1 Latar Belakang Masalah Perkembangan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Lumban Silintong Kecamatan Balige (1990 – 2003)

BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara agraris sangat terkenal dengan pedesaan sebagai basis pertanian. Desa sejak masa penjajahan kolonial Belanda telah menjadi lumbung sumber daya alam terutama pertanian pangan yang banyak dikuasai para raja. Beras umpamanya menjadi komoditi utama dalam perdagangan desa-desa untuk ditukarkan ke berbagai bentuk barang dari daerah lain berupa perhiasan dan perlengkapan sehari-hari. Berkaitan dengan ini, jenis mata pencaharian merupakan faktor pembeda yang pokok dan penting. 1 Petani secara umum sering dipahami sebagai suatu ketegori sosial yang seragam dan bersifat umum. Artinya sering tidak disadari adanya differensiasi atau perbedaan-perbedaan dalam berbagai aspek yang terkandung dalam komoditas petani. Perbedaan dalam skala besar kecilnya usaha pertanian, jenis-jenis tanaman, sistem pertanian yang diterapkan akan mengakibatkan terjadinya perbedaan-perbedaan terhadap pola kehidupan petani. Selama ini Pertanian sebagai ciri utama kehidupan masyarakat di pedesaan adalah petunjuk betapa eratnya keterkaitan antara pertanian dan desa. Petani adalah subjek dan sekaligus objek pertanian, tanpa petani pertanian tidak ada. Bidang pertanian cukup mengandung variasi dan kompleksitas yang memiliki pengaruh terhadap proses perubahan dan keberlangsungan kehidupan petani khususnya di daerah pedesaan. 1 Raharjo, Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1999, hal. 40. Universitas Sumatera Utara kita lebih memperhatikan komoditas sebagai subjek dan sekaligus objek pertanian, akibatnya petani sebagai inti dari pertanian sering luput dari pertanian. Desa sebagai tempat tinggal maupun tempat pemenuhan kebutuhan mempunyai karakteristik yang tentu tidak sama antara desa satu dengan yang lain. Keberagaman kehidupan petani di pedesaan adalah ciri khas tersendiri yang dimiliki suatu desa berdasarkan jenis tanaman, sumber penghasilan dan faktor lain yang mendukung kehidupan manusia di desa tersebut. Perbedaan itu banyak terjadi di beberapa desa yang dapat membedakan pola perubahan kehidupan. Desa sebagai sumber komoditi tentu membutuhkan kota sebagai pangsa pasar yang menampung segala hasil pertanian. Keterhubungan desa dan kota tentu tidak terelakkan sebagaimana keduanya dipisahkan secara geografis maupun aktivitas. Di sinilah, saling hubung antara desa dan kota terlihat dari pertukaran barang-barang kebutuhan masyarakat sesuai dengan perkembangan zamannya. Hal ini tercermin dari sistem ekonomi tradisional yang dipakai pada masyarakat pedagang dan pelayar. Mereka antara lain melakukan barter guna memenuhi kebutuhannya, baik sendiri maupun kebutuhan umum. Pada masyarakat pedagang dan pelayar misalnya, mereka melakukan perdagangan dan pelayaran ke daerah-daerah di luar kampungnya untuk memenuhi atau guna mencukupi kebutuhan hidup yang tidak bisa dipenuhinya atau dihasilkannya sendiri oleh mereka, sehingga perlu melakukan perdagangan dan pelayaran. Meskipun demikian, barang kebutuhan maupun material lainnya tidak pernah berhenti dipasarkan di kota. Oleh karena itu, desa sangat berperan penting dalam menjaga stabilitas kehidupan manusia. Sebaliknya kehidupan kota yang lebih terlihat sejahtera patut Universitas Sumatera Utara menjadi harapan bagi orang desa. Dengan demikian, desa sebagai simbol agraria menjadi sangat sentral pula bagi bangsa dan negara. Perkembangan suatu desa acapkali terlihat dari objek pendapatan berupa hasil pertanian. Di sini, pertanian rakyat banyak sekali ragamnya. Pertanian yang awalnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri berubah untuk memenuhi kebutuhan semua orang, sehingga pertanian mengalami pertumbuhan. Di samping itu, dalam waktu terakhir terdapat berbagai perubahan, maka pertumbuhan pertanian kerapkali tidak berjalan dalam garis lurus. Lebih jauh, pembangunan ekonomi di Indonesia telah menimbulkan dampak serius, antara lain kesenjangan pembangunan antara sektor perkotaan dan pedesaan atau sektor modern dan sektor tradisional sektor-sektor kerakyatan. Untuk itu diprioritaskan upaya- upaya untuk memperkuat sektor tradisional-kerakyatan dan pemerintah menjadi fasilitator penggeraknya. Sektor-sektor ini harus terbuka dan tanggap terhadap perubahan-perubahan dan kesempatan-kesempatan domestik maupun global. 