PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVISIONS (STAD)DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS VIII SMP SANTO THOMAS TOTOKARTO ADILUWIH SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2010/2011

(1)

i

ABSTRAK

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN

STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DEVISIONS (STAD)

DALAM MENINGKATKAN

PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS VIII

SMP SANTO THOMAS TOTOKARTO ADILUWIH

SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN

2010/2011

Oleh

RAFAEL EKO SUPRIYONO

Tujuan penelitian adalah bahwa penggunaan model pembelajaran Student Teams

Achievement Devisions (STAD)

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa,

memberikan sumbangan pemikiran bagi guru mata pelajaran PKn dan guru mata

pelajaran yang lain tentang efektivitas penggunaan model pembelajaran Student Teams

Achievement Devisions (STAD)

Model pembelajaran Student Teams Achievement Devisions (STAD) merupakan

pembelajaran kooperatif yang sederhana dan mudah untuk dilaksanakan pada

pembelajaran terutama bagi para guru yang baru menggunakannya. Kesederhanaan ini

nanmpak pada beberapa langkah kegiatan yang dilakukan pada model pembelajaran

Student Teams Achievement Devisions (STAD) yaitu guru menyampaikan meteri

pelajaran dilanjutkan siswa dengan berdiskusi dan selanjutnya melakukan pengisian

lembar kerja secara individu dan secara individu siswa mengerjakan soal.

Pembelajaran penggunaan model Student Teams Achievement Devisions (STAD) ada

lima komponen diantaranya pertama presentasi kelas, kedua belajar kelompok, ketiga

pemberian peranyaan, keempat peningkatan skor individu, dan kelima penghargaan

kelompok.

Student Teams Achievement Devisions (STAD) adalah sebuah model pembelajaran

yang dilakukan dalam 2 tahap, yaitu tahap persiapan dan proses. Tahap persiapan

diantaranya, menentukan materi, menugaskan siswa membentuk kelompok dan

menentukan Skor prestasi awal. Sedangkan tahap proses diantaranya mengajar yang

mencakup presentasi, pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas.

Penelitian ini berusaha mengkaji, merefleksikan secara kritis dan kolaboratif suatu

rencana pembelajaran terhadap kinerja guru serta interaksi antara guru dan siswa.

Penelitian tindakan kelas atau biasa disebut dengan class room active research ialah


(2)

dimunculkan dan terjadi dalam kelas secara bersama.

Penelitian ini dilakukan untuk menemukan suatu jawaban atas adanya masalah yang

dihadapi guru dalam menerapkan metode pembelajaran STAD dalam rangka

meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas

(PTK) yang bersifat siklus dan terdiri dari empat rangkaian kegiatan yang dilakukan

dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu

planning, acting, observating, dan reflecting.

Dalam satu siklus terdapat empat tahapan. Sesudah suatu siklus selesai, khususnya

sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang

dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri.

Penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi tiga siklus, setiap siklus terdiri dari suatu

kompetensi dasar yang terdiri dari tiga kali pertemuan, dan setiap satu kompetensi

dasar selesai akan diadakan tes formatif untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa

pada materi pokok tersebut serta dilakukan observasi untuk melihat aktivitas siswa

dalam pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran STAD.

Untuk langkah-langkah kegiatannya antara lain

1. Membentuk kelompok

2. Guru menyajikan pelajaran berdasar SK dan KD

3. Guru memberi tugas kepada kelompok

4. Guru memberi pertanyaan

5. Guru memberikan evaluasi

6. Kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran STAD ternyata

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat terlihat dari pencapaian nilai

sebelum dan sesudah menggunakan metode STAD

Berdasarkan dua keterangan ini maka dapat disimpulkan model pembelajaran STAD

merupakan suatu pendekatan kooperatif yang paling sederhana dan mudah untuk

dilaksanakan pada pembelajaran terutama bagi para guru yang baru menggunakannya.

Kesederhanaan ini nampak pada beberapa langkah kegiatan yang dilakukan dalam

model STAD yaitu guru menyampaikan materi pelajaran, dengan berdiskusi siswa

mengerjakan lembar kerja, dan secara individu siswa mengerjakan ulangan.


(3)

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN

STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DEVISIONS (STAD)

DALAM MENINGKATKAN

PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS VIII

SMP SANTO THOMAS TOTOKARTO ADILUWIH

SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN

2010/2011

(Skripsi)

Oleh

RAFAEL EKO SUPRIYONO

U

N

IV

E

R

SIT

AS LA

M

P

U

N

G

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2011


(4)

ACHIEVEMENT DEVISIONS (STAD)

DALAM MENINGKATKAN

PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS VIII

SMP SANTO THOMAS TOTOKARTO ADILUWIH

SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN

2010/2011

Oleh

RAFAEL EKO SUPRIYONO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan dan Kewarganegaraan

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

UN

IVE

RSITAS LAMP

U N

G

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2011


(5)

x

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK...

i

HALAMAN JUDUL ...

ii

HALAMAN PERSETUJUAN...

iii

HALAMAN PENGESAHAN...

iv

SURAT PERNYATAAN ...

v

RIWAYAT HIDUP... ... vi

PERSEMBAHAN... vii

MOTTO... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI ...

x

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Masalah dan Identifikasi Masalah ... 6

C. Perumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Teori-teori belajar dan pembelajaran ... 10

B.

Konsep Belajar………... 15

C. Pendekatan Pembelajaran dan Pengelolaan kelas ... 16

D. Konsep metode pembelajaran ... 18

E. Pembelajaran Kooperatif ... 19

F. Pembelajaran Kooperatif model STAD... 22

G. Prestasi

Belajar………... 26

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian Tindakan Kelas ... 28

B. Objek Tindakan ... 28

C. Setting/Lokasi/Subjek Penelitian ... 29

D. Operasioanalisasi Tindakan ... 29

E. Prosedur Pelaksanaan Tindakan ... 30

F. Teknik Pengumpulan Data ... 33

G. Teknik Analisis Data... 34

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian……….. 37

B. Tujuan Penelitian……….... 37

C. Metode Penelitian………... 38


(6)

A. Kesimpulan………. 60

B. Saran………

61

DAFTAR PUSTAKA


(7)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa atas berkat, rahmat dan kuasa serta

kasihnya yang dicurahkan lewat petunjuk dan pembimbingan pada dosen dan ibu dosen

dan staf tata usaha serta rekan-rekan semua yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu

sehingga penulisan Skripsi ini dapat saya selesaikan.

Skripsi ini dengan judul : Penggunaan Model Pembelajaran Student Teams

Achievementdevisions (Stad) Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Pkn Pada Siswa

Kelas VIII SMP Santo Thomas Totokarto Adiluwih Semester Ganjil Tahun Pelajaran

2010/2011. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Kewarganegaraan Program S,I dalam Jabatan di Universitas Lampung.

Terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Pendidkan

Unila

2. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd., selaku Dekan I

3. Drs. Holilulloh, M.Si, selaku ketua Program Studi PKn sekaligus sebagai

Pembahas I

4. Dr. Adelina Hasyim, M.Pd, selaku Pembimbing I

5. Yunisca Nurmalisa, M.Pd, selaku Pembahas II dalam seminar.

6.

M. Mona Adha, S.Pd.,M.Pd, selaku Pembimbing II atas berkenannya

memberikan petunjuk, bimbingan, saran, kritik dan dukungannya,

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi PKn FKIP Unila


(8)

Pringsewu beserta guru dan staf tata usaha.

10. Seluruh rekan-rekan Mahasiswa S,1 dalam jabatan Program Studi PKn

Penelitian Tindakan Kelas ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya untuk itu

saran dan kritik yang sifatnya membangun penulis harapkan untuk kesempurnaan PTK

ini dan dapat dijadikan bahan perbaikan selanjutnya.

Semoga kebaikan bapak, ibu dan saudara sekalian bermafaat bagi banyak orang dan

menjadi bagian ibadah kita.

Bandar Lampung,

2011

Penulis,


(9)

viii

MOTTO

Amarah merasuk dalam dada, merusak hati dan harga diri

Apapun yang dikerjakan dalam keadaan amarah lebih merusak suasana

daripada membangun dan mendatangkan banyak manfaat

Berdiam diri jauh lebih bijak dari teriakan manapun

Kebenaran dan kebaikan tidak terukur tetapi diukur dan terukur, namun

tetap tidak terukur maka kita tetap bersyukur


(10)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua

: Adelina Hasyim, M,Pd

………

Sekretaris

: M. Mona Adha, S.Pd.,M.Pd

………

Penguji

Bukan Pembimbing

: Drs. Holilulloh, M.Si

………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si

NIP 131473400


(11)

vii

PERSEMBAHAN

Dalam rasa syukur, suka cita dan terima kasih Skripsi ini penulis persembahkan

untuk

Istri dan anak

Renata Nely Kusmorowati

Albertus Kurnia Indra Setiawan

Bapak dan Ibu tercinta

Program Studi PKn FKIP Unila

Keluarga Besar SMP Santo Thomas Totokarto Adiluwih Kab. Pringsewu

Teman-teman Mahasiswa S.1 Program Studi PKn


(12)

Judul

: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN

STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVISIONS

(STAD) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI

BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS VIII SMP

SANTO THOMAS TOTOKARTO ADILUWIH

SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN

2010/2011

Nama Mahasiswa

:

RAFAEL EKO SUPRIYONO

N P M

: 1013114002

JURUSAN

: Ilmu Pendidikan Pengetahuan Sosial

Program Studi

: Pendidikan Kewarganegaraan

Fakltas

: Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1 Komisi Pembimbing

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Adelina Hasyim, M.Pd

M. Mona Adha, S.Pd.,MPd

NIP 19531018 198112 2 001

NIP 19791117 200501 1 002

2. Mengetahui

Ketua Jurusan P.IPS

Ketua Program Studi PKn

Drs. Iskandar Syah, M.H.

