰ

Artinya:

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus” (Q.S Asy-Su>ra>: 52)

Visi pendidikan Islam ini sesungguhnya sudah melekat pada cita-cita dan tujuan jangka panjang Islam itu sendiri, yaitu mewujudkan rahmat bagi seluruh

7


(15)

umat manusia.8 Seusai dengan firman allah Q.S. al-Anbiya’ 21:107: tidaklah kami utus engkau (Muhammad) melainkan agar menjadi rahmat bagi seluruh alam. Dalam buku Abuddin Nata9 Imam al-Maraghiy menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut:

“Bahwa maksud dari ayat yang artinya tidaklah aku utus engkau

Muhammad melainkan agar menjadi rahmat bagi seluruh alam, adalah tidaklah Aku utus engkau Muhammad dengan al-Qur’an ini, serta sebagai perumpamaan dari ajaran agama dan hukum yang menjadi dasar rujukan untuk mencapai bahagia dunia dan akhirat, melainkan aar menjadi rahmat dan petunjuk bagi mereka dalam segala urusan kehidupan dunia dan

akhiratnya.”

Dengan demikian visi dari pendidikan Islam adalah menjadikan pendidikan Islam sebagai pranata yang kuat, berwibawa, efektif, dan kredibel dalam mewujudkan cita-cita ajaran Islam.10

Madrasah Diniyah (Madin) Manba’ul Huda Mlaten merupakan salah satu

madin yang ada di kabupaten pasuruan, Madin Manba’ul Huda didirikan pada tahun 1962 M oleh tokoh masyarakat sekitar yaitu KH. Abu Mansyur dan Sayyid Abdullah Faqih. Sejak berdiri madin, kurikulum madin Manba’ul Huda ini belum terseteruktur jadi kurikulumnya sesuai dengan guru pengajarnya, misalkan guru yang alumni Pondok Pesantren Sidogiri Menggunakan kurikulum Sidogiri, guru yang alumni Pondok Pesantren Besuk menggunakan kurikulum Pondok Pesantren Besuk. Pada saat itu hal ini masih dimaklumi karena kurikulum belum terseteruktur dengan baik.

8

Nata, Ilmu Pendidikan Islam, 44.

9Ibid. 10Ibid.


(16)

Pada saat ini kurikulumnya sudah menggunakan kurikum Lembaga Pendidikan Maarif NU (LP. Maarif NU) hal ini dilakukan sejak madin bergabung dengan Lembaga Pendidikan Maarif NU pada tahun 2006. Namum penyusunan kurikulum secara baku mulai dilaksanakan pada tahun 2010, penyusunan ini merupakan penyempurnaan kurikulum yang dikeluarkan oleh LP. Maarif NU serta melihat kondisi siswa/santri yang sekolah di madin ini.

Sejak tahun 2016 madin Manba’ul Huda menjadi madin percontohan di kabupaten pasuruan, keriteria ini diperoleh dari penilaian yang dilakukan oleh Kementerian Agama Kanor Wilayah Kabupaten Pasuruan bidang pendidikan diniyah dan pondok pesantren tingkat madrasah diniyah yang dikelola di luar pondok pesantren.

Adanya madin ini diharapkan bisa merubah karakter masyarakat sekitar yang sudah banyak melanggar norma-norma yang ada, misalkan pergaulan bebas yang bisa merusak karakter remaja. Khususnya di Pasuruan yang saat ini terkenal dengan adanya perampasan/perampokan motor di tengah jalan atau sering disebut dengan begal. Dengan adanya madin ini diharapkan dapat meminimalisir hal-hal seperti itu dan dapat merubah karakter generasi muda yang lebih baik.

Oleh karena itu peneliti mengangkat judul “Pengelolaan Pendidikan


(17)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan rumusan masalah di atas maka kami mengangkat permasalahan pengelolaan Madrasah diniyah Manba’ul Huda yang meliputi: 1. Bagaimana perencanaan pendidikan di Madrasah Diniyah Manba’ul Huda? 2. Bagaimana pelaksanaan perencanaan pendidikan di Madrasah Diniyah

Manba’ul Huda?

3. Bagaimana Evaluasi perencanaan pendidikan di Madrasah Diniyah Manba’ul Huda?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perencanaan pendidikan di Madrasah Diniyah Manba’ul Huda

2. Untuk mengetahui pelaksanaan perencanaan pendidikan di Madrasah Diniyah

Manba’ul Huda

3. Untuk mengetahui evaluasi perencanaan pendidikan di Madrasah Diniyah Manba’ul Huda

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ditinjau dari segi teoretis dan praktis.


(18)

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam pengembangan keilmuan pengelolaan sekolah secara mikro di lingkup sekolah, khususnya dalam mutu manajemen pendidkan di sekolah.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Madrasah

1) Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan kajian yang bermanfaat untuk peningkatan pelayanan pendidikan dan pengelolaan sumber daya sekolah

2) Madrasah dapat mengetahui aspek-aspek secara lebih mendalam pada pengelolaan madrasah, sehingga akan mampu meningkatkan kualitas pengelolaan manajemen madrasah secara lebih baik, dengan menggunakan pendekatan Manajemen Berbasis Madrasah.

b. Bagi Masyarakat

1) Masyarakat dapat mengetahui peran yang harus dilakukan sebagai salah satu elemen penting dalam pengelolaan pendidikan, khususnya pada madin.

c. Bagi Pemerintah

1) Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan untuk penetapan kebijakan pada pengelolaan pendidikan di daerah agar tidak terjadi kesalahan persepsi pada pelaksanaan di satuan pendidikan.


(19)

2) Penyelenggara pendidikan daerah dapat mengetahui komponen utama dan pendukung pada pengambilan keputusan tentang pengelolaan madrasah oleh lembaga.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dimaksudkan untuk mengkaji hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Sejauh eksplorasi peneliti, belum ada penelitian yang membahas tema, “Pengelolaan Pendidikan Diniyah Percotohan di Kabupaten Pasuruan; Studi Kasus di Madrasah Diniyah Manba;ul Huda Mlaten

Pasuruan” Namun ada beberapa penelitian terdahulu tentang Pengelolaan

Pendidikan.

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Sutikno (2004) dengan judul

“Pengaruh Manajemen Sekolah, PengelolaanPembelajaran, dan Komite Sekolah Terhadap Mutu Pendidikan di SMP Rintisan Manajemen Berbasis Sekolah (Studi Kasus di SMPN 2, SMPN 3, SMP Domenico Savio Semarang)” oleh Sutikno pada tahun 2004. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh variabel manajemen sekolah, pengelolaan pembelajaran, dan komite sekolah terhadap mutu sekolah SMP Rintisan MBS Kota Semarang sebagian besar berada pada kategori baik. Sedangkan hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel manajemen sekolah, kualitas pengelolaan pembelajaran, dan komite sekolah secara bersama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap mutu sekolah. Apabila diperhatikan lebih jauh hasil analisis regresi menunjukkan secara


(20)

sendiri-sendiri variabel manajemen sekolah dan variabel pengelolaan pembelajaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap mutu sekolah, sedangkan pengaruh variabel komite sekolah terhadap mutu sekolah tidak signifikan.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh “Baiquni Rahmat dengan judul Manajemen Pendidik di Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Wahid Hasyim Depok Sleman” dengan hasil penelitian Perekrutan dan penempatan pendidik di Madin PPWH dilaksanakan dengan sistem kekeluargaan serta bersifat informal. Pengelola hanya melakukan musyawarah untuk menentukan individu-individu yang layak untuk direkrut menjadi pendidik tanpa menyelenggarakan ujian-ujian tertentu bagi calon pendidik. Pembagian tugas bagi pendidik juga dilakukan dengan cara bermusyawarah antara pengelola dengan masing-masing pendidik. (2) Tujuan utama dari pemberian kompensasi bagi pendidik di Madin PPWH bukanlah untuk menarik pegawai yang berkualitas, mempertahankan pegawai, memotivasi kinerja maupun membangun komitmen, melainkan sebagai salah satu wujud penghargaan dan ucapan terima kasih dari pihak pengelola kepada para pendidik. (3) Proses pembinaan dan/atau pengembangan pendidik di Madin PPWH belum maksimal dilaksanakan karena belum dilaksanakan secara sistematis, seperti melakukan identifikasi terhadap kekurangan, kesulitan serta masalah-masalah yang dialami oleh pendidik, maupun langkah-langkah sistematis lainnya. (4) Pengelola Madin PPWH tidak menetapkan aturan baku mengenai pelepasan atau pemberhentian pendidik, seperti kriteria pendidik yang harus dilepas atau diberhentikan, sehingga pelepasan atau pemberhentian pendidik


(21)

hanya dilakukan apabila pendidik yang bersangkutan mengajukan pengunduran diri.

F. Definisi Konseptuan

1. Pengelolaan pendidikan di Madin Manba’ul Huda Mlaten adalah suatu perencanaan pendidikan madrasah diniyah, pelaksanaan prencanaan pendidikan madrasah diniyah serta evaluasi perencanaan pendidikan madrasah diniyah.

