Hubungan Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham Hubungan Return On Asset Terhadap Harga Saham

dimaksud meliputi kas, surat-surat berharga, piutang, persediaan, biaya dibayar di muka, pendapatan yang masih harus diterima, pinjaman yang diberikan, dan asset lancar lainnya. Dari sini bisa dicermati bahwa tidak semua asset lancar tersebut menggambarkan kemampuan likuiditas perusahaan, contohnya persediaan. Ada kemungkinan nilai Curent Ratio yang besar disumbang oleh nilai persediaan yang besar sehingga tidak mencerminkan kemampuan likuiditas perusahaan yang sesungguhnya. Oleh karena itu, ada kecenderungan investor tidak terlalu melihat rasio ini sebagai pertimbangan dalam memilih saham yang tepat. Hal inilah yang pada akhirnya menjadi alasan mengapa Current Ratio tidak berdampak signifikan, terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010-2014.

b. Hubungan Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis H1b diperoleh kesimpulan bahwa rasio solvabilitas yang diwakili oleh Debt to Equity Ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Temuan dalam penelitian ini berbeda dengan pendapat Kasmir 2014:158 yang menyatakan bahwa apabila nilai rasio ini semakin tinggi maka akan dipandang negatif oleh investor sehingga berdampak terhadap penurunan harga saham. Hasil dalam penelitian ini juga berbeda dengan hasil dalam penelitian Arista 2012 yang menemukan bahwa DER berpengaruh negatif terhadap harga saham. Namun walaupun ada sedikit perbedaan, hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Stella 2009 bahwa DER berpengaruh terhadap harga saham namun tidak signifikan. Universitas Sumatera Utara Ada beberapa penjelasan yang membuat hasil dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang berbeda dengan teori maupun penelitian sebelumnya. Pertama, dalam penelitian yang dilakukan oleh Arista 2012 menggunakan return saham sebagai variabel dependen. Kedua, dalam penelitian ini peneliti menggunakan kriteria yang berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam memilih sampel yang diteliti. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang tidak mengalami kerugian atau konsisten menghasilkan laba selama periode 2010-2014. Oleh karena itu, perbedaan hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa untuk perusahaan-perusahaan yang tidak pernah merugi, rasio solvabilitas seperti DER tidak terlalu diperhatikan investor dalam melakukan investasi pada perusahaan manufaktur. Investor lebih mengutamakan fokus pada rasio dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba perusahaan.

c. Hubungan Return On Asset Terhadap Harga Saham

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis H1c diperoleh kesimpulan bahwa rasio profitabilitas yang diwakili oleh Return On Asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010-2014. Hasil dalam penelitian ini sejalan dengan pendapat May 2014:4 bahwa investor sangat menekankan pertumbuhan laba untuk suatu investasi jangka panjang. Oleh karena itu nilai ROA yang positif direspon baik oleh investor sebagai informasi yang baik dan nilai saham perusahaan manufaktur meningkat. Hasil penelitian ini juga sama dengan temuan dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ulupui 2007 yang menyatakan bahwa ROA Universitas Sumatera Utara berpengaruh positif dan signifikan. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan temuan Haque 2013, Arista 2012 dan Uli 2009. Sama halnya dengan hasil pada DER, perbedaan hasil penelitian ini bisa saja disebabkan oleh perbedaan tahun penelitian, perbedaan perusahaan sampel serta perbedaan jenis perusahaan maupun ukuran perusahaan yang diteliti.

d. Hubungan Price Earning Ratio Terhadap Harga Saham