Dr. Holilulloh, M. Si


(13)

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah Rafael Eko Supriyono, dilahirkan di Kutawaringin

Bandung Baru Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu Lampung,

Pada tanggal 28 Juli 1967. Penulis adalah putra sulung dengan

saudara empat.Dua perempuan dan dua laki-laki,dari pasangan Bapak

P.Patmowardoyo dengan Ibu Siti Srihani.

Pendidikan formal yang penulis tempuh adalah:

1. Sekolah Dasar Negeri 7 Bandung Baru Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu dari

tahun 1974 hingga tahun 1982

2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SMP Santo Thomas Totokarto Kecamatan Adluwih

Kabupaten Pringsewu dari tahun 1982-1985

3. Sekolah Menengah Atas SMA Xaverius Pringsewu Kabupaten Pringsewu dari tahun

1985-1988

4. Universitas Lampung program Diploma II dari tahun 1988-1990

5. Universitas Lampung program Diploma III dari tahun 1997-1998

Pada tahun 2010,penulis melanjutkan pendidikan dalam program S1 dalam jabatan di

Universitaas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Ilmu

Pengetahun Sosial Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dan

melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Santo Thomas Adiluwih

Kabupaten Pringsewu lampung


(14)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

1. Nama

: Rafael Eko Supriyono

2. NPM

: 1013114002

3. Program Studi

: PKn S1 dalam Jabatan

4. Jurusan/Fakultas

: Pendidikan IPS/FKIP Universitas Lampung

5. Alamat

: Jalan Raya Adiluwih Kutawaringin Kec. Adiluwih

Kab. Pringsewu

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan

untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebut

dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, September 2011

Rafael Eko Supriyono

NPM

1013114002


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar (UU SPN No.20 Tahun 2003 dalam Sagala,

2005). Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk

mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan

berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi

pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap

materi pembelajaran.

Menurut Bruner dalam Sagala, Syaiful (2005:35)

dalam pembelajaran

guru harus memahami materi pelajaran yang diajarkan sebagai suatu

pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa dan

memahami barbagai model pembelajaran yang dapat merangsang

kemampuan siswa untuk belajar dengan perencaan pengajaran yang

matang oleh guru. Oleh sebab itu diperlukan adanya teori pembelajaran

yang akan menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran yang

efektif dikelas

.

Kemajuan ilmu dan teknologi membawa pengaruh pada tuntutan mutu pendidikan

untuk mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Mutu

pendidikan dapat terwujud apabila proses belajar mengajar dapat berjalan secara

efektif, artinya proses belajar dapat berjalan lancar, terarah, dan sesuai dengan

tujuan pembelajaran.


(16)

Kriteria proses belajar mengajar yang efektif adalah :

1. Mampu mengembangkan konsep generalisasi, serta mampu mengubah

bahan ajar yang abstrak menjadi jelas dan nyata.

2. Mampu melayani gaya belajar dan kecepatan belajar peserta didik yang

berbeda-beda.

3. Mampu melayani perkembangan belajar peserta didik yang berbeda-beda.

4. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam pengajaran sehingga proses

belajar mengajar mampu mencapai tujuan sesuai dengan program yang

telah ditetapkan. Tabrani Rusyan (1989:8)

Pendidikan Dasar dan Menengah (SD dan SMP) sebagai jenjang pendidikan

pertama sangat menentukan bagi tujuan pendidikan, oleh karena itu dalam sistem

pendidikan nasional maka pendidikan dasar dan menengah mendapat perhatian

yang serius.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan suatu masyarakat dalam skala

kecil, sehingga gagasan untuk mewujudkan masyarakat madani perlu dilakukan

dalam tata kehidupan sekolah. Salah satu caranya adalah melalui Pendidikan

Kewarganegaraan yang dapat dipraktikkan sehari-hari dalam kehidupan peserta

didik sedini mungkin hingga kelak menjadi warga negara yang demokratis dan

bertanggungjawab.

Menurut kurikulum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM) guru

hendaknya menerapkan prinsip belajar aktif, artinya

pembelajaran yang

melibatkan siswa secara fisik, mental (pemikiran dan perasaan) dan sosial serta


(17)

3

sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Juga bertujuan untuk memperkenalkan

kehidupan masyarakat manusia secara sistematis.

Pendidikan Kewarganegaraan dalam konteks kurikulum persekolahan mempunyai

kedudukan yang amat penting dan strategis dalam rangka mengemban tugas

pembinaan terhadap warganegara Indonesia dalam upaya membentuk warganegara

yang cerdas. Konsekuensinya dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah

harus membantu siswa dalam mengembangkan potensi serta kompetensi yang

dimilikinya, baik potensi kognitif, afektif maupun perilaku dalam menghadapi

lingkungan hidupnya, baik fisik maupun lingkungan sosial-budayanya, sehingga

menjadi warganegara yang baik, yaitu warganegara demokratis yang sadar akan

hak dan kewajibannya. Dengan sadar akan hak dan kewajibanya maka seorang

warganegara diharapkan menjadi kritis, partisipatif dan bertanggungjawab.

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran wajib yang harus

ditempuh oleh peserta didik dimana mata pelajaran tersebut banyak memuat nilai

normatif daripada konsep, sehingga pendidik banyak menggunakan metode

ceramah. Setelah diberlakukannya kurikulum KTSP, maka mata pelajaran tersebut

banyak mengalami perubahan, dimana muatan materi yang terkandung didalamnya

juga banyak memuat konsep dan tidak lagi bersifat normatif.

Sekalipun banyak mengalami perubahan, tetapi pendekatan dan metode yang

dilakukan pendidik tidak mengalami perubahan, hal ini mungkin disebabkan

kebiasaan pendidik dalam memberikan materi pelajaran, sehingga tampak peserta

didik hanya secara pasif mendengarkan ceramah yang diberikan oleh pendidikan.


(18)

Permasalahan pengajaran SMP Santo Thomas Totokarto Adiluwih berdasarkan

pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 28 Juli 2011, bahwa

faktor-faktor kendala dalam pembelajaran di sekolah tersebut diantaranya adalah faktor-faktor

strategi pembelajaran, masih banyak guru yang menggunakan pendekatan atau

metode pembelajaran yang konvensional, sehingga pembelajaran terkesan

monoton, formalitas, karena didominasi oleh guru. Sedangkan pendekatan yang

melibatkan siswa dengan penggunaan metode diskusi kelompok cenderung kurang

terarah pada tujuan belajar bersama.

Beberapa permasalahan lain yang terjadi di SMP Santo Thomas Totokarto

Adiluwih, berdasarkan hasil wawancara kepada para guru mata pelajaran Pkn dan

siswa kelas VIII yang dilakukan penulis pada tanggal 10 Agustus 2011 adalah

sebagai berikut.

1. Kemampuan siswa bertanya dan kemampuan siswa mengemukakan pendapat

dalam pembelajaran kurang, indikasi siswa cenderung malu dan takut apabila

pendapatnya salah.

2. Respon siswa untuk menyimak pelajaran kurang, yang dikerjakan siswa

sebagian ada yang mengganggu temannya dan berbicara dengan teman.

3. Kemampuan siswa untuk memperhatikan penjelasan guru kurang, dan apabila

diberi waktu untuk bertanya tentang materi pelajaran yang belum jelas tidak

ada yang bertanya dan sebaliknya, apabila guru bertanya siswa belum dapat

menjawab dengan baik.

4. Prestasi belajar para siswa kelas VIII SMP Santo Thomas Totokarto Adiluwih

dalam mengikuti pembelajaran PKn rendah.


(19)

5

5. Guru terlalu mendominasi kelas sehingga kurang memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bertanya.

6. Siswa merasa takut dan malu jika pendapatnya salah.

7. Metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru selama ini belum tepat

sehingga menimbulkan dampak pada hasil prestasi belajar siswa.

