Evaluasi Implementasi Kebijakan Relokasi Pedagang Kaki Lima Belakang Kampus Universitas Sebelas Maret Di Kota Surakarta

Belakang Kampus Universitas Sebelas Maret Di Kota Surakarta SKRIPSI

Disusun untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh : Novan Andrianto

D 0105107

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pembimbing

Drs. Wahyu Nurharjadmo, M.Si NIP.196411231988031001

Skripsi ini Telah Diuji dan Disahkan Oleh Panitia Ujian Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada hari : Tanggal : Panitia Penguji :

1. Drs. Sukadi, M. Si NIP. 194708201976031001

Ketua

2. Dra, Sudaryanti, M. Si NIP. 195704261986012002

Sekretaris

3. Drs. Wahyu Nurhajadmo, M.Si NIP. 196411231988031001

Penguji

Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Prof. Drs. Pawito, Ph.D

MOTTO

demikian itu sangatlah berat, kecuali bagi orang -(Q.S Al Baqarah : 45)-

Barang siapa yang mengajak orang lain kepada kebenaran maka ia akan menerima pahala sebesar pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa berkurang sedikitpun dari pahala mereka.

- HR. Muslim - Seseorang yang mencoba melakukan sesuatu dan gagal jauh lebih baik

dibanding seseorang yang tidak mencoba melakukan sesuatu dan sukses.

-Llyod Jones-

Musuh yang sulit ditaklukkan adalah diri sendiri. -Penulis-

PERSEMBAHAN

Dengan rasa cinta dan ketulusan hati, skripsi ini kupersembahkan untuk :

pengorbanannya serta selalu mengharap keberhasilan buah hatinya

Saudara-saudaraku tersayang

Sahabat-sahabatku Taufiq, Lubis, Aris, Irfianto, Joko, Rita, Edwin, Desi, Arnold, Alwi, Candra dan temen-temen angkatan 05 yang belum sempat tertulis saya ucapkan terima kasih telah mendorong dan

memberi semangat Masa Depanku Almamater

KATA PENGANTAR

Assalamu

arohmatullahi Wabarokatuh.

Alhamdul alamin. Segala puji penulis panjatkan kepada

Allah SWT yang telah melimpahkan segala berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul

EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA BELAKANG KAMPUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET DI

Penulis menyadari bahwa sejak awal sampai selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dorongan, dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Drs. Wahyu Nurharjadmo, M.Si selaku pembimbing skripsi, yang telah

memeberikan pengarahan dalam menyelesaikan tulisan ini.

2. Dra. Sudaryanti, M.Si selaku pembimbing akademik, yang telah membimbing penulis selama menempuh studi.

3. Prof. Drs. Pawito, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Is Hadri Utomo, M.Si selaku Ketua Jurusan yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini.

5. Segenap dosen jurusan Ilmu Administrasi yang telah menularkan

pengetahuan dan pemikirannya selama penulis menempuh studi.

Pembinaan PKL Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta.

7. Seluruh staf karyawan/ karyawati Dinas Pengelolaan Pasar, khususnya pada Bidang Pengelolaan PKL yang telah membantu memperoleh data dalam penelitian ini.

8. Orang tua dan saudara-saudaraku atas semangat dan masukan- masukannya.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Demikian skripsi ini penulis susun, penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi sempurnanya skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya serta pihak-pihak yang berkepentingan dengan penyusunan skripsi ini.

Surakarta, April 2012 Penulis

Novan Andrianto

HALAMAN JUDUL ...................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN

.......................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN

.......................................................... iii HALAMAN MOTTO

...................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN

.......................................................... v KATA PENGANTAR

...................................................................... vi DAFTAR ISI

.................................................................................. viii

DAFTAR TABEL .................................................................................. xi DAFTAR BAGAN .................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii ABSTRAK

.................................................................................. xiv ABSTRACT

.................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Evaluasi Implementasi Kebijakan .....

1. Kebijakan Publik ......................................................................... 8

3. Implementasi Kebijakan

4. Evaluasi Implementasi Kebijakan

5. Pedagang Kaki Lima

B. Kerangka Pemikiran

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

B. Lokasi Penelitian

C. Sumber Data

D. Teknik Pengumpulan data

E. Teknik Penarikan Sampel

F. Teknik Analisis Data

G. Validitas Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta

2. Tugas Pokok dan Struktur Organisasi

3. Persebaran Pedagang Kaki Lima

4. Tujuan Penataan Pedagang Kaki Lima

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Kebijakan Penataan dan Pembinaan PKL di Surakarta

2. Implementasi Kebijakan PKL

a. Tahap Sosialisasi Kebijakan

c. Tahap Penertiban

d. Tahap Pembinaan

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Relokasi PKL

a. Sikap Pelaksana

b. Komunikasi

c. Sumber Daya

d. Kepatuhan dan Daya Tanggap Kelompok Sasaran

5. Evaluasi Implementasi Kebijakan relokasi Pedagang Kaki Lima Belakang Kampus UNS

6. Dampak yang timbul atas Implementasi Relokasi PKL Belakang Kampus UNS

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Tabel II.1 Tabel IV.1

Indikator Evaluasi Kebijakan ................................................. Jumlah PKL per Kecamatan di Kota Surakarta .....................

16

68

Tabel IV.2 Type Bangunan/Tempat PKL yang Cenderung Menetap........

69

Tabel IV.3 Jenis Dagangan PKL di Jl. Ki Hajar Dewantara.....................

69 Tabel IV.4 Table IV.5 Tabel IV.6

Waktu Berdagang PKL

...........

Kebersihan dan Kerapian

70

71

71 Tabel IV.7

Table IV.8

Matrik Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Program Pembinaan, Penataan, dan Penertiban PKL di Belakang Kampus UNS ........................................................................ Matrik Tahapan Kegiatan Relokasi PKL Belakang Kampus UNS ........................................................

