STUDI SALINITAS AIRTANAH DANGKAL DI KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG TAHUN 2012

KABUPATEN PEMALANG TAHUN 2012 SKRIPSI

Oleh : Nur Indahwati K5408040 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

ABSTRAK

Nur Indahwati, STUDI SALINITAS AIRTANAH DANGKAL DI KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG TAHUN 2012.

Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Oktober 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui agihan spasial salinitas di Kecamatan Ulujami, (2) Mengetahui hubungan jarak dari garis pantai dengan konduktivitas airtanah dangkal di Kecamatan Ulujami. (3) Mengukur kedalaman interface air asin di Kecamatan Ulujami Tahun 2012.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Populasinya adalah airtanah dangkal berupa sumur penduduk yang berada di Kecamatan Ulujami. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara sistematik (systematic sampling) dengan cara membuat sistem transek line yang dimodifikasi dan didapatkan sampel sebanyak 129 titik. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara, observasi langsung, dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan : (1) Agihan spasial salinitas di Kecamatan Ulujami terkonsentrasi di bagian utara/ di dekat pantai. (2) Ada hubungan yang negatif antara jarak dari garis pantai dengan salinitas airtanah dangkal di Kecamatan Ulujami tahun 2012. (3) Semakin jauh jarak dari garis pantai, kedalaman interface Kecamatan Ulujami akan semakin besar. Kata kunci: salinitas, dhl, jarak, interface

Nur Indahwati, STUDY OF SHALLOW GROUNDWATER SALINITY IN ULUJAMI SUBDISTRICT PEMALANG REGENCY 2012. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University, October 2012.

The aims of this research are to : (1) know spatial distribution of salinity in Ulujami Subdistict. (2) determine the relationship between coastline distances with salinity of groundwater in Ulujami Subdistict. (3) measure the deepness of salt water interface in Ulujami Subdistict 2012.

This research uses descriptive quantitative method. The populations are the shallow groundwater that is showed by dug wells in Ulujami Subdistict. The sampling technique was done by making a modification transect line system which numbered 129 samples. Data collection techniques uses interview, direct observation, and documentation.

Based on the results of this study, it can be concluded: (1) the spatial distributions of salinity in Ulujami Subdistict have been concentrated in the north area/ nearby coastline. (2) there is a negative relationship between coastline distances with salinity of groundwater in Ulujami Subdistict. (3) the deepness of salt water interface in Ulujami Subdistict will increase along with its distance from coastline.

Keywords: salinity, electric conductivity, distance, interface

Halaman

Tabel 1. Jenis Kegiatan Perekonomian Kecamatan Ulujami …………… 2 Tabel 2. Kepadatan Penduduk Kabupaten Pemalang Tahun 2011 ………. 3 Tabel 3. Jumlah penduduk Kecamatan Ulujami tahun 2011 ……………. 3 Tabel 4. Kriteria Air Berdasarkan Nilai Salinitas ……………………….. 22 Tabel 5. Penelitian yang Relevan …………………………….…………. 25 Tabel 6. Rancangan Waktu Penelitian ..……………………………….… 30 Tabel 7. Kriteria Penilaian DHL (Daya Hantar Listrik) Air Sumur …..…. 38 Tabel 8. Kriteria Penilaian TDS (Total Dissolved Solids) ……………… 41 Tabel 9. Klasifikasi Nilai Koefisien Korelasi ……………………………. 41 Tabel 10. Rerata Curah Hujan Perbulan Selama Sepuluh Tahun …………. 50 Tabel 11. Rerata Curah Hujan, Hari Hujan dan Intensitas Hujan ..………. 50 Tabel 12. Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt dan Ferguson …………….. 51 Tabel 13. Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Ulujami Tahun 2011 ...….. 64 Tabel 14. Komposisi Penduduk Kecamatan Ulujami Tahun 2011 ………. 67 Tabel 15. Nilai DHL Berdasarkan Jaraknya dari Garis Pantai …………..… 72 Tabel 16. Klasifikasi Airtanah berdasarkan Salinitas ……………………. 80 Tabel 17. Perbandingan Hasil Parameter DHL dan TDS …………………... 83 Tabel 18. Nilai pH Berdasarkan Jaraknya dari Garis Pantai ………………. 85 Tabel 19. Deskripsi Data Variabel Jarak ………………………………….. 91 Tabel 20. Deskripsi Data Variabel Salinitas ……………………….……… 92 Tabel 21. Hasil Uji Linearitas Variabel X dengan Y ……………………… 93

Tabel 22. Koefisien Korelasi Variabel Salinitas dengan Jarak ....................

Tabel 23. Ketinggian Muka Airtanah Berdasarkan Jarak dari Garis Pantai.. 95 Tabel 24. Klasifikasi Intrusi Air Laut Berdasarkan Konduktivitas Listrik ... 97

Halaman

Gambar 1. Kondisi Hidrogeologi dalam Akuifer Pantai ………………. 15 Gambar 2. Potongan Melintang Ideal Suatu Sistem Akuifer Pantai ……. 16 Gambar 3. Model Interface Ghyben Herzberg …..…………...…………. 17 Gambar 4. Sirkulasi Air Asin …………………………….……………… 17 Gambar 5. Hubungan air asin dengan airtanah tawar pada akuifer bebas

di daerah pantai ………………………………………..…….. 19

Gambar 6. Kerangka Pemikiran ………..…………………………… 29

Gambar 7. Pengambilan Sampel dengan Transek Line …………….…… 32 Gambar 8 PH Meter Multifungsi ……………………………………..… 36 Gambar 9. Diagram Alir Penelitian ………….………………………….. 39 Gambar 10. Diagram Tipe Curah Hujan Lokasi Penelitian ……………… 52 Gambar 11. Zona Fisiografi Jawa Tengah dan Jawa Timur ………………. 53 Gambar 12. Batuan Hilir Sungai Banger di Desa Blendung ……………… 54 Gambar 13. Pembagian Zona Pulau Jawa ………………………………… 56 Gambar 14. Sungai Comal di dataran Aluvial …………………………… 57 Gambar 15. Abrasi di pantai Kertosari ………………………………….… 58 Gambar 16. Perbandinga n Penggunaan Lahan di Kecamatan Ulujami …... 66 Gambar 17. Grafik Hubungan Salinitas dengan Jarak Sumur dari Garis

Pantai………………………………………………………… 74

Gambar 18. Konsentrasi Air Berkenaan dengan Konduktivitas ….… 79 Gambar 19. Kondisi Terjadinya Intrusi Air Laut karena Keseimbangan