Penggunaan metode pembelajaran yang tepat sangat diperlukan, karena siswa

dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas dalam proses pembelajaran. Dalam

upaya uji coba model pembelajaran STAD yang peneliti lakukan pada tanggal 10

Agustusi 2011 pada kelas VIII. Peneliti menyimpulkan bahwa STAD merupakan

suatu pendekatan kooperatif yang paling sederhana dan mudah untuk dilaksanakan

pada pembelajaran terutama bagi para guru yang baru menggunakannya.

Kesederhanaan ini nampak pada beberapa langkah kegiatan yang dilakukan dalam

model STAD yaitu guru menyampaikan materi pelajaran, dengan berdiskusi siswa

mengerjakan lembar kerja, dan secara individu siswa mengerjakan ulangan.

Kebiasaan yang sering dilakukan pendidik adalah menentukan bahan dan metode

pembelajaran, sedangkan siswa menerima begitu saja sehingga aktivitas siswa

terbatas hanya pada mendengarkan, mencatat, menjawab pertanyaan jika guru

mengajukan pertanyaan. Para siswa hanya bekerja karena atas perintah guru

menurut cara yang ditentukan guru, begitu juga cara berfikirnya menurut apa yang

sudah digariskan oleh guru.

Pembelajaran semacam ini membuat peserta didik menjadi pasif dan tidak

mendorong peserta didik untuk berfikir dan berkreatifitas karena yang banyak

berkreatifitas adalah guru dan guru dapat dengan bebas menentukan segala sesuatu


(20)

yang dikehendakinya. Hal semacam ini jelas tidak sesuai dengan hakekat peserta

didik selaku subjek belajar.

Sesuai dengan kenyataan yaitu kurangnya kualitas pembelajaran SMP Santo

Thomas Totokarto Adiluwih, maka penulis menganggap perlu melakukan

penelitian tindakan kelas di sekolah tersebut, guna meningkatkan kualitas

pembelajaran dan prestasi belajar mata pelajaran SMP Santo Thomas Totokarto

Adiluwih dengan memfokuskan pada pembelajaran kooperatif sistem STAD

(Student Teams Achievement Devision)

. Keunggulan sistem STAD adalah adanya

kerjasama dalam kelompok, dalam menentukan keberprestasian kelompok

tergantung keberprestasian individu, sehingga setiap anggota kelompok tidak dapat

menggantungkan pada anggota yang lain. Setiap siswa mendapat kesempatan

sama untuk menunjang timnya mendapat nilai yang maksimum sehingga

termotivasi untuk belajar. Dengan demikian setiap individu merasa mendapat

tugas dan tanggung jawab sendiri-sendiri.

B. Fokus Masalah dan Identifikasi Masalah

1. Fokus masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka fokus masalah dalam

penelitian tindakan ini adalah penggunaan model pembelajaran STAD

dalam meningkatkan Prestasi belajar PKn siswa Kelas VIII SMP Santo

Thomas Totokarto Adiluwih.


(21)

7

2. Identifikasi Masalah

a) Kemampuan siswa bertanya dan kemampuan siswa mengemukakan

pendapat dalam pembelajaran kurang, indikasi siswa cenderung malu

dan takut apabila pendapatnya salah

b) Respon siswa untuk menyimak pelajaran kurang, yang dikerjakan siswa

sebagian ada yang mengganggu temannya dan berbicara dengan teman

c) Kemampuan siswa untuk memperhatikan penjelasan guru kurang, dan

apabila diberi waktu untuk bertanya tentang materi pelajaran yang

belum jelas tidak ada yang bertanya dan sebaliknya, apabila guru

bertanya siswa belum dapat menjawab dengan baik

d) Prestasi belajar para siswa kelas VIII SMP Santo Thomas Totokarto

Adiluwih dalam mengikuti pembelajaran PKn rendah.

e) Guru terlalu mendominasi kelas sehingga kurang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

f) Siswa merasa takut dan malu jika pendapatnya salah.

g) Metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru selama ini belum tepat

sehingga menimbulkan dampak pada hasil prestasi belajar siswa

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas maka pembatasan

masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

1.

Bagaimana penerapan model pembelajaran

Student Teams Achievement

Deviation

STAD) dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran PKn

siswa kelas VIII Santo Thomas Totokarto Adiluwih tahun pelajaran

2010/2011?


(22)

2.

Bagaimana kontribusi model pembelajaran

Student Teams Achievement

Deviation

(STAD) terhadap prestasi belajar mata pelajaran PKn siswa

kelas VIII SMP Santo Thomas Totokarto Adiluwih tahun pelajaran

2010/2011?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

menjelaskan bahwa penggunaan sistem model pembelajaran STAD dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa.

E. Manfaat Penelitian

1. Teoritik

Untuk mengembangkan konsep-konsep pendidikan khususnya Pendidikan

Kewarganegaraan dalam kajian pembelajaran nilai moral Pancasila.

2. Bagi Guru

Dengan diadakannya penelitian ini akan memberikan sumbangan

pemikiran bagi guru mata pelajaran PKn dan umumnya guru bidang studi

yang lain tentang tingkat efektivitas penggunaan sistem STAD dalam mata

pelajaran SMP Santo Thomas Totokarto Adiluwih bagi peningkatan

prestasi belajar siswa.


(23)

9

3. Bagi Siswa

Prestasi penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa agar lebih mudah

dalam memahami materi pelajaran PKn SMP Santo Thomas Totokarto

Adiluwih dan dapat meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran

SMP Santo Thomas Totokarto Adiluwih.

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Ilmu

Ruang lingkup penelitian ini adalah ruang lingkup pendidikan ilmu

pendidikan khususnya dalam Pendidikan Kewarganegaraan dan kajian

pendidikan nilai moral Pancasila. Karena mencari solusi dalam proses

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang berisi penanaman nilai

moral kepada siswa.

2. Ruang Lingkup Objek Penelitian

Yang menjadi Objek dalam penelitian ini adalah model pembelajaran

kooperatif tipe

Student Teams Acievement Deviations

(STAD) dan prestasi

belajar..

3. Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Santo Thomas

Totokarto Adiluwih.

4. Ruang Lingkup Wilayah

Penelitian ini dilakukan di SMP Santo Thomas Totokarto Adiluwih.

5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini adalah sejak dikeluarkan surat izin penelitian

pendahuluan oleh Dekan FKIP Unila sampai dengan penelitian ini selesai.


(24)

KAJIAN PUSTAKA

A. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran

1. Teori Belajar

Belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku secara aktif, proses

mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang

diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman,

proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari.

Noehi Nasution (1998: 4) menyimpulkan bahwa belajar dalam arti luas

dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau

berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon

utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah baru itu

bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan

sementara karena sesuatu hal.

Sementara itu Muhibbin Syah (2008: 90-91) mengutip pendapat beberapa

pakar psikologi tentang definisi belajar, di antaranya adalah:

a. Skinner, seperti yang dikutip Barlow dalam bukunya

educational

Psychology : The Teaching-Learning Process,

berpendapat bahwa belajar

adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tinkah laku yang

berlangsung secara progresif

(a process of progressive behavior

adaptation)

. Berdasarkan eksperimennya, B.F. Skinner percaya bahwa

proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia

diberi penguat

(reinforce).

b. Chaplin dalam Dictionary

of Psychology

, memberikan batasan belajar

dengan dua rumusan. Rumusan pertama berbunyi :

…..

acquisition of any

relatively permanent change in behavior as a result of practice and

experience.

Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative

menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan kedua :

..

process of acquiring responses as a result of special practice,

belajar


(25)

11

adalah proses memperoleh respon-respon ebagai akibat adanya latihan

khusus.

c. Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory

berpendapat

Learning is change in organism due to experience which can

affect the organism’s behavior. Artinya, belajar adalah suatu perubahan

yang terjadi dalam diri organism (manusia dan hewan) disebabkan oleh

pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organism tersebut.

Jadi, dalam pandangan Hitzman, perubahan yang ditimbulkan oleh

pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi

organisme.

Bertolak dari berbagai definisi yang telah diuraikan para pakar tersebut,

secara umum belajar dapat dipahami sebagai suatu tahapan perubahan

seluruh tingkah laku inividu yang relatif menetap

(permanent)

sebagai hasil

pengalaman. Sehubungan dengan pengertian itu perlu ditegaskan sekali lagi

bahwa perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan

(maturation)

, keadaan gila, mabuk, lelah, dan jenuh tidak dapat dipandang

sebagai hasil proses belajar. Berdasarkan hal tersebut dapat diambil sebuah

kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku

individu yang relatif menetap

(permanent)

sebagai hasil atau akibat dari

pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses

kognitif, afektif dan psikomotor.

2. Teori Belajaran Konstruktivisme

Teori belajar konstruktivisme yang mendasari penelitian ini adalah teori yang

dikemukakan oleh

Piaget, Vygotsky dan Bruner.

Menurut Piaget

konstruktivisme adalah suatu pendekatan belajar yang mengarahkan paada

penemuan suatu konsep yang lahir dari pandangan dan gambaran serta


(26)

inisiatif peserta didik, melalui proses eksplorasi personal, diskusi dan

penulisan reflektif. Hanafiah (2009: 62).

