BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010-2014. Adapun populasi
dalam penelitian ini berjumlah 141 perusahaan manufaktur. Dari populasi tersebut, diambil sampel sebanyak 43 perusahaan manufaktur yang telah
ditentukan berdasarkan kriteria tertentu.
Tabel 4.1 Rekapitulasi Objek Penelitian
No. Kriteria Sampel
Jumlah
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI mulai tahun 2010 hingga
tahun 2014 125
2. Perusahaan manufaktur yang menyediakan laporan keuangan selama
periode tahun 2010-2014 19
3. Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan harga saham penutupan
setiap bulan selama setahun selama periode tahun 2010-2014 15
4. Perusahaan manufaktur yang tidak mengalami kerugian selama periode
2010-2014 48
Jumlah Sampel 43
Sumber: www.idx.co.id Data Diolah
Analisis dan pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan sampel dengan salah satu kriteria yaitu kondisi perusahaan yang tidak pernah
mengalami kerugian selama tahun penelitian. Kriteria kondisi perusahaan yang tidak merugi dipakai untuk menjaga konsistensi fenomena bahwa
investor mengharapkan investasi yang profitable walaupun banyak faktor- faktor serta risiko yang mempengaruhi. Pemilihan sampel berdasarkan kriteria
yang dipakai bisa dilihat pada Lampiran 1.
Universitas Sumatera Utara
4.2 Analisis Data 4.2.1 Statistik Deskriptif
Analisis statisik deskriptif adalah suatu analisis yang berfungsi untuk menggambarkan data secara umum. Analisis statistik deskriptif juga bertujuan
menggambarkan kondisi variabel yang digunakan secara umum, namun tidak terlibat dalam pengambilan keputusan. Adapun hasil analisis statistik
deskriptif penelitian ini dengan menggunakan SPSS 21 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation Y Harga Saham
215 50.000 1154167.000
30830.30023 118256.756782
X1 CR 215 20.85
5773.28 280.8039
421.76512 X2 DER
215 .10 3.03
.8020 .56980
X3 ROA 215 .05
71.51 12.6200
11.74336 X4 PER
215 2.44 607.12
24.5185 50.00925
X5 Beta 215 1.0000
1032.6640 320.231000
55.3917234 Valid N listwise
215 Sumber: Output Statistik, 2016
Berdasarkan tabel 4.2, terlihat bahwa variabel dependen yaitu Harga Saham Y memiliki nilai minimum Rp50, nilai maksimum Rp1154167 dan nilai
rata-rata sebesar Rp30830.30 dengan standar deviasi 118256,30. CR X
1
memiliki nilai minimum 20,85, nilai maksimum 5773,28 dan nilai rata-rata sebesar 280,80 dengan nilai standar deviasi sebesar 421,76.DER X
2
memiliki nilai minimum 0,1x , nilai maksimum 3,03x dan nilai rata-rata sebesar 0,80x
dengan standar deviasi sebesar 0,569. ROA X
3
memiliki nilai minimum 0,05, nilai maksimum 71,51 dan nilai rata-rata sebesar 12,62 dengan standar
deviasi sebesar 11,743. PER X
4
memiliki nilai minimum 2,44x , nilai
Universitas Sumatera Utara
maksimum 607,12x dan nilai rata-rata 24,52x dengan standar deviasi sebesar 50,0092. Beta X
5
memiliki nilai minimum 1,0x dan nilai maksimum sebesar 1032,66x serta nilai rata-rata 320,21x dengan standar deviasi sebesar 55,391.
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa variabel independen Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Asset, Price Earning Ratio, dan
Beta memiliki nilai standar deviasi yang cukup besar sehingga kemungkinan besar data diatas terdistribusi secara tidak normal.