2. Madrasah Diniyah adalah madrasah-madrasah yang seluruh mata pelajaranya bermaterikan ilmu-ilmu agama, yaitu fiqih, tafsir, tauhid dan ilmu-ilmu agama lainya dan pada penelitian ini yaitu Madrasah Diniyah Manba’ul Huda Mlaten pasuruan.

G. Sistematika Pembahasan

Bab I, merupakan pendahuluan dan membahas, latar belakang, rumusan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu, dan sistematika pembahasan.

Bab II, akan membahas kajian pustaka tentang pengelolaan pendidikan madrasah diniyah yang meliputi pertama, pendidikan Islam, yang terdiri dari pengertian, tujuan, fungsi dan pendidikan kegamaan di Indonesia. Kedua tentang madrasah diniyah, yang terdiri dari definisi, tujuan dan fungsi. Ketiga tentang


(22)

manajemen madrasah diniyah, yang meliputi perencanaan pendidikan, pelaksanaan dan evaluasi.

Bab III, akan membahas tentang metode penelitian, Metode penelitian ini meliputi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, jenis dan sumber data, teknik analisa data dan keabsahan data.

Bab IV, akan membahas hasil penelitian yang meliputi objek penelitian, penyajian data, dan analisis data.


(23)

KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Islam

1. Definisi Pendidikan Islam

Secara terminologi pendidikan diartikan sebagai pembinaan, pembentukan, pengarahan, pencerdasan, pelatihan yang ditujukan kepada semua anak didik secara format maupun informal dengan tujuan membentuk anak didik yang cerdas, berkepribadian, memiliki keterampilan atau keahlian tertentu sebagai bekal dalam kehidupannya dalam masyarakat.1

Pada hakikatnya pendidikan adalah proses pembinaan akal manusia yang merupakan potensi utama dari manusia sebagai makhluk berpikir. Dengan pembinaan olah pikir, manusia diharapkan semakin meningkat kecerdasannya dan meningkat pula kedewaan berpikirnya, terutama memiliki kecerdasan dalam memecahkan permasalahan dalam kehidupannya.2

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

1

Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2009), 53.


(24)

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.3

Menurut Prof. H. Mahmud Yunus yang dimaksud pendidikan ialah suatu usaha yang dengan sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak yang bertujuan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, jasmani dan akhlak sehingga secara perlahan bisa mengantarkan anak kepada tujuan dan cita-citanya yang paling tinggi. Agar memperoleh kehidupan yang bahagia dan apa yang dilakukanya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, negara dan agamanya.4

Menurut Kamus besar bahasa Indonesia pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.5

Jadi dari beberapa pengaertian pendidikan yang telah dipaparkan diatas pendidikan adalah usaha secara sadar yang dilakukan manusia untuk merubah seseorang atau kelompok menjadi anak yang cerdas berahklak mulia dan memiliki keterampilan sebagai bekal untuk kehidupan bermasyarakat.

Secara bahasa dalam buku-buku ilmu Pendidikan Islam sekurang-kurangnya ada tiga kata yang berhubungan dengan pendidikan islam, yitu

3

UU No. 20 Tahun 2003 Pasal I ayat (1)

4

http://www.seputarpengetahuan.com/2015/02/15-pengertian-pendidikan-menurut-para-ahli.html

diakses tanggal 22 Januari 2017

5


(25)

tarbiyah, al-ta’lim, dan al-ta’dib.6Kata Al-tarbiyah dalam Mujma’ al-Lughah

al-Arabiyah al-Mua’ashirah diartikan sebagai: education (pendidikan),

upbringing (pengembangan), teaching (pengajaran), instruction (perintah),

pedagogy (pembinaan keperibadian), breeding (memberi makan), raising (of

animals) (menumbuhkan).7

Kata rabb terdapat dalam al-qur’an Q.S (2:2) yang artimya: Segala

puji bagi Allah Tuhan semesta alam. al-Raghib al-Ashafaniy dalam Abuddin

Nata menfasirkan surah al-Fatihah ayat dua: Rab adalah Tuhan yang mendidik yeng memperkuat orang yang dididik dan mengatur keadaan mereka. Pendidikan yang diberikan Allah kepada manusia terbagi menjadi dua, yaitu pendidikan fisik yang dilakukan dengan mengembangkan jasmaninya sehingga mencapai keadaan yang kukuh, dan mengembangkan kekuatan jiwa dan akalnya, dan pendidikan agama dan budi pekerti yang dilakukan dengan cara menyampaikan ajaran agama kepada setiap orang sehingga sempurna akalnya dan bersih jiwanya, dan tidak boleh kepada siapapun menyuruh manusia untuk menyembah selain Allah, tidak menghalalkan sesuatu yang haram, dan tidak pula mengharamkan yang halal kecuali atas izin-Nya.

Kata al-ta’lim, Mahmud Yunus mengartikan kata al-ta’lim adalah hal yang berkaitan dengan mengajar dan melatih8, Quraisy Shihab mengartikan kata yuallimu sebagaimana terdapat dalam surat al-Jumu’ah (QS. 62:2)

6

Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam 7Ibid.

8


(26)

mengajar yang initnya tidak lain kecuali mengisi benak anak didik dengan pengetahuan yang berkaitan dengan alam metafisika serta fisika.9

Kata al-ta’lim termasuk kata yang paling tua dan banyak digunakan dalam kegiatan nonformal dengan tekanan utama pada pemberian wawasan, pengetahuan, atau informasi yang bersifat kognitif. Oleh sebab itu kata

al-ta’lim kurang tepat diartikan pendidikan namun lebih tepat jika diartikan

pengajaran.10

Abdul Fatah Jalal dalam Bukhari Umar mengemukakan bahwa kata

ta’lim adalah pemberian pengetahuan, pemahaman, pengertian tanggung

jawab, dan penanaman amanah, sehingga terjadi penyucian atau pembersihan diri manusia dari segala kotoran yang menjadikan diri manusia itu berada dalam suatu kondisi yang memungkinkan untuk memerima al-hikmah serta mempelajari segala yang bermanfaat baginya dan yang tidak diketahuinya.11

Kata al-ta’dib secara harfiah berarti pendidikan akhlak, atau menyucikan diri dari perbuatan akhlak yang buruk,dan berarti pula terdidik atau terpelihara dengan baik, dan yang berarti pula terdidika atau terpelihara dengan baik, yang berate pula beradab sopan.12

Ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan secara berangsur-angsur

ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala

9

Quraisy Shihab, Membumikan al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1996), 172.

10

Nata, Ilmu Pendidikan…, 14.

11

Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah, 2011), 24.

12


(27)

sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing kea rah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan di dalam tatanan wajud dan keberadaannya.13

Secara terminology atau istilah pendidikan menurut Omar Muhammad

adalah: “Proses mengubah tingkah laku individu, pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara mengajarkannya sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi diantara profesi-profesi asasi dalam

masyarakat.”14

Pendidikan adalah suatu proses yang memiliki tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada kanak-kanak atau orang yang sedang dididik.15 Sedangkan menurut Ali Khalil Abdul

A’iman mengutip dalam Abuddin:

Pendidikan adalah program yang bersifat kemasyarakatan, dan oleh Karena itu, setiap falsafah yang dianut oleh suatu masyarakat berbeda dengan falsafah yang di anut oleh masyarakat lain sesuai dengan kartakternya, serta kekuatan peradaban yang memengaruhinya yang dihubungkan dengan upaya menegakkan spiritual dan falsafah yang dipilih dan disetujui untuk memperoleh kenyamanan hidupnya. Makna dari ungkapan tersebut adalah bahwa tujuan pendidikan diambil dari tujuan masyarakat, dan perumusan operasionalnya ditunjjukkan untuk mencapai tujuan tersebut, dan disekitar tujuan pendidikan tersebut terdapat atmosfer falsafah hidupnya. Dari keadaan yang demikian itu, maka falsafah pendidikan yang terdapat dalam suatu masyarakat berbeda dengan falsafah pendidikan yang terdapat pada masyarakat

13

Umar, …Pendidikan Islam, 26.

14

Mohammad al-Toumy al-Syaibaniy, Falsafah al-Tarbiyah al-Islamiyah, (terj.) Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), 399.

15

Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1995 Cet.1), 32.


(28)

lainnya, yang disebabkan perbedaan sudut pandang masyarakat, serta pandangan hidup yang berhubungan dengan sudut pandang tersebut.16

Islam secara secara bahasa bersah dari kata aslama, yuslimu, isleman

yang berarti ketundukan, pengunduran, perdamaian, dan tunduk kepada kehendak Allah.17 Kata Islam yang berada di belakang kata pendidikan menjadi visi, misi, tujuan dan karakter pendidikan itu sendiri. Oleh Karena itu secara singkat pendidikan islam dapat diartikan pendidikan yang seluruh aspek serta komponennya berlandaskan pada ajaran islam.