Teori Piaget dalam Slavin (1994:45) pembelajaran lebih terpusat pada proses

berpikir atau proses mental, mengutamakan peran siswa berinisiatif sendiri

dan terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Teori Piaget dalam Dahar (1996: 159) memandang pengetahuan yang

dibangun dalam pikiran anak merupakan akibat dari interaksi secara aktif

dengan lingkungannya melalui proses asimilasi (penyerapan setiap informasi

baru ke dalam pikirannya) dan proses akomodasi (kemampuan menyusun

kembali struktur pikirannya karena ada informasi baru yang diterimanya).

Vygotsky dalam Slavin (1994:49) mengatakan bahwa proses belajar tak bisa

lepas dari pengaruh lingkungan sekitarnya, hal ini disebabkan karena

perkembangan intelektual seorang anak dipengaruhi oleh faktor sosial

(lingkungannya).

Bruner dalam Dahar (1996: 01) yang mengemukakan bahwa belajar adalah

proses kognitif dan melibatkan tiga proses lainnya yang berlangsung secara

bersamaan. Ketiga proses tersebut adalah memperoleh informasi baru,

transformasi informasi, menguji relevansi serta ketepatan pengetahuan.

Disamping itu Bruner juga mengemukakan kaidah-kaidah atau dalil yang

berkaitan dengan pengajaran matematika. Dalil-dalil tersebut adalah dalil

penyusunan (

construction theorem),

dalil notasi (

notation theorem),

dalil


(27)

13

pengkontrasan dan keanekaragaman (

contrast and variation theorem),

dan

dalil pengaitan (

connectivity theorem).

Pembelajaran seperti halnya teknologi, dibangun atas dasar teori atau prinsip

tertentu. Pembelajaran kooperatif dibangun atas dasar teori konstruktivitas

sosial. Perkembangan pemikiran merupakan proses sosial sejak lahir.

Kegiatan belajar adalah kegiatan aktif siswa menemukan sesuatu dan

membangun sendiri. Anak dibantu oleh orang lain (baik orang biasa maupun

teman sebaya dalam kelompok) yang lebih kompeten didalam ketrampilan

dan teknologi dalam kebudayaannya. Dengan bantuan orang dewasa atau

teman sebaya yang memiliki

kemampuan lebih, maka pemahaman

kemampuannya akan meningkat. Suparno (2001: 11)

3. Teori Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata "ajar" yang mendapat awalan "ber" sehingga

terjadi kata pembelajaran. Dalam proses selanjutnya, bentuk baru ini

mendapat awalan "pe" dan akhiran "an" yang berarti kata benda abstrak dari

kata kerja asal. J.S. Badudu dan Sultan Muhammad Zain (1996:1092).

Melihat dari arti menurut asal kata di atas, maka dapat dikemukakan tentang

pengertian pembelajaran itu sendiri. Mengenai ini, ada beberapa orang ahli

berpendapat yang berbeda, di antaranya:

a. Pembelajaran berasal dari bahasa Asing, yaitu

instruction

yang

diterjemahkan menjadi "pembelajaran atau pengajaran" dan "bahan

intruksi". Bertolak dari konsep tersebut, istilah "sistem instruksional"


(28)

digunakan untuk menunjukkan suatu "proses belajar mengajar" atau

"proses pengajaran" atau lebih tepat lagi proses pembelajaran. Harjanto

(1996:52)

b. "Proses pengajaran adalah berjalannya suatu pengajaran dengan suatu

susunan dari beberapa bagian dari suatu bahan pelajaran yang merupakan

satu kesatuan yang berhubung-hubungan". Chalijah Hasan (1994:107).

Oemar Hamalik (1999:57) mengatakan bahwa "pembelajaran adalah suatu

kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,

perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai

tujuan pembelajaran".

Berdasarkan

beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah suatu kegiatan yang melibatkan guru, siswa dan

komponen lainnya dalam proses pembelajaran yang saling mempengaruhi

satu sama lain dalam rangka tercapainya tujuan pembelajaran yang telah

dirumuskan.

Adanya komponen-

komponen pembelajaran di atas, maka “seorang guru

kiranya mampu memungkinkan terciptanya situasi yang tepat, sehingga

memu

ngkinkan pula terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan efisien”


(29)

15

B. Konsep Belajar

Berdasarkan pengertian diatas maka konsep belajar adalah rencana/ pandangan

untuk mengabtraksikan perubahan tingkah laku seseorang atau sekelompok besar

orang melalui suatu pengalaman dan latihan. Konsep belajar merupakan

komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan

interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi).

Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu

menggunakan kemampuan pada ranah-ranah:

a. Kognitif

yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan,

penalaran atau pikiran terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman,

penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

b. Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan

reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori

penerimaan, partisipasi, penilaian sikap, organisasi dan pembentukan pola

hidup.

c. Psikomotorik

yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan

jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan

terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.

(http://pkab.wordpress.com/2008/06/24/konsep-belajar-dalam-dunia-pendidikan/)

Penjelasan di atas selanjutnya dijabarkan oleh Benjamin Bloom dalam Endang

Kandar, http://endang965.wordpress.com (1956) menjadi tiga kawasan (dominan)

yaitu : ”domain kognitif mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan

yang terdiri atas 6 macam kemampuan yang disusun secara hierarki dari yang

paling sederhana sampai yang paling kompleks yaitu pengetahuan, pemahaman,

penerapan, analisis, sintesis dan penilaian; domain afektif mencakup


(30)

kemampuan-kemapuan emosional dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi

lima macam kemampuan emosional disusun secara hirarki yaitu kesadaran,

partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai, dan karakterisasi diri;

domain psikomotor yaitu kemampuan-kemampuan motorik menggiatkan dan

mengkoordinasikan gerakan terdiri dari : gerakan refleks, gerakan dasar,

kemampuan perseptual, kemampuan jasmani, gerakan terlatih, dan komunikasi

nondiskursif”.

Konsep belajar harus memperhatikan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik

siswa agar pembelajaran yang dilaksanakan mendapat prestasi yang maksimal

yaitu perubahan struktural yang saling melengkapi antara asimilasi dan akomodasi

dalam proses menyusun kembali dan mengubah apa yang telah diketahui melalui

belajar

C. Pendekatan Pembelajaran dalam Pengelolaan Kelas

Dalam konteks proses pembelajaran pengelolaan kelas merupakan

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan dan mempertahankan

kondisi yang optimal untuk membelajarkan subjek didik. Yang dimaksud dengan

berbagai kegiatan disini adalah “kegiatan pengelolaan (managerial

), bukan

kegiatan pengajaran (

instructional

) yang dengan sengaja diciptakan agar proses

belajar mengajar dapat berprestasi dengan baik mencapai tujuan pembelajaran”

.

Hermer (1991 : 235).

Ada lima pendekatan dalam pengelolaan kelas yang dapat diseleksi untuk

diterapkan dalam proses belajar mengajar Yan Piter (2000 : 14), yaitu :


(31)

17

1. Pendekatan otoriter ; seperangkat kegiatan guru untuk menegakkan dan

memelihara peraturan-peraturan melalui disiplin yang ketat. Guru yang

menganut pendekatan ini pada umumnya menganggap apa yang ia katakan

atau ajarkan adalah benar, sedangkan siswa kurang diberi kesempatan

untuk mengembangkan ide.

2. Pendekatan permisif ; seperangkat kegiatan guru membantu siswa

memaksimalkan kebebasannya untuk menentukan apa yang akan

dipelajari, kapan ia mempelajari, dimana ia akan mempelajari, dan

bagaimana ia akan mempelajari

3. Pendekatan tingkah laku ; seperangkat kegiatan guru untuk mendorong

berkembangnya tingkah laku siswa yang tepat dan mengeleminir tingkah

laku siswa yang kurang sesuai.

4. Pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional yang positif; seperangkat

kegiatan oleh guru untuk mengembangkan hubungan antar personal yang

baik dan mengembangkan suasana yang menunjang terciptanya hubungan

sosio-emosional yang positif.

1. Pendekatan proses kelompok; seperangkat kegiatan oleh guru untuk

memantapkan dan memelihara suatu organisasi kelas yang efektif.

Penelitian ini hanya akan melihat tingkat efektivitas pendekatan proses kelompok

dengan menggunakan sistem STAD sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar

siswa dalam mata pelajaran SMP Santo Thomas Totokarto Adiluwih.


(32)

D. Konsep Metode Pembelajaran

Kelangsungan proses pembelajaran di sekolah ditentukan oleh banyaknya faktor

yang mendukung dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Salah satu faktor yang

menentukan adalah bagaimana seorang guru mengadakan interaksi dalam proses

belajar mengajar di kelas. Dengan menggunakan metode yang tepat akan

membuat pemahaman siswa terhadap materi pengajaran secara baik dan optimal.

Oleh sebab itu, seorang guru harus dapat memilih dan malaksanakan metode yang

tepat dalam menyampaikan materi pengajaran sehingga suasana kelas akan lebih

hidup dan menimbulkan motivasi belajar pada siswanya.