Terganggu Akibat Pengambilan Air ……………………….… 98

Halaman

Peta 1. Administrasi Kecamatan Ulujami ………………………….…… 48 Peta 2. Tanah Kecamatan Ulujami ……………………………………… 60 Peta 3. Arah Aliran Kecamatan Ulujami ……….………….…….………. 63 Peta 4. Penggunaan Lahan Kecamatan Ulujami …………………….... 65 Peta 5. Kepadatan Penduduk Kecamatan Ulujami ……………………… 69 Peta 6. Sebaran Nilai DHL Kecamatan Ulujami Tahun 2012 ….…….….. 76 Peta 7. Kontur DHL Kecamatan Ulujami ……….……………………… 78 Peta 8. Sebaran Salinitas Airtanah Dangkal Kecamatan Ulujami ……… 81

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Airtanah merupakan salah satu sumberdaya air yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Salah satu contoh pemanfaatannya adalah menyediakan sumber air bersih untuk bahan baku air minum yang paling tinggi mutunya dibandingkan dengan sumber air lainnya.

Kebutuhan airtanah selalu meningkat sesuai dengan pertambahan penduduk. Kebutuhan air yang selalu meningkat sering membuat orang lupa bahwa daya dukung alam ada batasnya dalam memenuhi kebutuhan air. Kebutuhan air bagi manusia yang paling utama diantaranya adalah untuk kebutuhan domestik sehari-hari, industri, irigasi, jasa dan penyediaan air perkotaan. Peningkatan pemanfaatan ini dapat dijumpai pada daerah-daerah yang padat penduduk, daerah pemukiman baru dan daerah-daerah industri. Wilayah pesisir khususnya, merupakan kawasan yang sangat strategis dan berfungsi sebagai pusat kegiatan masyarakat karena memiliki fisiografis yang datar. Banyak daerah di pantai yang populasi penduduknya tinggi, menyebabkan meningkatnya kebutuhan air bersih. Akuifer pantai merupakan sumber penting untuk memenuhi kebutuhan air bersih, khususnya di daerah-daerah yang berkembang di sepanjang pesisir pantai.

Pengambilan airtanah yang terus menerus tanpa memperhitungkan daya dukung lingkungannya menyebabkan kebutuhan akan airtanah melebihi daya produksi dari suatu akuifer, yang merupakan formasi pengikat air yang memungkinkan air cukup besar untuk bergerak melaluinya pada kondisi lapangan biasa. Hal ini dapat menimbulkan pengaruh negatif berupa kurangnya cadangan air, degradasi muka air tanah, terjadinya intrusi air laut terhadap sumber air bawah tanah (sumur) serta menyebabkan penurunan lapisan tanah di permukaan (Kodoatie, 1995: 319).

model matematik steady strate dan transient flow, dan diperoleh hasil berupa terjadinya penurunan muka airtanah mencapai lebih dari 5 m pada tahun 2000 dan 2010 akibat pemompaan airtanah yang diprediksi sebesar 10,4 juta m3/tahun. Hal demikian memicu terjadinya intrusi air laut, terutama di sekitar Pemalang. Simulasi itu memakai 79% masukan (flux inflow) dari hujan dan 21% lainnya dari atas muka air tetap.

Kecamatan Ulujami merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Pemalang Jawa Tengah yang letaknya paling utara dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Kecamatan ini merupakan wilayah pesisir dengan perkembangan wilayah khususnya di bidang permukiman yang berkembang sangat pesat. Perkembangan permukiman dengan segala fasilitasnya mengakibatkan jumlah kebutuhan akan airtanah semakin meningkat.

Kecamatan Ulujami juga terus berkembang pesat baik sebagai wilayah pertanian, perdagangan, industri tekstil dan industri rumah tangga, serta perikanan. Rekapitulasi data jenis kegiatan perekonomian yang ada di Kecamatan Ulujami dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini:

Tabel 1. Jenis Kegiatan Perekonomian Kecamatan Ulujami per Oktober 2011

No Jenis Sektor Perekonomian

Jumlah (buah)

Tenaga Kerja

1 Industry besar dan sedang

3 Rumah Tangga

5 Rumah Makan

57 128 * Tidak ada data

Sumber: Laporan Kependudukan Kecamatan Ulujami Bulan Oktober 2011 Sumber: Laporan Kependudukan Kecamatan Ulujami Bulan Oktober 2011

Tabel 2. Kepadatan Penduduk Kabupaten Pemalang Tahun 2011 No

Kecamatan

Luas (Km2)

Banyaknya Penduduk Kepadatan

1440086 1291,21 Sumber: Registrasi Penduduk Kecamatan Tahun 2011

Tabel 2 menunjukkan bahwa pada tahun 2011 kecamatan yang menduduki posisi pertama dalam hal jumlah penduduk di Kabupaten Pemalang adalah Kecamatan Pemalang, diikuti Kecamatan Taman dan Kecamatan Petarukan. Kecamatan Ulujami menempati urutan keempat dengan perincian pada tabel 3:

No

Desa

Jumlah Penduduk

Sumber: Laporan Kependudukan Kecamatan Ulujami Bulan Oktober 2011

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Ulujami terdapat di Desa Pesantren, diikuti Desa Pamutih dan Desa Kaliprau. Desa Pesantren secara geografis terletak di perbatasan antara Kecamatan Ulujami dan Kecamatan Comal, berbatasan langsung dengan Laut Jawa dan dilalui oleh Jalur Pantura. Letaknya yang strategis memungkinkan desa ini untuk memiliki jumlah penduduk yang paling besar di Kecamatan Ulujami.

Semakin besar jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi saat ini menjadikan kebutuhan akan air bersih terus meningkat, baik air untuk kebutuhan domestik maupun untuk kebutuhan industri. Dalam pemenuhan kebutuhan air bersih tersebut, masyarakat lebih banyak mengandalkan airtanah, baik yang diambil dari akuifer dangkal maupun akuifer dalam. Hal tersebut dikarenakan pelayanan Semakin besar jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi saat ini menjadikan kebutuhan akan air bersih terus meningkat, baik air untuk kebutuhan domestik maupun untuk kebutuhan industri. Dalam pemenuhan kebutuhan air bersih tersebut, masyarakat lebih banyak mengandalkan airtanah, baik yang diambil dari akuifer dangkal maupun akuifer dalam. Hal tersebut dikarenakan pelayanan

mengakibatkan air asin masuk ke dalam akifer di daratan, sehingga air sumur penduduk terasa payau atau asin. Jika hal ini terjadi, maka kondisi air pada daerah tersebut tidak layak untuk dikonsumsi.