2. Tujuan Pendidikan Islam

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.18

Dalam peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 pada pasal 26 ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan dara bertujuan untuk meletakkan dasar

16

Nata, Ilmu Pendidikan, 29.

17Ibid.,

32.

18


(29)

kecerdasan, pengetahuan, keperibadian, akhlak mulia, keterampilan untuk hidup mandiri, mengikuti pendidikan lebih lanjut.19

Setelah diketahui ciri-ciri manusia sempurna menurut Islam, sekalipun secara kasar, sekarang rumusan tujuan pendidikan islami dapat disusun. Menurut Al-Syaibani menjabarkan tujuan pendidikan islam sebagai berikut:20 1. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa

pengetahuan, tingkah laku, jasmani dan ruhani, dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan akhirat.

2. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.

3. Tujuan professional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.

Dalam buku yang sama al-Abrasyi membagi tujuan pendidikan Islami menjadi:

1. Pembinaan akhlak;

2. Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan akhirat; 3. Penguasaan ilmu;

4. Kemampuan kerja dalam masyarakat.

19

Made Pidarta, Landasan Kependidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), 12.

20


(30)

3. Fungsi Pendidikan Islam

Paling tidak pendidikan dalam kehidupan manusia memiliki tiga fungsi, yaitu21:

a. Pendidikan sebagai pengembangan potensi

Fungsi pendidikan merupakan realiasai dari menumbuhkan atau mengaktualisasikan potensi. Asumsi ini bahwa manusia mempunyai sejumlah potensi/kemampuan, sedangkan pendidikan merupakan proses untuk menumbuhkan mengembangkan potensi tersebut.

b. Pendidikan sebagai pewarisan budaya

Fungsi pendidikan selanjutnya adalah mewariskan nilai-nilai kebudayaan. hal ini perlu karena kebudayaan akan mati apabila nilai-nilai dan normanya tidak berfungsi dan belum sempat diwarisakan kepaada generasi berikutnya.

c. Interaksi anatar potensi dan budaya

Manusia secara potensial memili potensi dasar yang harus diaktualiasasikan dan dilengkapi dengan peradaban dan kebudayaan. aplikasi peradaban dan kebudayaan harus relevan dengan kebutuhan dan perkembangan potensi dasar manusia. kalau tidak memperhatikan perkembangan dan kebutuhan, kebudayaan dan peradaban hanya akan menambah beban hidup yang mengakibatkan kehidupan yang anomaly yang menyalahi desain awal ciptaan Allah.

21


(31)

4. Pendidikan Keagamaan di Indonesia

Pendidikan dalam bahasa Indonesia berasal dari kata “didik” dengan

memberi awalan “pe” dan akhiran “an” yang mengandung arti “perbuatan”

(hal, cara dan sebagainya).22 Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa

yunani yaitu” Paedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada

anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan

“Education” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Sedangkan dalam

bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti pendidikan.23 Pendidikan dalam pengertian secara umum dapat dimaknai sebagai penyebaran dan internalisasi nilai dari berbagai pengalaman komulatif baik berupa keyakinan, sikap, pengetahuan maupun penerapannya dalam nilai positif dan bermanfaat oleh satu generasi ke generasi selanjutnya.24

Sedangkan Keagamaan berasal dari kata Agama, yaitu suatu ajaran kepercayaan kepada Tuhan. Keagamaan berawalan ke dan berakhiran an yang bermakna sesuatu yang berhubungan dengan agama.25 Adapun yang dimaksud Pendidikan Keagamaan adalah memberikan bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam dan kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat

22

Poerwadaminta, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), h. 250

23

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), 13.

24

Haidar Daulay, Mendidik Mencerdaskan Bangsa (Bandung: Cita Pustaka Media Perintis, 2009), 142.

25


(32)

berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.26

Dalam peraturan pemerintah RI Nomor 55 Tahun 2007 “Pendidikan keagamaan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama dan mengamalkan ajaran

agamanya”.27

Pendidikan Keagamaan dalam hal ini bermuara dalam konsep pendidikan Islam adalah memberi pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena itu, pendidikan agama islam menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang, dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya.28

Pendidikan keagamaan pada anak lebih bersifat teladan atau peragaan hidup secara riil dan anak belajar dengan cara meniru-niru, menyesuaikan dan mengintegrasikan diri dalam suatu suasana. Karena itu, latihan-latihan keagamaan dan pembiasaan itulah yang harus lebih ditonjolkan, misalnya latihan ibadah shalat, berdoa, membaca al-Qur’an, menghafal ayat atau

26

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Al-Ma`arif, 1962), 23.

27

Pemerintah RI, Undang-Undang No 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama Dan Pendidikan Keagamaan, Pasal 1 ayat 2

28

] M. Yusuf Al-Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna, terj. Bustami A. Gani dan Zainal Abidin Ahmad (Jakarta: Bulan Bintang , 1980), 157.


(33)

surat pendek, shalat berjamaah di masjid dan mushalla, pembiasaan akhlak dan budi pekerti baik, berpuasa dan sebagainya.29

Kandungan yang mendalam dalam melaksanakan pendidikan keagamaan adalah agar seseorang beriman dan beribadah sesuai dengan agama Islam. Pendidikan keagamaan pada tahap akhir adalah sebuah proses pencapaian yang membentuk kepribadian seseorang setelah melalui tahap mengetahui, berbuat dan mengamalkannya.30 Kepribadian keagamaan yang dimaksudkan adalah kepribadian yang sesuai dengan ajaran agama Islam secara sempurna.

Pendidikan keagamaan pada anak lebih bersifat teladan atau peragaan hidup secara riil dan anak belajar dengan cara meniru-niru, menyesuaikan dan mengintegrasikan diri dalam suatu suasana. Karena itu, latihan-latihan keagamaan dan pembiasaan itulah yang harus lebih ditonjolkan, misalnya latihan ibadah shalat, berdoa, membaca al-Qur’an, menghafal ayat atau surat -surat pendek, shalat berjamaah di masjid dan mushalla, pembiasaan akhlak dan budi pekerti baik, berpuasa dan sebagainya. Agama merupakan hal yang sangat penting untuk diajarkan sedini mungkin, proses kepada peserta didik harus diajarkan sejak masa kanak-kanak, sebab pertumbuhan keagamaan masa kanak-kanak adalah mutu pengalaman yang berlangsung lama dengan

29

Muhaimin, et. al, Strategi Belajar-Mengajar Penerapannya Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama, 294.

30

Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2009), 35.


(34)

orang dewasa yang berarti penting bagi mereka. pengalaman awal dan emosional dengan orang tua dan orang dewasa yang berarti merupakan dasar pembangunan keagamaan dimasa mendatang. mutu afektif hubungan anak dan orang tua merupakan bobot lebih dan dasar utama sebelum pengajaran secara sadar dan kognitif yang diberikan setelahnya.

Adapun tujuan dan fungsi pendidikan keagamaan telah dijelaskan dalam PP No. 55 Tahun 2007 yang berbunyi: Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama. Sedangkan tujuan pendidikan keagamaan adalah bertujuan untuk terbentuknya peserta didik yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama yang berwawasan luas, kritis, kreatif, inovatif, dan dinamis dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia.31

Setiap orang Islam pada hakikatnya adalah insan agama yang bercita-cita, berpikir, beramal untuk hidup akhiratnya yang berdasarkan petunjuk dari wahyu Allah melalui Rasulullah. Kecendrungan hidup keagamaan ini merupakan rohnya agama yang benar yang perkembangannya dipimpin oleh ajaran Islam yang murni yang bersumber pada kitab suci yang menjelaskan serta menerangkan tentang perkara benar, tentang tugas kewajiban manusia

31

Pemerintah RI, Undang-Undang No 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama Dan Pendidikan Keagamaan, Bab III Pasal 8 ayat 1 dan 2


(35)

untuk mengikuti yang benar menjauhi yang bathil dan sesuatu dan sesat atau munkar yang kesemuanya itu telah diwujudkan dalam syariat agama yang berdasarkan nilai-nilai mutlak dan norma-normanya.32

Untuk dapat mewujudkan Tujuan dan fungsi pendidikan keagamaan yang bermuara kepada peserta didik yang menjadi manusia yang ahli dan mampu mengamalkan nilai ajaran agamanya, maka diperlukan kesungguhan dari pendidik ketika melaksanakan proses pembelajaran. Peran pendidikan agama dalam hal ini sangat diutamakan, selain sebagai pedoman bagi guru, pendidikan agama merupakan langkah awal dan dasar untuk mencapai dan mewujudkan suatu visi dan misi dari pendidikan keagamaan tersebut.

Agama bagi kehidupan manusia menjadi pedoman hidup. pendidikan agama yang baik tidak saja memberi manfaat bagi yang bersangkutan, akan tetapi akan membawa keuntungan dan manfaat terhadap masyarakat lingkungannya bahkan masyarakat ramai dan umat manusia seluruhnya.33 Jelaslah, bahwa agama sangat besar manfaatnya bagi kehidupan manusia terutama bagi yang menjalankan agama tersebut dengan baik. Adapun beberapa manfaat pendidikan keagama yaitu:34

a. Agama mendidik manusia supaya mempunyai pendirian yang kokoh dan sikap yang positif

32

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 61-62.