Berkaitan dengan metode mangajar, Udin. S. Winataputra mendefinisikan

mengajar sebagai berikut ;

Metode mengajar merupakan kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi pengajaran para guru dalam

merencanakan dan melaksanakan belajar mengajar didalam kelas. (Udin.

S. Winataputra. 1992. 162)

Dengan demikian, proses belajar mengajar mengacu kepada rancangan yang telah

direncanakan didalam fungsinya untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Interaksi dalam proses belajar mengajar seorang guru berperan sebagai penggerak

atau pembimbing., sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang

dibimbing. Proses belajar mengajar menuntut siswa untuk belajar lebih aktif dan

keatif didalam mengajar yang dilaksanakan harus dapat mengurangi dominasi

guru. Untuk itu hendaknya seorang guru harus mampu menjalankan tugasnya

dengan baik sehingga proses belajar mengajar akan berjalan optimal apabila

siswa aktif dalam proses belajar mengajar.


(33)

19

E. Pembelajaran Kooperatif

(Cooperative Learning)

Banyak guru telah melaksanakan metode belajar berkelompok, dengan membagi

para siswa dan memberikan tugas kelompok. Namun prestasi kegiatannya tidak

seperti yang diharapkan. Siswa tidak memanfaatkan kegiatan tersebut dengan baik

dan kreatif untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mereka. Para siswa

tidak dapat bekerja sama secara efektif dalam kelompok, memboroskan waktu

dengan bermain, bergurau, duduk diam, bahkan ada kalanya siswa memanfaatkan

kesempatan ini untuk mengerjakan tugas mata pelajaran yang lainnya. Pada waktu

yang sama ada beberapa siswa mendominasi kelompoknya.

Keinginan para guru untuk mengaktifkan siswa sangat baik, untuk itu guru dapat

menerapkan model pembelajaran kooperatif atau

cooperative learning

yang tidak

sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Pelaksanaan prosedur

cooperative

learning

dengan benar akan meningkatkan guru mengelola kelas dengan efektif.

Ada tiga pengertian yang penulis paparkan mengenai

cooperative learning

menyatakan bahwa:

“ Cooperative learning is a structured, systematic

instructional strategy in which small groups work together toward a common

goa

l.

Artinya Pembelajaran kooperatif adalah strategi, pembelajaran terstruktur

sistematis di mana kelompok-kelompok kecil bekerja bersama menuju tujuan

bersama. James L. Cooper, dkk (2002)

,

(http :// www . geogle /cooperative.com).

Mary E. Haas dan Cyntya Szymansky Sunal (1993:159) menyatakan bahwa:

cooperative learning is an approach or a set of strategies speciality designed to,

encourage students cooperative while learning“

artinya pembelajaran kooperatif


(34)

adalah suatu pendekatan atau suatu strategi khusus yang dirancang untuk,

mendorong siswa lebih kooperatif ketika belajar. Sedangkan Kennes menyebutkan

bahwa

:” Cooperative Learning is a successful strategy in which small team, each

with student of levels of ability, use a variety of learning activities to improve

their understanding of a subject”

artinya pembelajaran kooperatif adalah strategi

sukses di dalam tim kecil, masing-masing murid dengan tingkat kemampuan

sama, menggunakan berbagai kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman

mereka tentang subjek

.

(http://www.amazon.com).

Tidak ada perbedaan pokok dari ketiga pengertian mengenai

cooperative learning

di atas. Ketiga definisi mengenai

cooperative learning

makin mempertegas

pengertian kita mengenai inti dari pembelajaran kooperatif yaitu adanya suatu

kerja sama kelompok yang saling menunjang untuk keberprestasian individu dan

kelompoknya. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong

untuk bekerja sama pada tugas dan mereka menkoordinasikan usaha untuk

menyelesaikan tugasnya. Dalam penerapan setiap siswa saling tergantung satu

sama lain untuk mencapai penghargaan bersama. Agar dalam bekerja sama

menjadi lebih produktif Kennes mengajukan lima unsur dasar pembelajaran

kooperatif yaitu :

1). Saling tergantung Positif

( Positive Interdepence )

Saling ketergantungan positif adalah hubungan yang saling membutuhkan

sehingga memungkinkan antar siswa saling memberikan motivasi untuk meraih

prestasi belajar yang lebih optimal.


(35)

21

Para siswa pada setiap kelompok bertemu maka berdialog dan berdiskusi sehingga

siswa diberi kesempatan untuk saling mengenal, menerima satu sama lain dalam

kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.

3) Tanggungjawab Kelompok dan Individu

( Individual and Group

Accountability )

Pada pembelajaran kooperatif masing-masing individu mempertanggungjawabkan

prestasi belajarnya dan bagi salah satu anggota kelompoknya yang sudah

menguasai materi pembelajaran maka dia memberikan pelajaran kepada anggota

kelompoknya.

4) Hubungan interpersonal dan

Small-Group Skills

Unsur ini menghendaki agar para siswa dibekali keterampilan berkomunikasi dan

ketrampilan sosial antara lain : keahlian mendengarkan, berbicara, tenggang rasa,

sopan terhadap teman, mempertahankan pemikiran logis, mandiri, dan berbagai

sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi.

5) Proses Kelompok

Semua anggota kelompok berdiskusi untuk memecahkan masalah secara

bersama

sama. Dan mendiskusikan bagaimana cara membantu salah satu anggota

kelompok yang belum mampu menguasai pelajaran. Dalam proses ini anggota

kelompok juga membuat keputusan mengenai perilaku apa yang perlu

dipertahankan atau dirubah. Oleh karena itu untuk mewujudkan tujuan yang

berhak dicapai maka guru menyusun suatu perencanaan dan keputusan yang

dibutuhkan agar penggunaan pembelajaran kooperatif.


(36)

F. Pembelajaran Kooperatif Model STAD

Dalam

Jurnal of education

McKenney, dkk ( 2002;7 ) memberikan pernyataan

mengenai pembelajaran kooperatif (

cooperative learning

) sebagai berikut :

STAD ( Student Teams Achievement Division ).

Dalam tehnik pembelajaran

kooperatif ini, siswa menerima informasi melalui: ceramah, film, bacaan,

dansebagainya. Kemudian menerima worksheet untuk menyelesaikan

dalam empat kelompok. Kelompok, dibentuk oleh tenaga pengajar yang

bersifat heterogen, yang mengelompokan berdasarkan prestasi, ras, jenis

kelamin, bahasa, latar belakang, dan faktor lain yang ditentukan

oleh tenaga pengajar.

Pernyataan di atas menyebutkan langkah

langkah pembelajaran STAD. Di

samping itu Slavin ( 1990;71) menyatakan bahwa : “

STAD adalah salah satu

model paling sederhana dari semua metode belajar kooperatif, dan merupakan

model awal yang baik”..

Berdasarkan dua keterangan ini maka dapat disimpulkan model pembelajran

STAD merupakan suatu pendekatan kooperatif yang paling sederhana dan mudah

untuk dilaksanakan pada pembelajaran terutama bagi para guru yang baru

menggunakannya. Kesederhanaan ini nampak pada beberapa langkah kegiatan

yang dilakukan dalam model STAD yaitu guru menyampaikan materi pelajaran,

dengan berdiskusi siswa mengerjakan lembar kerja, dan secara individu siswa

mengerjakan ulangan. Selanjutnya Slavin (1990;71) memberi ketegasan mengenai

5 komponen yang dilakukan pada pembelajaran kooperatif model STAD, yaitu :

1) Presentasi Kelas

Presentasi kelas dilakukan oleh guru. Bentuknya berupa pemberian penyajian

materi pelajaran dengan cara berceramah. Pada tahapan ini siswa dikondisikan


(37)

23

supaya memperhatikan presentasi karena hal ini akan membantu siswa saat

mengerjakan ulangan.

2) Belajar Kelompok

Kelompok terdiri atas 4 atau 5 siswa dengan memperhatikan perbedaan individu

seperti tingkat kemampuan, jenis kelamin, kecepatan belajar, sosial budaya atau

latar belakangnya. Setelah guru menyampaikan materi pelajaran, selanjutnya para

siswa melakukan tugas kelompok. Para siswa mendiskusikan permasalahan

bersama

sama membandingkan jawaban dan mengoreksi kesalah pahaman bila

mana kawan satu kelompok ada yang salah mengira. Peran guru pada tahapan ini

adalah “or teachers w

ho are new to the cooperative approach”

mengarahkan pada

anggota kelompok untuk melakukan yang terbaik bagi anggota kelompoknya dan

untuk kelompok memberikan yang terbaik bagi anggotanya.

3) Kuis

Setelah kurang lebih satu atau dua periode presentasi dan belajar kelompok,

siswa diberi pertanyaan individu dalam bentuk ulangan. Pada tahapan ini para

siswa tidak diijinkan untuk melakukan kerja sama.

