BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Pengkajian Status Gizi Ibu Hamil di Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan – Belawan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Status Gizi 1.1. Definisi Status Gizi Status Gizi adalah ukuran keadaan tubuh yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Dibedakan menjadi status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik dan gizi lebih (Almatsier, 2005). Bobak, Lowdermik, dan Jensen (2005) mendefinisikan status gizi sebagai indikator keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk ibu hamil. Maka, jika masukan gizi ibu hamil tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh

  maka akan terjadi defisiensi zat gizi. Hal ini sesuai dengan pendapat Supariasa, Bakri, dan Ibnu (2001) yang menyatakan bahwa status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutient ouput) akan zat gizi tersebut.

1.2. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil

  Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi yang mengakibatkan kebutuhan energi dan zat gizi meningkat. Peningkatan energi dan zat gizi ini diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu (Adriani dan Wirjatmadi, 2012).

  Pada dasarnya, ibu hamil memerlukan tambahan untuk semua zat gizi, namun yang sering kali kekurangan adalah energi protein dan beberapa mineral seperti zat besi dan kalsium. Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira 80.000 kalori selama masa kurang dari 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil (Nasution,1988 dalam Sukarni dan Wahyu, 2013).

  WHO (World Health Organization) menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 Kkal sehari pada trimester I, dan 350 Kkal sehari pada trimester II dan III (Waryana, 2010).

  Sukarni dan Wahyu (2013) mengungkapkan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan selama kehamilan, yaitu kebutuhan hamil setiap individu berbeda-beda dipengaruhi oleh riwayat kesehatan dan status gizi sebelumnya, kekurangan asupan pada salah satu zat yang mengakibatkan kebutuhan terhadap suatu nutrien terganggu, dan kebutuhan nutrisi yang tidak konstan selama kehamilan.

1.2.1. Karbohidrat

  Janin memerlukan 40 gram glukosa/hari yang akan digunakan sebagai sumber energi. Karbohidrat merupakan sumber kalori utama yang dibutuhkan selama kehamilan yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin selama dalam kandungan. Beberapa ahli gizi menyepakati bahwa 60% dari seluruh kalori yang dibutuhkan tubuh adalah karbohidrat. Kebutuhan karbohidrat ibu hamil adalah sekitar 1500 kalori.

  Sumber karbohidrat yaitu serelia (padi-padian) dan produk olahannya, kentang, umbi, dan jagung. Ibu hamil harus bisa memilih sumber karbohidrat yang tepat karena tidak semua sumber karbohidrat baik, misalnya sumber karbohidrat yang perlu dibatasi adalah gula dan makanan yang mengandung banyak gula, seperti cake dan permen. Sedangkan sumber karbohidrat yang baik untuk dikonsumsi adalah karbohidrat kompleks tang terdapat pada roti gandum, kentang, serelia, nasi dan pasta.

  Karbohidrat kompleks mengandung vitamin dan mineral serta asupan serat yang dianjurkan selama kehamilan untuk mencegah terjadinya konstipasi atau sulit buang air besar dan wasir (hemoroid).

1.2.2. Protein

  Protein adalah zat utama untuk membangun jaringan tubuh yang digunakan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan janin. Selama kehamilan terjadi peningkatan protein yang signifikan yaitu 68%. Peran protein selama proses kehamilan selain untuk pertumbuhan dan perkembangan janin adalah untuk pembentukan plasenta dan cairan amnion pertumbuhan jaringan maternal seperti pertumbuhan mammae ibu dan jaringan uterus, dan penambahan volume darah. Bobak dan koleganya (2005) mengatakan bahwa rata-rata 925 gr protein tersimpan dalam janin sehingga asupan yang direkomendasikan adalah 60 gr protein setiap hari.

  Protein tambahan harus merupakan protein yang memiliki nilai biologis yang tinggi atau protein yang mengandung asam amino esensial, seperti daging, ikan, ayam, telur, keju, dan susu. Rekomendasi masukan protein bervariasi sesuai usianya, yaitu wanita dewasa yang berusia diatas 18 tahun adalah 1,3 gr protein per kilogram berat badan saat hamil, anak remaja yang berusia 15 sampai 18 tahun adalah 1,5 gr protein per kilogram berat badan saat hamil dan anak yang lebih muda yaitu yang berusia kurang dari 15 tahun adalah 1,7 gr protein per kilogram berat badan saat hamil.

