program pemerintah selalu membutuhkan kerjasama dari penduduk. Dukungan dan ide-ide baru dari penduduk desa sangat dibutuhkan dalam penciptaan keberhasilan pembangunan
khususnya di daerah pedesaan.
1. 2 Rumusan Masalah
Dari uraian di atas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: a. Bagaimana kondisi sosial-ekonomi masyarakat Desa Lumban Silintong
sebelum 1990? b. Bagaimana kondisi sosial-ekonomi masyarakat Desa Lumban Silintong 1990-
2003? c. Faktor-faktor apa yang mendorong perubahan sosial-ekonomi masyarakat Desa
Lumban Silintong?
1. 3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian Dari permasalahan di atas, penulis berusaha menjelaskan poin-poin permasalahan
sebagaimana tersebut di bawah ini: a. Menjelaskan kondisi sosial-ekonomi masyarakat Desa Lumban Silintong sebelum
1990.
Universitas Sumatera Utara
b. Menjelaskan kondisi sosial-ekonomi masyarakat Desa Lumban Silintong pada 1990-2003.
c. Menjelaskan faktor-faktor yang mendorong terjadinya perubahan sosial-ekonomi masyarakat Desa Lumban Silintong.
Manfaat penelitian Setiap penelitian tentu harus bermanfaat secara teoritis dan praktis.
a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan menambah perbendaharaan sejarah sosial-ekonomi.
b. Secara umum bermanfaat sebagai acuan tambahan bagi siapa saja yang berminat untuk mengetahui atau meneliti sejarah sosial-ekonomi masyarakat Desa Lumban
Silintong. c. Secara praktis bermanfaat bagi pemerintah sebagai pedoman untuk mengambil
kebijakan untuk membangun dan memajukan Desa Lumban Silindung.
1. 4 Tinjauan Pustaka
Setiap penelitian membutuhkan referensi yang akurat untuk memandu dan mengarahkan penelitian tepat pada sasarannya. Adapun referensi yang digunakan dalam
penelitian ini sebagai berikut: Tania Murray Li dalam Proses Transformasi Daerah Pedalaman di Indonesia
2002 menjelaskan tentang perubahan yang berlangsung dalam masyarakat pedalaman
Universitas Sumatera Utara
secara umum di Indonesia.
8
Robert Chambers dalam Participatory Rural Appraisal: Memahami Desa secara Partisipatif
1996. Karya ini mengkaji tentang metode penelitian yang mempelajari permasalahan masyarakat pedesaan secara partisipatif. Robert Chambers dalam buku ini
memaparkan tentang metode dan pendekatan yang memungkinkan masyarakat secara bersama-sama menganalisis masalah kehidupan dalam rangka merumuskan perencanaan dan
kebijakan secara nyata. Buku ini membahas sejarah dan ciri-ciri masyarakat daerah
pedalaman yang terus berubah, khususnya dalam kaitannya dengan cara mereka mencari nafkah, dan bergesernya hubungan dengan sumber daya alam, dengan pasar, dan dengan
negara. Dari buku ini juga dapat dilihat persoalan-persoalan mengenai proses perubahan dalam masyarakat pedalaman serta memiliki kesamaan permasalahan dengan pedalaman
yang akan diteliti.
9
Seminar Sejarah Lokal: Dinamika Masyarakat Pedesaan 1983 menguraikan
tentang proses perubahan dan perkembangan sosial ekonomi masyarakat desa dalam kaitannya dengan mata pencaharian seperti bidang pertanian. Secara umum buku ini
menggambarkan ciri-ciri dari kehidupan masyarakat Indonesia. Gambaran beberapa desa di Indonesia masing-masing menunjukkan cirinya, baik dalam proses adat-istiadat, kerukunan,
8
Tania Murray Li, Proses Transformasi Daerah Pedalaman di Indonesia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2002.
9
Robert Chambers, PRA Participatory Rural Appraisal: Memahami Desa secara Partisipatif, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1996, hal. 10.
Universitas Sumatera Utara
gotong royong dalam bekerja maupun konflik yang terdapat pada masyarakat. Perbandingan yang ditampilkan di antara beberapa desa di Indonesia sungguh berbeda.
10
Selanjutnya Soetomo dalam Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat 2008.
11
Mulyadi S dalam Ekonomi Sumber Daya Manusia: dalam Perspektif Pembangunan 2006, pusat kajiannya adalah pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk diakibatkan
oleh empat komponen yaitu kelahiran, kematian, migrasi masuk dan keluar. Selisih antara kelahiran dan kematian disebut pertumbuhan alamiah, sedangkan selisih antara migrasi
masuk dan keluar disebut migrasi neto. Mulyadi juga menambahkan mengenai gambaran laju pertumbuhan penduduk.
Implementasi beberapa pengaturan tata ruang tampak secara hirarkis melalui kebijakan spasial yang terintegrasi, meskipun dapat mengurangi pemusatan perkembangan sosial
ekonomi di kota-kota besar. Namun demikian, tidak jarang dijumpai masih ada warga masyarakat yang hidup dalam kemiskinan, baik di daerah perkotaan maupun di daerah
pedesaan. Warga masyarakat yang hidup dalam kondisi kemiskinan berada pada satu kawasan tertentu yang seolah-olah merupakan kantung atau kluster wilayah kemiskinan.
Dengan kata lain terjadilah disparitas desa-kota dan disparitas antarwilayah.
12
10
------------, Seminar Sejarah Lokal: Dinamika Masyarakat Pedesaan, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Sejarah Nasional, 1983.
11
Sutomo, Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
12
S, Mulyadi, Ekonomi Sumber Daya Manusia: dalam Perspektif Pembangunan, Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2006.
Universitas Sumatera Utara
1. 5 Metode Penelitian