4) Peningkatan Skor Individu

Peningkatan skor merupakan poin yang diperoleh berdasarkan skor kuis yang

melebihi skor dasar atas prestasi sebelumnya.

5) Penghargaan Kelompok

Kelompok yang telah berprestasi diberi penghargaan. Pemberian penghargaan ini

berdasarkan kriteria dari perolehan skor rata-rata masing-masing kelompok.

Apabila dianalisis masing-masing komponen yang terdapat pada model STAD

yang diungkapkan Slavin nampak adanya proses belajar yang dilakukan siswa.


(38)

Dengan menerapkan model STAD pada pembelajaran PKn tentu akan membentuk

pengalaman belajar pada diri siswa.

Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Model STAD

Pada pembelajaran kooperatif model STAD dikelompokkan menjadi 2 tahap,

yaitu tahap persiapan dan proses. Untuk memperjelas pemahaman kita kiranya

kedua tahapan inin dapat dijabarkan berikut ini :

1) Persiapan

Persiapan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sebelum proses dimulai.

Persiapan dalam pembelajaran ini termasuk diantaranya menentukan materi,

menugaskan siswa untuk membentuk kelompok dan menentukan skor prestasi

awal.

a) Materi

Yang dipersiapkan dalam pembelajaran adalah materi yang dirancang oleh guru

dan diwujudkan dalam lembar kerja siswa.

b) Menugaskan Siswa untuk Membentuk Kelompok

Memberi tugas kepada siswa untuk membuat kelompok dengan komposisi

anggota beragam. Salah satu tujuannya agar terjadi distribusi siswa secara merata

dengan harapan siswa tersebut dapat memberikan bantuan bimbingan kepada

teman lain yang tergabung dalam kelompoknya.

c) Menentukan Skor Prestasi Awal

Prestasi awal adalah prestasi yang diperoleh dari ulangan sebelumnya. Jika

sebelum melakukan model pembelajaran STAD guru telah melakukan ulangan

sebanyak 3 kali maka dasar prestasi awal ini adalah untuk mengukur peningkatan

prestasi individu dan kelompok.


(39)

25

2) Proses Pembelajaran STAD

a). Mengajar

STAD dimulai dengan presentasi verbal/teks. Waktunya 1-2 jam pelajaran,

meliputi pembukaan, pengembangan dan latiahan terbimbing

(1) Pembukaan

(a) Menjelaskan kepada siswa apa yang akan dipelajari.

(b) Menjelaskan kepada siswa bekerja dalam kelompok menemukan konsep

(d) pemahaman.

(e) Cara singkat mengulas beberapa apersepsi dan informasi.

(2) Pengembangan

(a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

(b) Fokuskan pada makna belajar bukan hafalan

(c) Mengukur tingkat pemahaman siswa

(d) Mendemontrasikan konsep secara aktif dengan alat bantu dan banyak

contoh

(3) Latihan Terbimbing

(a) Siswa menyelesaikan lembar kerja.

(b) Panggilah siswa secara acak

Melihat situasi yang demikian, sistem STAD diharapkan mampu memecahkan

masalah ini dengan mengadakan penelitian tindakan kelas. Dengan harapan proses

belajar mengajar SMP Santo Thomas Totokarto Adiluwih di kelas tidak lagi

berjalan secara monoton, ditemukan strategi pembelajaran yang tepat, kualitas

pembelajaran SMP Santo Thomas Totokarto Adiluwih meningkat, dan prestasi

siswa untuk pembelajaran SMP Santo Thomas Totokarto Adiluwih meningkat.


(40)

F.

Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan tujuan utama dari pengkonsepan pembelajaran.

Dengan memperhatikan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik pengkonsepan

pembelajaran diharapkan mampu menciptakan prestasi belajar yang baik bagi

siswa. ”

Prestasi belajar merupakan bukti keberprestasian yang telah dicapai oleh

seseorang” (Winkel, 1996: 226). Maka prestasi belajar merupakan prestasi

maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha

belajar. Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993 : 77) mengemukakan bahwa,

”Prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah

melaksanakan usaha-

usaha belajar”.

Prestasi belajar di bidang pendidikan merupakan prestasi dari pengukuran

terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor

setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan

instrumen tes atau instrumen yang relevan. Selanjutnya, menurut S. Nasution

(1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang d

alam

berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila

memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya

dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi

target dalam ketiga kriteria ters

ebut.”

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar adalah prestasi pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan

dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan Prestasi yang

sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan


(41)

27

Prestasi dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif,

afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan

menggunakan instrumen tes yang relevan.

Prestasi belajar merupakan wujud dari prestasi pembelajaran yang secara

maksimal yang diukur dengan tingkat ketuntasan belajar. Prestasi belajar

diperoleh bila nilai melebihi standar kelulusan. Namun, bila nilai yang diperoleh

siswa dibawah standar kelulusan maka siswa tersebut wajib mengikuti

pembelajaran remedial untuk dapat mencapai tingkat ketuntasan.


(42)

A. Pendekatan Penelitian Tindakan Kelas

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas.

Penelitian ini berusaha mengkaji, merefleksikan secara kritis dan kolaboratif suatu

rencana pembelajaran terhadap kinerja guru serta interaksi antara guru dan siswa.

Penelitian tindakan kelas atau biasa disebut dengan class room active research

ialah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar sebuah tindakan yang sengaja

dimunculkan dan terjadi dalam kelas secara bersama (Suharsimi Arikunto,

2007:3).

Penelitian ini dilakukan untuk menemukan suatu jawaban atas adanya masalah

yang dihadapi guru dalam menerapkan metode pembelajaran STAD dalam rangka

meningkatkan prestasi belajar siswa

B. Objek Tindakan

Objek dari penelitian tindakan kelas ini adalah model pembelajaran dengan sistem

STAD (

Student Teams Achievement Devision

). Kemudian objek yang kedua

adalah masalah prestasi belajar siswa yang merupakan masalah pokok dalam

penelitian tindakan ini. Penggunaan model pembelajaran sistem STAD dengan

ini dipergunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.


(43)

29

C. Setting/Lokasi/Subjek Penelitian

Penelitian tindakan ini dilaksanakan di kelas VIII yang rata-rata prestasi belajar

PKn di SMP Santo Thomas Totokarto Adiluwih kurang baik. Penelitian

dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran sistem STAD.

Adapun lokasi atau tempat dilaksanakannya penelitian tindakan ini adalah SMP

Santo Thomas Totokarto Adiluwih. Sedangkan yang menjadi subjek penelitian

tindakan ini adalah siswa kelas VIII.

D. Operasionalisasi Tindakan

1.

Model pembelajaran STAD merupakan suatu pendekatan Kooperatif yang

paling sederhana dan mudah untuk dilaksanakan pada pembelajran

terutama bagi para guru yang beru menggunakannya. Kesederhanaan ini

Nampak pada beberapa langkah kegiatan yang dilakukan dalam model

STAD yaitu presentasi kelas, belajar kelompok, kuis, peningkatan skor

individu dan penghargaan kelompok..

2.

Prestasi belajar adalah prestasi pengukuran dari penilaian usaha belajar

yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang

menceritakan Prestasi yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode

tertentu. Prestasi belajar merupakan prestasi dari pengukuran terhadap

peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah

mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan

instrumen tes yang relevan.


(44)

E. Prosedur PTK (penelitian tindakan kelas)

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang bersifat siklus dan

terdiri dari empat rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang.

Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu

(a)

planing

,

(b)

acting,

(c) observasing, dan

(d)

reflecting

,

Dalam satu siklus terdapat empat tahapan. Sesudah suatu siklus selesai, khususnya

sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang

dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri. Demikian seterusnya. Sesuai dengan

model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc.Taggart dalam

Arikunto (2006:16)

Penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi 3 siklus, setiap siklus terdiri dari

suatu kompetensi dasar yang terdiri dari 3 kali pertemuan, dan setiap satu

kompetensi dasar selesai akan diadakan tes formatif untuk mengetahui tingkat

pemahaman siswa pada materi pokok tersebut serta dilakukan observasi untuk

melihat aktivitas siswa dalam pembelajaran melalui penerapan model

pembelajaran STAD.

Rangkaian rencana penelitian tindakan dalam pebelitian ini dapat digambarkan

sebagai berikut.


(45)

31

1. Gambar 3.1. Spiral Penelitian Tindakan Kelas

Perencanaan

Refleksi

SIKLUS I

Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan

Refleksi

SIKLUS II

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan

SIKLUS III

Pengamatan

Refleksi


(46)

2. Rencana Penelitian Dalam Satu Siklus

1. Perencanaan

Kegiatan dalam perencanaan meliputi :

-

mendiskusikan dan menerapkan rancangan pembelajaran yang akan

diterapkan di kelas sebagai tindakan dalam siklus I

-

menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan metode

pembelajaran

STAD

sesuai dengan materi yang telah ditetapkan

-

menyusun lembar kegiatan yang akan diberikan kepada siswa pada

saat belajar dalam kelompok

-

mempersiapkan lembar observasi dan catatan lapangan

-

mempersiapkan lembar kerja siswa

2. Pelaksanaan

Kegiatan ini berupa penerapan kegiatan pembelajaran yang telah disusun

dalam rencana pembelajaran. Adapun urutan kegiatan secara garis besar

adalah presentasi kelas, belajar kelompok, kuis, peningkatan skor individu

dan penghargaan kelompok

3. Pengamatan Observasi

Pengamatan adalah kegiatan mendokumentasikan segala sesuatu yang

berkitan

dengan

pelaksanaan.