1.2.3. Lemak

  Pertumbuhan dan perkembangan janin selama dalam kandungan membutuhkan lemak sebagai sumber kalori utama. Lemak dibutuhkan tubuh terutama untuk membentuk energi dan untuk perkembangan sistem syaraf janin. Oleh karena itu, ibu hamil tidak boleh sampai kurang mengkonsumsi lemak tubuh dan sebaliknya jika asupannya berlebih dikhawatirkan berat badan ibu hamil akan meningkat tajam. Keadaan ini akan menyulitkan ibu hamil dalam menjalani kehamilan pasca persalinan, maka dari itu, ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak tidak lebih dari 25% dari seluruh kalori yang dikonsumsi sehari dan pilihan jenis lemak yang dikonsumsi yaitu lemak yang mengandung asam lemak esensial (ALE). Lemak ini tidak dapat dibuat tubuh melainkan diperoleh dari makanan. Asam lemak esensial adalah asam lemak linoleat, yaitu asam lemak tidak jenuh, omega3. Turunan asam lemak omega 3 adalah DHA yang memiliki peran penting dalam tumbuh kembang jaringan syaraf dan retina. Sumber asam lemak omega 3 antara lain kacang-kacangan dan hasil olahannya, serta jenis ikan laut, terutama ikan laut dalam.

1.2.4. Vitamin

  Vitamin merupakan substansi organik dalam jumlah kecil pada makanan yang esensial untuk metabolisme normal (Potter dan Perry, 2005), meliputi : 1.2.4.1.

  Vitamin yang larut dalam lemak a. Vitamin A

  Vitamin A dari ibu yang dibutuhkan oleh janin yaitu kurang dari 25 mg/hari, sedangkan vitamin A yang dibutuhkan pada trimester tiga yaitu berkisar 200 mg/hari. Vitamin A berfungsi untuk membantu proses pertumbuhan sel dan jaringan tulang, mata, rambut, kulit dan organ dalam, dan fungsi rahim. Jumlah vitamin A yang disarankan untuk wanita hamil adalah 800 µg/hari, sama dengan wanita tidak hamil. Sumber vitamin A adalah kuning telur, ikan, dan hati dan untuk sumber provitamin A atau karoten dapat diperoleh dari wortel, labu kuning, bayam, kangkung, dan buah-buahan berwarna kemerah- merahan (Sukarni dan Wahyu, 2013).

  b.

  Vitamin D Vitamin D diperlukan untuk absorpsi kalsium dan fosfor dari saluran pencernaan dan mineralisasi pada tulang gigi ibu dan janin

  (Bobak, et al., 2005). Kebutuhan vitamin D untuk wanita tidak hamil diperkirakan sebanyak 5 µg/hari dan untuk wanita hamil belum diketahui secara pasti tetapi diperkirakan 10 µg/hari, namun menurut Walsh (2007) bahwa pemberian suplemen vitamin D sebanyak 10

  µg/hari harus dipertimbangkan untuk para vegetarian yang tidak memasukkan susu dan telur dalam diet mereka. Vitamin ini secara alami terkandung dalam minyak ikan, telur, mentega, dan hati. Kelebihan masukan vitamin D pada ibu dapat menyebabkan hiperkalsemia pada bayinya sehingga bayi dapat mengalami kejang (Bobak, et al., 2005).

  c.

  Vitamin E Vitamin E merupakan antioksidan yang penting pada manusia yang dibutuhkan untuk memelihara integritas dinding sel dan memelihara sel darah merah. Defisiensi vitamin E berhubungan dengan anemia, abnormalitas neuromuskular, dan kegagalan reproduksi (Food and Nutrition Board, 1990 dalam Walsh, 2007). Rekomendasi RDA untuk wanita dewasa yang tidak hamil adalah 8 mg/hari dan untuk wanita hamil adalah sebanyak 10 mg/hari (Bobak, et al., 2005). Pendapat lain dari Sukarni dan Wahyu (2013) bahwa untuk tetap menjaga pertumbuhan dan perkembangan fetus yang baik diperlukan RDA vitamin E yaitu sebanyak 2 mg/hari. Pada waktu hamil terjadi peningkatan 25% sehingga kebutuhan vitamin E ibu hamil adalah sekitar 15mg/hari.

  d.