Eksploitasi airtanah yang terus berlangsung dan semakin meningkat dari waktu ke waktu tersebut diduga telah mengakibatkan terjadinya intrusi air laut pada akuifer di daerah pantai Kecamatan Ulujami. Air tawar pun sulit didapatkan, terutama dalam pembuatan sumur-sumur baru. Hal ini ditunjukkan dengan semakin bertambahnya sumur penduduk yang berubah menjadi payau/salin.

Dugaan tersebut semakin kuat dengan adanya hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Propinsi Jawa

Tengah pada tahun 2006. Hasil penelitiannya yang berjudul “Kerusakan Akibat Intrusi Air Laut di Pantai Utara Jawa Tengah” menyatakan bahwa dalam dua dekade terakhir ini, intrusi air laut di beberapa wilayah pantai utara Jawa Tengah semakin masuk jauh ke daratan, baik intrusi permukaan (rob) maupun intrusi di bawah permukaan.

Dua kota di pantai utara Jawa Tengah yang diperkirakan paling parah terintrusi adalah pantai Kota Semarang dan Pekalongan. Sementara Kecamatan Ulujami merupakan kecamatan yang letaknya paling timur dari Kabupaten Pemalang dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Pekalongan yang berada pada satu jalur yakni jalur Pantura (Pantai Utara). Faktor lokasi itulah yang semakin menguatkan anggapan telah terjadinya intrusi air laut yang meningkatkan kadar garam pada akuifer Kecamatan Ulujami.

Studi mengenai sebaran salinitas airtanah dangkal di daerah penelitian perlu dilakukan agar dapat diketahui daerah-daerah yang memerlukan perhatian khusus dari Studi mengenai sebaran salinitas airtanah dangkal di daerah penelitian perlu dilakukan agar dapat diketahui daerah-daerah yang memerlukan perhatian khusus dari

Hal-hal demikianlah yang membuat peneliti tertarik melakukan penelitian

dengan tema salinitas. Dirancanglah suatu penelitian yang diberi judul “Studi Salinitas Airtanah Dangkal di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang Tahun 2012”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat diidentifikasikan masalahnya adalah:

1. Eksploitasi airtanah di Kecamatan Ulujami yang berlangsung terus menerus dan semakin meningkat dari waktu ke waktu.

2. Air sumur penduduk di daerah pantai Kecamatan Ulujami terasa payau.

3. Sebaran salinitas airtanah dangkal di Kecamatan Ulujami belum diketahui.

4. Belum diketahui bagaimana hubungan antara jarak dengan salinitas

5. Kedalaman interface yang dapat digunakan sebagai deteksi intrusi air laut pada daerah penelitian belum diketahui.

6. Intrusi air laut menimbulkan dampak yang sangat luas terhadap berbagai aspek dalam kehidupan dan belum diketahui bagaimana pola penanggulangannya.

C. Pembatasan Masalah

Terdapat beberapa permasalahan yang muncul di daerah penelitian. Mengingat keterbatasan tenaga, waktu, biaya, kemampuan, dan kemampuan penulis serta untuk mempertajam dan memperjelas permasalahan yang akan diteliti, maka diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut:

2. Hubungan antara jarak terhadap besarnya salinitas airtanah dangkal.

3. Kedalaman interface Kecamatan Ulujami.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka peneliti menetapkan rumusan masalahnya yaitu:

1. Bagaimana agihan spasial salinitas airtanah dangkal di Kecamatan Ulujami Tahun 2012?

2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara jarak dari garis pantai dengan salinitas airtanah dangkal di Kecamatan Ulujami?

3. Bagaimana kedalaman interface di Kecamatan Ulujami Tahun 2012?

E. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian memiliki tujuan yang hendak dicapai. Dengan tujuan yang jelas, berbagai proses dalam penelitian akan lebih mudah. Penelitian yang dilakukan di wilayah pesisir Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui agihan spasial salinitas airtanah dangkal di Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang Tahun 2012

2. Mengetahui hubungan antara jarak dari garis pantai dengan salinitas airtanah dangkal di Kecamatan Ulujami.

3. Mengukur kedalaman interface di Kecamatan Ulujami Tahun 2012.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat diantaranya sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan informasi serta dapat digunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam penelitian selanjutnya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai kajian intrusi air laut di daerah penelitian.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan bahan pertimbangan dalam penanganan dan pencegahan intrusi air laut yang perlu mendapatkan perhatian sungguh-sungguh dalam kaitannya dengan perencanaan pembangunan wilayah dikawasan pesisir.

b. Sebagai bahan pertimbangan masyarakat sekitar, khususnya masyarakat Kecamatan Ulujami untuk selalu menjaga kelestarian dan bersikap bijaksana dalam pemanfaatan sumberdaya air di pesisir.

c. Memberikan informasi kepada masyarakat agar dapat memanfaatkan air tanah secara efektif, efisien dan tidak berlebihan serta sebagai data awal untuk penelitian lebih lanjut mengenai intrusi air laut.

d. Dapat memberikan informasi kepada pemerintah Kabupaten Pemalang mengenai daerah-daerah yang memerlukan perhatian khusus dari pemerintah daerah terutama pada pengadaan fasilitas pengairan.

e. Dapat digunakan sebagai bahan ajar pada mata pelajaran IPS Geografi di SMP Kelas VII semester 2 pada kompetensi dasar mendeskripsikan gejala – gejala yang terjadi di atmosfer dan hidrosfer serta dampaknya terhadap kehidupan.

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Untuk memahami konsep dari variable-variabel yang dikaji dalam penelitian ini, maka dibawah ini diuraikan telaah pustaka dari konsep dasar dan hasil penelitian terkait sebelumnya. Konsep yang akan diuraikan dibawah ini meliputi: 1) konsep sumberdaya air dan kualitasnya, 2) airtanah, 3) pantai, 4) akuifer pantai, serta 5) intrusi air laut.

1. Sumberdaya Air dan Kualitasnya

Sumberdaya air adalah sumber-sumber air yang terdapat di atas atau di bawah permukaan tanah tidak termasuk dalam pengertian ini air yang terdapat di laut (UU No. 11 tahun 1974). Sumberdaya air merupakan bagian dari sumberdaya alam yang bersifat dapat diperbarui (renewable resources). Di Indonesia, pemanfaatan sumberdaya air telah dikembangkan cukup luas, antara lain: untuk pembangkit tenaga listrik; penggelontoran sampah dan limbah perkotaan; irigasi pertanian dan perkebunan; pendingin mesin-mesin industry; dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari penduduk.