2 2 S, Sumarno M dalam makalah berjudul Pemberdayaan Ekonomi Perdesaan Melalui Pengembangan Kimdes Kawasan Industri Milik Masyarakat Desa , Malang: Unibraw. Seringkali dari stadium tertentu dapat timbul suatu pertumbuhan dalam berbagai arah yang dapat tergantung dari banyak keadaan. Pertumbuhan pertanian mencakup perubahan penyesuaian kepada alam. Perubahan-perubahan itu dapat bertalian dengan bertambah padatnya penduduk, sehingga diperlukan penggunaan tanah dengan lebih intensif, tetapi mungkin juga ada sebab-sebab lain, misalnya bertumbuhnya lalu lintas yang menimbulkan kemungkinan-kemungkinan baru dalam penyesuaian kepada alam. Universitas Sumatera Utara Seiring dengan meningkatnya kebutuhan, maka dari itu perlu dilakukan peningkatan hasil pertanian dengan berbagai upaya. Di antaranya adalah sistem penanaman tanaman tumpang sari dan penggunaan alat-alat pertanian yang lebih baik. Dalam membajak sawah yang awalnya hanya menggunakan cangkul, membutuhkan waktu lama dapat diganti dengan membajak memanfaatkan tenaga hewan. Pertanian, sebagaimana diketahui hingga kini masih merupakan mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia. Sekalipun di berbagai daerah, ekosistem wilayahnya ada yang sudah berubah menjadi daerah perkotaan dan perindustrian, namun pertanian masih tetap merupakan andalan utama bagi kehidupan masyarakat. Pada tahun 1990, sumbangan sektor pertanian terhadap Pendapatan Domestik Bruto PDB sekitar 21,55. 3 Dalam perkembangannya, sejak era otonomi daerah bergulir, berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 1998 Toba Samosir merupakan salah satu kabupaten baru hasil pemekaran yang diresmikan pada 09 Maret 1999. Toba Samosir memisahkan diri dari Kabupaten Tapanuli Utara dan merupakan salah satu kabupaten pemilik Danau Toba yang menjadi destinasi Mata pencaharian utama ini perlu diperhatikan secara berkesinambungan agar kelangsusngan hidup desa tidak selamanya terbelakang. Dalam hal ini perkembangan sosial- ekonomi suatu desa layak ditulis untuk melihat perkembangan sekaligus membenahi kekuarangan yang masih banyak terdapat di masyarakat. Di sini, Desa Lumban Silintong, Kecamatan Balige merupakan fokus kajian skripsi ini. 3 Kusnaka Adimihardja dalam Kusnaka Adimihardja dkk., Petani: Merajut Tradisi Era globalisasi, Bandung: Humaniora Utama Press, 1999, hal. 4. Universitas Sumatera Utara wisata nasional. 4 Pemekaran Toba Samosir menempatkan Balige sebagai ibukota setelah melalui uji kelayakan menurut ketentuan dan tata kelola demi masa depan yang diharapkan. 5 Pada kajian ini, Lumban Silintong diambil sebagai satu desa yang mendapat perhatian penting di kecamatan Balige. Pemekaran ini meninggalkan Tarutung sebagai pusat pemerintahan dan segala bagian administrasi lokal. Untuk itu, Balige mengalami pergeseran peran bagi masyarakat sekitar Toba Samosir. Dalam hal ini, pergeseran secara sosial-ekonomi menjadi sorotan penting, bukan saja bagi Balige, namun juga bagi masyarakat Toba Samosir di bawah setiap kecamatan. Sebagai kecamatan, Balige memiliki pengaruh terhadap kehidupan masyarakat setempat di antaranya yang terdekat adalah Desa Lumban Silintong. 6 Di samping sebagai petani, kehadiran institusi pemerintah dan swasta turut mendorong sistem perekonomian baru. Adapun pertanian merupakan sistem utama pencaharian masyarakat Desa Lumban Silintong. Akan tetapi terdapat juga masyarakat yang Hal ini tidak terlepas dari pusat pemerintahan relatif dekat dari Desa Lumban Silintong, Balige. Dengan demikian, kehadiran kecamatan serta pusat pemerintahan yang bersebelahan langsung dengan Lumban Silintong tentu memberikan dampak sosial-ekonomi bagi masyarakat desa tersebut. 4 Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kabupaten Toba Samosir 1993-2003 , Balige: Badan Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir bekerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Toba Samosir, 2004, hal. 35. 5 Safitri Simangunsong, Perkembangan Balige sebagai Ibukota Kabupaten Toba Samosir 1999-2011, Skripsi Sarjana Pendidikan Sejarah Pada Universitas Negeri Medan Tidak Diterbitkan, Medan: 2012, hal. 1-3. 6 Kecamatan Balige merupakan kecamatan terpadat penduduknya karena kecamatan ini merupakan pusat ibukota kabupaten. Jumlah penduduk kecamatan Balige sebanyak 44. 389 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 487,5km persegi. Mayoritas penduduk Kecamatan Balige adalah perempuan dengan 22. 603 jiwa, sedangkan laki-laki sebanyak 21. 786 jiwa. Berdasarkan kelompok umur penduduk di Kecamatan Balige, penduduk paling banyak berada pada usia muda, yaitu 8.340 jiwa. Sedangkan pada kelompok usia tua hanya sekitar 1.077 jiwa. Universitas Sumatera Utara bermata pencaharian sebagai nelayan. Di samping mata pencaharian di atas muncul sistem perekonomian baru yang didorong oleh keberadaan kabupaten baru yakni objek wisata pantai Lumban Silintong. Lumban Silintong merupakan desa yang wilayahnya memanjang sejajar mengikuti sisi Selatan pantai Danau Toba, sehingga membuat desa ini berbeda dengan desa lainnya di Balige. Sisi pantai Lumban Silintong merupakan objek wisata yang memiliki estetika. Tentu saja tidak semua desa yang memiliki pantai berpotensi menjadi objek wisata. Sebagai lokasi wisata, desa ini menjadi salah satu pilihan orang-orang setempat dan dari luar Balige, seperti Tarutung bahkan Parapat, untuk menikmati indahnya Danau Toba sambil bersantai. Pada tahun 1999, seorang warga memulai pondok-pondok sederhana sebagai modal awal untuk menarik perhatian pengunjung. 