  Vitamin K Vitamin K dibutuhkan dalam sintesis protrombin dan fsktor-faktor pembekuan serta dibutuhkan untuk sintesis protein di dalam tulang dan ginjal (Food and Nutrition Board, 1990 dalam Walsh, 2007). Efek kehamilan pada aktivitas vitamin K belum dipahami dan transpor vitamin dari plasenta ke janin juga tidak begitu jelas. Rekomendasi RDA untuk wanita dewasa tidak hamil adalah 65 µg, sedangkan untuk wanita hamil tidak ada rekomendasi spesifik yang dibuat RDA karena kurangnya penelitian (Walsh, 2007).

1.2.4.2. Vitamin yang larut dalam air a.

  Vitamin C Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan penting dalam metabolisme tirosin, folat, histamin dan juga dibutuhkan untuk fungsi leukosit, respons imun, penyembuhan luka dan reaksi alergi (Food and Nutrition Board, 1990 dalam Walsh, 2007). The National Research

  

Council memperkirakan bahwa penambahan 10 mg/hari diperlukan

dalam kehamilan untuk memenuhi kebutuhan sistem janin dan ibu.

  Rekomenadasi RDA untuk vitamin C adalah 70 mg/hari selama masa kehamilan yang dapat diperoleh dari sumber makanan meliputi buah jeruk, stroberi, melon, brokoli, tomat, merica, kentang, dan sayuran hijau mentah (Walsh, 2007). Vitamin C dibutuhkan untuk memperkuat pembuluh darah dan mencegah penndarahan, mengurangi rasa sakit sebanyak 50% saat bekerja, mengurangi risiko infeksi setelah melahirkan, mencegah anemia, berperan dalam pembentukan kolagen intraseluler dan proses penyembuhan luka. Selain itu juga diperlukan untuk membangun kekuatan plasenta, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan stres, serta membantu penyerapan zat besi (Sukarni dan Wahyu, 2013).

  b.

  Thiamin Thiamin digunakan dalam metabolisme energi. RDA untuk wanita tidak hamil adalah 1,1 mg/hari dan untuk wanita hamil adalah sebanyak

  1,5 mg/hari (Bobak, et al., 2005). Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Sukarni dan Wahyu (2013) bahwa kadar thiamin dalam tubuh ibu hamil meningkat sebanyak 25% sehingga diperlukan thiamin tambahan sebanyak 0,4 mg/hari selama masa kehamilan.

  c.

  Niasin dan Riboflavin Niasin yang diperlukan selama kehamilan yaitu 2 mg/hari dan riboflavin yang diperlukan selama kehamilan yaitu 0,3 mg/ hari

  (Sukarni dan Wahyu, 2013). Riboflavin digunakan dalam metabolisme protein dan energi. RDA untuk wanita tidak hamil adalah 1,3 mg/hari dan wanita hamil adalah 1,6 mg/hari yang dapat diperoleh dari sumber makanan seperti susu, hati, padi-padian dan sayur-sayuran kuning dan hijau tua (Bobak, et al., 2005).

  d.

6 Vitamin B

  Vitamin B

  6 penting untuk metabolisme asam amino dan glikogen

  serta untuk mengatasi mual dan muntah. Pada masa kehamilan diperlukan intake protein yang lebih tinggi karena adanya proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga diperlukan juga vitamin B yang besar untuk melakukan metabolisme dengan

  6 peningkatan 100%. Bobak dan koleganya (2005) juga berpendapat bahwa vitamin B

  6 (piridoksin) digunakan dalam metabolisme protein

  dimana RDA untuk wanita dewasa yang tidak hamil adalah sebanyak 1,6 mg/hari dan wanita hamil adalah 2,2 mg/hari. Sumber makanan vitamin B meliputi daging, daging unggas, daging jeroan, telur,

  6 sayuran warna kuning pekat, tepung beras dan sereal (Walsh, 2007).

  e.