Berdasarkan pada letaknya, sumberdaya air tersebut dibedakan menjadi 3 golongan yaitu:

a. Air permukaan adalah air hujan atau airtanah yang keluar dari dalam tanah secara terakumulasi, terkumpul, atau terlimpas (run off) dan berada pada tempat-tempat cekungan untuk sementara waktu, contohnya adalah air sungai, genangan, situ, danau, waduk, rawa, laguna, dsb.

b. Airtanah dangkal adalah air yang berada di bawah permukaan tanah hingga kedalaman 90 m dari permukaan tanah, mengisi pori-pori tanah di atas lapisan batuan kedap air dalam tanah. Airtanah ini membentuk permukaan air sebagaimana permukaan air pada sumur-sumur penduduk.

umunya berada pada kedalaman lebih dari 90 m dari permukaan tanah.

Sebagai satu sumberdaya alam yang dapat diperbarui, sumberdaya air harus terus dilestarikan ketersediaannya. Untuk itu, sumberdaya air mutlak harus dilestarikan ketersediaannya. Untuk itu, sumberdaya air mutlak harus dikelola dengan sebaik-baiknya. Terdapat 3 aspek yang perlu dikelola dalam pengelolaan sumberdaya air, yaitu:

a. Konservasi dan pendayagunaan sumberdaya air

b. Pengendalian daya rusak air

c. System informasi sumberdaya air Aspek-aspek pengelolaan sumberdaya air mencakup pula pokok-pokok sebagai berikut:

a. Perlindungan dan pelestarian sumber air

b. Pengisian air pada sumber air, antara lain, pemindahan aliran air.

c. Pengaturan sarana dan prasarana sanitasi meliputi sarana prasarana air limbah dan persampahan.

d. Perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan dan pemanfaatan lahan pada sumber air.

e. Pengendalian pengelolaan tanah di daerah hulu.

f. Rehabilitasi hutan dan lahan.

g. Peleatarian hutan lindung, kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam.

h. Pengelolaan air bersih. Kualitas sumberdaya air sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik, kimia, serta biologinya di dalam suatu ekosistem. Khusus air permukaan mempunyai multifungsi dalam pemanfaatannya (domestik, industri, pertanian, dan lain-lain) sehingga kualitas sumberdaya sangat dipengaruhi oleh lokasi, penggunaan lahan serta tingkat kepadatan penduduk dan adanya aktifitas perekonomian. Sedangkan untuk airtanah, kualitas sumberdaya airnya sangat dipengaruhi oleh jenis, ketebalan, dan tingkat porositas equifer-nya. (Bappeda Kab. Pemalang, 2008)

Airtanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Akuifer adalah lapisan batuan jenuh air tanah yang dapat menyimpan dan meneruskan air tanah dalam jumlah cukup dan ekonomis. (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008).

Sumber utama air yang ada di permukaan dan bawah permukaaan tanah berasal dari hujan. Hujan yang turun ke bumi sebagian akan mengalir sebagai air permukaan dan sebagian lagi meresap ke dalam tanah, kemudian membentuk air tanah. Baik air permukaan maupun air tanah mengalir dari daerah yang lebih tinggi yaitu dari daerah resapan atau daerah imbuhan menuju daerah yang lebih rendah dan akhirnya menuju ke laut. selain itu ada yang disebut air fosil (air “connate”), merupakan kantong air yang terjadi karena air tersebut terperangkap pada endapan sewaktu terjadi proses pengendapannya. Kadar kandungan air tanah di suatu daerah ditentukan oleh:

a. Iklim/musim atau banyaknya curah hujan.

b. Banyak sedikitnya tumbuh-tumbuhan; misalnya hutan, padang, dsb.

c. Topografi, misalnya lereng, datar, cekungan.

d. Derajat kesarangan / derajat celah atau pori-pori batuan. (Teguh, 2009: 173)

Airtanah merupakan salah satu fase dalam siklus hidrologi, yaitu suatu peristiwa yang selalu berulang dari urutan tahap yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer. Pada proses siklus hidrologi tersebut irtanah berinteraksi dengan air permukaan serta komponen-komponen lain yang terlibat dalam siklus hidrologi termasuk bentuk topografi, jenis tanah, penggunaan lahan, jenis tanah, penggunaan lahan, jenis vegetasi penutup, serta manusia yang berada di permukaan bumi (Setyowati, 2007:7-8).

Pada dasarnya, airtanah dapat berasal dari air hujan (presipitasi), baik melalui proses infiltrasi secara langsung ataupun sacera tak langsung dari air sungai, dnau, rawa, dan genangan air lainnya. Pergerakan airtanah pada hakekatnya terdiri atas Pada dasarnya, airtanah dapat berasal dari air hujan (presipitasi), baik melalui proses infiltrasi secara langsung ataupun sacera tak langsung dari air sungai, dnau, rawa, dan genangan air lainnya. Pergerakan airtanah pada hakekatnya terdiri atas

Penyebaran airtanah dapat dibedakan menjadi dua yaitu (1) Penyebaran secara vertical, merupakan deskripsi penyebaran airtanah di permukaan bumi yang diidentifikasi dalam suatu kolom tanah dari permukaan tanah sanpai ke dalam tanah tertentu; (2) Penyebaran secara horizontal, merupakan deskripsi penyebaran airtanah di permukaan bumi yang diidentifikasi secara horizontal dari suatu tempat ke tempat lain (Setyowati, 2007:12-13).

Airtanah ditemukan pada formasi geologi permeable (tembus air) yang dikenal sebagai akuifer (juga disebut reservoir airtanah, formasi pengikat air, dasar- dasar yang tembus air) yang merupakan formasi pengikat air yang memungkinkan jumlah air yang cukup besar untuk bergerak melaluinya pada kondisi lapangan yang biasa (Seyhan, 1990:256).

Adapun tipe-tipe akifer yang dibagi menjadi 4, yaitu sebagai berikut:

a. Akifer tidak tertekan: Akifer ini (disebut juga bebas, freatik atau non-artesis) batas-batas adalah muka airtanah. Kelengkungan dan kedalaman muka airtanah beragam tergantung dari kondisi-kondisi permukaan, luas pengisian kembali, debit, pemompaan dari sumur, permeabilitas, dan lain-lain.

b. Akifer tertekan: Akifer ini disebut juga akifer artesis atau akifer tekanan. Airtanah tertutup antara 2 lapisan yang relatif kedap air. Airnya ada di bawah tekanan dan bagian atasnya dibatasi oleh permukaan piezometrik. Kawasan yang memasok air ke akuifer tertekan disebut daerah pengisian kembali.

c. Akifer melayang: Akifer ini merupakan kasus khusus yang terjadi pada akifer tak terbatas yang terjadi dimana tubuh airtanah dipisahkan dari tubuh utama airtanah oleh lapisan yang relative kedap air dengan luas yang kecil. Lensa-lensa liat yang deposit sedimen mempunyai tubuh air yang dangkal yang melapisinya.

dibatasi oleh lapisan-lapisan semi-permeabel (Seyhan, 1977:259-260).