33

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa, 125.

34


(36)

b. Agama mendidik manusia supaya memiliki ketentraman jiwa. Orang yang beragama akan merasakan manfaat agamanya, lebih-lebih ketika dirinya diberikan ujian dan cobaan

c. Agama mendidik manusia supaya berani menegakkan kebenaran dan takut untuk melakukan kesalahan. Jika kebenaran sudah ditegakkan maka akan mendapat kebahagian dunia dan akhirat

d. Agama adalah alat untuk membebaskan manusia dari perbudakan terhadap materi. Agama mendidik manusia supaya tidak ditundukkan oleh materi yang bersifat duniawi. Akan tetapi, manusia hanyalah disuruh tunduk kepada Allah swt

Dalam UUD 1945 dijelaskan tentang hal yang berhubungan dengan ketuhanan yang Maha Esa pada bab XI pasa 29 yang berbunyi:

a. Negara berdasarkan atas ketuhanan yang Maha Esa

b. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaan itu.

Dari landasan di atas dapat dipahami bahwa kehidupan beragama memengang peranan penting. Agar kehidupan beragama berjalan dengan baik, tentu diperlukan upaya bagaimana caranya seseorang dapat mengamalkan agamanya, maka dari itulah diperlukan pendidikan agama.35

35

Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dan Tantangan Masa Depan: esai-esai pemberdayaan Generasi Muda dan lembaga pendidikan Islam, ibid, h. 132


(37)

B. Madrasah Diniyah

1. Definisi Madrasah Diniyah

Madrasah merupakan “isim makan” kata “darasa” dalam bahasa Arab, yang berarti “tempat duduk untuk belajar” atau popular dengan madrasah. Lembaga pendidikan Islam ini mulai tumbuh di Indonesia pada awal abad ke-20.36

Madrasah adalah tempat pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran yang berada di bawah naungan Departemen Agama. Yang termasuk ke dalam kategori madrasah ini adalah lembaga pendidikan :

Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah, Mu’allimin, Mu’allimat serta Diniyah.37 Kata madrasah dalam bahasa Arab berarti tempat atau wahana untuk mengenyam proses pembelajaran.38 Dalam bahasa Indonesia madrasah disebut dengan madrasah yang berarti bangunan atau lembaga untuk belajar dan memberi pengajaran.39 Karenanya, istilah madrasah tidak hanya diartikan madrasah dalam arti sempit, tetapi juga bisa dimaknai rumah, istana, kuttab, perpustakaan, surau, masjid, dan lain-lain, bahkan seorang ibu juga bisa dikatakan madrasah pemula.40 sementara Karel A. steenbrik justru

36

Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1999), 61.

37

Ridlwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010),

38

Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan Pertengahan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), 50.

39

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Cet. VII; Jakarta: Balai Pustaka, 1984), 889.

40


(38)

membedakan antara madrasah dan madrasah-madrasah, dia beralasan bahwa antara madrasah dan madrasah mempunyai ciri yang berbeda.41

Lahirnya madrasah ini adalah lanjutan dari system di dunia pesantren gaya lama, yang dimodifikasikan menurut model penyelenggaraan madrasah – madrasah umum dengan system klasikal. Di samping memberikan pengetahuan agama, diberikan juga pengetahuan umum sebagai pelengkap. Inilah cirri madrasah pada mula berdirinya di Indonesia sekitar akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20. Sesuai dengan falsafah Negara Indonesia, make dasar pendidikan madrasah adalah ajaran agama Islam, falsafah Negara Pancasila dan UUD 1945.42

Lembaga pendidikan Islam yang bernama Madrasah Diniyah adalah Lembaga pendidikan yang mungkin lebih disebut sebagai pendidikan non formal, yang menjadi lembaga pendidikan pendukung dan menjadi pendidikan alternatif.43 Biasanya jam pelajaran mengambil waktu sore hari,

mulai bakda ashar hingga maghrib. Atau, memulai bakda isya’ hingga sekitar jam sembilan malam. Lembaga pendidikan Islam ini tidak terlalu perhatian pada hal yang bersifat formal, tetapi lebih mengedepankan pada isi atau substansi pendidikan.

41

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), 160.

42

Ridlwan, Mencari Format ……... 90

43

Headri Amin, Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren dan Madrasah diniyah (Jakarta: Diva Pustaka, 2004), 14.


(39)

Madrasah Diniyah adalah suatu bentuk madrasah yang hanya mengajarkan ilmu – ilmu agama (diniyah). Madrasah ini dimaksudkan sebagai lembaga pendidikan agama yang disediakan bagi siswa yang belajar di madrasah umum.44 Pada tahun 1910 didirikan Madrasah School (Madrasah Agama) yang dalam perkembangannya berubah menjadi Diniyah School (Madrasah Diniyah). Dan nama madrasah Diniyah inilah yang kemudian berkembang dan terkenal.

Madrasah pada abad ke 5 H atau abad ke-10 atau ke-11 M ajaran agama Islam telah berkembang secara luas dalam berbagai macam bidang ilmu pengetahuan, dengan berbagai macam mazhab atau pemikirannya. Pembagian bidang ilmu pengetahuan tersebut bukan saja meliputi ilmu-ilmu yang berhubungan dengan al-Qur’an dan hadis, seperti ilmu-ilmu al-Qur’an, hadits, fiqh, ilmu kalam, maupun ilmu tasawwuf tetapi juga bidang-bidang filsafat, astronomi, kedokteran, matematika dan berbagai bidang ilmu-ilmu alam dan kemasyarakatan.45

Madrasah Diniyah lahir dari ketidak puasan sebagian tokoh terhadap sistem pendidikan Pesantren, sehingga mereka mencoba untuk membuat lembaga pendidikan yang sedikit lain dengan Pesantren. Melalui organisai-organisasi sosial kemasyarakatan mereka mulai mendirikan lembaga pendidikan misalnya organisasi Muhammadiyah, Persatuan Muslim Indonesia

44

Ridlwan Nasir, Mencari Format Pendidikan…... 95.

45


(40)

(Permi), Diniyah, Thawalib, Pendidikan Islam Indonesia (PII), dan sejumlah madrasah-madrasah yang tidak berafiliasi kepada organisasi apapun.46

Setelah itu Madrasah Diniyah berkembang hampir di seluruh kepulauan nusantara, baik merupakan bagian dari pesantren maupun surau, ataupun berdiri di luarnya. Pada tahun 1918 di Yogyakarta berdiri Madrasah Muhammadiyah (kweekschool Muhammadiyah) yang kemudian menjadi Madrasah Muallimin Muhammadiyah, sebagai realisasi dari cita – cita pembaharuan pendidikan Islam yang dipelopori oleh KH. Ahmad Dahlan.47

Meskipun demikian tercatat masih banyak pula madrasah diniyah yang mempertahankan ciri khasnya yang semula, meskipun dengan status sebagai pendidikan keagamaan luar madrasah. Pada masa yang lebih kemudian, mengacu pada Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 1964, tumbuh pula madrasah-madrasah diniyah tipe baru, sebagai pendidikan tambahan berjenjang bagi murid-murid madrasah umum. Madrasah diniyah itu diatur mengikuti tingkat-tingkat pendidikan madrasah umum.48

Pendidikan diniyah adalah model atau sistem pembelajaran yang tumbuh dan berkembang berbasis nilai, karakter, dan budaya. Diantara keutamaannya adalah transformasi ilmu pengetahuan yang bersifat substansif dan egalitarian. Sistem pendidikan di pondok pesantren terbukti telah melahirkan format keilmuan yang multi dimensi yaitu ilmu pengetahuan

46

Dawam Raharjo, Pergulatan Dunia Pesantren Membangun Dari Bawah (Jakarta: P3M, 1985), xi.

47

Hasbullah, Sejarah pendidikan. 69.

48Ibid


(41)

agama, membangun kesadaran sosial dan karakter manusia sebagai hamba Allah.49

Dalam Peraturan Pemerintah No 55 Tahun 2007 dijelaskan bahwa Pendidikan diniyah adalah pendidikan keagamaan Islam yang diselenggarakan pada semua jalur dan jenjang pendidikan.

Madrasah Diniyah adalah satuan pendidikan berbasis Masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan ilmu-ilmu yang bersumber dari ajaran agama Islam untuk mendalami ajaran Islam dan/atau menjadi ahli ilmu agama Islam dengan pemahaman dan pengamalan yang baik dan benar.50

Pendidikan diniyah nonformal diselenggarakan dalam bentuk pengajian kitab, Majlis Taklim, atau bentuk lain yang sejenis.51

Madrasah ini terbagi Kepada tiga jenjang pendidikan : a. Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA)

MDA adalah Madrasah Diniyah Awaliyah setingkat SD/MI52 untuk siswa – siswa Madrasah Dasar (4 tahun). Lembaga Pendidikan Madrasah Diniyah Awaliyah pada umumnya merupakan pendidikan berbasis masyarakat yang bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada anak didik / santri yang berusia dini untuk dapat

49

Andi Saputra kru dalam http://andisaputrakrui.blogspot.com/2011/01/analisis-pp-no-55-tahun-2007.html di akses pada 25 Desember 2016.