110

115

Bagan II.1 Bagan II.2

Kebijakan Sebagai Suatu Proses .................................. Model Implementasi Kebijakan Menurut Grindle

14

24 Bagan II.3

Model Implementasi Kebijakan Menurut Van Meter Dan Van Horn

29 Bagan II.4

Bagan II.5 Bagan III.1

Model Implementasi Kebijakan Menurut Mazmanian Dan Sabatier Skema Kerangka Pemikiran Model Analisis Interaktif.................................................

32

42

51

DAFTAR GAMBAR

Gambar IV.1 Papan Petunjuk Arah Ke Pasar Panggung Rejo 118 Gambar IV.2 Pemugaran Pagar Pasar Panggung Rejo Menjadi

Lebih Pendek

119 Gambar IV.3 Gapura Panggung Rejo

119

ABSTRAK

Novan Andraianto, D0105107, Evaluasi Implementasi Kebijakan Relokasi Pedagang Kaki Lima Belakang Kampus Universitas Sebelas Maret di Kota Surakarta, Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2012, Hal.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kebijakan relokasi dan mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan program kebijakan relokasi pedagang kaki lima belakang kampus Universitas Sebelas Maret di Kota Surakarta serta dampak yang timbul dari kebijakan relokasi tersebut.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian adalah di Dinas Pengelolaan Pasar, serta para PKL belakang kampus UNS. Adapun data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data yang diperoleh dari beberapa sumber melalui wawancara, dokumentasi serta observasi. Metode penarikan sampel yang digunakan bersifat purposive sampling yang dikuatkan dengan snowball . Uji validitas data dilakukan dengan menggunakan teknik trianggulasi data dimana triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif yang terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Indikator evaluasi implementasi yang digunakan yaitu sikap pelaksana, komunikasi, sumber daya, serta kepatuhan dan daya tanggap kelompok sasaran.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan relokasi pedagang kaki lima belakang kampus Universitas Sebelas Maret di terbagi ke dalam empat tahapan yaitu tahap sosialisasi kebijakan, tahap penataan, tahap penertiban, dan tahap pembinaan. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan relokasi pedagang kaki lima belakang kampus Universitas Sebelas Maret sesuai dengan aturan atau petunjuk pelaksanaan yang berlaku. Dalam tahap sosialisasi dan tahap penataan faktor yang menghambat dalam relokasi PKL adalah faktor sumber daya serta faktor kepatuhan dan daya tanggap kelompok sasaran. Dalam tahap pembinaan tidak semua program dilaksanakan. Dampak yang timbul setelah relokasi adalah menurunnya pendapatan para PKL. Untuk mengatasi dampak tersebut pemerintah kota Surakarta melakukan upaya-upaya mempromosikan pasar Panggung Rejo supaya dapat menarik konsumen untuk datang ke pasar tersebut.

ABSTRACT Novan Andrianto, D0105107, Evaluation of Policy Implementation Relocation Street Vendor Seller Behind Campus Sebelas Maret University in Surakarta, Thesis, Department of Administrative Sciences, Faculty of Social and Political Sciences, University of Sebelas Maret, Surakarta, 2012, Page.

This study aimed to evaluate the relocation policy and the factors to be obstacles to the implementation of relocation policy street vendor seller behind campus Sebelas Maret University in Surakarta and the effects of the relocation policy.

The research method used in this research is descriptive qualitative research method that can describe the process of relocation policy implementation street vendor seller behind campus Sebelas Maret University. Study sites are in the Market Management Department, as well as street vendors seller behind the campus UNS.The source data used include the primary data and secondary data. The data is obtained from several sources through interviews, documentation and observation. Sampling method used is purposive sampling was strengthened with the snowball.Validity test data using data triangulation technique is similar to test data from various sources, where the triangulation is a triangulation of sources used. The data analysis technique used is an interactive analysis technique which consists of three components, namely data reduction, data display, and conclusion. Evaluation indicators used by the implementation of executive attitudes, communication, resources , and compliance and the responsiveness of the target group.

Results from research show that implementation of relocation policy implementation street vendor seller behind campus Sebelas Maret University in divided into four stages including Dissemination Policy, Restructuring, Reform and Development. From the results of these studies concluded that the process implementation of relocation policy implementation street vendor seller behind campus Sebelas Maret University has been in accordance with the rules or guidelines which have been specified. In this stage of socialization and structuring phase factors that impede the relocation of street vendors are a factors of resources and compliance and the responsiveness of the target group. In the development stage, not all programs are implemented. Impacts that arise after the relocation of street vendors seller is reduced revenue. To cope with the impact of Surakarta city government to make efforts to promote market Rejo stage in order to entice consumers to come to market.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berkembangnya suatu kota, maka permasalahan yang dihadapinya pun menjadi semakin kompleks. Masalah yang paling jelas adalah masalah kemiskinan, pengangguran dan keterbatasan pekerjaan di sektor formal maka sektor informal menjadi pilihan utama. Sektor informal bidang perdagangan banyak dipilih oleh masyarakat perkotaan karena dalam bidang ini mereka langsung dapat menikmati hasil kerjanya serta tidak membutuhkan modal yang terlalu tinggi, sehingga banyak dari mereka yang berprofesi sebagai pedagang di pinggir jalan atau trotoar sebagai Pedagang Kaki Lima (PKL). Profesi ini tidak memerlukan modal yang besar dan tanpa memerlukan ketrampilan serta pengetahuan yang tinggi. Hanya dengan modal dan ketrampilan yang rendah mereka dapat terus bekerja untuk mempertahankan hidup.