Kecenderungan pemilihan airtanah sebagai sumber air bersih dibandingkan air permukaan, karena beberapa keuntungan diantaranya:

a. Tersedia dekat dengan tempat yang memerlukan, sehingga distribusi lebih murah.

b. Debit (produksi) sumur biasanya relatif stabil.

c. Lebih bersih dari bahan pencemar (polutan) permukaan.

d. Bersih dari kekeruhan, bakteri, lumut, atau tumbuhan dan binatang liar.

e. Kualitasnya seragam. (Suripin, 2001:141). Dalam Undang-undang Sumber Daya Air, daerah aliran air tanah disebut Cekungan Air Tanah (CAT) yang didefinisikan sebagai suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbunan, pengaliran dan pelepasan air tanah berlangsung. Menurut Danaryanto, dkk. (2004), CAT di Indonesia secara umum dibedakan menjadi dua buah yaitu CAT bebas (unconfined aquifer) dan CAT tertekan (confined aquifer). Elemen CAT adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan tanah, jadi seakan-akan merupakan kebalikan dari air permukaan. CAT ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan total besarnya potensi masing-masing CAT adalah :

1) CAT Bebas : Potensi 1.165.971 juta m³/tahun

2) CAT Tertekan : Potensi 35.325 juta m³/tahun

3. Pantai

Pantai adalah sebuah bentuk geografis yang terdiri dari pasir, dan terdapat di daerah pesisir laut. Daerah pantai menjadi batas antara daratan dan perairan laut. Panjang garis pantai ini diukur mengeliling seluruh pantai yang merupakan daerah teritorial suatu negara.

Garis pantai adalah batas pertemuan antara bagian laut dan daratan pada saat terjadi air laut pasang tertinggi. Garis laut dapat berubah karena adanya abrasi, yaitu Garis pantai adalah batas pertemuan antara bagian laut dan daratan pada saat terjadi air laut pasang tertinggi. Garis laut dapat berubah karena adanya abrasi, yaitu

Untuk mengatasi abrasi/penggerusan garis pantai dari gelombang/ombak dapat digunakan pemecah gelombang yang berfungsi untuk memantulkan kembali energi gelombang. Berbagai cara yang ditempuh untuk memecahkan gelombang diantaranya dengan menggunakan tumpukan tetrapod yang terbuat dari beton pada jarak tertentu dari garis pantai.

Hutan bakau dapat membantu mengatasi gelombang serta sekaligus bermanfaat untuk kehidupan binatang serta tempat berkembang biak ikan-ikan tertentu. Hutan bakau disebagian besar pantai Utara sudah hilang karena ulah manusia, yang pada gilirannya akan menggerus pantai. Terumbu karang juga merupakan pemecah gelombang alami, sehingga sangat perlu untuk dilestarikan dan dikembangkan dalam mempertahankan garis pantai. Klasifikasi pantai menurut Valentin, 1952 (Sutikno, 1999), dasar klasifikasinya adalah perkembangan garis pantai maju atau mundur. Pantai maju dapat disebabkan oleh pengangkatan pantai atau progradasi oleh deposisi, sedangkan pantai mundur disebabkan pantai tenggelam atau retrogradasi oleh erosi.

Menentukan tingkat perubahan pantai yang dapat dikategorikan kerusakan daerah pantai merupakan hal yang tidak mudah. Untuk melakukan penilaian terhadap perubahan pantai diperlukan suatu tolok ukur agar penilaian perubahan pantai dapat lebih obyektif dalam penentuan tingkat kerusakannya. Perubahan pantai harus dilihat tidak dalam keadaan sesaat, namun harus diamati dalam suatu kurun waktu tertentu. Perubahan garis pantai yang terjadi sesaat tidak berarti pantai tersebut tidak stabil, hal ini mengingat pada analisis perubahan garis pantai dikenal keseimbangan dinamis daerah pantai. Keseimbangan dinamis berarti pantai tersebut apabila ditinjau pada suatu kurun waktu tertentu (misalnya satu tahun) tidak terjadi kemajuan atau kemunduran yang langgeng, namun pada waktu-waktu tertentu pantai tersebut dapat Menentukan tingkat perubahan pantai yang dapat dikategorikan kerusakan daerah pantai merupakan hal yang tidak mudah. Untuk melakukan penilaian terhadap perubahan pantai diperlukan suatu tolok ukur agar penilaian perubahan pantai dapat lebih obyektif dalam penentuan tingkat kerusakannya. Perubahan pantai harus dilihat tidak dalam keadaan sesaat, namun harus diamati dalam suatu kurun waktu tertentu. Perubahan garis pantai yang terjadi sesaat tidak berarti pantai tersebut tidak stabil, hal ini mengingat pada analisis perubahan garis pantai dikenal keseimbangan dinamis daerah pantai. Keseimbangan dinamis berarti pantai tersebut apabila ditinjau pada suatu kurun waktu tertentu (misalnya satu tahun) tidak terjadi kemajuan atau kemunduran yang langgeng, namun pada waktu-waktu tertentu pantai tersebut dapat

4. Akuifer Pantai

Menurut usgs, 2001, zone dalam formasi geologi tanah atau bagian tanah yang dapat ditempati oleh molekul air disebut “aquifer”. Airtanah dapat berada pada

pori-pori tanah, retakan, dan rongga-rongga dalam formasi geologi tanah. Akuifer daerah pantai merupakan sumber air tanah yang sangat penting bagi daerah kota dan pertanian dengan batas pantai. Di beberapa daerah kondisi hidrogeologi pantai secara sederhana digambarkan sebagai suatu individu tak tertekan (A), lapisan akuifer kepulauan (B) atau akuifer tertekan (C), (Gambar 1). Secara lebih umum susunan hidrogeologi dalam lingkungan pantai adalah suatu jajaran lapisan dengan berbagai kondisi terdiri dari kombinasi lapisan akuifer tertekan dan tak tertekan.