  Asam folat Asam folat memiliki peranan penting dalam mencegah terjadinya defek tubaneural seperti spina bifida dan anensefali yang sangat berbahaya bagi perkembangan selanjutnya sama halnya dengan yang dinyatakan Fauziah dan Sutejo (2012) bahwa kekurangan folat dalam makanan dapat menyebabkan terjadinya risiko defek tabung syaraf pada janin/neural tube defects (NTDs). Siti Fauziah dan Sutejo (2012) juga menyatakan bahwa folat sangat berperan dalam sintesis DNA dan diperlukan untuk meningkatkan eritroppoiesis/produksi sel darah merah sehingga folat sangat dibutuhkan oleh sel yang sedang mengalami pertumbuhan cepat, seperti sel pada jaringan janin dan plasenta. Hasil survey menyatakan bahwa kebanyakan wanita hamil mengonsumsi folat lebih sedikit dari kebutuhan yaitu 0,2 mg/hari sedangkan ibu hamil harus meningkatkan asupan folat hingga 0,4-0,5 mg/hari. RDA (Recommended Daily Allowance atau Asupan Harian yang Disarankan) folat untuk wanita tidak hamil adalah 180 mg/hari dan untuk wanita hamil adalah 400 mg/hari. Mengonsumsi folat sebelum dan pada awal kehamilan dapat mencegah dari 10 kasus cacat tabung syaraf. Sumber makanan utama yang mengandung folat adalah sayuran berdaun hijau tua, jeruk, pisang, gandum utuh, dan kentang.

1.2.5. Mineral

  Mineral merupakan elemen esensial nonorganik pada tubuh sebagai katalis dalam reaksi biokimia (Potter dan Perry, 2005), meliputi : a.

  Kalsium Konsentrasi kalsium serum pada janin lebih besar daripada ibu.

  Pada usia kehamilan 20 minggu, laju penyaluran kalsium dari ibu ke fetus mencapai 50 mg/hari dan mencapai puncaknya apabila mendekati kelahiran kira-kira pada minggu ke-35 kehamilan yaitu 330 mg/hari. Fauziah dan Sutejo (2012) mengungkapkan bahwa janin mengonsumsi kalsium kira-kira 250-300 mg/hari dari suplai darah ibu, terutama selama trimester ketiga. Saat lahir, bayi menyimpan kira-kira 25 gram kalsium yang dipakai untuk pertumbuhan tulang sedangkan simpanan kalsium dalam tulang ibu yang meningkat pada awal kehamilan digunakan untuk memenuhi kebutuhan kalsium pada trimester ketiga dan masa laktasi. Kalsium pada fetus digunakan untuk pembentukan tulang dan bakal gigi janin yang dimulai sejak usia kehamilan 8 minggu. Asupan kalsium yang direkomendasikan untuk ibu tidak hamil adalah 800 mg/hari dan untuk ibu hamil yaitu 1200 mg/hari atau 1600 mg pada ibu hamil usia remaja. Sumber kalsium dapat diperoleh dari susu dan produk susu lainnya, seperti keju, yoghurt, teri, udang kecil, dan kacang-kacangan. Menurut Fauziah dan Sutejo (2012), kebutuhan kalsium dapat dipenuhi dengan mengonsumsi susu 240 cc yang mengandung 300 mg kalsium setiap hari, yang juga sudah termasuk memenuhi kebutuhan tambahan protein dan beberapa nutrient lainnya.

  b.

  Magnesium Konsentrasi magnesium meningkat selama kehamilan dan RDA magnesium untuk wanita tidak hamil adalah 280 µg/hari dan untuk wanita hamil adalah 320 µg/hari. Magnesium dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan jaringan lunak, kerja otot dan metabolisme energi dan protein (Bobak, et al., 2005).

  c.

  Phospor RDA untuk phospor sama dengan wanita yang tidak hamil yaitu 1250 mg/hari untuk wanita hamil dibawah 19 tahun dan 700 mg/hari untuk wanita hamil yang lebih dari 19 tahun. Fauziah dan Sutejo (2012) mengatakan bahwa efek pemberian suplemen phospor pada masa prenatal adalah untuk mencegah karies gigi pada bayi.

  d.

  Seng Seng adalah unsur berbagai enzim yang berperan dalam alur metabolisme dan penting untuk mencegah malformasi kongenital.