50

Perda Kabupaten Pasuruan No. 4 Tahun 2014 Pasal 1 Ayat (18).

51

PP Nomor 55 Tahun 2007 Pasal 21 Ayat (1).

52

Peraturan daerah kabupaten pesisr selatan nomor: 08 tahun 2004 tentang kewajiban pandai baca dan tulis al-quran dan mendirikan shalat bagi anak madrasah dan calon pengantin yang beragama islam, Bab I, ketentuan Umum, Pasal (1) huruf (s)


(42)

mengembangkan kehidupannya sebagai muslim yang beriman, bertaqwa dan beramal saleh serta berakhlak mulia dan menjadi warga negara yang berkepribadian, sehat jasmani dan rohaninya dalam menata kehidupan masa depan. Jumlah jam belajar 18 jam pelajaran seminggu.53

b. Madrasah Diniyah Wustho untuk siswa – siswa Madrasah Lanjutan Tingkat Pertama

Yaitu satuan pendidikan keagamaan jalur luar madrasah yang menyelenggarkan pendidikan agama Islam tingkat menengah pertama sebagai pengembangan yang diperoleh pada madrasah diniyah awaliyah dengan masa belajar 3 tahun, dan jumlah jam belajar 18 jam pelajaran seminggu.54

c. Madrasah Diniyah ‘Ulya untuk siswa – siswi Madrasah Lanjutan Atas Yaitu satuan pendidikan keagamaan jalur luar madrasah yang menyelenggarkan pendidikan agama Islam tingkat menengah atas sebagai pengembangan yang diperoleh pada madrasah diniyah wustha dengan masa belajar 2 tahun, dan jumlah jam belajar 18 jam pelajaran seminggu55 Ciri – ciri Madrasah Diniyah adalah :

a. Madrasah Diniyah merupakan pelengkap dari pendidikan formal.

53

http://limalaras.wordpress.com/2011/04/17/kebijakan-kelembagaan-pendidikan-keagamaan-madrasah-diniyah/

54

Dirjen Pendis, Pedoman Penyelenggaraan Madrasah Diniyah Takmiliyah (Jakarta: Kemenag RI, 2014), 7.

55

Rahmat Sangit, Pemahaman dan Permasalahan Madrasah Diniyah,http://sangit26.blogspot.com pada 5 Januari 2017


(43)

b. Madrasah Diniyah merupakan spesifikasi sesuai dengan kebutuhan dan tidak memerlukan syarat yang ketat serta dapat diselenggarakan dimana saja.

c. Madrasah Diniyah tidak dibagi atas jenjang atau kelas-kelas secara ketat.

d. Madrasah Diniyah dalam materinya bersifat praktis dan khusus.

e. Madrasah Diniyah waktunya relatif singkat, dan warga didiknya tidak harus sama.

f. Madrasah Diniyah mempunyai metode pengajaran yang bermacam - macam.56

Madrasah diniyah mempunyai tiga tingkatan yakni : Diniyah Awaliyah, Diniyah Wustha dan Diniyah Ulya. Madrasah Diniah Awaliyah berlangsung 4 tahun (4 tingkatan), dan Wustha 2 tahun (2 tingkatan). Input Siswa Madrasah Diniyah Awaliyah diasumsikan adalah siswa yang berasal dari madrasah Dasar dan SMP serta SMU.57 Sebagai bagian dari pendidikan luar madrasah, Madrasah Diniyah bertujuan :

a. Melayani warga belajar dapat tumbuh dan berkembangn sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupanya.

56

http://aliyahcijulang.wordpress.com/2010/04/08/makalah-diniyah/

57

Mal An Abdullah dkk, Laporan Penelitian, Studi Evaluasi Penyelenggaraan Pendidikan Keagamaan Diniyah, h. 4


(44)

b. Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperluakan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ketingkat dan /atau jenjang yang lebih tinggi

c. Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan madrasah

Untuk menumbuh kembangkan ciri madrasah sebagai satuan pendidikan yang bernapaskan Islam, maka tujuan madrasah diniyah

dilengkapi dengan “memberikan bekal kemampuan dasar dan keterampilan

dibidang agama Islam untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi

muslim, anggota masyarakat dan warga Negara”.

Dalam program pengajaran ada beberapa bidang studi yang diajarkan seperti58:

a. Al-Qur’an Hadits b. Aqidah Akhlak c. Fiqih

d. Sejarah Kebudayaan Islam e. Bahasa Arab

f. Praktek Ibadah.

58

M. Ishom Saha, Dinamika Madrasah Diniyah di Indonesia :Menelusuri Akar Sejarah Pendidikan Nonformal (Jakarta: Pustaka Mutiara, 2005), 42.


(45)

Dalam pelajaran Qur’an-Hadits santri diarahkan kepada pemahaman dan penghayatan santri tentang isi yang terkandung dalam qur’an dan hadits. Mata pelajaran aqidah akhlak berfungsi untuk memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada santri agar meneladani kepribadian nabi Muhammad SAW, sebagai Rasul dan hamba Allah, meyakini dan menjadikan Rukun Iman sebagai pedoman berhubungan dengan Tuhannya, sesama manusia dengan alam sekitar, Mata pelajaran Fiqih diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan dan membina santri untuk mengetahui memahami dan menghayati syariat Islam. Sejarah Kebudayaan Islam merupakan mata pelajaran yang diharapkan dapat memperkaya pengalaman santri dengan keteladanan dari Nabi Muhammad SAW dan sahabat dan tokoh Islam. Bahasa Arab sangat penting untuk penunjang pemahaman santri terhadap ajaran agama Islam, mengembangkan ilmu pengetahuan Islam dan hubungan antar bangsa degan pendekatan komunikatif. Dan praktek ibadah bertujuan melaksanakan ibadah dan syariat agama Islam.

Kurikulum Madrasah Diniyah pada dasarnya bersifat fleksibel dan akomodatif. Oleh karena itu, pengembangannya dapat dilakukan oleh Departemen Agama Pusat Kantor Wilayah/Depag Propinsi dan Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kotamadya atau oleh pengelola kegiatan pendidikan sendiri. Prinsip pokok untuk mengembangkan tersebut ialah tidak menyalahi aturan perundang-undangan yang berlaku tentang pendidikan


(46)

secara umum, peraturan pemerintah, keputusan Menteri Agama dan kebijakan lainnya yang berkaitan dengan penyelenggaraan madrasah diniyah.

2. Tujuan Madrasah Diniyah59

a. Tujuan umum

1) Memiliki sikap sebagai muslim dan berakhlak mulia 2) Memiliki sikap sebagai warga Negara Indonesia yang baik

3) Memiliki kepribadian, percaya pada diri sendiri, sehat jasmani dan rohani

4) Memiliki pengetahuan pengalaman, pengetahuan, ketrampilan beribadah dan sikap terpuji yang berguna bagi pengembangan kepribadiannya.

b. Tujuan khusus60

1) Tujuan khusus madrasah diniyah dalam bidang pengetahuan : a) Memiliki pengetahuan dasar tentang agama Islam

b) Memiliki pengetahuan dasar tentang bahasa Arab sebagai alat untuk memahami ajaran agama Islam.

2) Tujuan khusus madrasah diniyah dalam bidang pengamalan : a) Dapat mengamalkan ajaran agama Islam

b) Dapat belajar dengan cara yang baik

59

Dirjen Pendis, Pedoman Penyelenggaraan Madrasah Diniyah Takmiliyah (Jakarta: Kemenag RI, 2014), 9.


(47)

c) Dapat bekerjasama dengan orang lain dan dapat mengambil bagian secara aktif dalam kegiatan – kegiatan masyarakat

d) Dapat menggunakan bahasa Arab dengan baik serta dapat membaca kitab berbahasa Arab

e) Dapat memecahkan masalah berdasarkan pengalaman dan prinsip

– prinsip ilmu pengetahuan yang dikuasai berdasarkan ajaran agama Islam

3) Tujuan khusus madrasah diniyah dalam bidang nilai dan sikap : a) Berminat dan bersikap positif terhadap ilmu pengetahuan b) Disiplin dan mematuhi peraturan yang berlaku

c) Menghargai kebudayaan nasional dan kebudayaan lainnya yang tidak bertentangan dengan agama Islam

d) Cinta terhadap agama Islam dan keinginan untuk melakukan ibadah sholat dan ibadah lainnya, serta berkeinginan untuk menyebarluaskan.