Pengamatan

dilakukan

denagn

menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan peneliti.


(47)

33

Refleksi adalah

kegiatan menganalisis, memahami dan membuat

berdasarkan hasil pengamatan dan catatan lapangan. Refleksi dilakukan

dengan mengamati hasil tes dan observasi serta menetukan perkembangan

kemajuan dan kelemahan yang terjadi sebagai dasar perbaikan pada siklus

berikutnya.

Implikasi :

Sebagai implikasi dari kekurangan yang nampak pada siswa yang terdapat

pada siklus I, maka menjadi bahan untuk mengetahui tahapan pada siklus

selanjutnya.

F. Teknik Pengumpulan Data

Salah satu cara untuk melengkapi penelitian ini dengan menggunakan teknik

pengumpulan data, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lengkap

yang nantinya dapat mendukung keberhasilan penelitian.

Usaha dalam pengumpulan data penelitian ini, maka digunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut :

1. Teknik Pokok

a. Hasil Prestasi Belajar

Tes disajikan dalam bentuk diskusi antar kelompok.

Tes ini diadakan

setiap akhir siklus, setelah 1 atau 2 kali pertemuan kelompok, untuk

mengetahui prestasi belajar siswa. Untuk mengetahui prestasi belajar

siswa tersebut dapat dilihat dari jumlah point-point yang diperoleh setiap

anggota kelompok.


(48)

b. Observasi

Penulis melakukan observasi terhadap proses pembelajaran yang

dilakukan oleh guru berdasarkan skenario model pembelajaran yang telah

disiapkan penelitian.

c. Angket

Angket digunakan untuk mendapatkan data tentang prestasi belajar siswa

terhadap metode pembelajaran STAD. Mencocokkan data dengan rencana

tindakan yang akan dilakukan. Penilaian terhadap hasil prestasi belajar

siswa dalam penelitian menggunakan skala bertingkat dengan rentangan

spesifikasinya sebagai berikut :

1. jika siswa memilih jawaban A yang digolongkan baik diberi skor 3.

2. jika siswa memilih jawaban A yang digolongkan sedang diberi skor 2.

3. jika siswa memilih jawaban A yang digolongkan rendah diberi skor 1.

2. Teknik Penunjang

a. Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data-data primer yang

berupa data jumlah siswa, profil sekolah, dan aktivitas belajar siswa.

G. Teknik Analisis Data

1. Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari hasil prestasi belajar siswa, dimana siswa dibagi

dalam beberapa kelompok. Dalam hal ini, data kualitatif menggunakan metode


(49)

35

focus group discussion

, di mana setiap kelompok diberikan pertanyaan yang

telah dibuat oleh peneliti sesuai dengan materi yang diberikan.

Focus Group

Discussion

adalah suatu metode riset yang oleh Irwanto (1981:1) didefinisikan

sebagi suatu proses pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan

tertentu

yang

sangat

spesifik

melalui

diskusi

kelompok.

(http://uzairsuhaimi.files.wordpress.com/2009/11/focus-groupdiscussion2.pdf)

Setiap siswa diamati prestasinya secara klasikal dalam setiap pertemuan

dengan memberi tanda

checklist

(

√ ) pada lembar observasi yang telah

disediakan sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. Indikator siswa

dikatakan berprestasi jika lebih dari atau sama dengan 65% frekuensi yang

ditetapkan perindikator dilakukan siswa. Setelah selesai diobservasi dihitung

hasil prestasi yang dilakukan siswa, lalu dipersentasekan.

a. Menentukan persentase prestasi belajar yang dilakukan siswa dengan

menggunakan rumus :

% 100

% X

n N

H

(diadopsi dari Muh. Ali, 1993: 186)

Keterangan:

%

H

: Persentase Prestasi siswa

N

: Jumlah nilai

n

: Jumlah tes

Data pada siklus I dan II diolah menjadi persentase prestasi siswa. Seorang

siswa dikategorikan meningkat hasil prestasi belajarnya apabila minimal 65%

dari hasil prestasi belajar siswa telah meningkat.


(50)

b. Menentukan persentase hasil prestasi belajar dengan menggunakan rumus :

T N

H  

%

x 100% (diadopsi dari Muh. Ali, 1993: 186)

Keterangan:

%H

= Persentase Hasil prestasi belajar

N

= Jumlah nilai

T

= Jumlah tes

2. Data Kuantitatif

Untuk mengetahui prestasi belajar siswa setelah diterapkan model

pembelajaran STAD diambil dari tes kapada siswa setelah pembelajaran.


(51)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

KESIMPULAN

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar yang direncanakan sebagai proses belajar yang

direncanakan oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat

meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan

konstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik

terhadap materi pembelajaran. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa

pengaruh pada tuntutan mutu pendidikan untuk mampu menghasilkan sumber daya

manusia yang berkualias. Maka diperlukan proses belajar mengajar yang dapat berjalan

secara efektif. Oleh sebab itu pendidikan harus mengacu pada kurikulum, silabus,

standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Dalam pelaksanaannya dan dalam pengembangannya berdasar pada konsep-konsep

belajar untuk mencapai kemampuan pada ranah-ranah kognitif, afektif dan

psikomotorik. Oleh sebab itu dilakukan pendekatan dan model-model pembelajaran.

Model pembelajaran STAD merupakan suatu pendekatan kooperatif yang sederhana dan

mudah untuk dilaksanakan pada pembelajaran sehingga melalui penggunaan model

pembelajaran STAD prestasi belajar siswa meningkat.


(52)

B. Saran dan Tindak Lanjut

Setelah menerapkan model pembelajaran STAD ternyata ada perubahan di dalam diri

siswa dan kesadaran bahwa keberhasilan pendidikan harus diusahakan sendiri melalui

proses mencari dan menemukan dengan sendiri sehingga kemampuan kognitif, afektif

dan psikomotorik berjalan seimbang maka prestasi meningkat.

Maka penggunaan model STAD sangat mendukung untuk peningkatan prestasi belajar

siswa karena dalam pendekatan ini siswa diberi kebebasan untuk berkreasi, berimajinasi

yang akhirnya menimbulkan motivasi bahwa mereka dan keberhasilannya dalam belajar

ditentukan oleh kreatifitas siswa itu sendiri.

i. Bagi Siswa

Prestasi penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa agar lebih mudah dalam

memahami materi pelajaran PKn SMP Santo Thomas Totokarto Adiluwih dan

dapat meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran SMP Santo Thomas

Totokarto Adiluwih.

ii. Bagi guru

Dengan diadakannya penelitian ini akan memberikan sumbangan pemikiran bagi

guru mata pelajaran PKn dan umumnya guru bidang studi yang lain tentang

tingkat efektivitas penggunaan sistem STAD dalam mata pelajaran SMP Santo

Thomas Totokarto Adiluwih bagi peningkatan prestasi belajar siswa.


(53)

66

iii. Bagi Sekolah

Pembelajaran yang menarik dan disukai siswa untuk dapat mengembangkan

kepribadian yang pada gilirannya terjun di masyarakat ternyata metode STAD

sangat membantu

iv. Bagi Diknas

Dalam penentuan SK dan KD hendaknya mengacu kepada nilai-nilai hidup dan

falsafah bangsa yaitu Pancasila yang tidak sarat dengan muatan politik dan

kepentingan golongan tetapi mengacu kepada kepentingan nasional sebagai satu

keluarga besar bangsa Indonesia agar sistim pendidikan tidak mudah untuk

kepentingan golongan.

v. Bagi Kepentingan Kemendiknas

Seyogyanya dibuat SK dan KD yang terumus secara baku di dalam kurikulum,

silabus dan buku-buku yang menjadi baik buku pegangan guru maupun


(54)

Anggota IKAPI, 1996,

lembar Kegiatan Siswa (LKS) Mata Pelajaran

Geogerafi kelas II cawu III

, penerbit Edumedia, Surabaya.

Arikunto, Suharsimi. 2001.

Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan

. Jakarta: Bumi

Aksara

Bambang Purnomo, 1991,

Cara Belajar Siswa Aktif

, penerbit Tiga Serangkai,

Solo.

Depdikbud, 1995,

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

, Jakarta.

Depdikbud, 1983,

Petunjuk Penyelengaraan Administrasi Sekolah

, Jakarta.

Depdikbud, 1994,

Kurikulum Sekolah Menengah Umum

, Jakarta

Hanafiah, Nanang. 2009.