  RDA untuk seng bagi ibu tidak hamil adalah 12 mg/hari dan bagi ibu hamil adalah 15 mg/hari. Kebutuhan seng meningkat 50% selama kehamilan dan menyusui (Sukarni dan Wahyu, 2013). Seng diperlukan untuk mengembangkan jaringan tisu, terutama otak dan jenis kelamin. Kadar seng pada ibu hamil yang terlalu tinggi pada pertengahan kehamilan berhubungan dengan penurunan pertumbuhan janin serta transfer seng yang tidak adekuat ke fetus dan sumber seng bisa didapatkan dari daging, kerang, roti gandum utuh atau sereal (Bobak, et al., 2005).

1. Sodium

  Sodium selama kehamilan mengalami peningkatan 5000-10000 Meq/hari sehubungan dengan peningkatan volume darah maternal.

1.2.6. Elemen Sisa

  RDA untuk iodine pada wanita hamil adalah 175 mg/hari, dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan iodine sebanyak 25 mg selama kehamilan. Suplemen 30 mg zat besi dianjurkan untuk semua wanita hamil selama trimester kedua dan ketiga. Kebutuhan zat besi ibu hamil meningkat dua kali lipat dibandingkan sebelum hamil, yaitu dari 18 mg menjadi 30-60 mg/hari. Zat besi dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah, sangat penting untuk pertumbuhan dan metabolisme energi, dan mencegah terjadinya anemia dan pendarahan saat melahirkan, serta mencegah cacat janin. Kebutuhan zat besi ibu hamil yang disarankan adalah 800 mg, yang dipakai untuk janin dan plasenta sebanyak 300 mg dan 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa hemoglobin maternal. Kekurangan zat besi sejak sebelum hamil dan tidak diatasi akan mengakibatkan ibu hamil menderita anemia sehingga untuk memenuhi kekurangan tersebut, ibu hamil harus memenuhi kebutuhan zat besinya yaitu sekitar 45-50 mg/hari. Kebutuhan zat besi dapat diperoleh dari makanan yang kaya sumber zat besi seperti daging merah, hati, ikan, kuning telur, sayuran hijau, kacang-kacangan, tempe, roti, dan sereal.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gizi Ibu Hamil

  Status gizi dipengeruhi oleh beberapa faktor antara lain, pendapatan, kesehatan, pendidikan, motivasi dan keluarga. Faktor-faktor seperti kemiskinan, kurang pendidikan, lingkungan yang buruk, kebiasaan makan yang salah, dan kondisi kesehatan yang buruk akan membuat status gizi ibu hamil berisiko yang berpengaruh pada pertumbuhan serta perkembangan janin (Bobak, et al., 2005).

  Menurut Sukarni dan Wahyu (2013), faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi ibu hamil : a.

  Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan Wanita yang sedang hamil dan telah berkeluarga biasanya lebih memperhatikan gizi dari anggota keluarga yang lain padahal sebenarnya dirinyalah yang memerlukan perhatian yang serius mengenai penambahan gizi. Ibu harus teratur dalam mengkonsumsi makanan yang bergizi demi pertumbuhan dan perkembangan janin.

  b.

  Status Ekonomi Ekonomi seseorang mempengaruhi dalam pemilihan makanan yang akan dikonsumsi sehari-harinya. Seseorang dengan ekonomi yang tinggi maka kemungkinan besar gizi yang dibutuhkan tercukupi apalagi adanya pemeriksaan membuat gizi ibu semakin terpenuhi. Sedangkan, seseorang dengan keterbatasan ekonomi kemungkinan besar tidak mampu membeli bahan makanan yang berkualitas baik sehingga pemenuhan gizi ibu dan bayinya akan terganggu (Budiyanto, 2003 dalam Retnaningsih, 2010).

  c.

  Pendidikan dan Pengetahuan Pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki seorang ibu akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dan juga pada perilakunya.

  Faktor ketidaktahuan dapat disebabkan karena pendidikan yang rendah. Ibu dengan pegetahuan yang baik akan memberikan gizi yang cukup bagi bayinya, apalagi ketika seorang ibu memasuki masa ngidam, dimana perut rasanya tidak mau diisi, mual dan rasa tidak nyaman maka ia akan berupaya untuk memenuhi kebutuhan gizinya dan bayinya.

  d.

  Status kesehatan Status kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap nafsu makannya. Seorang ibu dalam keadaan sakit akan berbeda nafsu makannya dengan ibu dalam keadaan sehat. Ibu hamil harus tetap mengingat bahwa gizi yang dia dapat akan dipakai untuk dua kehidupan yaitu bayi dan dirinya sendiri.

  e.