4.2.2 Uji Asumsi Klasik
4.2.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas berfungsi untuk mengetahui apakah data variabel mendekati atau memiliki data distribusi yang nomal. Uji normalitas yang
digunakan pada penelitian ini adalah uji Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 0,05. Berikut hasil uji Kolmogorov-Smirnov dengan SPSS:
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Sebelum di Ln
Unstandardize d Residual
N 215
Normal Parameters
a,b
Mean 0.0000000
Std. Deviation 93549.956939
52 Most Extreme Differences
Absolute 0.243
Positive 0.243
Negative -0.198
Kolmogorov-Smirnov Z 3.565
Asymp. Sig. 2-tailed 0.000
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov, dapat dilihat nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 sehingga menunjukkan data yang diteliti
berdistribusi secara tidak normal. Oleh karena itu, guna mendapatkan data yang terdistribusi secara normal maka data asli ditranformasi menjadi bentuk logaritma
natural Ln sebelum dibentuk persamaan modelnya. Setelah semua variabel ditranformasi ke bentuk logaritma, hasil uji Kolmogorov-Smirnov menjadi seperti
berikut.
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Sebelum di Ln
Unstandardiz ed Residual
N 215
Normal Parameters
a,b
Mean .0000000
Std. Deviation
1.56236951 Most Extreme Differences
Absolute 0.074
Positive 0.074
Negative -0.043
Kolmogorov-Smirnov Z 1.078
Asymp. Sig. 2-tailed 0.195
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Output Statistik, 2016
Gambar 4.1 Scatter Plot Uji Normalitas
Universitas Sumatera Utara
Setelah data ditranformasi ke bentuk logaritma, data penelitian memiliki distribusi normal yang ditunjukkan oleh nilai signifikansi 0,195 yang lebih besar
dari 0,05. Normalitas data juga ditunjukkan pada pola Scatter Plot diatas dimana terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal serta penyebarannya
mengikuti arah garis diagonal.
4.2.2.2 Uji Heteroskedastisitas
Hasil regresi yang baik adalah hasil regresi dimana model regresi tidak mengalami gejala heterokedastisitas. Metode uji heterokedastisitas yang
digunakan adalah uji Glejser, yaitu dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen. Selain itu untuk mengetahui heteroskedastisitas
penelitian ini adalah dengan melihat penyebaran dari varians residual pada diagram pencar scatter plot apakah penyebarannya membentuk pola tertentu
atau berpencar. Berikut hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan Uji Glejser penelitian ini:
Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T
Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant -.455
1.071 -.424
.672
ln_x1 .030
.125 .025
.241 .810
ln_x2 -.007
.120 -.006
-.061
.952
ln_x3 .087
.050 .130
1.734 .084
ln_x4 -.009
.077 -.008
-.116
.908
ln_x5 .254
.142 .124
1.787 .075
a. Dependent Variable: ABS_RES Sumber: Output Statistik, 2016
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.2 Scatter Plot Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas dengan Uji Glejser diatas, dapat dilihat bahwa setelah nilai absolut residual diregres dengan semua variabel
independen maka nilai signifikansi semua variabel independen lebih besar dari 0,05. Selain itu, grafik Scatter Plot juga menunjukkan jika titik-titik residual
menyebar secara terpencar tidak memiliki pola tertentu yang membuktikan tidak terjadi heteroskedastisitas di dalam model regresi ini.
4.2.2.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi yang digunakan di dalam penelitian ini adalah uji Durbin- Watson. Uji Durbin-Watson digunakan di dalam penelitian ini dikarenakan
penelitian ini menggunakan data time-series.
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summary
b
Mode l
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin- Watson
1 .706
a
.498 .486
1.58095
1.855
a. Predictors: Constant, ln_x5, ln_x4, ln_x2, ln_x3, ln_x1 b. Dependent Variable: ln_y
Sumber: Output Statistik, 2016
Universitas Sumatera Utara
Autokorelasi Positif
Daerah Ragu-Ragu
Tidak Ada Autokorelasi
Daerah Ragu-Ragu
Autokorelasi Negatif
Gambar 4.3 Grafik Durbin-Watson
Keterangan: d dl
: terdapat gejala autokorelasi positif d 4-dl
: terdapat gejala autokorelasi negatif dl d 4-du
: tidak ada autokorelasi dl d du
: pengujian tidak meyakinkan Autokorelasi
Positif Daerah Ragu-
Ragu Tidak Ada
Autokorelasi Daerah Ragu-
Ragu Autokorelasi
Negatif 1,855
1,4628 1,5577
2,4423 2,5372
Gambar 4.4 Grafik Durbin-Watson
Berdasarkan hasil uji Durbin-Watson di atas diperoleh nilai Durbin- Watson d = 1,855. Penelitian ini menggunakan dua variabel independen dengan
jumlah sampel sebanyak 41. Oleh karena itu, berdasarkan tabel Durbin-Watson diperoleh nilai batas bawah dL = 1,4628 dan batas atas dU = 1,5577.
