Minyak Daun Cengkeh Pembuatan Minyak Daun Cengkeh

pembuatan vanillin sintesis yang banyak digunakan dalam industri makanan atau minuman Lutony dan Rahmayati, 2002. Supaya minyak cengkeh tidak mengalami perubahan, khususnya akibat bersenyawa dengan besi, pada saat penyimpanan, pengangkutan maupun pemasaran, sebaiknya dikemas dengan baik dalam botol kaca yang berwarna, drum aluminium, atau dapat juga dalam drum timah putih Lutony dan Rahmayati, 2002.

2.2. Minyak Daun Cengkeh

Dalam minyak daun cengkeh biasanya mengandung eugenol dalam persentase lebih rendah dari pada minyak cengkeh, eugenol asetat berada dalam minyak daun cengkeh dalam jumlah yang sangat sedikit. Zat-zat yang sangat sedikit misalnya metil-n-amil keton yang terperan dalam menimbulkan karakteristik bau buah-buahan pada minyak cengkeh, dalam minyak daun cengkeh berada dalam jumlah yang lebih sedikit lagi dari yang terdapat dalam minyak gagang cengkeh, jadi jelas minyak daun cengkeh dapat dianggap lebih kasar dan “kurang” mempunyai bau atau bau khas cengkeh Guenther, 1990. Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri yang paling kuat daya antiseptiknya, sering digunakan untuk obat sakit gigi dan untuk meringankan nyeri. Sering dicampurkan pada obat gosok karena dapat meringankan nyeri otot dan artritis Koensoemardiyah, 2009. Minyak cengkeh dapat menimbulkan iritasi pada kulit, terutama pada membran mukosa. Untuk aromaterapi minyak cengkeh, yang digunakan adalah Universitas Sumatera Utara minyak atsiri dari bunganya, karena minyak atsiri dari daunnya terlalu banyak mengandung eugenol Koensoemardiyah, 2009. Menurut SNI 06-2387-2006 minyak daun cengkeh memiliki beberapa persyaratan mutu. Adapun parameter persyaratan mutu minyak daun cengkeh dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 1 Parameter Syarat Mutu Minyak Daun Cengkeh Menurut SNI 06-2387-2006 No Jenis Uji Satuan Persyaratan 1 1.1 1.2 Keadaan Warna Bau - - Kuning-Coklat tua Khas Minyak Cengkeh 2 Bobot jenis 20 o C20 o C - 1,025-1, 049 3 Indeks bias n D 20 - 1,528-1,535 4 Kelarutan dalam etanol 70 - 1 : 2 jernih 5 Eugenol total , vv Minimum 78 6 Beta caryophillene Maksimum 17

2.3 Pembuatan Minyak Daun Cengkeh

Minyak cengkeh diperoleh melalui penyulingan dengan cara dikukus. Gagang dan bunga cengkeh harus dikecilkan ukurannya dengan cara digiling kasar sebelum diproses Yuliani dan Satuhu, 2012. Minyak atsiri yang disuling oleh para penyuling skala kecil terkadang kurang memenuhi persyaratan standar. Sebagai contoh, terdapat warna keruh kecokelatan pada minyaknya. Hal tersebut disebabkan oleh proses penyulingan dengan menggunakan ketel yang terbuat dari drum bekas. Untuk mempertahankan agar kualitasnya tetap terjaga, perlu dilakukan pemurnian Yuliani dan Satuhu, 2012. Universitas Sumatera Utara Pemurnian merupakan suatu proses untuk meningkatkan kualitas minyak agar nilai jualnya lebih tinggi. Menurut Yuliani dan Satuhu 2012 metode pemurnian untuk minyak atsiri dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu secara kimia dan fisika. 1. Metode kimia Pemurnian secara kimia dilakukan dengan menambahkan bahan kimia yang dapat menyerap logam-logam pengotor seperti Pb, Zn, dan Fe. Ketiga logam ini bisa ikut tercampur pada proses penyulingan. Proses penyulingan yang menggunakan tangki ketel dari drum bekas biasanya menghasilkan minyak berwarna kecokelatan akibat adanya pelepasan zat besi yang berasal dari drumnya. Untuk menghilangkanmemudarkan warna tersebut, dapat ditambahkan bahan kimia. Berdasarkan cara kerjanya, bahan kimia dapat bersifat sebagai adsorbanpenyerap, senyawa pembentuk kelat, dan penghilang senyawa terpen. - Adsorban Berapa bahan kimia yang digunakan sebagai adsorban antara lain alumina, silika, bentonit, arang aktif, dan zeolite. Dari hasil penelitian, diketahui bentonit adalah adsorban terbaik yang dapat menyerap warna serta logam Pb, Zn, Fe. - Senyawa pengelat Pada proses pengelatan, terjadi pengikatan logam dengan senyawa pengelat sehingga terbentuk kompleks logam senyawa Universitas Sumatera Utara pengelat yang dikenal dengan istilah flokulasi. Proses ini terjadi karena adanya keseimbangan antara kompleks logam dengan senyawa pengelat. Bahan yang dapat digunakan untuk pengelat antara lain asam sitrat, asam malat, asam tartrat, dan EDTA. - Penghilang senyawa terpen atau deterpenasi terpenless Penghilangan senyawa terpen pada umumnya hanya dilakukan pada industri parfum. Kandungan terpen yang terlalu tinggi akan menurunkan kelarutan minyak dalam alkohol sehingga parfum yang dihasilkan menjadi keruh. Sebagai contoh, deterpenasi minyak pepermint akan meningkatkan menton yang merupakan salah satu senyawa keton. Akan tetapi, proses deterpenasi biasanya juga tidak diinginkan oleh seorang terapis aroma. Hal itu karena dengan menghilangkan senyawa terpen, sebagian khasiat dari minyak atsiri tersebut juga akan hilang. 2. Metode fisika Pemurnian secara fisika pada umunya dilakukan dengan mendestilasi ulang redestilation minyak atsiri atau destilasi terfraksi. Minyak atsiri yang diperoleh melalui metode ini warnanya lebih jernih dan komponen utamanya lebih tinggi. Redestilasi dilakukan melalui pendestilasian ulang minyak dengan menambahkan air sebanyak 3-5 bagian minyaknya Yuliani dan Satuhu, 2012. Konstruksi alat yang digunakan untuk memproduksi minyak cengkeh tidaklah berbeda dengan konstruksi alat yang dipakai untuk memproduksi minyak Universitas Sumatera Utara atsiri yang lain. Disarankan agar proses produksi minyak daun cengkeh dilakukan dengan model penyulingan uap dan air Lutony dan Rahmayati, 2002. Daun cengkeh yang akan disuling bukanlah daun yang masih hijau atau masih menempel pada pohonnya, tetapi daun cengkeh kering yang sudah merupakan “daun jatuhan” dari pohon. Selain harus kering, diusahakan agar daun tidak kotor dan masih utuh Lutony dan Rahmayati, 2002. Minyak cengkeh yang baru disuling hampir tidak berwarna sampai berwarna kekuning-kuningan. Namun, jika disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama, secara berangsur-angsur warnanya akan berubah sampai akhirnya berwarna kegelapan. Sifat utama minyak cengkeh yaitu sangat membiaskan cahaya, berbau khas seperti cengkeh, dan rasanya sangat pedas Lutony dan Rahmayati, 2002.

2.4 Standar Mutu Minyak Atsiri