3. FungsiMadrasah Diniyah

a. Menyelenggarakan pengembangan kemampuan dasar pendidikan agama

Islam yang meliputi : Al Qur’an Hadist, Ibadah Fiqh, Aqidah Akhlak,

Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab.

b. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan agama Islam bagi yang memerlukan


(48)

c. Membina hubungan kerja sama dengan orang tua dan masyarakat antara lain :

1) Membantu membangun dasar yang kuat bagi pembangunan kepribadian manusia Indonesia seutuhnya.

2) Membantu mencetak warga Indonesia takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan menghargai orang lain.

d. Memberikan bimbingan dalam pelaksanaan pengalaman agama Islam e. Melaksanakan tata usaha dan program pendidikan serta perpustakaan

Dengan demikian, madrasah Diniyah disamping berfungsi sebagai tempat mendidik dan memperdalam ilmu agama Islam juga berfungsi sebagai sarana untuk membina akhlak al karimah ( akhlak mulia) bagi anak yang kurang akan pendidikan agama Islam di madrasah – madrasah umum.61

C. Manajemen Masrasah Diniyah

1. Perencanaan Pendidikan di Madrasah Diniyah

Yusuf Enoch mendefinisikan perencanaan pendidikan sebagai suatu proses yang yang mempersiapkan seperangkat alternatif keputusan bagi kegiatan masa depan yang diarahkan kepada pencapaian tujuan dengan usaha yang optimal dan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada di bidang ekonomi, sosial budaya serta menyeluruh suatu Negara.62

61Ibid,

10.

62


(49)

Perencanaan seperti yang dinyatakan Anen yang dikutip oleh Udin Syaifudin dan Abin didefinisikan Planning is future thinking, planning is controling the future, planning is decision making, planning is integrated

decision making.63

Udin dan Abin menyatakan, ada empat hal yang menyangkut

perencanaan pendidikan, yaitu. Tujuan yang akan dicapai dalam perencanaan, keadaan yang terjadi sekarang, alternatif pilihan kebijakan, dan prioritas dalam mencapai tujuan, dan strategi penentuan cara terbaik untuk mencapai tujuan.64

Berdasarkan Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, perencanaan program ditandai dengan kegiatan berupa perumusan visi, misi, tujuan, serta rencana kerja sekolah. Dalam penyusunan rencana kerja, produk yang dihasilkan adalah dapat berupa rencana jangka menengah yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu empat tahun yang terkait dengan mutu lulusan. Kemudian rencana kerja tahunan yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/ Madrasah (RKA-S/M) dilaksanakan berdasarkan rencana jangka menengah. Rencana kerja sekolah setidaknya memuat beberapa aspek, meliputi kesiswaan, kurikulum dan kegiatan pembelajaran, pendidik dan tenaga kependidikan serta

63

Udin dan Abin, Perencanaan Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2011), hal. 5.

64Ibid


(50)

pengembangannya, sarana dan parasarana, keungan dan pembiayaan, budaya dan lingkungan sekolah, peran serta masyarakat dan kemitraan, serta beberapa rencana kerja lain yang mengarah pada peningkatan dan pengembangan mutu. Perencanaan melahirkan beberapa hal yang dijadikan acuan bagi pelaksana pengelolaan pendidikan Madrasah Diniyah. Perencanaan mencakup visi, misi, tujuan dan rencana kerja madrasah diniyah.65

Visi merupakan acuan yang digunakan sebagai cita-cita sebuah madrasah diniyah dan pihak yang berkepentingan (stakeholder) di masa yang akan datang. Alangkah baiknya dalam penyusun visi mampu memberikan motivasi, isnpirasi dan kekuatan pada warga madrasah dan stakeholder. Disusun berdasarkan masukan dari berbagai warga madrasah dan stakeholder, selaras dengan visi lembaga/instusi yang menaunginya serta tujuan pendidikan nasional. Dalam penetuan visi harus dilakukan dalam sebuah keputusan rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala madrasah dengan memperhatikan masukan komite madrasah.

Visi yang baik memiliki karakter sebagai brtikut:66

a. Menggambarkan profil lembaga yang diinginkan menjadi seperti apa; b. Bersifat ideal dan menantang, tetapi bisa dicapai;

c. Memuat nilai-nilai dan ideologi yang dianut lembaga;

65

Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Pedoman Manajemen dan Administrasi Pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah (Jakarta: Kemenag RI, 2013), 7.

66Ibid.,


(51)

d. Jelas dan tegas, sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang bertentangan;

e. Simpel, mudah diingat, dan menggunakan kalimat yang menarik. f. Memuat pernyataan yang menggambarkan kekuatan yang dimiliki

lembaga dan yang memberdayakan.

g. Menjadi pentunjuk bagi stakeholder untuk berpartisipasi dalam mencapai tujuan lembaga;

h. Terkait dengan kebutuhan peserta didik yang hasilnya dapat diukur dari tindakan dan prestasi siswa.

Misi madrasah adalah uraian yang berisi beberapa arah dalam mewujudkan visi sekolah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Misi merupakan penjabaran tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu, serta digunakan sebagai program pokok madrasah. Misi memuat kualitas layanan peserta didik dan mutu lulusan yang diharapkan oleh madrasah, pernyataan umum dan khusus yang berkaitan dengan program madrasah, memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembangan kegiatan satuan-satuan unit madrasah yang terlibat. Proses perumusan misi madrasah berdasarkan masukan dari segenap pihak yang berkepentingan termasuk komite madrasah dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin kepala madrasah. Misi yang baik selanjutnya adalah disosialisasikan kepada warga madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan. Misi dapat ditinjau


(52)

dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat.

Misi adalah pernyataan yang menggambarkan kegiatan utama untuk mencapai dan merealisasikan visi lembaga yang mudah ditetapkan.67

Proses perumusan misi madrasah berdasarkan masukan dari segenap pihak yang berkepentingan (stakeholder) termasuk komite madrasah dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin kepala madrasah.

Misi harus menggambarkan bentuk layanan (pendidikan) untuk memenuhi apa yang tertuang dalam visi, sehingga memuat beberapa indikator yang diperlukan bagi pencapaian visi.

Tujuan madrasah menggambarkan tingkat kualitas yang harus dicapai dalam jangka menengah (skala empat tahunan). Proses perumusan tujuan madrasah mengacu pada visi, misi dan tujuan pendidikan nasional serta relevan dengan kebutuhan masyarakat, standar kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan oleh madrasah dan Pemerintah, serta mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan termasuk komite madrasah dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala madrasah, disosialisasikan kepada warga madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan (stakeholder).

Rencana kerja sekolah adalah suatu dokumen sekolah yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu satu sampai

67Ibid.,


(53)

empat tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan berdasarkan visi, misi dan tujuan sekolah. Rencana kerja sekolah berfungsi sebagai pedoman pengelolaan sekolah, gambaran kinerja sekolah empat dan satu tahun yang akan datang, wujud akuntabilitas dan transparasi sekolah kepada pemangku kepentingan (stakeholders), pengendali program dan kegiatan sekolah, serta sebagai alat evaluasi dan bahan perencanaan kerja sekolah jangka menengah berikutnya. Rencana Kerja Tahunan atau Rencana Operasional berfungsi sebagai dasar pengelolaan sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. Proses penyusunan rencana kerja sekolah dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh kepala sekolah, yang terdiri dari unsur kepala sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan, komite sekolah serta perwakilan siswa. Sasaran rencana kerja sekolah meliputi delapan bidang, yaitu kesiswaan, kurikulum dan kegiatan pembelajaran, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, keuangan dan pembiayaan, budaya dan lingkungan sekolah, peran serta masyarakat dan kemitraan Sekolah/Madrasah, serta lainnya yang mengarah kepada peningkatan dan pengembangan mutu.

2. Pelaksanaan Perencanaan Pendidikan di Madrasah Diniyah

Pelaksanaan program merupakan suatu fungsi manajemen yang merupakan sarana untuk merealisasikan perencanaan madrasah. Pelaksanaan


(54)

program merupakan salah satu fungsi manajemen yang merupakan sarana untuk merealisasikan perencanaan madrasah. Pada pelaksanaanprogram madrasah berdasarkan Peraturan Mendiknas Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dibagi menjadi tiga aspek, yaitu penyusunan pedoman madrasah, struktur organisasi, dan pelaksanaan kegiatan.

Pedoman madrasah merupakan dokumen tertulis yang mudah dibaca oleh pihak-pihak terkait yang mengatur berbagai aspek pengelolaan. Penyusunan pedoman madrasah dilakukan dengan mempertimbangkan visi, misi, dan tujuan madrasah yang telah dirumuskan. Pedoman madrasah hendaknya juga dapat ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan masyarakat. Pedoman pengelolaan madrasah meliputi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), kalender pendidikan/ akademik, struktur organisasi madrasah, pembagian tugas mengajar guru, pembagian tugas tenaga kependidikan, peraturan akademik, tata tertib madrasah, kode etik madrasah, dan biaya operasional madrasah. Pedoman madrasah dilaksanakan sebagai petunjuk pelaksanaan operasional rencana madrasah, pada pengelolaan kurikulum madrasah, kalender pendidikan serta pembagian tugas pendidik dan tenaga kependidikan dievaluasi pelaksanaannya menggunakan skala tahunan. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pedoman pengelolaan madrasah merupakan salah satu komponen penting dalam pelaksanaan standar pengelolaan madrasah. Pada


(55)

aspek lainnya, pedoman madrasah dapat digunakan sebagai sarana evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan, baik evaluasi secara tahunan, semesteran, maupun empat tahunan.