7 Dari pengamatan tersebut, mereka mulai percaya bahwa lokasi wisata akan turut mendongkrak pendapatan mereka. Dengan kata lain, wisata tersebut diharapkan mampu menjadi penopang ekonomi masyarakat. Melalui objek wisata yang terus mereka Ketika itu satu dua pengunjung berdatangan, meskipun kondisi jalan belum diaspal. Usaha tersebut tetap berlangsung sambil menantikan pembangunan menyentuh Lumban Silintong, khususnya tepi pantai. Perjalanan usaha tersebut dilihat cukup menjanjikan, sehingga mereka memilih untuk terus mengubah sisi pantai Desa Lumban Silintong. 7 Pondok-pondok kecil lebih dikenal sebagai tenda biru. Pondok berukuran 2x2 meter dibangun dari bahan plastik yang sepenuhnya berwarna biru menyerupai kemah kecil segi empat. Keberadaan tenda biru tidak berlangsung lama. Hal ini disebabkan adanya asumsi negatif masyarakat yang mengetahui tempat tersebut sebagai lokasi rekreasi, namun dianggap menjadi lokasi pacaran anak muda yang bertindak di luar etika susila. Namun, pemiliki tenda biru segera mengubahnya menjadi restoran sekaligus tempat rekreasi dengan bentuknya yang transparan. Wawancara dengan Rimhot Siahaan, Lumban Silintong-Balige Toba Samosir 28 September 2013. Universitas Sumatera Utara kembangkan sendiri, Lumban Silintong secara perlahan mendapatkan perhatian para pengunjung. Sepanjang uraian di atas, Lumban Silintong sebagai salah satu desa di Balige memiliki perkembangan ekonomi yang layak untuk diteliti. Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh pemekaran kabupaten, pembangunan di Balige, pasar tradisional, kepadatan penduduk dan pariwisata. Selain perkembangan ekonomi, dalam bidang sosial antara lain adat-istiadat, hubungan kekerabatan, dan sebagainya. Berbicara mengenai perkembangan masyarakat desa, maka ada baiknya terlebih dahulu diketahui latar belakang dari desa yang dibicarakan. Manusia hidup selalu menyesuaikan diri dengan faktor lingkungannya dan tingkat pengalaman hidup mereka. Dalam tulisan ini akan dijelaskan tentang “Perkembangan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Lumban Silintong Kecamatan Balige 1990-2003” . Untuk menjelaskan kondisi sosial di desa ini akan dimulai dari keadaan alam lingkungannya dan perkembangan pertanian mereka. Pertanian merupakan faktor utama dari kelanjutan hidup masyarakat secara keseluruhan. Di Desa Lumban Silintong perubahan-perubahan sosial yang ada serta keadaan masyarakatnya tidak terlepas dari pengaruh kegiatan pertanian. Kebiasaan-kebiasaan tradisional yang pada hakikatnya telah mendarah daging di kalangan petani Desa Lumban Silintong berangsur-angsur berkurang akibat pengaruh lingkungan dan pengaruh dari desakan-desakan sistem pertaniannya yang tidak lagi mengenal masa istirahat. Pengaruh luar berproses melalui kegiatan pertanian yang mana aktivitas masyarakat secara keseluruhan terlihat menonjol pada aspek pertanian dan agama. Masyarakat yang berdiam di desa ini telah memeluk agama Kristen sejak zaman kolonial. Universitas Sumatera Utara Sebelum mereka mengenal mekanisasi pertanian dan pengaruh agama Kristen, kehidupan mereka ditentukan oleh adat istiadat dan kepercayaan terhadap Debata Mulajadi Nabolon Tuhan Maha Pencipta dan Maha Besar. Cara bertani mereka dilakukan dengan sistem tradisional. Kepercayaan terhadap kegaiban-kegaiban alam selalu dikaitkan dengan kegiatan pertanian. Sebagai contoh yaitu tentang cara menanam padi. Menanam padi hanya dilakukan sekali setahun dengan ketentuan harus serentak bagi setiap penanam padi. Interaksi sosial secara intern maupun ekstern menunjang pula perkembangan sosial secara keseluruhan ke tingkat kondisi masyarakat yang lebih baik. Kegiatan-kegiatan sosial yang beragam dalam kehidupan tradisional dianggap sebagai pemborosan waktu. Pesta-pesta adat diambil alih oleh kegiatan keagamaan yang selalu diselenggarakan dengan sederhana saja. Perkembangan ekonomi dan kelancaran komunikasi pada masyarakat desa selalu terasa di dalam penentuan arah gerak dari kelanjutan hidupnya. Pengenalan unsur baru yang sebelumnya tidak dijumpai dianggap terbaik, mengakibatkan berubahnya kondisi masyarakat petani. Jaringan-jaringan sosial berdasarkan aktivitas sehari-hari dan ikatan kekeluargaan berakibat langsung terhadap tinggi rendahnya pengaruh golongan mayoritas kepada golongan minoritas. Di mana golongan minoritas selalu tidak mampu bertahan mengimbangi pengaruh golongan mayoritas yang berlaku di antara penduduk desa sendiri dan juga kenyataan- kenyataan yang dihadapi masyarakat memaksa mereka berlomba ke arah pengejaran mata uang. Desa Lumban Silintong dihuni oleh suku Batak Toba yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian bertani, selalu mengalami perubahan-perubahan kondisi sosial terutama pada masyarakat petani. Kegiatan pembangunan desa yang tersalur melalui Universitas Sumatera Utara program pemerintah selalu membutuhkan kerjasama dari penduduk. Dukungan dan ide-ide baru dari penduduk desa sangat dibutuhkan dalam penciptaan keberhasilan pembangunan khususnya di daerah pedesaan.