Gambar 1. Contoh Suatu Kondisi Hidrogeologi dalam Akuifer Pantai Sumber: http://www.kelair.bppt.go.id/~haryoto/Artikel/Ats

Kondisi lapisan akuifer daerah pantai pada umumnya tidak seideal dalam teori yaitu yang hanya terdiri dari lapisan akuifer tunggal akan tetapi amatlah kompleks. Lapisan akuifer yang paling atas dapat sebagai lapisan akuifer tertekan atau dapat juga sebagai lapisan tak tertekan. Tebal tipis lapisan akuifer di berbagai tempat tidak sama (seragam).

Untuk menggambarkan kondisi pantai, suatu penampang hidrogeologi ideal ditunjukkan sebagai suatu sistem akuifer pantai berlapis yang lepas pantainya diperluas hingga ke dasar tebing seperti Gambar 2. Dalam kedaan alami, kondisi yang tidak terganggu, terdapat suatu garis kemiringan hidrolik seimbang yang mengarah kelaut, dalam setiap akuifer dengan air tawar yang mengalir kelaut (Gambar 2A).

Gambar 2. Potongan Melintang Ideal Suatu Sistem Akuifer Pantai Sumber: http://www.kelair.bppt.go.id/~haryoto/Artikel/Ats

Dibawahnya pada akuifer tertekan air tawar mengalir ke laut melalui bocoran terus ke lapisan atas dan atau mengalir bebas ke tebing. Pada suatu kasus sistem satu lapisan, air laut pada dasarnya akan statis pada kondisi "steady-state". Kebocoran vertikal air tawar kedalam suatu daerah air asin, mengakibatkan percampuran sehingga menjadi tidak statis.

Gambar 3: Model Interface Ghyben Herzberg Sumber: http://www.kelair.bppt.go.id/~haryoto/Artikel/Ats

Pada kenyataannya, pemisahan "interface" air tawar dan air asin adalah suatu daerah transisi yang dibentuk oleh campuran air karena efek difusi dan penyebaran secara mekanik. Cooper (1959) dan Kohout (1964) juga telah menunjukkan bahwa dalam daerah campuran, air asin yang ditambah air kurang pekat dari air laut semula, menyebabkanya naik dan bergerak kelaut sepanjang "interface" (Gambar 3). Ini menyebabkan suatu siklus aliran air asin dari laut, dasar samodra, ke daerah campuran dan kembali ke laut. Siklus aliran ini terjadi dibawah kondisi "steady- state".

Gambar 4. Sirkulasi Air Asin dari Laut Menuju Daerah Transisi dan Kembali ke Laut Oleh Percampuran Pada Daerah Interface Sumber: http://www.kelair.bppt.go.id/~haryoto/Artikel/Ats Perubahan di dalam tanah oleh imbuhan atau perubahan aliran dalam daerah air tawar, menyebabkan perubahan "interface". Penurunan aliran air tawar yang masuk ke laut menyebabkan "interface" bergerak ke dalam tanah dan menghasilkan intrusi air asin ke dalam akuifer. Sebaliknya suatu peningkatan aliran air tawar Gambar 4. Sirkulasi Air Asin dari Laut Menuju Daerah Transisi dan Kembali ke Laut Oleh Percampuran Pada Daerah Interface Sumber: http://www.kelair.bppt.go.id/~haryoto/Artikel/Ats Perubahan di dalam tanah oleh imbuhan atau perubahan aliran dalam daerah air tawar, menyebabkan perubahan "interface". Penurunan aliran air tawar yang masuk ke laut menyebabkan "interface" bergerak ke dalam tanah dan menghasilkan intrusi air asin ke dalam akuifer. Sebaliknya suatu peningkatan aliran air tawar

5. Intrusi Air Laut

Intrusi air laut merupakan suatu peristiwa penyusupan atau meresapmya air laut atau air asin ke dalam air tanah. Kasus intrusi air laut merupakan masalah yang sering terjadi di daerah pesisir pantai. Masalah ini selalu terkait dengan kebutuhan air bersih, dimana air bersih merupakan air yang layak untuk dikonsumsi. Rusaknya air tanah pada daerah pesisir ditandai dengan keadaan air yang tidak bersih dan rasanya asin. (Djoko Sangkoro, 1979: 121).

Pada daerah yang berdekatan dengan pantai atau dekat dengan laut, maka terjadi pertemuan antara air laut dengan air tawar yang kita kenal dengan sebutan interface. Interface ini bisa menjorok ke arah laut dan juga bisa juga menjorok ke arah darat tergantung besar kecilnya imbuhan air hujan. Apabila imbuhan air hujan lebih sangat besar, maka interface akan menjorok ke arah laut, sedangkan imbuhan air hujan sedikit atau tidak ada sama sekali, maka interface akan menjotok ke arah darat. Perubahan di dalam tanah oleh imbuhan atau perubahan luar aliran dalam daerah air tawar, menyebabkan perubahan interface. Penurunan aliran air tawar yang masuk ke laut menyebabkan interface bergerak ke dalam tanah dan menghasilkan intrusi air asin ke dalam akuifer. Sebaliknya suatu peningkatan aliran air tawar mendorong interface ke arah laut.

Akibat penggunaan air tanah yang berlebihan sementara imbuhan air hujan terbatas menyebabkan interface menjadi naik ke atas. Keadaan ini kita kenal dengan sebutan up conning. Sehingga air yang dikonsumsi menjadi asin akibat pengaruh air laut.

diantaranya:

a. Aktivitas manusia

b. Faktor batuan

c. Karakteristik pantai

d. Fluktuasi airtanah di daerah pantai. Hubungan antara air laut dengan air bawah tanah tawar pada akuifer pantai pada keadaan statis dapat diterangkan dengan hukum Ghyben-Herzberg. Dengan adanya perbedaan berat jenis antara air laut dengan air bawah tanah tawar, maka bidang batas (interface) tergantung pada keseimbangan keduanya. Hubungan antara air asin dengan air bawah tanah tawar pada akuifer bebas di daerah pantai seperti ditunjukkan pada gambar 5. (Musnawir, 2001)

Gambar 5.Hubungan air asin dengan airtanah tawar pada akuifer bebas di daerah pantai. (L.M. Musnawir)

Tekanan hidrostatis di titik A = B pA

= pB

Ps.g.hs

= Pf.g.hf + Pf.g.hs

Hs

Hs

= 40 hf;