Pesatnya perkembangan sektor informal sekarang ini sebagai penopang kehidupan ekonomi, tidak sedikit dari mereka yang berprofesi sebagai PKL mengembangkan usahanya di daerah yang dianggap srategis / dekat pusat keramaian. Hal ini memungkinkan usahanya menjadi alternatif dalam membuka lapangan kerja dengan skala besar serta dengan omzet penjualan yang relatif besar pula. Bahkan mereka yang semula terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan beralih profesi sebagai PKL telah berhasil mengembangkan usahanya dengan membuka cabang di berbagai tempat. Fenomena ini dapat dilihat di Kota Solo

Kumis, pengusaha susu segar dan Hik, yang telah membuka cabang di beberapa tempat di Kota Solo. Disamping itu bertambahnya jumlah PKL juga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) yang dihasilkan dari retribusi PKL. Sampai saat ini sektor informal memberikan kontribusi yang berarti terhadap pemasukan PAD sebagai modal pembangunan daerah.

Sektor informal meskipun menjadi bagian dari pendukung perekonomian , namun keberadaan mereka di sisi lain berdampak negatif. Dampak negatif ketika keberadaan PKL mulai mengganggu ketertiban, keindahan, dan kenyamanan kota. Para PKL banyak yang berjualan di tempat-tempat umum yang tidak semestinya. Seperti di pinggir jalan, trotoar, taman-taman kota, alun-alun dan berbagai tempat umum yang seharusnya tidak diperuntukkan bagi PKL. Meningkatnya jumlah PKL di berbagai tempat menambah permasalahan baru, keberadaan mereka menjadikan penyebab kekumuhan kota.

Keberadaan PKL tersebut akan menimbulkan permasalahan sosial yang kompleks, bukan hanya terbatas pada permasalahan tata ruang kota tapi juga akan berakibat pada permasalahan sosial yang lain. Baik secara langsung maupun tidak langsung keberadaan PKL sangat mempengaruhi kondisi dan lingkungan kota. Pada dasarnya permasalahan PKL bukan hanya pada persoalan kebersihan, keindahan, keamanan, dan tata ruang kota, tapi juga menyangkut masalah sosial seperti pekerjaan, pengangguran, keadilan sosial, kesejahteraan dan kemiskinan. Penyelesaian permasalahan PKL harus memperhatikan permasalahan sosial yang lain karena kesalahan dalam penanganan terhadap PKL akan menimbulkan

Peraturan Daerah (Perda) Kota Surakarta Nomor 03 Tahun 2008 tentang Penataan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima, ditegaskan bahwa setiap PKL harus bertanggungjawab terhadap ketertiban, kerapian, keindahan, kesehatan lingkungan, dan keamanan sekitar tempat usaha. Akan tetapi hal ini jauh dari apa yang diharapkan. Karena PKL tidak menghiraukan dan bebas menggunakan lahan dan trotoar yang ada di belakang kampus UNS.

Keberadaan PKL bagaikan pisau bermata dua. Sebagai sektor informal PKL menjadi katup-katup pengaman ekonomi saat terjadi krisis moneter yang berlanjut pada krisis multidimensional. PKL mampu bertahan dan menampung korban-korban PHK sehingga rasa frustasi akibat kehilangan pekerjaan / mata pencaharian dapat terobati. Roda perekonomian yang secara nasional hampir terhenti/ lesu, namun PKL sebagai alternative usaha mampu menggerakkannya. Di sisi lain keberadaan PKL yang tak terkendali menjadi bumerang bagi keberlangsungan hidup Pemerintah Kota Surakarta sendiri. Karena keberadaan PKL yang hanya melihat kepentingan sesaat dan pribadi saling bertabrakan dengan kebijakan Pemerintah Kota Surakarta yang mengakomodir kepentingan umum atau banyak pihak. Sehingga dalam perjalanannya, keberadaan PKL telah memunculkan masalah-masalah yang merupakan buah simalakama bagi pemerintah Kota Surakarta. Sering terjadi benturan-benturan kepentingan PKL dengan warga, warga dengan warga, PKL dengan PKL, PKL dengan warga serta warga dengan Pemerintah Surakarta.

keadaan, dengan modal yang pada umumnya tidak besar, PKL tumbuh secara sporadis, menempel di hampir seluruh kegiatan / pusat keramaian dan di tempat- tempat strategis. Salah satu dari kelompok PKL yang ada adalah kelompok PKL yang menempati lahan belakang kampus, persis menempel dipagar belakang UNS. Hal ini tidak sesuai dengan Perda kota Surakarta Nomor 03 Tahun 2008 yang melarang trotoar dan jalan dipakai untuk berjualan. Terlepas dari adanya polemik, dengan keberadaan mereka, tidak sedikit yang memperoleh manfaat, termasuk para mahasiswa UNS sendiri, meski tidak kurang juga masalah yang ditimbulkan.

Berkembangnya PKL di belakang kampus UNS ini, berawal sejak tahun 1990-an. Para PKL tersebut kemudian mendirikan paguyuban yang diberi nama PPSK pada tahun 2000. Seiring dengan meningkatnya jumlah PKL tersebut, pihak Kampus UNS menanggapi dengan melayangkan surat kepada Walikota Surakarta, Ir. H. Joko Widodo pada tanggal 12 Januari 2006 dengan Nomor: 766/J27/TU/2006. Dalam surat tersebut Rektor UNS, Prof. Dr. dr. H. Much Syamsulhadi, Sp. KJ, meminta keberadaan PKL disekitar kampus UNS, baik di Kentingan, Mesen, maupun di Pabelan, untuk ditertibkan. Karena keberadaan PKL telah mengakibatkan kampus menjadi kumuh dan berpengaruh pada citra negatif Kampus UNS di mata masyarakat. Disamping itu, ketertiban dan keamanan kampus kurang dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, PKL di sekitar Kampus UNS ternyata cukup mengganggu kenyamanan lalu lintas sekitar kampus. Dengan pertimbangan inilah maka PKL di belakang kampus UNS ,