1. 2 Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Penerapan Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat Dalam Meningkatkan Sosial Ekonomi Anggota CU Karya Murni Di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan

6 136 90

Pembangunan Desa Sebagai Transformasi Sosial

2 51 8

Analisis Dampak Keberadaan Pelabuhan Belawan Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Medan Belawan

41 222 91

Kontribusi Sektor Wisata Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Lumban Silintong Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir

6 86 120

Pengaruh Kehadiran PT. Kedaung Group Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Kelurahan Tanjung Morawa B Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deliserdang

11 106 99

PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA COLOMADU DAN PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TAHUN 1990 1998

4 11 89

PENYAJIAN MUSIK SEBAGAI DAYA TARIK MINAT WISATAWAN DI LOKASI OBJEK WISATA LUMBAN SILINTONG DESA LUMBAN SILINTONG KECAMATAN BALIGE KABUPATEN TOBASA.

0 8 26

MOTIVASI WISATAWAN DOMESTIK UNTUK MELAKUKAN OLAHRAGA REKREASI DI OBJEK WISATA LUMBAN SILINTONG KECAMATAN BALIGE KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2013.

0 2 18

BAB II KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA LUMBAN SILINTONG SEBELUM TAHUN 1990 2. 1 Letak Geografis - Perkembangan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Lumban Silintong Kecamatan Balige (1990 – 2003)

1 1 26

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi PERKEMBANGAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA LUMBAN SILINTONG KECAMATAN BALIGE (1990-2003) Yang diajukan oleh : Nama : Eko Renold Tambunan Nim : 080706018 Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh: Dosen Pembi

0 0 15