Pf: kerapatan airtanah tawar = 1 gr/cm3 ;

g: percepatan gravitasi; hs: kedalaman muka air laut dari titik A;

hf: kedalaman muka airtanah dari muka laut

Persamaan tersebut hanya berlaku jika :

a. Muka air tanah (bid. pisometrik) berada di atas muka laut

b. Muka air tanah (bid. pisometrik) miring ke arah laut Pada kondisi yang dinamis, hukum Ghyben Herzberg tidak sepenuhnya berlaku. Pada gambar (2) tampak bahwa garis aliran air tanah ada yang menunjukkan arah menaik. Pada pantai yang landai perbedaan bidang batas yang sesuai dengan hukum Ghyben- Herzberg dengan bidang batas sesungguhnya kecil, sedangkan pada pantai curam perbedaan tersebut cukup besar. Dengan demikian panjang penyusupan air laut pada akuifer pantai tergantung :

c. Tebal akuifer atau tebal zone jenuh air

d. Koefisien kelulusan air

e. Debit aliran airtanah per satuan luas akuifer Dalam penentuan batas antara airtanah dan air laut yang dinyatakan dengan suatu garis/zona lengkung interface antara air laut dan airtanah dengan persamaan Ghyben-Herzberg maka, dilakukan pengukuran, perhitungan dalam menentukan garis batas tersebut. Dalam penelitian dilakukan penentuan dengan melakukan pengukuran muka airtanah sehingga dapat diperoleh titik lengkung batas terhadap air laut dengan persamaan Ghyben-Herzberg. (L.M. Musnawir)

Beberapa parameter yang berkaitan dengan intrusi air laut diantaranya adalah:

a. Rasa Rasa pada air ditimbulkan oleh beberapa hal yaitu adanya gas terlarut, organism hidup, dan adanya limbah padat dan limbah cair. Rasa air dapat dideteksi oleh indera pengecap (lidah) dengan cara dimasukkan ke mulut, didiamkan sejenak dan kemudian dikeluarkan kembali. Dengan cara tersebut akan a. Rasa Rasa pada air ditimbulkan oleh beberapa hal yaitu adanya gas terlarut, organism hidup, dan adanya limbah padat dan limbah cair. Rasa air dapat dideteksi oleh indera pengecap (lidah) dengan cara dimasukkan ke mulut, didiamkan sejenak dan kemudian dikeluarkan kembali. Dengan cara tersebut akan

b. Konduktivitas Konduktivitas (Daya Hantar Listrik/DHL) adalah gambaran numerik dari kemampuan air untuk meneruskan aliran listrik. Oleh karena itu, semakin banyak garam-garam terlarut yang dapat terionasi, semakin tinggi pula nilai DHL. Konduktivitas dinyatakan dengan satuan µmhos/cm, dapat dideteksi dengan menggunakan alat EC Meter (Elektric Condustance).

Air suling (aquades) memiliki nilai DHL sekitar 1 µmhos/cm, sedangkan perairan alami sekitar 20-500 µmhos/cm (Boyd, 1988). Perairan laut memiliki nilai DHL yang sangat tinggi karena banyak mengandung aram terlarut. Limbah industri memiliki nilai DHL mencapai 10.000 µmhos/cm (APHA, 1976 dalam Effendi, 2003)

c. TDS (Total Dissolved Solids) Jumlah garam terlarut dapat ditentukan dengan pengukuran TDS (Total Dissolved Solids ) karena jumlah konsentrasi garam dalam air sangat tinggi terutama air laut yang banyak mengandung senyawa kimia. Air laut memiliki nilai TDS yang tinggi karena banyak mengandung senyawa kimia, yang juga mengakibatkan tingginya nilai salinitas dan daya hantar listrik (Effendi, 2003)

Parameter untuk kualitas air yang biasa dipakai adalah TDS. Definisi salinitas dalam hubungannya dengan TDS adalah berat total semua larutan substansi setiap unit berat air dengan semua karbon oksidasi, semua bromide dan iodium diganti oleh khlorida serta bahan organic teroksidasi pada suhu 480 o C.

Todd (1980) memberi batasan salinitas untuk air yang dapat diminum adalah dengan nilai Total Dissolved Solids (TDS) kurang dari 1000 mg/l. Klasifikasi kualitas air dilihat dari kadar TDS ditunjukkan pada tabel 4 berikut:

Kriteria

TDS (mg/l)

Fresh water

1-1000

Brackish water

1000-10.000

Saline water

Sumber: Carrol 1940 dalam Todd 1980

d. Salinitas Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Air laut adalah air murni yang didalamnya terlarut berbagai zat padat dan gas. Satu contoh air laut seberat 1000 g akan berisi kurang lebih 35 g senyawa-senyawa terlarut yang secara kolektif disebut garam. Dengan kata lain, 96,5% air laut berupa air murni dan 3,5% zat terlarut. Banyaknya zat terlarut disebut salinitas. Satuan salinitas adalah per mil (‰), yaitu jumlah berat total (gr) material padat

seperti NaCl yang terkandung dalam 1000 gram air laut (Soemarto, 1995: 6). Selain pengertian diatas, salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Merupakan bagian dari sifat fisik kimia suatu perairan, selain suhu, pH, substrat dan lain-lain. Besar kecilnya dipengaruhi oleh pasang surut, curah hujan, penguapan, presipitasi dan topografi suatu perairan. Akibatnya, nilai salinitas suatu perairan dapat sama atau berbeda dengan perairan lainnya, misalnya perairan darat, laut dan payau (Nybakken,1992: 122).

Kandungan garam-garam terlarut dalam air secara umum dapat berasal dari tengah laut atau estuary dan konsetrasinya menipis menuju batas-batasa daratan (garis pantai). Selain dari kedua sumber tersebut garam juga bisa berasal dari:

1) Hujan asam yang dipicu oleh penguapan air laut demikian tinggi sehingga ion-ion garam turut teruapkan, umumnya ion-ion magnesium dan chloride karena ion tersebut banyak ditemukan dalam wujud uap di sekitar laut.

2) Limpasan gelombang laut terus menerus, pasang surut, dan storm surges dapat

meningkatkan kandungan garam airtanah di beberapa lokasi.

industry dan rumah tangga, asap kendaraan bermotor, dan drainase irigasi yang mengandung zat kimia.

4) Pelarutan garam-garam yang teruapkan dari pemanasan batuan halite (rock salt ), anhydrite, dan gypsum.

5) Fosil di daerah aquifer. (Bappeda Pemalang, 2008:III-12)

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Skripsi Tejo Wahyu Jatmiko (1990) yang berjudul “Kajian Sumber

Kemasinan Airtanah di Kabupaten Bekasi Jawa Barat dengan Pendekatan

Hidrokimia dan Isotop Lingkungan ”, yang bertujuan untuk menentukan kualitas airtanah untuk air minum dan industri di daerah penelitian. Hasilnya menunjukkan bahwa sumber kemasinan airtanah di daerah penelitian disebabkan oleh adanya pelarutan endapan garam-garam evaporit dan juga terjadinya proses pertukaran kation antara airtanah dengan batuan. Proses intrusi air asin tidak terjadi di daerah ini. Agihan kemasinan airtanah di daerah penelitian meliputi segala arah, dan ini terkait dengan keberadaan material akuifer yang berasal dari laut.