Kesimpulannya, du d 4-du = 1,5577 1,855 2,4423. Artinya, tidak terdapa autokorelasi positif maupun negatif, karena nilai d yaitu 1,855 lebih besar dari
nilai dU yaitu 1,5577 dan kurang dari nilai 4-dU yaitu 2,4423.
4.2.2.4 Uji Multikolinearitas
Suatu model regresi dikatakan bebas dari multikolinearitas apabila memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10. Hasil uji
multikolinearitas penelitian ini adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Uji Multikolinearitas
Sumber: Output Statistik, 2016
Dari hasil uji Multikolinearitas di atas, di dapat nilai tolerance semua variabel independen lebih besar daripada 0,1 dan nilai VIF semua variabel
independen kurang dari 10. Oleh karena itu, dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat multikolinearitas dalam penelitian ini.
4.2.3 Analisis Regresi
Analisis regresi yang digunakan di dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Karena data penelitian telah ditransformasi, maka model regresi
berganda dalam penelitian ini menggunakan Ln_Y sebagai variabel dependen Y dan variabel independen terdiri atas Ln_X
1
, Ln_X
2
, Ln_X
3
, Ln_X
4
, dan Ln_X
5
.
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error
Beta Tolerance
VIF
1 Constant
4.619 2.049
2.255 .025
ln_x1 .059
.240 .019
.247 .805
.414 2.415
ln_x2 .174
.230 .058
.758 .449
.408 2.453
ln_x3 1.315
.096 .737
13.65 .000
.824 1.214
ln_x4 .939
.147 .335
6.397 .000
.876 1.141
ln_x5 -.379
.272 -.070
- 1.395
.164 .967
1.034
a. Dependent Variable: ln_y
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8 Analisis Regresi dengan Uji t
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients T
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
4.619 2.049
2.255 .025
ln_x1 .059
.240 .019
.247 .805
ln_x2 .174
.230 .058
.758 .449
ln_x3 1.315
.096 .737
13.650 .000
ln_x4 .939
.147 .335
6.397 .000
ln_x5 -.379
.272 -.070
-1.395 .164
a. Dependent Variable: ln_y Sumber: Output Statistik, 2016
Persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ln_
Υ=�+b1Ln_Χ
1
+ b2Ln_
Χ
2
+ b3Ln_
Χ
3
+ b4Ln_
Χ
4
+ b5Ln_
Χ
5
LnHarga Saham = 4,619+ 0,059LnCR + 0,174LnDER + 1,315LnROA + 0,939LnPER – 0, 379LnBeta
Berdasarkan persamaan diatas, dapat diinterpretasikan sebagai berikut ini: 1.
Hasil daripada nilai konstanta dari regresi di atas sebesar 4,619. Artinya, apabila nilai variabel independen yaitu Faktor Fundamental dalam hal ini
CR, DER, ROA, PER dan Risiko Sistematis Beta bernilai 0, maka nilai variabel dependen yaitu Harga Saham adalah 4,619.
2. Hasil koefisien regresi LnCR pada hasil regresi di atas adalah 0,059.
Artinya perubahan sebesar 1 satuan mengakibatkan kenaikan harga saham sebesar 0,059.
Universitas Sumatera Utara
3. Hasil koefisien regresi LnDER pada regresi di atas adalah 0,174. Artinya
perubahan sebesar 1 satuan akan mengakibatkan kenaikan harga saham sebesar 0,174.
4. Hasil koefisien regresi LnROA pada regresi di atas adalah 1,315. Artinya
perubahan sebesar 1 satuan akan mengakibatkan kenaikan harga saham sebesar 1,315.
5. Hasil koefisien regresi LnPER pada regresi di atas adalah 0,939. Artinya
perubahan sebesar 1 satuan akan mengakibatkan kenaikan harga saham sebesar 0,939.