Jebres yang sekiranya dapat mengakomodir kegiatan PKL. Upaya yang dilakukan Pemerintah Kota dalam penanganan PKL di belakang kampus UNS diantaranya dengan membuatkan 100 kios di belakang

kantor kecamatan untuk menampung PKL di sepanjang jalan Ki Hajar Dewantara. Sebanyak 93 kios PKL di belakang kampus UNS, Solo telah diruntuhkan semua. Sementara 66 PKL yang belum mendapatkan kios bakal diakomodasi dengan pembangunan kios baru di sepanjang jalan mulai Pedaringan hingga Kantor Kecamatan Jebres. Pembangunan kios baru itu diambilkan dari APBD 2009 senilai Rp. 2,4 miliar. Pembersihan bangunan kios tak berizin itu untuk mengembalikan kondisi jalan semula. Selain itu juga untuk membuka akses Solo Techno

Badan Pertahanan

Nasional (BPN).

(http://quilljournal.wordpress.com/PPSK berang tak dilibatkan dalam proses pendataan relokasi PKL).

Rencana relokasi PKL oleh Pemkot Surakarta yang ditargetkan selesai akhir tahun 2008. Sampai pertengahan tahun 2009 relokasi belum juga sukses dilaksanakan dikarenakan bangunan gedung yang belum sepenuhnya selesai dikerjakan. Pada Oktober 2009 barulah para PKL belakang kampus UNS bisa menempati tempat baru mereka di belakang Kecamatan Jebres. Memang dari apa yang ditemukan di lapangan program ini cukup berhasil, tetapi bagaimanapun tak ada gading yang tak retak. penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauhmana pelaksanaan relokasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta dan dampak Rencana relokasi PKL oleh Pemkot Surakarta yang ditargetkan selesai akhir tahun 2008. Sampai pertengahan tahun 2009 relokasi belum juga sukses dilaksanakan dikarenakan bangunan gedung yang belum sepenuhnya selesai dikerjakan. Pada Oktober 2009 barulah para PKL belakang kampus UNS bisa menempati tempat baru mereka di belakang Kecamatan Jebres. Memang dari apa yang ditemukan di lapangan program ini cukup berhasil, tetapi bagaimanapun tak ada gading yang tak retak. penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauhmana pelaksanaan relokasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta dan dampak

B. Perumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimanakah proses implementasi kebijakan relokasi PKL belakang kampus UNS Oleh Pemerintah Kota Surakarta berdasarkan petunjuk pelaksanaan (Juklak) yang berlaku?

Faktor faktor apa saja yang menjadi penghambat pelaksanaan relokasi PKL? Dampak jangka pendek yang muncul setelah relokasi PKL dari tempat lama ke tempat yang baru ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Operasional Mengetahui implementasi relokasi PKL belakang kampus UNS oleh Pemerintah Kota Surakarta telah sesuai dengan rencana atau aturan implementasi yang diharapkan, mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat implementasi relokasi PKL belakang dan mengetahui dampak jangka pendek yang muncul setelah relokasi PKL belakang ke tempat baru.

2. Tujuan Fungsional

Negara terhadap masalah publik terutama masalah yang berkaitan dengan PKL sehingga penelitian selanjutnya dapat melengkapi dan memperbaiki penelitian yang ada sebelumnya.

3. Tujuan Individu Penelitian ini dilaksanakan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan Administrasi Negara pada Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis :

a. Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi organisasi yang terkait dalam meningkatkan kualitas implementasi program relokasi PKL. b. Hasil penelitian dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan,

bagi pembaca maupun pihak Pemerintah Kota Surakarta, baik sebagai pengetahuan, masukan dan bahan pertimbangan dalam melaksanakan aktivitas yang berhubungan dengan relokasi PKL

2. Manfaat Teoritis :

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur dalam dunia kepustakaan yang dapat membantu bagi terlaksananya penelitian selanjutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Evaluasi Implementasi Kebijakan

Untuk mempermudah penyampaian teori yang menjadi landasan dalam penelitian ini, maka penyusunannya adalah sebagai berikut :

1. Kebijakan Publik

Menurut Widodo (2007: 188-189), kebijakan publik dibuat bukan tanpa maksud dan tujuan. Kebijakan publik dibuat untuk memecahkan masalah publik di masyarakat yang memiliki banyak macam, variasi dan intensitasnya. Hanya masalah publik yang dapat menggerakkan orang banyak untuk memikirkan dan mencari solusinya yang bisa menghasilkan sebuah kebijakan publik. Lebih lanjut menurut Widodo dengan menyimpulkan pendapat dari Walker dan Jones, masalah publik akan mudah tampil menjadi kebijakan publik jika masalah publik tadi:

a) Dinilai penting dan membawa dampak besar bagi banyak orang

b) Mendapatkan perhatian dari Policy Maker

c) Sesuai dengan platform politik (program politik)

d) Kemungkinan besar bisa dipecahkan. Pengertian lain dari kebijakan, menurut Raksasatya (dalam Islamy,1994:17-18), diartikan sebagai suatu taktik atau strategi yang diarahkan d) Kemungkinan besar bisa dipecahkan. Pengertian lain dari kebijakan, menurut Raksasatya (dalam Islamy,1994:17-18), diartikan sebagai suatu taktik atau strategi yang diarahkan

a) Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai.

b) Taktik atau strategi beberapa langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

c) Penyediaan beberapa input untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata dari taktik atau strategi.

Mustopadidjaja menjelaskan mengenai kebijakan sebagai berikut: Istilah kebijakan lazim digunakan dalam kaitannya dengan tindakan atau kegiatan Pemerintah, serta perilaku Negara pada umumnya (dalam Nurcholis.2005:158). Friedrich menjelaskan tentang kebijakan : Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau Pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya memberi peluang-peluang untuk mencapai tujuan, atau mewujudkan sasaran yang diinginkan (dalam Wahab.2005:3)

Pengertian kebijakan menurut Anderson (dalam Islamy,1994:17) diartikan sebagai

an action in dealing with a . (serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan

tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu).