Soenarso Simoen (1992) dalam penelitian “Sistem Akuifer dan Intrusi Air Laut d i Daerah Semarang” yang bertujuan untuk mempelajari sistem akuifer dan intrusi air asin ke dalam airtanah pada daerah Semarang. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa dari tujuh penampang geolistrik yang diteliti, hanya dua penampang yang terdeteksi mengalami intrusi air asin, yaitu penampang I dan iv dekat pantai,yang ditunjukkan dengan harga tahanan jenis < 1 ohm-meter. Meskipun demikian intrusi tersebut tidak atau belum bergerak ke arah darat. Pada lima penampang lain, payaunya air sumur di beberapa tempat disebabkan oleh air connate asin, yang terdapat pada lensa-lensa lempung berpasir dengan kedalaman dan ketebalan yang berbeda-beda.

Soegiyanto (1995) dalam tesisnya yang berjudul “Kajian Intrusi Air Laut

p ada Akuifer Pantai Tuban Sampai Pacitan Jawa Timur”, tujuan penelitian ini

dan mencari penyebab asinnya airtanah serta menentukan sejauh mana kedalaman interface-nya. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa belum terjadi intrusi air asin. Airtanah asin yang ada di daerah penelitian disebabkan karena adanya lapisan air connate yang tersebar di beberapa tempat di daerah penelitian. Penyebaran airtanah asin yang tidak merata ini menunjukkan bahwa yang terjadi bukan intrusi air asin tetapi karena air connate. Dari hasil pendugaan geolistrik di lapangan dibuktikan bahwa kedalaman interface-nya masih dalam yaitu antara 30 m sampai 150 m dari permukaan tanah, selain itu juga adanya niali kualitas air yang bervariasi, dicirikan oleh adanya air tawar, air payau, dan air asin. Untuk air tawar ditunjukkan oleh nilai DHL < 1500 µmhos/cm, sedangkan air mulai payau ditunjukkan dengan nilai DHL >1500 µmhos/cm.

Eka Purnamasari (2002), dalam skripsinya yang berjudul “Intrusi Air Asin

di Pesisir Teluk Lampung Propinsi Lampung” juga masih menggunakan tehnik yang sama dengan penelitian-penelitian diatas namun masih ditambah dengan pengukuran nilai DHL sebagai cross check serta data pengukuran interface dengan metode ghyben dan Herzberg, menyatakan bahwa belum terjadi intrusi si pesisir teluk lampung yang meliputi sukaraja, ketapang, way lunik dan pidada. Adapun airtanah payau yang dijumpai pada daerah penelitian lebih disebabkan oleh adanya air connate yang terdapat pada lensa-lensa lempung sepanjang garis pantai.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian diatas, dapat diketahui bahwa penyebab tingginya salinitas airtanah adalah bukan intrusi melainkan air connate. Melalui pertimbangan itulah, penulis tertarik untuk meneliti penyebab tingginya salinitas airtanah dangkal di Kecamatan Ulujami.

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah yang meliputi 18 desa. Lokasi ini dipilih karena merupakan kecamatan yang letaknya paling timur dari Kabupaten Pemalang dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Pekalongan sebagai salah satu daerah di pantai utara Jawa Tengah yang diperkirakan paling parah terintrusi air laut (Hamam, dkk: 2006).

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dimulai sejak pengajuan proposal, yakni dimulai pada tanggal 13 Agustus 2011 sampai dengan penulisan laporan hasil penelitian. Berikut adalah tahapan-tahapan dalam pelaksanaan penelitian yang divisualisasikan pada tabel dibawah ini: Tabel 6. Rancangan Waktu Penelitian

Penulisan proposal

Penyusunan instrumen

Pengumpulan data

Analisis data Penulisan

laporan

B. Metode Penelitian

Metode adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2006: 160). Sedang penelitian merupakan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, dilakukan Metode adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2006: 160). Sedang penelitian merupakan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, dilakukan

Berdasarkan jenis variabel dan analisis datanya, penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitaif yang digunakan untuk menentukan dan memastikan seberapa besar hubungan antar variable yang terdapat dalam suatu penelitian. Menurut Travers yang dikutip oleh Consuelo G. Sevilla (1993: 71) dalam (Sigit

Setyawan, 2010), “Metode penelitian deskriptif adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang

menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian”. Metode kuantitatif ialah pendekatan yang di dalam usulan penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data dan kesimpulan data sampai dengan penulisannya mempergunakan aspek pengukuran, perhitungan, rumus dan kepastian data numerik. (Musianto, 2002:124).

Deskriptif kuantitatif artinya mendeskripsikan hasil di lapangan dengan menggunakan perhitungan statistik. Analisis data secara deskriptif diperlukan untuk menjelaskan fenomena atau gejala-gejala yang bersifat fisik, seperti proses dan penyebab terjadinya intrusi air laut. (Tika, 2005: 26)

Guna menghampiri atau mendekati masalah dalam geografi digunakan bermacam-macam pendekatan (approach). Pendekatan yang digunakan antara lain pendekatan analisis keruangan (spatial analysis), analisis ekologi (ecological analysis ) dan analisis kompleks wilayah (regional complex analysis) (Bintarto dan Hadisumarno, 1982:13). Penelitian ini menerapkan pendekatan geografi keruangan. Karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persebaran dalam penggunaan ruang yang telah ada, yakni untuk mengetahui persebaran salinitas airtanah di Kecamatan Ulujami. Juga untuk menganalisis ada tidaknya pengaruh agihan spasial salinitas terhadap jaraknya dari garis pantai.

1. Populasi

Populasi adalah himpunan individu atau objek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas. Himpunan individu atau objek yang terbatas merupakan himpunan individu atau objek yang dapat diketahui atau diukur dengan jelas jumlah maupun batasnya. Sedangkan himpunan individu atau objek yang tidak terbatas merupakan himpunan individu atau objek yang sulit diketahui jumlahnya walaupun batas wilayahnya sudah diketahui (Tika, 2005: 22). Populasi dalam penelitian ini adalah airtanah dangkal yang dalam hal ini berupa sumur penduduk yang berada di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang.

2. Sampel