  Pekerjaan Pekerjaan dan aktifitas ibu hamil akan berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinannya. Seseorang dengan gerak yang aktif memerlukan energi lebih besar daripada mereka yang hanya duduk diam saja. Setiap aktifitas memerlukan energi, maka apabila semakin banyak aktifitas yang dilakukan, energi yang dibutuhkan juga semakin banyak.

  f.

  Suhu lingkungan Pada dasarnya suhu tubuh dipertahankan pada suhu 36,5-37 C untuk metabolisme yang optimum. Adanya perbedaan suhu antara tubuh dengan lingkungan maka tubuh harus menyesuaikan diri demi kelangsungan hidupnya yaitu tubuh harus melepaskan sebagian panasnya yang diganti dengan hasil metabolisme tubuh. Semakin besar perbedaan suhu tubuh dengan lingkungan maka akan semakin besar pula panas yang dilepaskan.

  g.

  Berat badan Berat badan seorang ibu hamil akan menentukan jumlah kebutuhan nutrisi. Kenaikan berat badan yang kurang lebih berisiko terhadap pertumbuhan janin.

  h.

  Usia Usia ideal untuk kehamilan yang berisiko rendah adalah pada kelompok usia 20-35 tahun. Usia seorang ibu hamil akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Usia muda perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung demikian juga usia yang tua perlu energi yang besar karena fungsi organ yang makin melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang berlangsung. Pendapat lain dari Walsh (2007) bahwa faktor yang terkait dengan risiko nutrisi pada kehamilan, yaitu : a.

  Faktor Fisik Faktor fisik yang berisko tinggi pada kehamilan ibu hamil adalah usia di bawah 15 tahun atau kurang dari 2 tahun sejak menarke, kegemukan, berat badan sebelum hamil rendah, insufisiensi penambahan berat badan kehamilan, dan kehamilan ganda.

  b.

  Faktor Riwayat Medis atau Obstetrik Faktor riwayat medis yang berisiko tinggi pada kehamilan yaitu riwayat hasil obstetrik yang buruk, meliputi aborsi habitual, kelahiran preterm, dan melahirkan bayi berat badan rendah sebelumnya, kehamilan berjarak dekat, riwayat preeklampsia atau sebelumnya ada hipertensi, penyakit ginjal, diabetes, anemia, penyakit jantung, penyakit hati, merokok, adiksi terhadap obat atau alkohol, penyakit gastrointestinal, hipertiroidisme, hiperlipidema, dan kesalahan dalam metabolisme (fenilketonuria, sistinuria).

  c.

  Faktor Sosial atau Kultural Faktor sosial atau kultural meliputi pendapatan rendah dengan keterbatasan anggaran untuk makanan, pola makan tidak biasa (vegetarian, pendekatan “makanan sehat” yang ketat terhadap nutrisi), keyakinan religius yang mencakup larangan makanan khusus, ketidakadekuatan pengetahuan atau kemampuan untuk menyediakan makanan yang diperlukan, kurang akses ke program distribusi makanan bila diperlukan, dan dukungan sosial yang buruk.

3. Pengkajian Status Gizi

  Supariasa, Bakri dan Ibnu (2001) menyatakan bahwa penilaian atau pengkajian status gizi dikategorikan menjadi dua yaitu penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaian, yaitu: a.

  Antropometri Secara umum antropometri memiliki arti ukuran tubuh manusia yang digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.

  Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi dan komposisi tubuh yang dilihat dari tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis antropometri antara lain: berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit.

  b.

  Klinis Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat dan biasanya penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda

  • – tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi dan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) serta riwayat medis (medical history).
c.

  Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh, antara lain: darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Pemeriksaan biokimia dalam penilaian status gizi memberikan hasil yang lebih tepat dan objektif daripada menilai konsumsi pangan dan pemeriksaaan lain.

  d.

  Biofisik Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan struktur jaringan. Penilaian biofisik dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu uji radiologi, tes fungsi fisik, dan sitologi.

  Penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi tiga penilaian, yaitu: a.

  Survei Konsumsi Makanan Survei Konsumsi Makanan adalah metode penentuan status gizi perorangan atau kelompok dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

  b.