Struktur organisasi merupakan bentuk dari organisasi secara keseluruhan yang menggambarkan kesatuan dari berbagai segmen dan fungsi organisasi yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, ukuran, jenis teknologi yang digunakan,dan sasaran yang hendak dicapai68 Child menyatakan dalam Budi Setyo69 bahwa terdapat komponen dasar yang merupakan kerangka dalam memberikan definisi struktur organisasi, komponen dasar tersebut yaitu.

1. Struktur organisasi organisasi memberikan gambaran mengenai pembagian tugas serta tanggung jawab kepada individu maupun bagianbagian dalam organisasi.

2. Memberikan gambaran mengenai hubungan pelaporan yang ditetapkan secara resmi dalam organisasi, dengan banyaknya tingkatan hierarki dan besarnya rentang kendali dari semua pimpinan di seluruh tingkatan dalam organisasi.

3. Menetapkan pengelompokan individu menjadi bagian dari organisasi dan pengelompokan bagian-bagian tersebut menjadi bagian suatu organisasi yang utuh.

4. Menetapkan sistem hubungan dalam organisasi yang memungkinkan tercapainya komunikasi, koordinasi, dan pengintegrasian segenap kegiatan organisasi baik kearah vertikal maupun horizontal, yang merupakan elemen yang bersifat dinamis bukan statis.70

68

Mada Sutapa, Buku Pegangan Kuliah Organisasi Pendidikan (Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, 2002), 122.

69

Budi Setyo Prabowo,“Pelaksanaan Standar Pengelolaan Pendidikan Di Smp Negeri 3 Godean” Skripsi – Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2012, 45.


(56)

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa struktur organisasi merupakan bentuk sistematis dari penyelenggaraan dan administrasi sekolah yang diuraikan secara jelas dan transparan. Pembagian tugas dan kewenangan pimpinan, pendidik dan tenaga kependidikan diuraikan secara jelas terkait dengan sistem penyelenggaraan dan administrasi sekolah, hal ini dilakukan dalam rangka mengetahui pola komunikasi dan rentang kendali yang ada pada pengelolaan sekolah. Struktur organisasi sekolah agar dapat terbaca dengan baik oleh pihak terkait, perlu untuk diwujudkan dalam bentuk bagan struktur organisasi sekolah. Proses evaluasi terhadap struktur organisasi sekolah dengan memperhatikan tingkat efektifitas pelaksanaan dan mekanisme kerja.

Pelaksanaan kegiatan sekolah didasarkan pada rencana kerja tahunan atau rencana operasional sekolah. Pelaksanaan harus dapat dilaksanakan oleh penanggung jawab kegiatan dengan memperhatikan potensi sumber daya yang dimiliki, jika pelaksanaan tidak sesuai dengan rencana maka harus mendapatkan persetujuan dari unsur-unsur yang dilibatkan pada proses perencanaan program. Kepala sekolah sebagai pimpinan memiliki tugas memberikan laporan pertanggung jawaban pada pihak terkait. Pada pelaksanaan pengelolaan akademik memberikan laporan kepada dewan pendidik, aspek pengelolaan bidang non akademik kepada komite sekolah, serta menyampaikan laporan pertanggung jawaban secara keseluruhan pada akhir tahun sebelum penyusunan rencana kerja sekolah periode selanjutnya.


(57)

Pelaksanaan kegiatan sekolah berdasarkan Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 meliputi delapan bidang, yaitu kesiswaan, kurikulum dan pembelajaran, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, keuangan dan pembiayaan, budaya dan lingkungan, peran serta masyarakat dan kemitraan, serta bidang lain untuk peningkatan dan pengembangan mutu.

3. Evaluaasi Perencanaan Pendidikan di Madrasah Diniyah

Proses pengendalian adalah bagaimana tujuan yang telah disusun dalam perencaan, dan kegiatan yang telah dirumuskan serta kebijakan yang terbentuk dapat berjalan dan terkendali dengan baik. Dalam dal ini penerapan manajemen pendidikan madrasah diniyah haruslah sesuai dengan perencanaan dalam artian penyesuaian dan pengendalian itu dilaksanakan oleh sekolah dan masyarakat serta pemerintah daerah ditempat.

Dalam UU. No. 20 Tahun 2003 dikemukakan perlu adanya Dewan Pendidikan baik pada tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Dewan tersebut merupakan lembaga yang independen yang antara lain dapat mengontrol jalannya pendidikan di daerah. Sayang sekali sampai dewasa ini Dewan Pendidikan belum banyak terdengar sehingga masih sulit untuk mengembangkan partisipasi masyarakat dalam mengontrol pendidikan di daerah.71

71Ibid.,


(58)

Ralph Tyler dalam kutipan Suharsimi Arikunto mendefinisiskan evaluasi adalah sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan telah tercapai.72

Mulyasa menyatakan ada 6 karakteristik rapat kerja madrasah yang pertama, Tujuan rapat jelas, ada masalah yang dibahas, dihadiri dan dipimpin langsung kepala madrasah dan seluruh atau sebagian besar guru dan pegawai, kepala madrasah hanya memberi pengarahan, adanya tukar menukar pendapat, dan pembagian tugas.73

Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa terdapat tiga unsur dalam pengertian pengawasan, yaitu (1) obyek yang diawasi, (2) proses dalam pengawasan, dan (3) hasil dari pengawasan. Berdasarkan hal tersebut maka, pengawasan adalah proses mengamati suatu obyek secara menyeluruh dan dengan cermat, kemudian membandingkan hasil pengamatan dengan kondisi harapan untuk setiap obyek yang diawasi.74

Berdasarkan hal tersebut maka, pengawasan adalah proses mengamati suatu obyek secara menyeluruh dan dengan cermat, kemudian membandingkan hasil pengamatan dengan kondisi harapan untuk setiap obyek yang diawasi.

Evaluasi merupakan kegiatan pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pada setiap jalur,

72

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), 3.

73

Mulyasa, Menjadi Kepala……, 264.

74


(59)

jenjang dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggung jawaban penyelenggaraan pendidikan

Proses pengawasan dan evaluasi berdasarkan Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan dijelaskan pada bagian sebelumnya, secara garis besar pengawasan dan evaluasi sekolah meliputi program pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan, serta dalam bentuk akreditasi sekolah. Penyusunan program pengawasan disusun dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan, setelah proses penyusunan pedoman disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah. Pengawasan pengelolaan sekolah meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan.75

Menurut Daman Hermawan, Sukarti Nasihin, dan Nur Aedi dalam Budy Setyo supervisi diarahkan pada tiga kegiatan, yaitu supervisi akademis, supervisi administrasi, dan supervisi lembaga. Ketiga kegiatan tersebut, masing-masing memiliki garapan serta wilayah tersendiri. Supervisi akademis menitik beratkan pada pengamatan supervisor tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan akademis, diantaranya hal-hal yang langung berada dalam lingkungan kegiatan pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam proses mempelajari sesuatu. Supervisi administrasi menitik beratkan pada pengamatan supervisor pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi

75

Budi Setiyo Prabowo, “Pelaksanaan Standar Pengelolaan Pendidikan Di Smp Negeri 3 Godean” Skripsi—Universitas Negeri Yogyakarta , Yogyakarta, 2012, 39.


(60)

sebagai pendukung dan pelancar terlaksananya pembelajaran dan administrasi lembaga sendiri diarahkan pada kegiatan dalam rangka menyebarkan objek pengamatan supervisor tentang aspekaspek yang berada di seantero sekolah dan berperan dalam meningkatkan nama baik sekolah atau kinerja sekolah secara keseluruhan. Supervisi kelembagaan menebarkan objek pengamatan supervisor pada aspe-aspek yang berada di lingkungan sekolah, artinya lebih bertumpu pada citra dan kualitas sekolah, sebab dapat dimaklumi bahwa sekolah yang memiliki popularitas akan menjadi lembaga pendidikan yang secara otomatis dapat menarik perhatian masyarakat yang pada gilirannya akan menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah dimaksud.76

76Ibid.