6. Hasil koefisien regresi LnBeta pada regresi di atas adalah -0,379. Artinya
perubahan sebesar 1 akan mengakibatkan penurunan harga saham sebesar 0,379.
4.2.4 Pengujian Hipotesis 4.2.4.1 Uji t
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t dan uji F. Uji t digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh dari masing-masing variabel
independen secara parsial terhadap variabel dependen. Adapun variabel independen penelitian ini yaitu Faktor Fundamental yang terdiri atas 4 empat
rasio berbeda serta Risiko Sistematis Beta dan akan diuji secara parsial sehingga ada 5 hipotesis dalam uji t. Tingkat signifikansi yang digunakan di dalam uji t
ialah 5 0,05.
Universitas Sumatera Utara
H1: Faktor Fundamental berpengaruh terhadap Harga Saham perusahaan manufaktur
H1a: Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham
Berdasarkan hasil pengolahan data di atas menggunakan uji t, diperoleh nilai t sebesar 0,247 dengan nilai signifikansi 0,805. Hasil uji t pada data
menunjukkan bahwa variabel Current Ratio berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Oleh karena itu,
hipotesis yang menyatakan bahwa Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham ditolak.
Artinya, harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2014 dipengaruhi oleh informasi dari salah satu rasio
likuiditas yaitu Current Ratio. Akan tetapi, walaupun Current Ratio berpengaruh positif namun tidak terlalu signifikan terhadap kenaikan harga saham. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak semua investor memperhatikan Current Ratio sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi pada saham perusahaan
manufaktur atau lebih memilih indikator lain dalam berinvestasi.
H1b: Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham
Adapun hasil uji t dari data di atas menunjukkan bahwa nilai t pada variabel DER sebesar 0,758 dengan signifikansi seesar 0,449. Hasil uji t pada data
menunjukkan bahwa variabel Debt to Equity Ratio berpengaruh positif namun
Universitas Sumatera Utara
tidak signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Oleh karena itu, hipotesis yang menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan
terhadap harga saham ditolak. Artinya,sama halnya dengan Current Ratio,Debt to Equity Ratio juga tidak
terlalu mempengaruhi perubahan harga saham sehingga mengindikasikan bahwa salah satu rasio solvabilitas ini tidak terlalu menjadi pertimbangan investor dalam
berinvestasi pada saham perusahaan manufaktur.
H1c: Return On Asset berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham
Berdasarkan hasil pengolahan data diatas, diperoleh nilai t sebesar 13,650 dengan signifikansi sebesar 0,000. Hasil uji t pada data menunjukkan bahwa
variabel Return On Asset berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Oleh karena itu, hipotesis yang menyatakan bahwa
Return On Asset berpengaruh signifikan terhadap harga saham diterima. Artinya, bahwa perubahan harga saham perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dipengaruhi oleh salah satu rasio profitabilitas yaitu Return On Asset. Hal ini sejalan dengan fenomena umum dan pandangan
psikologis investor bahwa informasi tentang pertumbuhan laba perusahaan menjadi dasar pertimbangan untuk berinvestasi saham. Nilai ROA yang positif
akan ditanggapi positif investor sehingga mempengaruhi pergerakan harga saham perusahaan manufaktur.
Universitas Sumatera Utara
H1d: Price Earning Ratio berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham
Berdasarkan hasil olah data diatas, diperoleh nilai t variabel Price Earning Ratio sebesar 6,397 dengan signifikansi sebesar 0,000. Hasil uji t pada data
menunjukkan bahwa variabel Price Earning Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Oleh karena itu,
hipotesis yang menyatakan bahwa Price Earning Ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham diterima.
Artinya, harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia juga dipengaruhi oleh bagaimana pasar menghargai suatu saham
perusahaan yang ditunjukkan oleh salah satu rasio pasar yaitu Price Earning Ratio. Nilai PER yang tinggi menjadi sinyal positif bagi investor sehingga
meningkatkan minat dan permintaan terhadap suatu perusahaan manufaktur. Hal ini akan mendorong terjadinya kenaikan harga saham perusahaan manufaktur.