  Statistik Vital Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lain yang berhubungan dengan gizi. c.

  Faktor Ekologi Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya (Jelliffe, 1966 dalam Supariasa, 2001). Jadi, jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, penyimpanan, transportasi, dan tingkat ekonomi dari penduduk. Faktor ekologi yang berhubungan dengan penyebab malnutrisi dibagi menjadi enam kelompok, yaitu keadaan infeksi, konsumsi makanan, pengaruh budaya, sosial ekonomi, produksi pangan, kesehatan dan pendidikan.

  Bobak, Lowdermik, dan Jensen (2005) menyatakan bahwa pengkajian dan evaluasi status nutrisi biasanya dilakukan pada awal perawatan prenatal, diikuti tindak lanjut yang kontinu selama masa hamil. Pengkajian ini terdiri dari wawancara, termasuk riwayat diet dan evaluasi, kebiasaan makan dan situasi hidup sehari-hari, kemudian pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan payudara untuk mengidentifikasi masalah-masalah potensial dalam menyusui, dan uji laboratorium.

  a.

  Wawancara Status nutrisi ibu hamil dipengaruhi banyak faktor selain makanan.

  Oleh karena itu, kebiasaan diet dan kebiasaan makan tidak bisa dipandang secara terpisah dari seluruh situasi hidup wanita tersebut. Cara yang baik untuk memulai pengkajian nutrisi adalah dengan meminta ibu hamil memberi respons terhadap kuesioner, yang meliputi informasi kebiasaan makan, termasuk riwayat diet dengan mengingat asupan makanan selama 24 jam terakhir dan makanan yang sering dikonsumsi, analisis asupan makanan dengan memakai pedoman piramida makanan, penggunaan alkohol, obat-obat terlarang, rokok (termasuk pajanan pada asap rokok), kopi, sikap terhadap peningkatan berat badan, status emosi dalam menghadapi kehamilan, dan rencana pemberian makan ibu untuk bayinya.

  b.

  Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik meliputri antropometri, yang memberi indikasi kadar nutrisi jangka panjang dan jangka pendek dengan melakukan pengkajian terhadap tinggi dan berat badan serta menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) dimana IMT merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa yang berusia diatas 18 tahun, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. IMT tidak diterapkan pada bayi, anak remaja, ibu hamil dan olahragawan. Disamping itu, IMT tidak dapat diterapkan dalam keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema, asites, dan hepatomegali (Supariasa, 2001). Adapun rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut (Supariasa et al., 2001):

  Berat Badan (kg)

  IMT =

  Tinggi Badan m x Tinggi Badan (m)

  Peningkatan berat badan yang direkomendasikan Institute of Medicine (IOM) adalah berdasarkan IMT sebelum hamil. Jika IMT sebelum hamil ringan

  2

  atau <19,8 kg/m , direkomendasikan mencapai pertambahan berat badan sebesar

  2

  12,5-18,0 kg; jika IMT sebelum hamil normal yaitu antara 19,8-26,0 kg/m , maka pertambahan berat badan adalah sebesar 11,5-16 kg; jika IMT sebelum

  

2

  hamil tinggi atau >26,0-29,0 kg/m , pertambahan berat badan yang direkomendasikan sebesar 7,0-11,5 kg dan jika IMT sebelum hamil gemuk atau

  2

  >29,0 kg/m , maka pertambahan berat badan yang direkomendasikan adalah ≥7,0 kg (Bobak, et al., 2005). Hal tersebut didukung oleh Arisman (2007) yang mengemukakan bahwa kisaran penambahan berat badan berdasarkan nilai IMT ibu hamil adalah seperti terlihat pada tabel di bawah ini.