Konsep Strategi Pembelajaran

. Bandung: Refika

Aditama

Harjanto, 1996.

Perencanaan Pengajaran

. Jakarta: Rineka Cipta.

James L. Cooper, Pamela Robinson, Molly, 2002,

Cooperative Learning The

Classroom,

Dalam http :// www . geogle /cooperative.com.

J.S. Badudu dan Sultan Muhammad Zain, 1996.

Kamus Bahasa Indonesia

,

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,

Hj. Chalijah Hasan, 1994.

Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan

, Al Ikhlas,

Surabaya

Mary E. Haas dan Cyntya Szymansky Sunal. 1993.

Social Studies for the

Elementary and Middle Grades: A Constructivist Approach, MyLabSchool

Edition (2nd Edition)

dari

http://www.amazon.com/Social-Studies-Elementary-Middle-Grades/dp/0137048858/ref=dp_ob_title_bk

McKenny, Cs. (2002)

What is Cooperative Learning? Journal Acces,

tanggal 2

September 2005, dari http//www.csudh.edu/SOE/CL_Network/What isCL

html

Muhammad Ali. 1993.

Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi

. Bandung:

Angkasa.


(55)

Muhibbin Syah. 2008.

Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru

. Bandung:

Remaja Rosdakarya,

Noehi Nasution. 1998.

Materi Pokok Psikologi Pendidikan

. Jakarta: direktorat

Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka

Oemar Hamalik. 1999.

Kurikulum dan Pembelajaran, cet. II

: Jakarta: Bumi

Aksara

Penelitian Tindakan Kelas oleh Tien Krisnawati

(Penggunaan Media Pendidikan

dalam upaya meningkatkan Prestasi belajar siswa pada media Pelajaran

Akuntansi kelas 1.3 cawu II di SMU Negeri 5 Bandar Lampung Tahun

Ajaran 1999/2000).

Ratna Wilis Dahar. 1996.

Teori-teori Belajar,

Jakarta: Erlangga

Slavin, R.E. 1994.

Educational Psychology: theory and practice

. 5

th

edition.

Boston: Allyn and Bacon.

Sugianto, Katijan, 1997,

Geogrfi I

, Surabaya:.Selangkah Maju,

Suparno, A. Suhaenah. 2001.

Membangun Kompetensi Belajar

. Jakarta: Dirjen

Dikti Depdiknas.

Tabrani Rosyan .1992.

Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar

, Bandung:

Remaja Rosdakarya,


(1)

b. Menentukan persentase hasil prestasi belajar dengan menggunakan rumus :

T N H  

% x 100% (diadopsi dari Muh. Ali, 1993: 186)

Keterangan: %H = Persentase Hasil prestasi belajar N

 = Jumlah nilai T = Jumlah tes

2. Data Kuantitatif

Untuk mengetahui prestasi belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran STAD diambil dari tes kapada siswa setelah pembelajaran.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang direncanakan sebagai proses belajar yang direncanakan oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan konstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa pengaruh pada tuntutan mutu pendidikan untuk mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualias. Maka diperlukan proses belajar mengajar yang dapat berjalan secara efektif. Oleh sebab itu pendidikan harus mengacu pada kurikulum, silabus, standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Dalam pelaksanaannya dan dalam pengembangannya berdasar pada konsep-konsep belajar untuk mencapai kemampuan pada ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Oleh sebab itu dilakukan pendekatan dan model-model pembelajaran. Model pembelajaran STAD merupakan suatu pendekatan kooperatif yang sederhana dan mudah untuk dilaksanakan pada pembelajaran sehingga melalui penggunaan model pembelajaran STAD prestasi belajar siswa meningkat.


(3)

B. Saran dan Tindak Lanjut

Setelah menerapkan model pembelajaran STAD ternyata ada perubahan di dalam diri siswa dan kesadaran bahwa keberhasilan pendidikan harus diusahakan sendiri melalui proses mencari dan menemukan dengan sendiri sehingga kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik berjalan seimbang maka prestasi meningkat.

Maka penggunaan model STAD sangat mendukung untuk peningkatan prestasi belajar siswa karena dalam pendekatan ini siswa diberi kebebasan untuk berkreasi, berimajinasi yang akhirnya menimbulkan motivasi bahwa mereka dan keberhasilannya dalam belajar ditentukan oleh kreatifitas siswa itu sendiri.

i. Bagi Siswa

Prestasi penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa agar lebih mudah dalam memahami materi pelajaran PKn SMP Santo Thomas Totokarto Adiluwih dan dapat meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran SMP Santo Thomas Totokarto Adiluwih.

ii. Bagi guru

Dengan diadakannya penelitian ini akan memberikan sumbangan pemikiran bagi guru mata pelajaran PKn dan umumnya guru bidang studi yang lain tentang tingkat efektivitas penggunaan sistem STAD dalam mata pelajaran SMP Santo Thomas Totokarto Adiluwih bagi peningkatan prestasi belajar siswa.


(4)

66 iii. Bagi Sekolah

Pembelajaran yang menarik dan disukai siswa untuk dapat mengembangkan kepribadian yang pada gilirannya terjun di masyarakat ternyata metode STAD sangat membantu

iv. Bagi Diknas

Dalam penentuan SK dan KD hendaknya mengacu kepada nilai-nilai hidup dan falsafah bangsa yaitu Pancasila yang tidak sarat dengan muatan politik dan kepentingan golongan tetapi mengacu kepada kepentingan nasional sebagai satu keluarga besar bangsa Indonesia agar sistim pendidikan tidak mudah untuk kepentingan golongan.

v. Bagi Kepentingan Kemendiknas

Seyogyanya dibuat SK dan KD yang terumus secara baku di dalam kurikulum, silabus dan buku-buku yang menjadi baik buku pegangan guru maupun


(5)

Anggota IKAPI, 1996, lembar Kegiatan Siswa (LKS) Mata Pelajaran Geogerafi kelas II cawu III, penerbit Edumedia, Surabaya.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Bambang Purnomo, 1991, Cara Belajar Siswa Aktif, penerbit Tiga Serangkai, Solo.

Depdikbud, 1995,Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jakarta. Depdikbud, 1983,Petunjuk Penyelengaraan Administrasi Sekolah, Jakarta. Depdikbud, 1994,Kurikulum Sekolah Menengah Umum, Jakarta

Hanafiah, Nanang. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama

Harjanto, 1996.Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

James L. Cooper, Pamela Robinson, Molly, 2002, Cooperative Learning The Classroom,Dalam http :// www . geogle /cooperative.com.

J.S. Badudu dan Sultan Muhammad Zain, 1996. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,

Hj. Chalijah Hasan, 1994. Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan, Al Ikhlas, Surabaya

Mary E. Haas dan Cyntya Szymansky Sunal. 1993. Social Studies for the Elementary and Middle Grades: A Constructivist Approach, MyLabSchool Edition (2nd Edition) dari http://www.amazon.com/Social-Studies-Elementary-Middle-Grades/dp/0137048858/ref=dp_ob_title_bk

McKenny, Cs. (2002) What is Cooperative Learning? Journal Acces, tanggal 2 September 2005, dari http//www.csudh.edu/SOE/CL_Network/What isCL html

Muhammad Ali. 1993.Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa.


(6)

Muhibbin Syah. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya,

Noehi Nasution. 1998. Materi Pokok Psikologi Pendidikan. Jakarta: direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka Oemar Hamalik. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran, cet. II: Jakarta: Bumi

Aksara

Penelitian Tindakan Kelas oleh Tien Krisnawati (Penggunaan Media Pendidikan dalam upaya meningkatkan Prestasi belajar siswa pada media Pelajaran Akuntansi kelas 1.3 cawu II di SMU Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Ajaran 1999/2000).

Ratna Wilis Dahar. 1996.Teori-teori Belajar,Jakarta: Erlangga

Slavin, R.E. 1994. Educational Psychology: theory and practice. 5th edition. Boston: Allyn and Bacon.

Sugianto, Katijan, 1997,Geogrfi I, Surabaya:.Selangkah Maju,

Suparno, A. Suhaenah. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Tabrani Rosyan .1992. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya,


Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MODEL PROBLEM POSING-STAD (STUDENTS TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS) PADA PRISMA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 TANGGUL SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2009/2010

0 9 18

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 TUMIJAJAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 8 61

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PKn MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS IV SDN 1 BULUREJO PRINGSEWU

0 4 45

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN PENDEKATAN TEMATIK PADA SISWA KELAS III SEMESTER GANJIL SD NEGERI 2 BLITAREJO KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 13 133

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VA SD NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 11 79

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVISIONS (STAD)DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS VIII SMP SANTO THOMAS TOTOKARTO ADILUWIH SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 4 55

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 BOJONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 107

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII G DI SMP NEGERI 1 WAY LIMA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 13 74

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII SEMESTER GANJIL PADA SMP ISLAM JENDERAL SUDIRMAN TAHUN PELAJARAN 2015/ 2016

1 6 73

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 1 KALIBAWANG

1 1 6