Sedangkan menurut Nugroho (2003:54) kebijakan publik adalah hal-hal yang diputuskan pemerintah untuk dikerjakan dan hal-hal yang diputuskan pemerintah untuk tidak dikerjakan-dibiarkan.

adalah suatu tindakan yang dilakukan Pemerintah untuk memecahkan masalah publik dengan disertai indikator yang jelas dan strategi untuk mencapai tujuan - tujuan tertentu yang ingin dicapai kebijakan tersebut.

2. Evaluasi Kebijakan

Suatu program dirancang sedemikian rupa oleh pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat. Tetapi sekalipun program dirancang sedemikian rupa dan direncanakan dengan matang, tidak selalu dapat mewujudkan tujuan yang dikehendaki. Agar tujuan tercapai maka proses perencanaan program, dan pelaksanaan program harus dilakukan sebaik mungkin. Dalam setiap pelaksanaan program akan ada akibat atau dampak yang timbul yaitu keberhasilan atau kegagalan. Dalam hal ini maka untuk mengetahui apakah pelaksanaan program berhasil atau gagal perlu dilakukan suatu kegiatan evaluasi kebijakan.

Istilah evaluasi menurut William N. Dunn (2003:132) adalah prosedur analisis kebijakan yang digunakan untuk menghasilkan informasi mengenai nilai atau manfaat dari serangkaian aksi di masa lalu dan atau di masa depan, kemudian masih dalam menurut William N. Dunn (2003:608) istilah evaluasi dapat disamakan dengan penafsiran (approcial), pemberian angka (rating) dan penilaian (assassment). Secara lebih spesifik, evaluasi dinyatakan berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan. James Anderson mengungkapkan evaluasi sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau Istilah evaluasi menurut William N. Dunn (2003:132) adalah prosedur analisis kebijakan yang digunakan untuk menghasilkan informasi mengenai nilai atau manfaat dari serangkaian aksi di masa lalu dan atau di masa depan, kemudian masih dalam menurut William N. Dunn (2003:608) istilah evaluasi dapat disamakan dengan penafsiran (approcial), pemberian angka (rating) dan penilaian (assassment). Secara lebih spesifik, evaluasi dinyatakan berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan. James Anderson mengungkapkan evaluasi sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau

Jurnal Internasional yang dikemukakan oleh Thomson Reuters tentang pengertian evaluasi sebagai berikut :

across the social sciences and related disciplines, including, but not limited to:

Politics, economics and public administration Psychology, sociology and anthropology Education, health and law

I Program evaluation is a systematic method for collecting, analyzing, and using information to answer basic questions about project, policies, and

bersama dari lintas ilmu sosial dan berhubungan dengan disiplin ilmu yang lain yang tidak terbatas pada :

Ilmu Politik, ilmu Ekonomi, dan ilmu Administrasi Negara Ilmu Psikologi, Sosiologi, dan Antropologi

Ilmu Informasi dan Teknologi Informasi/TI. Evaluasi Program adalah sebuah metode sistematis yang berfungsi untuk mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan informasi untuk menjawab pertanyaan pertanyaan mendasar tentang beberapa proyek, kebijakan, dan

Evaluation :The International Journal of Theory, Research and

Practice , p. 98, Vol. 14. Thomson Reuters 2007, Tavistock Institute, London, UK)

Dalam Jurnal Internasional yang dikemukakan oleh Gene Shackman, menyatakan pengertian Evaluasi adalah sebagai berikut: nt. Evaluations should follow a systematic and mutually agreed on plan. Plans will typically include the following:

Determining the goal of the evaluation: What is the evaluation question, what is the evaluation to find out.

How will the evaluation answer the question: What methods will be used. Making the results useful, how will the results be reported so that they can be used

Evaluasi harus mengikuti perencanaan yang sistematis dan telah disepakati. Perencanaan berisi tentang : Evaluasi harus mengikuti perencanaan yang sistematis dan telah disepakati. Perencanaan berisi tentang :

metode yang akan digunakan. Membuat hasil yang berguna, bagaimana melaporkan hasil evaluasi sehingga hasil tersebut dapat digunakan oleh organisasi sebagai sarana

(What is Program Evaluation p. 101. Vol. 11, Gene Shackman, 2007, Washington DC). Tujuan dari evaluasi dalam AG. Subarsono (2005:120-121) dapat dirinci

sebagai berikut:

a. Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan Melalui evaluasi maka dapat diketahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.

b. Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan Dengan evaluasi juga dapat diketahui berapa biaya dan manfaat dari suatu kebijakan.

c. Mengukur tingkat keluaran (outcome) suatu kebijakan Salah satu tujuan evaluasi adalah mengukur berapa besar dan kualitas pengeluaran atau output dari suatu kebijakan.

d. Mengukur dampak suatu kebijakan Pada tahap lebih lanjut, evaluasi ditunjukan untuk melihat dampak dari suatu kebijakan, baik dampak positif maupun negatif.

Evaluasi juga bertujuan untuk mengetahui adanya penyimpangan- penyimpangan yang mungkin terjadi, dengan cara membandingkan antara tujuan dan sasaran dengan pencapaian target.

f. Sebagai bahan masukan (input) untuk kebijakan yang akan datang Tujuan akhir dari evaluasi adalah untuk memberikan masukan bagi proses kebijakan ke depan agar dihasilkan kebijakan yang lebih baik.

BAGAN II.1 Kebijakan Sebagai Suatu Proses

Sumber: AG. Subarsono, 2005:121 Input adalah bahan baku (raw material) yang digunakan sebagai masukan

dalam sebuah sistem kebijakan. Input tersebut dapat berupa sumberdaya manusia, sumberdaya finansial, tuntutan-tuntutan, dukungan masyarakat.

