Isti Fatimah Nur Asya Bani, 2015 Hubungan Dukungan Sosial dan Self Esteem Terhadap Orientasi Masa Depan di Bidang
Pekerjaan pada Andikpas di LPA Klas III Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Dewasa ini dalam kehidupan bermasyarakat yang diikat norma sosial kerap kali muncul permasalahan menyangkut anak yang diduga
melakukan tindak pidana. Ketika menangani anak yang diduga melakukan tindak pidana, dibutuhkan penanganan khusus sesuai dengan apa yang
tertera di UU No. 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan anak. UU No. 11 tahun 2012 ini dibuat berdasarkan UU No 23 tahun 2002 pasal 2
tentang perlindungan anak menjelaskan bahwa anak-anak adalah bagian dari generasi muda penerus bangsa yang memiliki peranan strategis
sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita dan perjuangan bangsa di masa yang akan datang.
Sebagai awal, pada pasal 2 dari UU No. 11 Tahun 2012 menyebutkan bahwa anak memiliki ciri, hak dan sifat yang khusus.
Didasari hal tersebut maka dijelaskan dalam pasal 21 mengenai proses penahanan anak harus selalu didampingi dan berasaskan pembinaan yang
dijelaskan lebih lanjut dalam pasal 84 dan 85. Pasal tersebut menjelaskan bahwa anak membutuhkan pembinaan dan perlindungan dalam rangka
menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial secara seimbang Irawan, 2011.
Berdasarkan data statistik staff administrasi dan orientasi di LPA Klas III Bandung, tercatat ada sebanyak 56 orang klien narapidana anak
per Februari 2015. Ketika selesai menjalani proses hukum dan diputus harus menjalani masa pembinaan, anak akan dikirim ke lembaga
pemasyarakatan guna menjalani masa binaan. Keberadaan Lembaga Pemasyarakatan Anak merupakan upaya dari apa yang dicanangkan dan
diusahakan oleh pemerintah sebagai salah satu bentuk perlindungan khusus terhadap anak yang terlibat kasus hukum dan harus menjalani masa
Isti Fatimah Nur Asya Bani, 2015 Hubungan Dukungan Sosial dan Self Esteem Terhadap Orientasi Masa Depan di Bidang
Pekerjaan pada Andikpas di LPA Klas III Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
binaan sesuai dengan UU NO 12 tahun 2012 yang menekankan bahwa proses pembinaan dan pendidikan anak harus diarahkan pada
pengembangan diri, pengembangan potensi, minat dan bakat, serta rekreasi Melani, 2004.
UU No. 23 tahun 2003 pasal 1 menjelaskan bahwa rentang usia anak tercatat sampai usia 18 tahun. Di rentang usia tersebut klien anak
yang terlibat kasus hukum dan harus menjalani masa binaan di Lapas Anak dan disebut Andikpas anak didik lembaga pemasyarakatan.
Andikpas yang menjalani masa binaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak rata-rata berusia antara 14-20 tahun Irawan, 2011.
Di usia tersebut Andikpas termasuk ke dalam kategori fase remaja yang menurut Hurlock 2009 ada dalam fase storm and stress. Fase storm
and stress adalah fase di mana ketegangan emosi meningkat sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Adapun meningkatnya emosi terutama
karena remaja berada di bawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi dan harapan baru sehingga harus diperhatikan kepentingan yang menyangkut
pertumbuhan dan pemenuhan tugas perkembangannya baik secara fisik, psikologis, maupun sosial Santrock, 2007.
Menjalani kehidupan
di Lapas
merupakan bentuk
pertangungjawaban yang harus dipenuhi oleh remaja yang terlibat kasus hukum. Selama menjalani masa binaan di Lapas, berbagai permasalahan
dialami Andikpas. Di antaranya adalah perubahan hidup, hilangnya kebebasan, hak-hak yang semakin terbatas, dan perolehan label penjahat
Mandiana, 2005. Mereka yang masih tergolong remaja membutuhkan arahan, bimbingan, serta pendampingan agar mereka dapat berkembang ke
arah pendewasaan yang lebih positif Handayani, 2010. Terlibat kasus hukum dan harus menjalani masa binaan bagi
remaja disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi, salah satunya adalah harga diri yang rendah. Harga diri yang rendah juga dapat
menyebabkan individu gagal berprestasi, kurang mandiri, menunjukan