  Total Penambahan Penambahan BB

  IMT BB (kg)

  TM 1 (kg) TM 2 (kg) TM 3 (kg) Rendah

  12,5 2,3/bln 0,49/mggu 0,40/mggu

  • – 18,0 (<19,8)

  Normal 11,5 1,6/bln 0,44/mggu 0,50/mggu

  • – 16,0 (19,8-26,0)

  Tinggi 7,0 0,9/bln 0,3/mggu 0,35/mggu

  • – 11,5 (26,0
  • – 29,0) Obesitas

  6 Tabel 2.1. Rekomendasi Rentang Peningkatan Berat Badan berdasarkan IMT Sukarni dan Wahyu juga mengatakan bahwa pemeriksaan fisik yang digunakan untuk mengukur status gizi ibu hamil adalah dengan memantau pertambahan berat badan selama hamil dan mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA). Pertambahan berat badan selama hamil adalah sekitar 10-12 kg, dimana pada trimester pertama pertambahan kurang dari 1 kg, trimester kedua sekitar 3 kg, dan trimester ketiga sekitar 6 kg. Pertambahan berat badan ini juga sekaligus memantau pertumbuhan janin. Pengukuran LILA berguna untuk mengetahui apakah seseorang menderita Kurang Energi Kronis (KEK). Untuk mencegah risiko KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan, wanita usia subur sudah harus mempunyai gizi yang baik, misalnya dengan LILA tidak kurang dari 23,5cm. c.

  Uji Laboratorium Data Laboratorium memberi informasi dasar yang vital untuk mengkaji nutrisi pada awal kehamilan dan berguna untuk memantau status nutrisi sepanjang masa kehamilan. Hemoglobin dan hematokrit merupakan tes praktis yang dilakukan dalam perawatan prenatal rutin. Nilai yang dihasilkan biasanya lebih rendah pada wanita hamil daripada wanita tidak hamil. Nilai terendah adalah trimester kedua kehamilan saat terjadi anemia fisiologis. Kadar Hb pada wanita tidak hamil adalah 12g/dl, sedangkan kadar Hb untuk wanita hamil pada trimester pertama adalah 11g/dl, trimester kedua 10,5g/dl, dan trimester ketiga 11g/dl. Kadar hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan status anemia. Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagi media transport oksigen dari paru

  • –paru ke seluruh tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru –paru.

  Hemoglobin mengandung protein globin yang berikatan dengan hem atau senyawa besi protein. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin yang membuat darah bewarna merah. Kegagalan pembentukan hemoglobin dapat disebabkan karena kekurangan protein dalam makanan (Manuaba, 2008).

  Kadar hematokrit wanita tidak hamil adalah 36%, sedangkan wanita hamil pada trimester pertama adalah 33%, trimester kedua 32%, dan trimester ketiga 33% (Bobak, et al., 2005).

Dokumen yang terkait

BAB II PROFIL PERUSAHAAN - Pelaksanaan Manajemen Perkantoran Pada Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara

0 0 25

BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO) Medan - Peranan Seorang Sekretaris Perusahaan Dalam Meningkatkan Brand Image Pt. Perkebunan Nusantara III (Persero) Sei Batanghari Medan

0 0 27

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Peranan Seorang Sekretaris Perusahaan Dalam Meningkatkan Brand Image Pt. Perkebunan Nusantara III (Persero) Sei Batanghari Medan

2 43 8

Penerapan Etika Dalam Komunikasi Pada Kantor Badan Kepegawaian Daerah Walikota Medan

1 1 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air - Analisis Cemaran Kromium dan Zinkum Pada Air Sungai Deli secara Spektrofotometri Visibel

0 0 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Obat - Uji Mutu Bahan Baku Thiamin Mononitrat Sebagai Bahan Baku Vit. B Kompleks Yang Diproduksi Oleh Pt. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Komposisi dan Ukuran Makro Serbuk Kulit Kerang Darah (Anadora Granosa) Terhadap Komposit Epoksi-PS/Serbuk Kulit Kerang Darah (SKKD)

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Waktu Vulkanisasi dan Pembebanan Pengisi Tepung Kulit Singkong Termodifikasi Penyerasi Alkanolamida pada Pembuatan Produk Film Lateks Karet Alam

0 0 15

BAB 1 PENDAHULUAN - Pengaruh Waktu Vulkanisasi dan Pembebanan Pengisi Tepung Kulit Singkong Termodifikasi Penyerasi Alkanolamida pada Pembuatan Produk Film Lateks Karet Alam

0 2 6

Tabel Rekomendasi Rentang Peningkatan Berat Badan Total Untuk Wanita Hamil berdasarkan IMT IMT Total Penambahan BB (kg) Penambahan BB TM 1 (kg) TM 2 (kg) TM 3 (kg) Rendah (<19,8) 12,5 – 18,0 2,3bln 0,49mggu 0,40mggu

0 22 26