Bentuk-Bentuk Upaya Perlindungan Hukum Represif Dalam

keresahan dan keprihatinan, karena perdagangan anak dianggap sebagai suatu pelanggaran hak asasi manusia, dalam hal ini hak asasi seorang anak yang seharusnya mendapat perlindungan dari orang tuanya, tetapi malah sebagai barang dagangan yang dapat dijual belikan dan diperlakukan dengan semena-mena oleh orang tuannya. Untuk itulah upaya represif ini juga perlu diperhatikan oleh pemerintah maupun masyarakat dengan mengambil tindakan yang berlandaskan undang-undang maupun pasal yang berlaku.

3.3.2 Bentuk-Bentuk Upaya Perlindungan Hukum Represif Dalam

Undang-Undang Penanggulangan perdagangan anak dengan hukum pidana dapat dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu tahap formulasi, aplikasi, dan tahap eksekusi. 36 36 http:eprints.ums.ac.id33716._SUDARYONO.pdf , Sabtu, 19 November 2010, pkl 04 :08 Dalam tahap formulasi, pembuat UU menetapkan perbuatan-perbuatan kekerasan pada anak sebagai tindak pidana, artinya bahwa perbuatan-perbuatan kekerasan pada anak oleh pembuat UU diberi sanksi pidana. Pemberian sanksi pidana ini masih bersifat abstrak, yaitu penetapan perbuatan kekerasan pada anak sebagai tindak pidana, telah dimasukkan pembuat UU ke dalam beberapa pasal KUHP dan UU T.P Perdagangan Orang. Pemberian pidana yang lebih konkret ada pada saat tahap menjalankan suatu aturan itu sendiri, yaitu oleh badan peradilan. Sementara itu, pemberian pidana yang benar-benar konkret adalah pada tahap eksekusi, yaitu oleh badan eksekusi, misalnya pidana penjara oleh Lembaga Pemasyarakat. Dan dengan penjelasan-penjelasan diatas mempunyai suatu tujuan agar pemberian sanksi pidana, baik secara abstrak maupun yang konkret, diharapkan dapat memberikan penekanan dan pencegahan terhadap pelaku maupun pelaku potensial. Upaya Represif merupakan upaya yang ditujukan tidak hanya bagi pelaku saja karena dalam tindak pidana ini juga memerlukan suatu aturan yang menindak tegas bagaimana upaya represif atau penanggulangan bagi korban perdagangan anak itu sendiri. Adapun bentuk-bentuk upaya represif bagi korban tindak pidana perdagangan anak yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan adalah : 1. Berdasarkan ketentuan pasal 64 ayat 3 UU Perlindungan Anak. a. Upaya rehabilitasi baik dalam lembaga maupun di luar lembaga. b. Upaya perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media massa dan untuk menghindari labelisasi. c. Pemberian jaminan keselamatan bagi saksi korban dan saksi ahli, baik fisik, mental, maupun sosial. d. Pemberian aksesbilitasi untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan perkara. 2. Berdasarkan ketentuan UU T.P Perdagangan Orang. a. Pasal 43, ketentuan mengenai perlindungan saksi dan korban dalam perkara tindak pidana perdagangan orang dilaksanakan berdasarkan Undang –Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, kecuali ditentukan lain dalam Undang –Undang ini. b. Anak korban Trafficking berhak memperoleh kerahasiaan identitas untuk upaya keselamatannya, ketentuan ini diatur pada pasal 44 c. Setiap kantor polisi wajib membentuk ruang pelayanan khususyang berfungsi untuk tempat pemeriksaan di tingkat penyidikan, ketentuan ini diatur pada pasal 45 d. Setiap kabupaten da kota-kota di Indonesia wajib perlu membentuk pusat pelayanan terpadu yang berfungsi untuk melindungi korban tindak pidana perdagangan orang, ketentuan ini diatur pada pasal 46 e. POLRI wajib memberikan perlindungan baik sebelum, selama dan sesudah proses pemeriksaan perkara untuk menghindari para saksi atau korban mendapatkan ancaman dari pihak lain, ketentuan ini diatur pada pasal 47 f. Setiap korban Tindak Pidana Perdagangan Orang atau ahli warisnya berhak mendapat restitusi, berupa ganti kerugian atas kehilangan kekayaan penghasilan, penderitaan, perawatan medis psikologis, kerugian lain yang di derita korban akibat perdagangan orang, ketentuan ini diatur pada pasal 48 g. Ketua pengadilan berhak mendapatkan laporan tentang pelaksanaan restitusi serta pelaksanaan restitusi harus diumumkan di papan pengumuman pengadilan oleh ketua pengadilan, ketentuan ini diatur pada pasal 49 ayat 1 dan 2 h. Korban atau ahli waris berhak melaporkan pada pengadilan apabila restitusi tidak dipenuhi sampai batas waktu yang ditentukan dan apabila pelaku tidak dapat membayar ganti kerugian maka pelaku dikenai pidana kurungan selama 1 tahun sebagai pengganti, ketentuan ini diatur pada pasal 50 i. Korban yang mengalami penderitaan fisik maupun psikis akibat tindak pidana perdagangan orang berhak memperoleh rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi sosial, pemulangan dan reintegrasi sosoial dari pemerintah, ketentuan ini diatur pada pasal 51 j. Menteri atau instansi yang menangani masalah-masalah kesehatan dan sosial di daerah wajib memberikan pertolongan pertama paling lambat 7 tujuh hari setelah permohonan diajukan dalam hal apabila korban mengalami trauma atau penyakit yang membahayakan dirinya akibat tindak pidana perdagangan orang, ketentuan ini diatur pada pasal 53. Berbagai upaya-upaya represif yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan yang telah dijabarkan diatas hanyalah suatu aturan. Namun semua itu kembali lagi bagaimana kita menjalankannya karena semua aturan-aturan yang telah terbentuk hanyalah sebuah alat, sehingga dalam pemberantasan tindak pidana perdagangan anak ini juga perlu adanya suatu ketegasan dari perangkat-perangkat hukum, pemerintah serta masyarakat sendiri agar aturan-aturan tersebut dapat berjalan secara efektif.

3.3.3 Sanksi Hukum terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG.

0 0 1

Penerapan hukum terhadap tindak pidana perdagangan orangdengan eksploitasi anak dibawah umur dengan undang-undang nomor 21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang.

0 0 1

Pelaksanaan Hak Restitusi Terhadap Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

0 0 14

Pelaksanaan Hak Restitusi Terhadap Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

0 0 3

Pelaksanaan Hak Restitusi Terhadap Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

0 0 35

Pelaksanaan Hak Restitusi Terhadap Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

0 1 59

Pelaksanaan Hak Restitusi Terhadap Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Chapter III IV

0 0 31

Pelaksanaan Hak Restitusi Terhadap Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

0 0 7

PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG(Kajian Putusan No.1554Pid.B2012PN.Mdn) SKRIPSI

0 0 11

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG KHUSUSNYA ANAK DAN RELEVANSI TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM KORBAN TRAFFICKING DI SURABAYA SKRIPSI

0 0 22