(61)

Metodologi sebagai cabang filsafat pengetahuan yang membicarakan mengenai cara- cara kerja ilmu merupakan perangkat utama dalam sebuah penelitian. Untuk dapat mencapai hasil yang optimal, sistematis dan metodis serta secara moral dapat dipertanggungjawabkan, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode dan pendekatan tertentu, sebagai sistem aturan yang menentukan jalan untuk mencapai pengertian baru pada bidang ilmu pengetahuan.1

Penelitian sebagai upaya untuk memperoleh kebenaran, harus didasari oleh proses berpikir ilmiah yang dituangkan dalam metode ilmiah. Kata metode berasal dari bahasa Yunani methodos, terdiri dari dua kata yaitu meta (menuju, melalui, mengikuti) dan hodos (jalan, cara, arah). Arti kata methodos adalah metode ilmiah yaitu cara melakukan sesuatu menurut aturan tertentu. Adapun metodelogi berasal dari kata metode dan logos, yang berarti ilmu yang membicarakan tentang metode. Melihat dari pengertiannya, metode dapat dirumuskan suatu proses atau prosedur yang sistemik berdasarkan prinsip dan teknik ilmiah yang dipakai oleh disiplin ilmu untuk mencapai suatu tujuan.2

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini berjudul Pengelolaan Madrasah Diniyah Manba’ul Huda

Mlaten Pasuruan Menggunakan pendekatan kualitatif, seperti yang dikatakan

1

Anton Bekker, Metode- metode Filsafat, (Jakarta: Ghalia Indonesia , 1984), hal. 10.

2


(1)

102

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagaimana penulis uraikan tentang Pelaksanaan Madrasah Diniyah pada Bab terdahulu maka penulis simpulkan:

1. Kepala Madrasah Diniyah Manba’ul Huda Mlaten Kec. Nguling Kab.

Pasuruan dalam merencanakan program berdasarkan visi dan misi madin, tujuan madin serta berdasarkan analisi kebutuhan.

2. Pelaksanaan Pendidikan di Madrasah Diniyah Manba’ul Huda Mlaten Kec.

Nguling Kab. Pasuruan, terangkum dalam beberapa aspek. Pertama,

pengelolaan tenaga pendidikan. Dalam mengelola tenaga pendidikan lembaga ini lebih memprioritaskan terhadap kompetensi yang dimiliki oleh calon guru

(ustadz), terutama yang berlatar belakang pendidikan agama. Kedua,

pengelolaan kurikulum. Kurikulum yang digunakan di Madin ini adalah

kurikulum Lembaga Pendidikan Ma’arif NU dengan dikombinasi dengan

kurikulum lokal dari madrasah sendiri. Ketiga, pengelolaan keuangan.

Pengelolaan keuangan di Madin ini hanya bersumber pada BOPDA (bantuan operasional pendidikan daerah) dan Syariah (SPP) sehingga dalam

pengelolaannya mengikuti aturan dari BOPDA. Keempat, pengeloaan sarana

prasarana. Sarana prasarana yang ada di Madin ini disesuaikan dengan


(2)

103

menjalin hubungan dengan masyarakat dengan cara mengikutsertakan

masyarakat dalam beberapa acara madrasah misalnya (Haflah Akhirus Sanah).

3. Evaluasi pendidikan di Madrasah Diniyah Manba’ul Huda Mlaten Kec.

Nguling Kab. Pasuruan dilaksanakan dalam bentuk rapat bersama antara Kepala madin, guru serta pengurus madrasah yang dilaksanakan setiap akhir tahun pelajaran menginjak tahun ajaran baru. Namun madin ini masih belum memiliki standart evaluasi yang baku.

B. Saran

Pada akhir pembahasan penelitian yang ditunjang dengan data yang sudah ada, penulis menyampaikan beber apa saran. Secara umum Pengelolaan

pendidikan di Madrasah Diniyah Manba’ul Huda Mlaten Kec. Nguling Kab.

Pasuruan sudah cukup baik dan sesuai standart yang ada, akan tetapi penulis merasa perlu memberikan saran sebagai berikut.

1. Pada komponen perencanaan program agar didokumenkan secara sistematis

supaya program yang sudah deprogram oleh madrasah tidak bersifat fiktif.

2. Pada komponen pelaksanaan khususnya dibidang pelaksanaan tenaga

pendidik agar diberkan program pengembangan dan pelatihan agar tenaga pendidik lebih professional.

3. Pada Komponen Evaluasi agar diadakan perencanaan terlebih dahulu sebelum

melaksananakan evaluasi pendidikan dan hasil evaluasi didokumentasikan dengan baik dan sebisa mungkin menyusus EDM (evaluasi diri madrasah).


(3)

104

DAFTAR PUSTAKA

Aedi, Nur., Daman Hermawan., Sukarti Nasihin, Bahan Ajar Pengawasan

Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2009.

Amin, Haedar, El-saha Isham, Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren dan Madrasah

Diniyah. Jakarta: Diva pustaka, 2004.

Amin, Headri. Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren dan Madrasah diniyah, Jakarta:

Diva Pustaka, 2004.

Anderson, CA., Konteks Sosial Perencanaan Pendidikan (terjemahan), Jakarta:

Bhratara Karya Aksara, 1983.

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,

2013.

Basri, Hasan. Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009.

Budi Setyo Prabowo, “Pelaksanaan Standar Pengelolaan Pendidikan Di Smp Negeri 3 Godean” Skripsi – Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2012.

Bugin, Burhan, Metodelogi penelitian, Jakarta: Grafindo Pustaka, 2001.

Bungin dan Burhan, Metodelogi Penelitian Sosial & Ekonomi (Format-Format

Kuantitatif dan Kualitatif untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Publick, Komunikasi, Manajemen dan Pemasaran), Jakarta: Kencana Prenada, 2013.

Depertemen Agama RI, Pedoman penyelenggaraan dan Pembinaan Madrasah

Diniyah, Jakarta: Depag, 2000.

Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Pedoman Manajemen dan

Administrasi Pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah, Jakarta: Kemenag RI, 2013.

Enoch, Yusuf. Dasar-Dasar Perencanaan Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1992.

Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,


(4)

105

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2001.

Langgulung, Hasan. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan

Pendidikan. Jakarta: Pustaka al-Husna, 1995.

Maleong, J. Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2010.

Nasir, Ridlwan. Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2010.

Nata, Abuddin. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2010.

Nata, Abuddin. Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan Pertengahan.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004. Peraturan pemerintah nomor 73 tahun 199.

Peraturan daerah kabupaten pesisr selatan nomor: 08 tahun 2004 tentang kewajiban pandai baca dan tulis al-quran dan mendirikan shalat bagi anak madrasah dan calon pengantin yang beragama islam, Bab I, ketentuan Umum, Pasal (1) huruf (s)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007.

Philip H., Coombs. Apakah Perencana Pendidikan Itu (terjemahan Istiwidayanti).

Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1982.

Pidarta, Made. Landasan Kependidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009.

Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Cet. VII; Jakarta: Balai

Pustaka, 1984.

Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2007.

Raharjo, Dawam. Pergulatan Dunia Pesantren Membangun Dari Bawah, Jakarta:

P3M, 1985.

Saha, M. Ishom. Dinamika Madrasah Diniyah di Indonesia :Menelusuri Akar


(5)

Shihab, Quraisy. Membumikan al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1996.

Subagyo MS, Manajemen Logistik, Jakarta: Gunung Agung, 1994.

Surat Keputusan Pengurus LP Ma’arif NU Pusat Nomor: 285.b/SK/LPM-NU/V/2013

Bab III Pasal 3

Sutapa, Mada. Buku Pegangan Kuliah Organisasi Pendidikan, Yogyakarta: Fakultas

Ilmu pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, 2002.

Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2005.

Syaibaniy (al), Mohammad al-Toumy. Falsafah al-Tarbiyah al-Islamiyah, (terj.)

Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.

Syam, Nur. Metodologi Penelitian Dakwah, Solo: Ramadhani, 1991.

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.

Udin dan Abin, Perencanaan Pendidikan, Bandung: Rosdakarya, 2011.

Umar, Bukhari. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah, 2011.

Undang-Undang Nomor. 20 Tahun 2003 UU No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal (3)

Yunus, Mahmud. Kamus Arb-Indonesia. Jakarta: PT. Hidakaryan Agung, t.th.

Sumber Internet

Andi Saputra kru dalam http://andisaputrakrui.blogspot.com/2011/01/analisis-pp-no-55-tahun-2007.html di akses pada 25 Desember 2016.

Andi Saputra kru dalam http://andisaputrakrui.blogspot.com/2011/01/analisis-pp-no-55-tahun-2007.html di akses pada 25 Desember 2016.

Diakses dari http://www.maarif-nu.or.id/Profil.aspx pada 27 Januari 2017 Diakses dari http://www.nu.or.id pada 27 Januari 20167


(6)

107

http://kbbi.web.id/didik diakses tanggal 22 Januari 2017

http://limalaras.wordpress.com/2011/04/17/kebijakan-kelembagaan-pendidikan-keagamaan-madrasah-diniyah/

http://www.seputarpengetahuan.com/2015/02/15-pengertian-pendidikan-menurut-para-ahli.html diakses tanggal 22 Januari 2017

Rahmat Sangit, Pemahaman dan Permasalahan Madrasah