Output adalah keluaran dari sebuah sistem kebijakan yang dapat berupa peraturan, kebijakan, pelayanan atau jasa, dan program. Sebagai contoh, output dari proyek irigasi adalah tersedianya saluran irigasi sepanjang sekian kilo meter.

Outcome adalah hasil suatu kebijakan dalam jangka waktu tertentu sebagai akibat diimplementasikannya suatu kebijakan. Contoh: proyek irigasi, maka

Input

Output Outcome

Dampak

Umpan Balik

Proses Kebijakan

jumlah luas sawah yang mendapat irigasi. Impact (dampak) adalah akibat lebih jauh pada masyarakat sebagai suatu konsekuensi adanya kebijakan yang diimplementasikan. Contoh: Proyek irigasi, maka dampaknya adalah meningkatnya frekuensi tanam padi, kenaikan tingkat produksi padi, dan meningkatnya pendapatan petani.

Evaluasi perlu dilakukan karena:

a. Untuk mengetahui tingkat efektifitas suatu kebijakan, yakni seberapa jauh suatu kebijakan mencapai tujuannya.

b. Mengetahui apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal. Dengan melihat tingkat efektivitasnya, maka dapat disimpulkan apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal.

c. Memenuhi aspek akuntabilitas publik. Dengan melakukan penilaian kinerja suatu kebijakan, maka dapat dipahami sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada publik sebagai pemilik dana dan mengambil manfaat dari kebijakan dan program pemerintah.

d. Menunjukkan pada stakeholder manfaat suatu kebijakan. Apabila tidak dilakukan evaluasi terhadap sebuah kebijakan, para stakeholder, terutama kelompok sasaran tidak mengetahui secara pasti manfaat dari kebijakan dan program pemerintah.

e. Agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Pada akhirnya, evaluasi kebijakan bermanfaat untuk memberikan masukan bagi proses pengambilan kebijakan yang akan datang agar tidak mengulangi e. Agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Pada akhirnya, evaluasi kebijakan bermanfaat untuk memberikan masukan bagi proses pengambilan kebijakan yang akan datang agar tidak mengulangi

a. Menentukan konsekuensi-konsekuensi apa yang ditimbulkan oleh suatu kebijakan dengan cara menggambarkan dampaknya. Tugas pertama ini merujuk pada usaha untuk melihat apakah kebijakan publik mencapai tujuan atau dampak yang diinginkan ataukah tidak. Bila tidak, faktor-faktor apa yang menjadi penyebabnya? Misalnya, apakah terjadi kesalahan dalam merumuskan masalah ataukah karena faktor-faktor yang lain?

b. Menilai keberhasilan atau kegagalan dari suatu kebijakan berdasarkan standard atau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Tugas kedua ini menilai apakah suatu kebijakan berhasil atau tidak dalam meraih dampak yang diinginkan.

Untuk menilai keberhasilan suatu kebijakan, perlu dikembangkan beberapa indikator evaluasi. Dunn mengemukakan indikator evaluasi sebagai berikut: Tabel II.1 Indikator Evaluasi Kebijakan

Apakah hasil yang diinginkan telah dicapai?

2 Kecukupan

Seberapa jauh hasil yang telah tercapai dapat memecahkan masalah?

3 Pemerataan

Apakah biaya dan manfaat didistribusikan merata kepada kelompok masyarakat yang berbeda?

4 Responsivitas

kelompok dan dapat memuaskan mereka?

5 Ketepatan

Apakah hasil yang dicapai bermanfaat?

Sumber: AG. Subarsono 2005: 126 Menurut Charles O. Jones dalam Budi Winarno (2004:166) untuk

memenuhi tugas di atas, suatu evaluasi kebijakan harus meliputi beberapa kegiatan yaitu:

a. Pengkhususan Merupakan kegiatan yang paling penting di antara kegiatan yang lain dalam evaluasi kebijakan. Kegiatan ini meliputi identifikasi tujuan atau kriteria melalui mana program kebijakan tersebut akan dievaluasi.

b. Pengukuran Ukuran atau kriteria inilah yang akan kita pakai untuk menilai manfaat program kebijakan. Pengukuran menyangkut pengumpulan informasi yang relevan untuk objek evaluasi.

c. Analisis Penggunaan informasi yang telah terkumpul dalam rangka menyusun kesimpulan.

d. Rekomendasi Penentuan mengenai apa yang harus dilakukan di masa yang akan datang.

James Anderson dalam Budi Winarno (2007:227-229) membagi tipe evaluasi kebijakan sebagai berikut:

a. Tipe evaluasi kebijakan sebagai kegiatan fungsional a. Tipe evaluasi kebijakan sebagai kegiatan fungsional

b. Tipe evaluasi yang memfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan atau program-program tertentu. Tipe evaluasi ini lebih membicarakan mengenai kejujuran atau efisiensi dalam melaksanakan program. Namun demikian, tipe evaluasi ini cenderung menghasilkan informasi yang sedikit mengenai dampak suatu program terhadap masyarakat.

c. Tipe evaluasi kebijakan sistematis Tipe ini secara komparatif masih dianggap baru, tetapi akhirakhir ini telah mendapat perhatian yang meningkat dari para peminat kebijakan publik. Tipe ini melihat secara objektif program-program yang dijalankan untuk mengukur dampaknya bagi masyarakat dan melihat sejauh mana tujuan-tujuan yang telah dinyatakan tersebut tercapai. Penemuan-penemuan kebijakan dapat digunakan untuk mengubah kebijakankebijakan dan program-program sekarang dan membantu c. Tipe evaluasi kebijakan sistematis Tipe ini secara komparatif masih dianggap baru, tetapi akhirakhir ini telah mendapat perhatian yang meningkat dari para peminat kebijakan publik. Tipe ini melihat secara objektif program-program yang dijalankan untuk mengukur dampaknya bagi masyarakat dan melihat sejauh mana tujuan-tujuan yang telah dinyatakan tersebut tercapai. Penemuan-penemuan kebijakan dapat digunakan untuk mengubah kebijakankebijakan dan program-program sekarang dan membantu

Suchman dalam Budi Winarno (2007:230-231) mengemukakan 6 langkah dalam evaluasi kebijakan, yakni:

a. Mengidentifikasi tujuan program yang akan dievaluasi

b. Analisis terhadap masalah

c. Deskripsi dan standarisasi kegiatan

d. Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi

e. Menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari kegiatan tersebut atau karena penyebab yang lain.

f. Beberapa indikator untuk menentukan keberadaaan suatu dampak Secara rinci Ripley dalam Samodra Wibawa dkk (1994:8-9) mengemukakan beberapa persoalan yang harus dijawab oleh suatu kegiatan evaluasi adalah sebagai berikut ini :

a. Kelompok dan kepentingan mana yang memiliki akses di dalam pembuatan kebijakan?

b. Apakah proses pembuatannya cukup rinci, terbuka dan memenuhi prosedur?

c. Apakah program didesain secara logis?

d. Apakah standar implementasi yang baik menurut kebijakan tersebut? d. Apakah standar implementasi yang baik menurut kebijakan tersebut?

g. Apakah kelompok sasaran memperoleh pelayanan dan barang seperti yang didesain dalam program?

h. Apakah program memberikan dampak kepada kelompok non sasaran? Apa jenis dampaknya?

i. Apa dampaknya, baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan, terhadap masyarakat?

j. Kapan tindakan program dilakukan dan dampaknya diterima oleh

masyarakat? k. Apakah tindakan dan dampak tersebut sesuai dengan yang diharapkan? Sementara itu Kasley dan Kumar dalam Samodra Wibawa dkk (1994: 9)

menyarankan 3 pertanyaan berikut :

a. Siapa yang memperoleh akses terhadap input dan output proyek?

b. Bagaimana mereka bereaksi terhadap proyek tersebut?

c. Bagaimana proyek tersebut mempengaruhi perilaku mereka? Samodra Wibawa dkk dalam Evaluasi Kebijakan Publik (1994:9) mengambil kesimpulan dari berbagai persoalan tersebut diatas, evaluasi kebijakan kiranya bermaksud untuk mengetahui empat aspek yaitu:

a. Proses pembuatan kebijakan

b. Proses implementasi

c. Konsekuensi kebijakan

Di pihak lain, evaluasi dapat dilakukan sebelum atau maupun sesudah kebijakan dilaksanakan. Menurut Dunn dalam Samodra Wibawa dkk (1994:9), Keduanya disebut evaluasi summatif dan formatif. Lebih lanjut, evaluasi terhadap aspek kedua tadi disebut sebagai evaluasi implementasi, sedangkan evaluasi terhadap aspek ketiga dan keempat disebut evaluasi dampak kebijakan. Secara keseluruhan Dunn dan Ripley dalam Samodra Wibawa dkk (1994: 10-11), evaluasi kebijakan memiliki empat fungsi sebagai berikut:

a. Eksplanasi Melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program dan dapat dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola hubungan antar berbagai dimensi realitas yang diamatinya.

b. Kepatuhan Melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang dilakukan oleh para pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lain, sesuai dengan standar dan prosedur yang ditetapkan oleh kebijakan.

c. Auditing Melalui evaluasi dapat diketahui apakah benar-benar sampai ke tangan kelompok sasaran maupun penerima lain (individu, keluarga, organisasi, birokrasi desa, dan lain-lain) yang dimaksudkan oleh pembuat kebijakan. Tidak adakah penyimpangan dan kebocoran?

d. Akunting

kebijakan tersebut. Mengacu pada pembagian evaluasi di atas, penelitian tentang Evaluasi implemetasi kebijakan relokasi PKL belakang kampus UNS ini hanya berfokus pada penilaian proses implementasi kebijakan yang dibandingkan dengan aturan pelaksanaan yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan petunjuk pelaksanaan (Juklak) serta untuk mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhi implementasi program kebijakan. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk melihat dampak jangka pendek dari implementasi kebijakan relokasi PKL belakang kampus UNS.

3. Implementasi Kebijakan

implementation Implementasi menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul A.Sabatier (dalam Wahab, 2002:54-55) sebagai berikut :

corporated a state but which cam also take the from or important executive orders or court decisions ideally, that decisions identifies the problem to be addressed, stipulates the objectives to be persued and in variety of process. The process normally runs through anumber of stages beginning with passages of the basic statue, followed by the policy output (decisions) of the implementing agencies, the compliance of target groups with those decisions the actual impact of agencies decisions, and finally, important revisions (or attem-ted revisions) in

Implementasi adalah pelaksanaan kebijaksanaan dari suatu keputusan yang mendasar, biasanya berbentuk undang- undang (peraturan) yang dikeluarkan oleh suatu lembaga dapat juga berasal dari perintah seorang eksekutif yang penting atau keputusan pengadilan. Keputusan ini untuk mengidentifikasikan masalah yang menjadi pusat perhaian, menetapkan tujuan yang hendak dicapai dan berbagai cara penyusunan proses implementasi. Proses ini pada permulaan biasanya menghabiskan sejumlah pernyataan uraian dari undang-undang diikuti dengan pelaksanaan dari hasil kebijaksanaan Implementasi adalah pelaksanaan kebijaksanaan dari suatu keputusan yang mendasar, biasanya berbentuk undang- undang (peraturan) yang dikeluarkan oleh suatu lembaga dapat juga berasal dari perintah seorang eksekutif yang penting atau keputusan pengadilan. Keputusan ini untuk mengidentifikasikan masalah yang menjadi pusat perhaian, menetapkan tujuan yang hendak dicapai dan berbagai cara penyusunan proses implementasi. Proses ini pada permulaan biasanya menghabiskan sejumlah pernyataan uraian dari undang-undang diikuti dengan pelaksanaan dari hasil kebijaksanaan

Bintoro Tjokroamidjojo (1995, 28) berpendapat bahwa implementasi adalah merealisasikan pencapaian tujuan yang telah dirumuskan ke dalam rencana kebijaksanaan dan program pemerintah yang konsisten berdasarkan keputusan politik.

Menurut kamus Webster (dalam Wahab, 2002: 64) implementasi diartikan sebagai berikut : to implement is to provide the means for carrying out and to give

practical effect to menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu serta menimbulkan dampak akibat

Sedangkan implememtasi menurut Van Meter dan Van Horn (dalam Wahab, 2002: 50) adalah: private individuals or groups that directed

at the -individu atau pejabat- pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yag telah digariskan dalam

Menurut Barrett dalam Implementation and Integration of EU Environmental Directives.

Studies of implementation processes show that implementation is not just a rational follow-up of decision making but a process in which different actors compete over the meaning and the consequences of a policy (Barrett, 2004). {Proses pelaksanaan penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan tidak hanya yang rasional tindak lanjut pengambilan keputusan, tetapi sebuah proses di mana aktor-aktor yang berbeda bersaing atas makna dan konsekuensi dari kebijakan (Barrett, 2004)}

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi adalah penerapan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang telah ditetapkan sebelumnya atau tindakan yang nyata dari rencana yang telah di tetapkan.

Suatu program untuk mencapai kinerja sesuai tujuan ditentukan oleh banyak faktor dalam pelaksanaannya. Berbagai faktor atau variabel yang mempengaruhi kinerja suatu program akan nampak dalam model-model implementasi yang ada. Di bawah ini disajikan model-model implementasi kebijakan :

a. Model dari Grindle Grindle dalam Wibawa (1994:22) mengemukakan bahwa implementasi kebijakan secara garis besar dipengaruhi oleh 2 variabel utama yaitu isi kebijakan dan konteks implentasinya.

BAGAN II.2

MODEL IMPLEMENTASI KEBIJAKAN MENURUT GRINDLE

Tujuan Kebijakan

Program aksi dan proyek individu yang didesain dan

dibiayai

Tujuan yang ingin

dicapai

Melaksanakan Kegiatan dipengaruhi oleh:

a. Isi Kebijakan

1. Kepentingan yang dipengaruhi 2. Tipe Manfaat 3. Derajat perubahan yang diharapkan 4. Letak Pengambilan Keputusan 5. Pelaksanaan Program 6. Sumberdaya yang diharapkan

b. Konteks implementasi

1. Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang tepat

2. Karakteristik Lembaga dan penguasa 3. Kepatuhan dan daya tanggap

Keterangan :

1) Isi Kebijakan Mencakup

a) Kepentingan yang dipengaruhi oleh kebijakan Suatu kebijakan sebaiknya mampu secara optimal menampung

kepentingan pihak-pihak yang terkena dampak dari suatu kebijakan tersebut. Semakin optimal suatu kebijakan dalam menampung kepentingan banyak pihak maka semakin sedikit pihak yang menentang kebijakan tersebut untuk diimplementasikan.

b) Jenis manfaat yang dihasilkan

Suatu kebijakan haruslah mampu menghasilkan manfaat yang besar dan jelas manfaat yang dihasilkan kebijakan tersebut maka semakin besar dukungan terhadap kebijakan tersebut untuk segera diimplementasikan.

c) Derajat perubahan yang diinginkan Suatu kebijakan haruslah mampu menghasilkan perubahan kearah

kemajuan secara nyata dan rasional. Suatu kebijakan yang terlalu

Pengukuran Keberhasilan

Hasil Kebijakan:

1. Dampak pada masyarakat,individu, dan kelompok

2. Perubahan dan penerimaan oleh masyarakat

untuk diimplementasikan.

d) Kedudukan pembuat kebijakan

Pembuat kebijakan yang mempunyai wewenang (otoritas) yang tinggi dapat dengan mudah mengkoordinasikan bawahannya didukung oleh komunikasi yang baik sehingga keduduka pembuat kebijakan dapat mempengaruhi proses implementasinya.

e) Pelaksanaan program Pelaksana program harus mempunyai kualitas pemahaman yang baik

mengenai kondisi lapangan dan tugas yang harus dijalaninya. Koordinasi haruslah baik supaya program berjalan efektif dan lancar.

f) Sumber daya yang dilibatkan

Sumber daya yang dimaksud adalah semua komponen yang diperlukan dalam pelaksanaan program seperti keuangan, administrasi dan sebagainya.

2) Konteks Kebijakan mencakup

a) Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat Banyaknya aktor dari berbagai tingkat pemerintahan maupun non pemerintahan yang memiliki kepentingan serta strategi yang mungkin saja berbeda berpengaruh terhadap pengimplementasian suatu kebijakan.

b) Karakteristik lembaga dan penguasa b) Karakteristik lembaga dan penguasa

c) Kepatuhan serta daya tanggap kelompok sasaran Pelaksana kebijakan yang baik tentu mempunyai tingkat kepatuhan serta pemahaman (daya tanggap) yang tinggi terhadap kebijakan yang harus mereka implementasikan. Adanya sikap pelaksana yang baik

menimbulkan tanggapan baik pula dari kelompok sasaran.

b. Model dari Van Meter dan Van Horn Van Meter dan Van Horn dalam buku Wibawa (1994:19-21) mengemukakan 6 variabel yang memperlihatkan hubungan yang mempengaruhi kinerja atau hasil suatu kebijakan. Enam variable tersebut adalah :