Tujuan dan Manfaat Penelitian Metode Penelitian dan Teknik Penulisan Sistematika Penulisan

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Diantara tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana Walimah al-‘Urs menurut ulama. 2. Untuk mengetahui dampak seni tari jaipong menurut hukum Islam. 3. Untuk mengetahui cara pelaksanaan Walimah al-‘Urs di daerah Karawang. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Untuk penulis: memberikan wawasan penulis agar lebih memahami tentang adat istiadat yang ada dalam masyarakat daerah Karawang ditinjau dari hukum Islam dan dalam rangka meningkatkan ilmu yang akan dikembangkan menjadi profesi penulis sebagai sarjana hukum Islam. 2. Untuk kalangan Akademisi Fakultas: sebagai penambah literature perpustakaan, baik perpustakaan Utama maupun perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum. 3. Untuk masyarakat: memberi sumbangan pada masyarakat bagaimana cara pelaksanaan Walimah Al-Urs yang dibenarkan, khusus berkenaan tari jaipong menurut hukum Islam di daerah Karawang.

D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan

Dalam penelitian dan pembahasan skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif analitis yang diperoleh penulis melalui: 1. Penelitian Kepustakaan Library Research, yaitu dengan membaca, mempelajari, menelaah, dan membahas literature yang ada diperpustakaan yang berhubungan erat dengan pembahasan skripsi ini. 2. Sumber primer, penulis meneliti dan mengumpulkan sumber tertulis dari buku- buku untuk mendapatkan data-data yang terhubung dengan hiburan dalam walimah ini. Melalui pengumpulan data yang diambil dari tulisan tokoh-tokoh yang diangkat, makalah-makalah, seminar, jurnal dan majalah yang menjadi sumber sekunder sebagai penunjang penulis. Sedangkan dalam penulisannya berpedoman kepada ketentuan yang telah diatur dalam buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

E. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun dalam lima bab yang setiap bab mempunyai beberapa sub bab. Untuk memudahkan para pembaca maka berikut ini akan diuraikan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab Pertama, merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan teknik penulisan serta sistematika penulisan. Bab Kedua, berisi pembahasan mengenai pengertian hukum Islam, mengenai ketentuan hukum Islam tentang hiburan dalam Walimah Al-Urs yang meliputi pengertian, tujuan, dasar hukum, pelaksanaan dan hikmah pelaksanaan Walimah Al- Urs. Bab Ketiga, menggambarkan secara umum kondisi masyarakat daerah Karawang mengenai letak geografis, kondisi sosial masyarakat, kondisi sosial keagamaan, kondisi sosial ekonomi daerah Karawang. Bab Keempat, berisi tinjauan hukum Islam terhadap hiburan dalam walimah di daerah Karawang yang pembahasannya meliputi pelaksanaan walimah di daerah Karawang, pendapat ulama tentang pelaksanaan walimah dan hiburan dalam walimah serta analisa hiburan dalam Walimah Al-Urs. Bab Kelima, merupakan bab penutup yang berisikan beberapa kesimpulan dan juga memuat saranan.

BAB II “WALIMAH AL-‘URS”

A. Pengertian “Walimah al-‘Urs” dan Hiburan 1. Pengertian “Walimah al-‘Urs” Walimah ialah makanan dalam perkawinan, berasal pecahan dari kata walam , yaitu mengumpulkan, karena suami istri berkumpul. Menurut imam al-Syafi’I berkata : walimah itu adalah meliputi suatu jamuan makan sebagai tanda gembira, seperti perayaan pernikahan, perayaan, khitan dan lain-lain sebagainya. 5 Kata walimah berasal dari kata yang arti kenduri, karena banyaknya manusia yang berkumpul untuk menghadiri suatu jamuan makan. 6 Sedangkan menurut Sayyid Sabiq walimah itu berarti jamuan khusus yang diadakan dalam perayaan pesta perkawinan atau setiap jamuan untuk pesta lainnya. Tetapi biasanya kalau menyebut walimah al-‘urs artinya perayaan pernikahan. 7 Dapat pula berarti melaksanakan suatu jamuan makan sebagai tanda gembira. Menurut Ibrahim Muhammad al- Jamal mengemukakan bahwa pesta perkawinan atau walimah adalah pecahan dari kata “walama” yang artinya mengumpulkan. Pesta tersebut dimaksudkan untuk memberi doa restu kepada kedua mempelai agar dapat berkumpul dengan rukun. 5 Taqiyuddin Abu Bakar al-Husaini, Kifayah al-Akhyar Beirut: Dar al-Kutub, 1995 h.144 6 Muhamad Idris Abdul Rauf al-Marbawi, kamus al-Marbawi Mesir: Musthofa al-Bani al- Halabi wa Auladihi, t.th jilid 1 h.398 7 Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah Beirut: Dar al-Bayan, 1968 jilid 7 h.210