H2: Risiko Sistematis Beta berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham
Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh nilai t variabel Beta sebesar -1,395 dengan signifikansi sebesar 0,164. Hasil uji t pada data menunjukkan
bahwa variabel Beta berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur selama periode 2010-2014. Oleh karena itu,
hipotesis yang menyatakan bahwa Risiko Sistematis berpengaruh signifikan terhadap harga saham ditolak.
Universitas Sumatera Utara
Artinya, variabel Risiko Sistematis pada penelitian memberikan gambaran bahwa semakin besar nilai Beta semakin besar risiko yang mempengaruhi suatu
saham sehingga akan menurunkan harga saham, namun pada kenyataanya ada atau tidaknya Risiko Sistematis terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2014 tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2010-2014 tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa ada faktor-faktor lain seperti aksi korporasi perusahaan, tindakan akuisisi, merger,
dsb yang juga berpengaruh dan bagi investor sendiri lebih fokus kepada faktor- faktor lain yang dianggap mempengaruhi harga saham perusahaan manufaktur
tersebut.
4.2.4.2 Uji F
Uji F digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh variabel independen secara serentak terhadap variabel dependen. Tingkat signifikansi yang digunakan
pada uji F adalah 5 0,05. Berikut hasil uji F berdasarkan hasil uji dengan menggunakan SPSS pada perusahaan property dan real estate tahun 2012-2014:
Tabel 4.9 Hasil Uji F
ANOVA
a
Model Sum of
Squares Df
Mean Square
F Sig.
1 Regression
518.465 5
103.693 41.487
.000
b
Residual 522.374
209 2.499
Total 1040.838
214 a. Dependent Variable: ln_y
b. Predictors: Constant, ln_x5, ln_x4, ln_x2, ln_x3, ln_x1 Sumber: Output Statistik, 2016
Universitas Sumatera Utara
H3: Faktor Fundamental CR, DER, ROA, PER dan Risiko Sistematis Beta
secara serempak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham
Berdasarkan hasil uji F diatas diperoleh nilai F 41,487 dengan signifikansi 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa Faktor Fundamental dan Risiko Sistematis
secara serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014.
Oleh karena itu, hipotesis yang menyatakan bahwa Faktor Fundamental dan Risiko Sistematis secara serempak terhadap harga saham diterima karena
didukung oleh hasil data yang diperoleh dari pengujian statistik diatas.
4.3 Pembahasan 1. Hubungan Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham
a. Hubungan Current Ratio Terhadap Harga Saham
Dari hasil pengujian hipotesis yang pertama H1a dilakukan, Current Ratio memiliki pengaruh yang positif namun tidak signifikan terhadap harga
saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010-2014. Dari hasil pengujian tersebut, dapat simpulkan bahwa likuiditas
perusahaan berpengaruh namun masih ada faktor lain ataupun rasio lain lebih mengutamakan profitabilitas atau memerhatikan aksi korporasi yang lebih
berpengaruh langsung terhadapminat investor maupun terhadap harga saham. Apabila dihubungkan dengan teori, Current Ratio merupakan rasio yang
menghitung asset yang terdiri atas berbagai asset lancar perusahaan yang bisa dilikuidasi untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Asset lancar yang
Universitas Sumatera Utara
dimaksud meliputi kas, surat-surat berharga, piutang, persediaan, biaya dibayar di muka, pendapatan yang masih harus diterima, pinjaman yang diberikan, dan asset
lancar lainnya. Dari sini bisa dicermati bahwa tidak semua asset lancar tersebut menggambarkan kemampuan likuiditas perusahaan, contohnya persediaan. Ada
kemungkinan nilai Curent Ratio yang besar disumbang oleh nilai persediaan yang besar sehingga tidak mencerminkan kemampuan likuiditas perusahaan yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, ada kecenderungan investor tidak terlalu melihat rasio ini sebagai pertimbangan dalam memilih saham yang tepat. Hal inilah yang
pada akhirnya menjadi alasan mengapa Current Ratio tidak berdampak signifikan, terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama tahun 2010-2014.
b. Hubungan Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham