Solo Convention Hall dengan Pendekatan Arsitektur High-Tech

ABSTRAK

Banyaknya pameran teknologi, terutama Teknologi Informasi yang sering diadakan di kota Solo seperti pameran computer, printer, audio, dan masih banyak yang lainnya. Maraknya pameran teknologi informasi di kota Solo ini juga membuktikan banyaknya minat dari warga kota Solo akan Teknologi Informasi yang memang perkembangannya sangat pesat dan cepat. Selain itu terdapat juga kegiatan-kegiatan konvensi mengenai Teknologi Informasi sehingga mampu menginformasikan lebih jelas lagi kepada warga kota Solo. Tetapi sayangnya kegiatan konvensi ini seringnya dilakukan terpisah karena belum adanya wadah untuk menampung kedua kegiatan tersebut dalam satu bangunan, padahal kegiatan tersebut saling berhubungan.

Salah satu contoh acara konvensi mengenai Teknologi antara lain Seminar Nasional Green Technology. Seperti yang kita ketahui tidak hanya acara mengenai teknologi yang diadakan di kota Solo tetapi banyak pula diagendakan perhelatan besar yang bertaraf nasional dan juga internasional, yang tentu saja melibatkan banyak sekali peserta. Contohnya World Heritage Cities Conference & Expo (WHCCE).

Semakin majunya teknologi sekarang ini menjadi salah satu tolak ukur dari berkembangnya suatu bangsa. Namun yang terjadi di Indonesia, kemajuan teknologi tidak didukung oleh kemajuan

masyarakatnya dalam pengetahuan tentang teknologi yang berkembang saat ini, sehingga bangsa kita kalah bersaing dengan bangsa lain. Tidak hanya bangsa kita yang bersaing tetapi juga kota-kota di negara kita sendiri juga saling bersaing untuk menjadi kota yang lebih baik.

commit to user

Salah satu kota yang sedang gencar-gencarnya memajukan SDM warganya dengan teknologi adalah kota Solo. Hal ini terlihat dari dibangunnya bangunan sebuah akademi teknik di kawasan kota Solo yang menggunakan pendekatan High Tech. Ini merupakan wujud dari kepedulian pemerintah kota Solo tehadap kemajuan dan perkembangan teknologi akhir-akhir ini. Dengan adanya bangunan tersebut, menggambarkan kota Solo sebagai kota yang “melek” akan teknologi. Meskipun terkenal dengan sebutan kota budaya, namun tidak harus berorientasi dengan masa lalu. Sebut saja Negara Jepang, Negara ini masih menjunjung tinggi kebudayaan dari Negara mereka, tapi mereka juga tidak kalah dengan teknologi yang mereka ciptakan. Menurut Kenzo Tange teknologi dan budaya memang sesuatu yang sangat berbeda, teknologi menjunjung kekinian sedangkan budaya lebih condong kearah sejarah dan masa lampau, tapi ketika kedua perbedaan ini bisa digabungkan dengan baik maka akan tercipta suatu harmoni yang baik, dimana pola pikir yang maju tapi juga masih memiliki sikap santun di dalamnya yang sangat tercermin dari pribadi warga kota Solo sendiri.

Kota Solo sendiri mempunyai potensi untuk dibangunnya sebuah Convention Hall. Kebutuhan akan sebuah wadah yang mampu menampung berbagai kegiatan konvensi di Solo yang dirasakan masih kurang, karena rata-rata bangunan konvensi hanya ada di hotel-hotel besar yang seringnya

terpencar-pencar sehingga kurang memadai apabila diadakan sebuah acara konvensi dalam skala besar. Banyak pihak juga sangat menanti adanya bangunan konvensi ini seperti dari pihak NIX yang merasa kurang luasnya area konvensi yang sekarang karena banyaknya peminat dari acara yang digelar NIX tersebut. Selain itu posisi kota Solo yang berada diantara Semarang dan Yogyakarta yang merupakan pusat kegiatan perekonomian di Jawa Tengah turut mempercepat pertumbuhan perekonomian di Kota Solo termasuk peningkatan kebutuhan akan tempat promosi dan pemasaran produk-produk dagang khususnya produk Solo.

Dengan melihat potensi kota, dan keterbatasan fasilitas konvensi yang tersedia di kota Solo, maka diperlukan suatu fasilitas yang mampu mewadahi berbagai kegiatan konvensi yang berhubungan dengan informasi teknologi dengan segala fasilitas pendukungnya yang sangat memadai. Selain berdasarkan potensi kota, dipilih juga sebuah pendekatan yang mampu mendukung bangunan yaitu arsitektur High-Tech yang cocok untuk bangunan yang mempunyai bentang lebar dan juga saling mendukung antara fisik bangunan dengan kegiatan yang diwadahinya.

commit to user

SOLO CONVENTION HALL

DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR HIGH-TECH

IRNANDYA PUTRI RAMDHANI

NIM : I0207112 PEMBIMBING:

IR. AGUS HERU PURNOMO, MT IR. UNTUNG JOKO CAHYONO, M Arch.

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR SURAKARTA OKTOBER 2011

ABSTRAK

The number of exhibition technologies, especially information technology are often held in the city of Solo as exhibits computers, printers, audio, and many others. The rise of information technology exhibition in the city of Solo is also proving much interest from the citizens of the city of Solo to the Information Technology development is very rapid indeed and fast. In addition there is also the activities of the Convention on Information Technology so as to inform any clearer to the citizens of the city of Solo. But unfortunately this convention activities often carried out separately because there are no containers to accommodate both of these activities in one building, even though these activities are interrelated. One example shows the convention of Technology, among others, the National Seminar on Green Technology. As we know not only about technology event held in the city of Solo, but many are also scheduled for the big event of national and international as well, which of course involves many participants. For example World Heritage Cities Conference & Expo (WHCCE).

More advanced technologies are now becoming one of the benchmarks of the development of a nation. But what happened in Indonesia, technological progress is not supported by the society advances in knowledge about the evolving technologies today, so our nation can not compete with other nations. Not only is our nation that compete but also the cities in our own countries are also competing to become a better city.

One city that is being intensively-incessant advance of its citizens with the technology of human resources is the city of Solo. This is evident from the construction of building an academy in the city of Solo technique that uses High Tech approach. This is a form of government concern Solo

commit to user

tehadap advances and technological developments in recent years. With the building, described the city of Solo as a "literacy" of the technology. Although known as a cultural city, but not necessarily oriented to the past. Call it the State of Japan, the country is still upholding the culture of their country, but they are also not inferior to the technology they create. According to Kenzo Tange technology and culture is something very different, the technology while upholding contemporary culture is more inclined towards history and the past, but when both these differences can be combined with the good it will create a good harmony, which are forward thinking but also still have a polite attitude is reflected in it are private citizens of the city of Solo himself.

Solo has the potential for the construction of a Convention Hall. The need for a container that can accommodate a variety of convention activities in Solo that is felt still less, because the average building conventions exist only in the major hotels are often scattered so inadequate when the convention was held a ceremony on a large scale. Many parties also very much looking forward to this Convention as the building of the party who feel less NIX convention vast area which is now due to high demand from the event held NIX. Additionally positions located between the city of Solo, Semarang and Yogyakarta, which is the center of economic activity in Central Java helped accelerate economic growth in the city of Solo, including the increased need for the promotion and marketing of commercial

of Solo.

By looking at the potential of the city, and the limitations of convention facilities available in the city of Solo, it would require a facility capable of accommodating various convention activities related to information technology with all its supporting facilities are very adequate. In addition to the potential of

the city, was chosen also an approach that is capable of supporting the building of the High-Tech architecture is suitable for buildings that have a wide span and also the mutual support between the physical building and activity at the building.

commit to user

PENDAHULUAN

“Solo Convention Hall dengan Pendekatan Arsitektur High-Tech ”

A. LATAR BELAKANG

Banyaknya pameran – pameran teknologi, terutama Teknologi Informasi yang sering diadakan di kota Solo seperti pameran computer, printer, audio, dan masih banyak yang lainnya. Maraknya pameran teknologi informasi di kota Solo ini juga membuktikan banyaknya minat dari warga kota Solo akan Teknologi Informasi yang memang perkembangannya sangat pesat dan cepat. Warga kota Solo seperti tidak ingin ketinggalan informasi mengenai perkembangan Teknologi Informasi. Terlihat dari peningkatan total pengunjung NIX dari tahun ke tahun yaitu pada tahun 2010 sebanyak 30.000 pengunjung pada tahun 2011 jumlah pengunjung meningkat menjadi 40.000 pengunjung.

Hal tersebut bisa membuktikan betapa tingginya minat dari warga kota Solo akan kemajuan Teknologi yang sedang digandrungi oleh kaum produktif di kota ini. Tidak hanya pameran Teknologi Informasi yang ada di diadakan di Kota Solo. Terdapat juga kegiatan-kegiatan konvensi mengenai Teknologi Informasi sehingga mampu menginformasikan lebih jelas lagi kepada warga kota Solo. Tetapi sayangnya kegiatan konvensi ini seringnya dilakukan terpisah karena belum adanya wadah untuk menampung kedua kegiatan tersebut dalam satu bangunan, padahal kegiatan tersebut saling berhubungan. Salah satu contoh acara konvensi mengenai Teknologi antara lain Seminar Nasional Green Technology. Seperti yang kita ketahui tidak hanya acara mengenai teknologi yang diadakan di kota Solo tetapi banyak pula diagendakan perhelatan besar yang bertaraf nasional dan juga internasional, yang tentu saja melibatkan banyak sekali peserta. Contohnya World Heritage Cities Conference & Expo (WHCCE).

Semakin majunya teknologi sekarang ini menjadi salah satu tolak ukur dari berkembangnya suatu bangsa. Namun yang terjadi di Indonesia, kemajuan teknologi tidak didukung oleh kemajuan masyarakatnya dalam pengetahuan tentang teknologi yang berkembang saat ini, sehingga bangsa kita kalah bersaing dengan bangsa lain. Tidak

commit to user

bersaing untuk menjadi kota yang lebih baik. Salah satu kota yang sedang gencar-gencarnya memajukan SDM warganya dengan teknologi adalah kota Solo. Hal ini terlihat dari dibangunnya bangunan sebuah akademi teknik di kawasan kota Solo yang menggunakan pendekatan High Tech. Ini merupakan wujud dari kepedulian pemerintah kota Solo tehadap kemajuan dan perkembangan teknologi akhir-akhir ini. Dengan adanya bangunan tersebut, menggambarkan kota Solo sebagai kota yang “melek” akan teknologi. Meskipun terkenal dengan sebutan kota budaya, namun tidak harus berorientasi dengan masa lalu. Sebut saja Negara Jepang, Negara ini masih menjunjung tinggi kebudayaan dari Negara mereka, tapi mereka juga tidak kalah dengan teknologi yang mereka ciptakan. Menurut Kenzo Tange teknologi dan budaya memang sesuatu yang sangat berbeda, teknologi menjunjung kekinian sedangkan budaya lebih condong kearah sejarah dan masa lampau, tapi ketika kedua perbedaan ini bisa digabungkan dengan baik maka akan tercipta suatu harmoni yang baik, dimana pola pikir yang maju tapi juga masih memiliki sikap santun di dalamnya yang sangat tercermin dari pribadi warga kota Solo sendiri.

Kota Solo sendiri mempunyai potensi untuk dibangunnya sebuah Convention Hall. Kebutuhan akan sebuah wadah yang mampu menampung berbagai kegiatan konvensi di Solo yang dirasakan masih kurang, karena rata-rata bangunan konvensi hanya ada di hotel-hotel besar yang seringnya terpencar-pencar sehingga kurang memadai apabila diadakan sebuah acara konvensi dalam skala besar. Banyak pihak juga sangat menanti adanya bangunan konvensi ini seperti dari pihak NIX yang merasa kurang luasnya area konvensi yang sekarang karena banyaknya peminat dari acara yang digelar NIX tersebut. Selain itu posisi kota Solo yang berada diantara Semarang dan Yogyakarta yang merupakan pusat kegiatan perekonomian di Jawa Tengah turut mempercepat pertumbuhan perekonomian di Kota Solo termasuk peningkatan kebutuhan akan tempat promosi dan pemasaran produk-produk dagang khususnya produk Solo.

Dengan melihat potensi kota, dan keterbatasan fasilitas konvensi yang tersedia di kota Solo, maka diperlukan suatu fasilitas yang mampu mewadahi berbagai kegiatan konvensi yang berhubungan dengan informasi teknologi dengan segala fasilitas pendukungnya yang sangat memadai. Selain berdasarkan potensi kota, dipilih juga sebuah pendekatan yang mampu mendukung bangunan yaitu arsitektur High-Tech yang cocok

commit to user

bangunan dengan kegiatan yang diwadahinya.

B. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN

1. Permasalahan

Bagaimana merancang Solo Convention Hall dengan menggabungkan antara bangunan konvensi dan eksibisi yang mampu mewadahi berbagai kegiatan konvensi, pameran serta promosi yang berhubungan dengan teknologi dengan melandaskan prinsip arsitektur High-Tech pada bangunan.

2. Persoalan

a. Penentuan lokasi site yang strategis dan aksesibel bagi seluruh masyarakat Kota Solo dan juga yang sesuai dengan RUTRK kota Solo..

b. Penentuan program ruang yang bisa menampung kegiatan – kegiatan di Solo Convention Hall.

c. Penentuan Konsep Penampilan Fisik yang dapat : Mencerminkan ekspresi dari fungsi bangunan dan juga pengaruh dari lingkungan dengan penekanan pada arsitektur High Tech.

d. Menentukan sistem utilitas di dalam bangunan dan menentukan sistem struktur dan konstruksi yang akan digunakan nantinya serta termasuk di dalamnya kegiatan penyediaan peralatan dan pemeliharaannya.

C. TUJUAN DAN SASARAN

1. Tujuan

Mampu membuat sebuah konsep bangunan yang mampu menampung kegiatan konvensi dan juga dilengkapi sebuah aula yang berada di kota Solo dengan mengaplikasikan konsep arsitektur High-Tech pada pendekatannya agar mampu menunjang dari fungsi bangunan Solo Convention Hall.

2. Sasaran

Pembahasan ini digunakan untuk merumuskan isi dari konsep bangunan yang akan dibuat yang meliputi:

a. Konsep kegiatan

1) Penentuan jenis kegiatan

commit to user

b. Konsep peruangan

1) Konsep kebutuhan ruang (macam dan jenis ruang)

2) Konsep besaran ruang

3) Konsep persyaratan ruang

4) Konsep pola hubungan dan organisasi ruang

5) konsep sirkulasi

c. Konsep struktur bangunan

d. Konsep tampilan bangunan

e. Konsep akustik pada ruang konvensi

f. Konsep utilitas bangunan

1) Sistem mekanikal elektrikal

2) Sistem air bersih, air kotor dan sistem pengolahan limbah

3) Sistem keamanan bangunan (pemadam kebakaran, penangkal petir).

D. BATASAN MASALAH

1. Berpedoman pada tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

2. Ditekankan pada bangunan yang berciri High-Tech sebagai konsep ide dasar perancangan.

3. Menggunakan site yang sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota Surakarta

commit to user

Pada metode perencanaan dan perancangan arsitektur ini terdapat proses perencanaan dan perancangan Tugas Akhir yang tergambar dalam diagram alir dibawah

ini.

Study literatur awal untuk mengetahui isu utama mengenai kondisi/permasalahan global saat ini study literatur mengenai konvensi dan eksibisi.

Observasi lapangan untuk mendapatkan data primer mengenai indikasi terjadinya kondisi/permasalahan global dan data konvensi

serta eksibisi

Menyusun main idea berupa solusi arsitektural terhadap kondisi/permasalahan tersebut

Study literatur dan lapangan mengenai : convention, exhibition, arsitektur High-Tech dan

kota Solo sebagai kota MICE

Perumusan perencanaan

Menganalisa data yang didapat

Mengembangkan sketsa ide menjadi sebuah

desain

Tahap I Eksplorasi awal

Tahap II Tinjauan mendalam mengenai obyek

Tahap III Kesimpulan

Tahap IV Analisa Konsep

Perancangan Tahap V

Transformasi Design

Bagan I-1 : Bagan Alir Proses Perencanaan dan Perancangan Solo Convention Hall

commit to user

dibangunnya bangunan konvensi dan eksibisi di kota Solo dan mulai menyusun main ide serta mencari pendekatan yang cocok untuk bangunan konvensi dan eksibisi karena bangunan ini membutuhkan energi yang cukup besar dan juga bentang yang lebar. Setelah megobservasi maka dipilihlah arsitektur High-Tech untuk menjadi pendekatan dalam bangunan ini.

Tahap II : Tahap ini penulis memperdalam teori atau study literature mengenai bangunan konvensi dan eksibisi juga mencari materi mengenai arsitektur High-Tech lebih mendalam lagi untuk memperjelas bangunan konvensi dan eksibisi serta arsitektur High-Tech itu seperti apa. Kemudian mencari hubungan kota Solo sebagai kota MICE dan mencari lokasi site yang sesuai.

Tahap III : Pada tahap III penulis menyimpulkan bagaimana Solo Convention Hall yang direncanakan meliputi fungsi pelayanan, fasilitas utama, site terpilih dan juga strategi desain yang akan diterapkan pada bangunan ini.

Tahap IV : Disini penulis menganalisis penataan site yang telah dipilih, menganalisis ekspresi tampilan bangunan yang disesuaikan dengan arsitektur High-Tech dan menganalisis sistem utilitas dan sistem bangunan yang digunakan di dalam bangunan.

Tahap V : Tahap ini penulis mengembangkan ide-ide rancangannya yang disesuaikan dengan konsep perencanaan yang telah dianalisa di tahap sebelumnya.

commit to user

BAB I PENDAHULUAN Mengemukakan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, lingkup pembahasan, metode pembahasan dan sistematika pembahasan.

BAB II CONVENTION DAN ARSITEKTUR HIGH-TECH Berisi tentang pembahasan mengenai eksplorasi tentang convention dan mengenai eksplorasi perencanaan desain fisik bangunan yang menekankan pada arsitektur High-Tech.

BAB III SOLO SEBAGAI KOTA MICE Mengemukakan data MICE, dan visi misi kota Solo serta potensi-potensi pada Kota Solo yang mendukung kesesuaiannya dengan dasar-dasar perancangan bangunan konvensi.

BAB IV SOLO CONVENTION HALL YANG DIRENCANAKAN Bab ini sebagai sebuah kesimpulan (konklusi) meliputi fungsi pelayanan, fasilitas utama, site terpilih dan juga strategi desain yang akan diterapkan pada bangunan ini.

BAB V PENDEKATAN KONSEP PERANCANGAN Mengadakan analisa terhadap permasalahan desain yang ada yaitu tata site, peruangan, ekspresi bangunan serta sistem bangunan dan utilitas.sebagai usaha pemecahan masalah desain yang ada pada bangunan.

BAB VI KONSEP PERANCANGAN Mengungkapkan konsep perancangan yang merupakan hasil akhir dari proses analisa untuk kemudian ditransformasikan dalam wujud desain fisik bangunan.

commit to user

BAB II CONVENTION HALL DAN ARSITEKTUR HIGH-TECH

1. CONVENTION HALL

A. Pengertian dan Fungsi

Convention merupakan sebuah wadah atau tempat yang mewadahi berbagai macam kegiatan yang berhubungan dengan perkumpulan, rapat atau konvensi dapat diartikan sebagai konferensi tokoh – tokoh masyarakat ataupun partai politik dengan tujuan

khusus. Sebuah konvensi, dalam arti pertemuan, adalah pertemuan individu yang bertemu di sebuah tempat yang diatur dan waktu untuk mendiskusikan atau terlibat dalam beberapa

kepentingan bersama. Motivasi dari kegiatan – kegiatan konvensi antara lain adalah bertukar

pengalaman, bertemu dengan orang-orang baru dan pariwiwsata yang mendatangkan devisa bagi Negara yang penyelenggara

Kondisi-kondisi baru muncul sebagai perkembangan antara lain :

1. Rapat (kebersamaan beberapa orang di satu tempat untuk membawakan aktivitas tertentu )

2. Konvensi (rapat umum dan resmi dari lembaga legislative, sosial atau kelompok ekonomi untuk memberi keterangan dalam situasi tertentu)

3. Seminar (serangkaian rapat khusus dimana terdapat kemampuan yang berbeda- beda tetapi mempunyai tujuan umum tertentu dan dipersatukan untuk pelatihan

dan pengajaran)

4. Kolosium (pertemuan tidak resmi untuk diskusi bertema pendidikan atau penelitian

alam untuk menekan kemampuan timbale balik melalui pertukaran gagasan)

5. Konfrensi (rapat untuk berdiskusi, untuk pemecahan masalah dan konsultasi, penekanan yang mengarah ke pertukaran informasi).

commit to user

individu kepada professional tunggal, badan kebudayaan, keagamaan atau kelompok lain).

Berbagai macam kegiatan itu meliputi :

1. Konvensi

Kegiatan konvensi tergantung pada karakteristik dari konvensi itu sendiri. Meskipun demikian tidak ada perbedaan yang mendasar mengenai aktivitas kegiatan diantara kegiatan konvensi yang satu dengan yang lain karena yang membedakan hanyalah jumlah pesertanya. Aktivitas kegiatan konvensi terbagi menjadi dua yaitu:

1. Kegiatan utama Kegiatan utamanya adalah pertemuan, workshop, penyampaian makalah/pendapat, diskusi dan tanya jawab.

2. Kegiatan pendukung Kegiatan pendukunganya yaitu registrasi, perjamuan makan dan minum, ibadah, istirahat,dan lain – lain sesuai dengan karakteristik tiap kegiatan konvensi

Gambar II-1 : Contoh kegiatan konvensi dan rapat Sumber : www. google.com

commit to user

1. International Congress Pesertanya merupakan anggota organisasi di bawah PBB Kongres ini diadakan tiap tahun secara periodic. Ruang pertemuan yang digunakan berupa setengah lingkaran, segi empat dan persegi panjang. Fasilitas yang disediakan di ruangan ini antara lain mikrofon, rekaman suara dan terjemahan.

2. Association Convention Diselenggarakan oleh asosiasi profesi tingkat nasional, regional maupun internasional. Contoh pertemuan jenis ini adalah : pertemuan IAI,IDI dan Off Shore Meeting ( pertemuan asisiasi di luar negeri). Biasanya membicarakan masalah yang berkenaan dengan fakta dan informasi yang berkembang di dalam tubuh organisasi tersebut.

3. Incentive Travel Programme (WorkshopType) Diselenggarakan oleh perusahaan besar, pesertanya karyawan atau dealer khusus dari perusahaan tersebut yang dianggap berjasa memajukan perusahaan.

4. Company (Corporate Event) Rapat pertemuan para anggota direksi, sales seminar, sales conference atau divisional conferences bertipe seminar,

5. Exhibition (Trade Fair) Lebih dari setengah penyelenggaraan konvensi biasanya juga mengadakan kegiatan exhibition atau pameran. Dalam satu kegiatan konvensi terdapat

lebih dari 100 penyelenggara pameran dan menempati area seluas 1900 m 2 pada lokasi yang tersedia.

Beberapa contoh kegiatan konvensi di Indonesia yaitu :

1. Solo 2008, World Heritage Cities Conference and Expo (25 Oktober – 28 Oktober2008), Konferensi ini diselenggarakan setiap dua tahun sekali yang bermaksud mengumpulkan para pakar dan profesional dalam bidang preservasi arsitektur dan pelestarian kota juga para walikota dan para staf dari

commit to user

kota-kota bersejarah di zona Euro-Asia, khususnya kota-kota yang tercantum dalam Daftar Pusaka Dunia (World Heritage List) UNESCO, guna mendiskusikan berbagai masalah dan bertukar pengalaman.

2. APMCHUD (Asia Pasific Ministerial Conference on Housing and Urban Development) ketiga. Acara yang digelar di Solo, 22 hingga 24 Juni 2010 tersebut akan diikuti delegasi resmi dari 28 negara, 14 di antaranya langsung dipimpin menteri yang membidangi masalah permukiman dan masyarakat perkotaan dari masing-masing. Bentuk kegiatan : konferensi dan expo.

3. Acara – acara lainnya seperti beberapa seminar yang sering diadakan di Solo seperti Seminar Nasional Green Technologi .

2. Pameran

Memberikan fasilitas sebagai wadah kegiatan pameran dengan cara memperlihatkan (display) materi dalam bentuk demo atau workshop secara langsung kepada konsumen.

Kegiatan pameran tersebut dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu:

1. Kelompok pameran tetap, berupa: § Window display/ show room

Kegiatan yang dilakukan oleh produsen ataupun agen dagang dengan menyewa stand/ruangan untuk memajang produk dagangannya terus menerus selam masa sewa. Penyewa dapat melakukan transaksi dagang sewaktu-waktu dan biasanya ditujukan untuk transaksi dalam jumlah yang besar. Aktivitas kegiatannya antara lain promosi dan informasi, negosiasi dan transaksi, pengurusan jasa perdagangan, pembayaran, distribusi, dan pengurusan surat-surat.

§ Trade fair Penyelenggaraan pameran yang dilaksanakan secara rutin dalam selang

waktu tertentu. Sebagai contoh adalah pelaksanaan Pameran Islamic Book yang dilaksanakan setiap beberapa bulan sekali. Aktivitas kegiatannya adalah

commit to user

pameran, workshop, seminar, simposium,negosiasi dan transaksi, panggung hiburan, seni dan rekreasi, dan information center.

2. Kelompok pameran temporer Merupakan pameran yang waktu penyelenggaraannya tidak rutin dan kegiatannya selalu berbeda satu sama lain sehingga aktivitas kegiatannyapun berbeda. Kelompok pameran seperi ini terdiri dari:

§ Pameran konvensi Pameran yang penyelenggaraannya dikaitkan dengan kegiatan suatu kegiatan

konvensi, kongres maupunkonferensi sehingga waktu pelaksanaannya sama atau berurutan dengan diadakannya kegiatan-kegiatan tersebut. Pameran ini biasanya hanya bersifat sebagai penunjang dari kegiatan-kegiatan tersebut.

§ Pameran khusus Pameran yang diselenggarakan oleh badab usaha, atau instansi-instansi tertentu atau exhibition organizer, yang memperagakan barang-barang yang termasuk dalam satu kategori. Aktifitas kegiatan dan karakteristik pada pameran ini relatif sama dari tiap-tiap peserta. Sebagai contoh adalah pameran komputer, elektroni, perumahan dan lain-lain.

§ Pameran tunggal/solo exhibition Pameran yang diselenggarakan dan diikuti oleh satu lembaga maupun perseorangan. Aktifitas kegiatan dari pameran ini cukup sederhana. Sebagai contoh adalah pameran tunggal lukisan.

B. Preseden Bangunan

1. Jakarta Convention Center

Gambar II-2 : Tampak Jakarta Convention Center Sumber : www.google.com

commit to user

Jakarta Convention Center yang terletak di kompleks olahraga Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat. Jakarta Convention Center memiliki balai yang memiliki 5.000 tempat duduk, dan juga balai sidang seluas 3.921 m². JCC memiliki 13 ruangan pertemuan dengan berbagai ukuran. JCC terhubung dengan Hotel Hilton Jakarta melalui terowongan bawah tanah. Gedung ini dibangun pada tahun 1940, sebagai perlengkapan menyelesaikan diresmikan pembukaan sejak tahun 1942 yang diadakan di Jakarta.

C. Tinjauan Akustik Ruang

1. Penjelasan Akustik Ruang

Akustik ruang dapat dipahami sebagai usaha-usaha yang ditempuh untuk peningkatan kualitas bunyi agar penyebarannya merata, jelas, dan bulat atau mantap pada suatu ruangan. Peningkatan kualitas bunyi di dalam ruang dibutuhkan oleh bangunan, baik dengan fungsi audio saja atau fungsi audio dan visual. Sebagai contoh, ruang laboratorium bahasa, studio musik, home theatre, bioskop, ruang pertemuan, auditorium, ruang ibadah, dll. Pada laboratorium bahasa dan studio musik, fungsi audio sangat dominan. (sumber : Buku Material Akustik Pengendali Kualitas Bunyi pada Bangunan)

Gambar II-3 : Denah dan Kegiatan Jakarta Convention Center Sumber : www.google.com

commit to user

1. Persyaratan Akustik Ruang Menurut Doelle (1993, dalam TGA Chaterina Arsinta) persyaratan kondisi mendengar yang baik dalam suatu ruang yang besar, antara lain :

1). Harus ada kekerasan (loudness) yang cukup dalam tiap bagian ruang

besar (auditorium, teater, bioskop). 2). Energi bunyi harus didistribusi secara merata dalam ruang. 3). Ruang harus bebas dari cacat akustik, seperti gema, pemantulan yang

berkepanjangan (long delayed reflection), gaung, pemusatan bunyi, distorsi, bayangan bunyi, resonansi ruang.

4). Bising dan getaran yang mengganggu pendengaran harus dikurangi

cukup banyak dalam tiap bagian ruang.

2. Gejala Akustik pada Ruang Tertutup 1). Pemantulan Bunyi

Bunyi yang dipantulkan ke dinding dari sumber bunyi, permukaan yang keras, tegas dan rata, seperti beton, bata, batu, plester, atau gelas, memantulkan hampir semua energi bunyi yang jatuh padanya. Permukaan pemantul cembung cenderung menyebarkan gelombang bunyi dan permukaan cekung cenderung mengumpulkan gelombang bunyi pantul dalam ruang.

Gambar II-4 : Dinding Samping Sebagai Pemantul Bunyi Sumber : Leslie L. Doelle

commit to user

Bunyi yang diserap oleh dinding-dinding melalui bahan penyerap bunyi seperti bahan berpori, penyerap panel, resonator rongga (Helmholtz). Penyerapan bunyi adalah perubahan energi bunyi menjadi suatu bentuk lain, biasanya panas, ketika melewati suatu bahan atau ketika menumbuk suatu permukaan. Bahan lembut, berpori dan kain, serta menusia, menyerap sebagian besar gelombang bunyi yang menumbuknya, dengan kata lain, bahan-bahan tersebut adalah penyerap bunyi. Unsur yang diperhatikan untuk menunjang penyerapan bunyi dalam akustik ruang :

o Lapisan permukaan dinding, lantai, dan atap. o Isi ruangan seperti penonton, bahan tirai, tempat duduk dengan lapisan dan penggunaan karpet. o Udara dalam ruang.

3). Difusi Bunyi Bunyi yang disebarkan dari arah sumber bunyi ke dinding, bila tekanan bunyi

di setiap bagian auditorium sama dan gelombang bunyi dapat merambat dalam semua arah, maka medan bunyi dikakatan serba sama atau homogen, dengan kata lain difusi bunyi atau penyebaran bunyi dalam ruangan. Jenis- jenis ruang tertentu membutuhkan difusi bunyi yang cukup, yaitu distribusi bunyi yang merata, mengutamakan kualitas musik dan pembicara aslinya, dan menghalangi cacat akustik yang tak diinginkan.

Difusi bunyi diciptakan dengan beberapa cara: o Pemakaian permukaan dan elemen penyebar yang tak teratur dalam

jumlah yang banyak sekali, seperti plaster, pier, balok-balok telanjang, langit-langit yang terkotak-kotak, pagar balkon yang dipahat dan dinding- dinding yang bergerigi. o Penggunaan lapisan permukaan pemantul bunyi dan penyerap bunyi secara bergantian.

commit to user

acak. 4). Difraksi Bunyi

Difraksi adalah gejala akustik yang menyebabkan gelombang bunyi dibelokkan atau dihamburkan sekitar penghalang seperti sudut (corner), kolom, tembok, dan balok. Difraksi yaitu pembelokkan atau penghamburan gelombang bunyi sekeliling penghalang, lebih nyata pada frekuensi rendah dari pada frekuensi tinggi.

Pengalaman membuktikan bahwa balkon yang dalam mengakibatkan suatu bayangan akustik bagi penonton di bawahnya, dan dengan jelas mengakibatkan hilangnya bunyi frekuensi tinggi yang tidak membelok sekitar tepi balkon yang menonjol. Hal ini menciptakan keadaan mendengar yang jelek di bawah balkon.

5). Transmisi Bunyi Bunyi yang secara tidak langsung ditransmisikan ke luar melalui dinding. 6). Dengung Bila bunyi tunak (stedy) dihasilkan dalam satu ruang, tekanan bunyi

membesar secara bertahap, dan dibutuhkan beberapa waktu (umumnya sekitar 1 second) bagi bunyi untuk mencapai nilai keadaan tunaknya. Dengan cara sama, bila sumber bunyi telah berhenti, dalam waktu cukup lama akan berlalu sebelum bunyi hilang (meluruh) dan tak dapat didengar. Bunyi yang berkepanjangan ini sebagai akibat pemantulan yang berturut-turut dalam ruang tertutup setelah bunyi dihentikan disebut dengung.

7). Resonansi Ruang Resonansi ruang akan sangat mengganggu terutama pada sebuah ruangan

yang dituntut memiliki sistem akustik yang cukup baik karena resonansi ruang akan menjadikan distribusi frekuensi bunyi tidak sama ke seluruh ruangan.

commit to user

Penguatan bunyi dalam sebuah ruang pementasan biasanya digunakan untuk mengadakan tingkat kekerasan yang optimal serta memastikan terjadinya difusi suara yang cukup merata di dalam ruangan. Hal ini diperlukan bila sebuah ruang pementasan dengan kapasitas yang cukup besar sedangkan sumber suara yang ada tidaklah memungkinkan bunyi tersebut terdistribusi dengan baik ke seluruh ruangan, apalagi bila masih ditambah dengan bising lingkungan serta suara gaduh penonton.

1. Komponen Sistem Penguat Suara Sebenarnya terdapat cukup banyak komponen system penguat suara yang dapat digunakan, semua itu tergantung dari kebutuhan desain pada setiap bangunan, komponen pokok system penguat suara terdiri dari 3, yaitu :

1) Mikrophone

2) Penguat dan control / amplifier

3) Pengeras suara Dengan penggunaan komponen penguat suara kualitas tinggi dan sesuai dengan karakteristik ruangan akan menghasilkan kualitas bunyi natural yang baik. Penundaan waktu antara datangnya bunyi dengung dan bunyi yang diperkuat tidak boleh melebihi 1/50 sekon, ini berarti suatu pemisahan maksimum sebesar 23 sampai 25ft (7 sampai 8m) antara pembicara dan pengeras suara.

2. Sistem Pengeras Suara Pada umumnya terdapat beberapa jenis pengeras suara, namun tidak semua system tersebut dapat sesuai di setiap gedung. Untuk gedung pementasan umumnya digunakan system penguat suara gabungan dari beberapa system tersebut, yaitu :

1) Menggunakan system sentral dimana semua bunyi berasal dari depan, hal ini lebih menguntungkan karena sumber suara asli datang dari arah yang sama.

commit to user

2) System steriofonik (terdifusi), dimana system ini menggunakan sekelompok pengeras suara yang diletakkan di bagian samping atau di atas gedung pementasan, sehingga akan memberi efek yang dinamis terutama untuk efek stereo dari pementas. Pengeras suara system yang didistribusikan harus sekitar 20 sampai 45ft (6 sampai 13.5m) di atas ketinggian lantai. Gabungan dari sistem di atas menghasilkan sebuah sistem pengeras suara yang lazim disebut sebagai surround sound dimana bunyi seolah- olah berada tepat di tengah-tengah sumber bunyi sehingga efek musik dan kenikmatan memahamimusik akan lebih terasa.

3. Material Akustik

Ketika bunyi mengenai batas permukaan ruang, sebagian energinya diserap dan ditransmisikan. Lau sebagiannya lagi direfleksikan kembali ke dalam ruang tersebut. Tiap-tiap ruang memiliki kebutuhan akustik yang berbeda seperti studio pentas di dalamnya memerlukan pemantul suara agar suara dari sumber bunyi dapat diterima di semua sudut. Namun di sisi lain juga dibutuhkan bahan untuk menyerap bunyi agar tidak menjalar ke luar. Tiap-tiap bahan memiliki karakteristik yang berbeda.

Tingkat bunyi dalam suatu ruang dapat direduksi dengan penggunaan bahan- bahan peredam aktif, antara lain : papan fiber untuk plafond, gorden / tirai untuk dinding, dan karpet untuk lantai.

Bahan-bahan konstruksi penyerap bunyi yang digunakan dalam rancangan akustik auditorium atau yang dipakai sebagai pengendali bunyi dalm ruang-ruang bising dapat diklasifikasikan menjadi : bahan berpori-pori, penyerap panel atau penyerap selaput, dan resonator rongga.

commit to user

Peredam berpori dan

berserat

Baik untuk meredam frekuensi tinggi. Harus tebal untuk meredam frekuensi rendah.

Peredam membran Baik untuk meredam frekuensi rendah Peredam resonan

Dapat disesuaikan untuk meredam frekuensi tertentu

Peredam panil

Merupakan paduan peredam berpori dan resonan, baik untuk meredam frekuensi menengah

Sekarang ini telah banyak ditemukan solusi-solusi mudah dalam pemecahan masalah akustik ruang, yaitu dengan memasang panel-panel akustik. Menciptakan panel akustik untuk ruang dengar dapat dilakukan dengan sederhana seperti menggantung permadani di dinding sampai pada panel-panel akustik yang canggih dengan perhitungan dan material khusus. Berikut adalah contoh jenis-jenis panel akustik : ( sumber : www.google.com )

1. Paint EZ ( 1liter bottle )

Acourete Paint adalah bahan peredam getar berbentuk cairan yang dapat diaplikasikan dengan kuas atau spray-gun. Acourete memiliki koefisien redam getar 0.15-0.23 yang mampu meredam energi getaran dalam rentang frekuensi yang luas.

Acourete Paint dapat melekat pada beragam jenis bahan. Cocok untuk diaplikasikan pada permukaan bahan yang tidak rata, tipis / licin. Bahan dasar

Tabel II-1: Jenis Peredam dan kegunaannya Sumber : Satwiko, Prasasto, 2004

Gambar II-5 : Contoh Paint Ez Sumber : www.acousticrt60.com

commit to user

Paint EZ1 adalah cairan polimers, fillers, binder dan zat additive. Di kemas dalam botol ukuran bersih satu liter.

Acourete Paint yang telah kering memiliki ketahanan terhadap perubahan cuaca, tahan terhadap air, tahan terhadap pukulan. Serta mampu bekerja pada cuaca panas maupun dingin. Bahan ini aman bagi lingkungan.

Aplikasi : Untuk mengisolasi bising pada Recording and Music Studio, Radio and TV

Broadcasting, Home Audio and Cinema, Car Audio, Music Hall, Concert Hall, Karaoke Room, Discotheque, Bar, Café, Seminar Room, Meeting room, office, home appliance, generator set, air conditioner, Bus, Train, etc.

Spesifikasi : Acourete Paint EZ-1 Isi botol: 1 liter model semprot Viskositas(cps): 215 (no spindle 4 60rpm) Spesifikasi Graviti: 1.2-2.0 (Saat kering) Isi padat (%): 60-80 Waktu untuk mengering: Kurang lebih 24 jam Faktor peredaman: 0.15-0.23

2. Acourete Mat eva ( 1x1m )

Jika ingin membuat ruang kedap suara yaitu dapat mencegah bising dari luar ruang masuk ke dalam ruang atau sebaliknya, maka Acourete Mat Eva adalah solusi yang paling tepat.

Acourete Mat Eva adalah material yang mampu mengisolasi bunyi dengan cara mengabsorb rambatan energi suara pada bahan dinding, pintu atau jendela.

Gambar II-6 : Contoh Acourete Mat Eva Sumber : www.acousticrt60.com

commit to user

Acourete Mat Eva terbuat dari resin halus yang memiliki sifat peredam getaran dan isolasi suara yang baik dan tahan terhadap perubahan cuaca. Kelebihan lainnya adalah bahan ini tidak mudah terbakar dan mampu memadamkan api jika tersulut.

Dengan bantuan designer akustik anda dapat menciptakan ruang kedap suara yang sesuai dengan kebutuhan anda. Acourete Eva memiliki factor peredam energi getaran sebesar 0.14. Terbaik dalam kelasnya.

Spesifikasi : Acourete Mat Eva Ukuran per lembar: 1mx1m Tebal: 2mm Factor serap getaran: 0.14 Warna: Abu-abu tua

3. Acourete Mat aspalt

Jika anda ingin membuat ruang kedap suara yaitu dapat mencegah bising dari luar ruang masuk ke dalam ruang atau sebaliknya, maka Acourete Mat Asphalt adalah solusi yang paling tepat.

Acourete Mat Asphalt adalah material yang mampu mengisolasi bunyi dengan cara mengabsorb rambatan energi suara pada bahan dinding, pintu atau jendela.

Acourete Mat Asphalt terbuat dari resin halus yang memiliki sifat peredam getaran dan isolasi suara yang baik dan tahan terhadap perubahan cuaca. Kelebihan lainnya adalah bahan ini tidak mudah terbakar dan mampu memadamkan api jika tersulut.

Gambar II-7 : Contoh Acourete Mat Aspalt Sumber : www.indonetwork.co.id

commit to user

Dengan bantuan designer akustik anda dapat menciptakan ruang kedap suara yang sesuai dengan kebutuhan anda. Acourete Asphalt memiliki factor peredam energi getaran sebesar 0.14. Terbaik dalam kelasnya.

Spesifikasi : Acourete Mat Asphalt Ukuran per lembar: 1mx1m Tebal: 2mm Factor serap getaran: 0.14 Warna: Abu-abu tua

4. Acourete Mat Plus

Acourete Mat Plus adalah isolator suara dan peredam getaran yang terbuat dari campuran resin kimia yang kuat terhadap perubahan cuaca dan resin halus yang memiliki sifat peredam getaran dan isolasi suara yang baik. Meningkatkan S/N ratio pada audio kendaran.

Dengan ketebalan 2mm dan memilki bahan perekat pada satu sisi dan alumunium foil pada sisi lainnya. Ukuran per lembar: 0.53mx0.90m. Factor serap getaran: 0.16

Acourete Mat tahan lapuk terhadap kelembaban udara dan perubahan cuaca yang ekstrim. Bahan ini tidak mudah terbakar dan mampu memadamkan api jika tersulut.

Gambar II-8 : Contoh Acourete Mat Plus Sumber : www.indonetwork.co.id

commit to user

Jika memiliki masalah kebocoran suara dan kebisingan, untuk mengisolasi suara dan kebisingan tersebut maka Acourete Mat Resin adalah solusi yang paling tepat. Acourete Mat Resin adalah bahan visco elastic polimer yang mampu mengisolasi bunyi dengan cara menyerap energi suara yang merambat pada media lantai, dinding, plafon dan pilar. Bahan ini dapat pula dipakai sebagai bahan isolasi suara pada pintu atau jendela.

Acourete Mat Resin terbuat dari resin halus yang memiliki sifat peredam getaran dan isolasi suara yang baik dan tahan terhadap perubahan cuaca. Pemakaian Acourete Mat Resin pada konstruksi bangunan anda relatif aman karena memiliki stabilitas yang tinggi terhadap ancaman kebakaran dengan kemampuan "self-extinguising" dengan adanya penerapan "fire retardant treatment".

Dengan konstruksi dan pengerjaan yang benar, maka akan didapat ruangan bebas gangguan suara yang menggangu pada Studio Musik dan Rekaman, Studio TV dan Radio, Home Theater, High End Audio, Car Audio, Rumah Ibadah, Auditorium, Concert Hall, Karaoke Room, Discotheque, Hotel, Bar, Music Lounge, Ruang Seminar, Ruangan Meeting, Kantor, Ruangan Mesin serta gangguan suara pada ruang tempat tinggal. Catatan: Diperlukan aplikasi khusus untuk mengatasi kebocoran suara pada frekuensi low bass. Spesifikasi : Acourete Mat Resin Ukuran per lembar: 1mx1m Tebal: 2mm Factor serap getaran: 0.14 Warna: Abu-abu tua

Gambar II-9 : Contoh Acourete Mat Resin Sumber : www.acousticrt60.com

commit to user

Berat: 4kg Densitas: 2000 g/m3 Sound Transmission Loss : 125Hz : 17dB 160Hz : 14dB 200Hz : 16dB 250Hz : 17dB 315Hz : 20dB 400Hz : 22dB 500Hz : 25dB 630Hz : 27dB 800Hz : 30dB 1000Hz : 31dB 1250Hz : 33dB 1600Hz : 35dB 2000Hz : 39dB 2500Hz : 44dB 3150Hz : 48dB 4000Hz : 52dB

6. Fiber 600 ( 1x1m )

Fiber 600 adalah bahan peredam suara dengan densitas 600K. Memiliki kekuatan serap suara yang sama atau lebih baik dibandingkan bahan peredam lain yang tebalnya 10 kali lebih tebal. Berwarna putih, ukuran 1mx1m

Gambar II-10 : Contoh Fiber 600 Sumber : www.indonetwork.co.id

commit to user

dan bobot yang ringan membuat bahan ini mudah di aplikasikan untuk beragam kebutuhan bahkan pada tempat yang sangat rapat sekalipun.

Fiber 600 aman untuk lingkungan dan manusia, tidak mudah terbakar, tidak mengeluarkan gas beracun jika terbakar, dapat di daur ulang dan tahan terhadap udara lembab.

Fiber 600 terbuat dari anyaman serabut poly-propilene halus yang mirip dengan jaring laba-laba yang sangat rapat. Koefisien Serap Suara : 250Hz = 0.10 500Hz = 0.60 1000Hz = 0.89 2000Hz = 0.83 4000Hz = 0.75 NRC = 0.63 Aplikasi: à mengurangi suara bising dari alat/mesin seperti: genset, air condition, kulkas, vacuum cleaner, mesin cuci, printer, komputer dan lain-lain. à meredam pantulan suara dalam kendaraan, ruang karaoke, home theater, ruang audio, studio rekaman, studio pemancar, audiotorium, concert hall, function room, sport hall, cafe, music lounge, seminar room, laboratorium dan lain-lain.

7. Acourete Difuser 712

Acourete Diffuser 712 adalah quadratic reisdue diffusor prime number 7. Terbuat dari kayu pilihan dengan properti pantulan yang baik. Diffusor ini memiliki dimensi Lebar x Tinggi x Tebal = 60 x 120 x 10 cm.

Gambar II-11 : Contoh Acourete Difuser 712 Sumber : www.indonetwork.co.id

commit to user

Acourete Corner Correction mengatasi masalah kelebihan resonansi nada rendah (dibawah 300 Hz) pada ruangan audio, home, theater, studio rekam, ruang mixing, ruang monitor, panggung musik.

Acourete Corner Correction meningkatkan: artikulasi vokal dan dialog, kejernihan suara dentingan senar gitar, bass extension, kemegahan grand piano. Aplikasi : Recording Studio dan Mixing Studio Radio Broadcast Studio to TV Broadcast Studio High End Audio Room Home Theater to Big Cinema. Spesifikasi : Ukuran: 1200 x 470 x 470 (mm)

9. Board 230 ( 0.6x1,2m )

Board 230 adalah bahan peredam suara dengan densitas 230K. Memiliki kekuatan serap suara yang sama atau lebih baik dibandingkan bahan peredam lain yang tebalnya 4-5 kali lebih tebal.

Berbentuk papan berwarna coklat muda dengan ukuran 60cmx120cm dan tebal 9mm. Board 230 mudah di aplikasikan untuk beragam kebutuhan bahkan pada tempat yang sangat rapat sekalipun dan bagus pula sebagai dekorasi dinding.

Board 230 ringan, aman untuk lingkungan dan manusia, tidak mudah terbakar, tidak mengeluarkan gas beracun jika terbakar, dapat di daur ulang dan tahan terhadap udara lembab.

Gambar II-12 : Contoh Acourete Corner Correction Sumber : www.indonetwork.co.id

Gambar II-13 : Contoh Board 230 Sumber : www.indonetwork.co.id

commit to user

Board 230 terbuat dari anyaman serabut polyester fiber halus yang kemudian dipadatkan.

Koefisien serap suara : 250Hz : 0.08 500Hz : 0.17 1000Hz : 0.40 2000Hz : 0.78 4000Hz : 0.92 NRC: 0.47

Aplikasi : à mengurangi suara bising dari alat/mesin seperti: genset, air condition,

kulkas, vacuum cleaner, mesin cuci, printer, komputer dan lain-lain.

à meredam pantulan suara dalam kendaraan, ruang karaoke, home theater, ruang audio, studio rekaman, studio pemancar, audiotorium, concert

hall, function room, sport hall, cafe, music lounge, seminar room, laboratorium dan lain-lain.

10. Noise Absorbtion Plasterboard

Merupakan bahan yang terbuat dari gypsum yang dikhususkan untuk mengurangi gaung (echo) dan menyerap suara dalam ruangan. Gypsum ini terdiri dari 4 tipe perforasi geometris yang sangat khas dan unik. Saat diaplikasikan akan membentuk desain yang estetik yang unik. Gypsum jenis ini dapat diterapkan pada plafon maupun partisi.

Gambar II-14 : Contoh Noise Absorbtion Plasterboard

Sumber : www.jayaboard.com

commit to user

Jenis gypsum ini biasanya digunakan pada ruangan besar, terbuka dan berplafon tinggi yang rentan terhadap terjadinya gaung, dan ruangan yang membutuhkan tingkat akustik yang tinggi.

Gypsum yang digunakan adalah gypsum jaya bell karena jenis gypsum merk ini memiliki perforasi pada papan gypsumnya dan lapisan kertas akustik khusus bagian belakang papan yang memberikan daya serap suara yang sangat baik. Jenis gypsum ini dapat diaplikasikan pada permukaan rata maupun lengkung (minimal radius 8000 mm) tanpa mengurangi kemampuan penyerapan suaranya. Gypsum ini memiliki ketebalan sekitar 12 mm dengan lebar 1200 mm dan panjang sekitar 2400 mm.

2. ARSITEKTUR HIGH-TECH

A. Sejarah dan Pengertian

High-Tech adalah sebuah fenomena abad 20 pada industri bangunan yang berpengaruh pada dunia arsitektur dan desain. Istilah High-Tech adalah sebuah penemuan pada tahun 1970-an terhadap perancangan bangunan dan objek untuk rumah dan menjadi populer setelah Joan Kron dan Suzanne Slesin, menulis buku yang menjadi best selling tahun 1978 berjudul ”High-Tech : The Industrial Style and Source Book for The Home”. Dalam buku tersebut dikatakan bahwa High-Tech adalah istilah arsitektural yang digunakan untuk menerangkan bertambahnya bangunan dengan pengeksposan struktur dan elemen-elemen lainnya yang terbuat dari bahan prefabrikasi yang biasa digunakan untuk membangun gedung dan pabrik. Pada buku ini Suzanne Slein dan Joan Kron juga mengikutsertakan trend paralel dalam design interior seperti penggunaan peralatan industri di rumah ke dalam pengertian High- Tech.

Akan tetapi, jauh sebelum tahun 1970, High-Tech sudah ada dan diterapkan. Menurut Colin Davies dalam bukunya ”High-Tech Architecture” pada tahun 1779 dibangun jembatan di River Severn di Coalbrookldale/ jembatan ini merupakan jembatan yang pertama kali terbuat dari besi dan strukturnya terbuat dari material prefabrikasi. Pada tahun 1848 dibangun Decimus Burton’s Palm House yaitu sebuah

commit to user

struktur bentang lebar dari besi, baja, dan beratap kaca. Pada tahun 1889 menara Eiffel dibangun dengan menggunakan material prefabrikasi dan struktur yang canggih. Struktur bangunan-banguan tersebut memberikan pengaruh yang tidak sedikit pada perkembangan arsitektur High-Tech sekarang ini. Bangunan-bangunan tersebut mempresentasikan bentuk alternatif bangunan berdasar pada teknologi industri.