Evaluasi Pelaksanaan Program Keselamtan dan Kesehatan Kerja Bagi Karyawan PTPN IV Dolok Iilir Kecamatan Dolok Batu Naggar Kabupaten Simalungun

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Evaluasi
2.1.1. Pengertian Evaluasi
Kata “evaluasi“ dalam sehari-hari sering diartikan sebagai padanan istilah
dari penilaian. Yaitu suatu tindakan pengambilan keputusan untuk menilai suatu
obyek, keadan,peristiwa atau kegiatan tertentu yang sedang diamati (Hornby dan
Parwell1972 dalam Mardikanto 2012, 264). Menurut Kamus Umum Bahasa
Indonesia, evaluasi adalah suatu penilaian yang ditujukan kepada seseorang,
sekelompk atau suatau kegiatan. Sebagai penilaian, bisa saja penilaian ini menjadi
netral, positif, negatif atau bahkan gabungan dari keduanya. Ketika sesuatu
dievaluasi biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai
atau manfaatnya.
Ada berapa hal yang merupakan pokok-pokok pengertian tentang evaluasi,
yang mencakup:
1. Evaluasi adalah kegiatan pengamatan dan analisis terhadapm sesuatu
keadaan, peristiwa, gejala alam, atau suatu obyek.
2. Membandingkan segala sesuatu yang kita amati dengan pengalaman atau
pengetahuan yang telah kita ketahui dan atau miliki;
3. Melakukan penilaian, atas segala sesuatu yang diamati, berdasarkan hasil
perbandingan atau pengukuran yang dilakukakan.

Pengertian seperti itu, juga dikemukakan oleh Soumelis(1983) yang
mengartikan evaluasi sebagi proses pengambilan keputusan melalui kegiatan
membanding-bandingkan hasil pengamatan terhadap suatu obyek. Sedang
8
Universitas Sumatera Utara

Seepersad dan Hendrson (1984) mengartikan evaluasi sebagai kegiatan sistematis
yang dimaksudkan untuk melakukan pengukuran dan penilaian terhadap objek
berdasarkan pedoman yang telah ada.
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan terdapat beberapa
pokok pikiran yang terkandung dalam pengertian “evaluasi” sebagai kegiatan
terencana dan sistematis yang meliputi :
1. Pengamatan untuk pengumpulan data atau fakta;
2. Penggunaan “pedoman “ yang telah ditetapkan;
3. Pengukuran atau membandingkan hasil pengamatan dengan pedoman-pedoman
yang sudah ditetapkan terlebih dahulu;
4. Penilaian dan pengambilan keputusan(Mardikanto, dan Poerwoko,2012:265)
Evaluasi adalah suatu upaya untuk mengukur secara objektif terhadap
pencapaian hasil yang telah dirancang dari suatu aktifitas atau program yang telah
dilaksanakan sebelumnya, yang mana hasil penelitian yang dilakukan menjadi

umpanbalik bagi aktifitas perencanan baru yang akan dilakukan berkenaan dengan
aktifitas yang sama di masa depan (Yusuf dalam Siagian dan Suriadi, 2010: 116).
Pengertian lain dikemukakan oleh H. Wies (dalam Jones, 2011) yang
menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu aktivitas yang dirancang untuk
menimbang manfaat atau efektivitas suatu program melalui indikator yang khusus,
teknik pengukuran, metode analisis, dan bentuk perencanaan. Dari berbagai
pengertian yang telah disebutkan, evaluasi semestinya mempunyai tolak ukur atau
target sasaran yang telah ditetapkan dari awal perencanaan dan merupakan tujuan
yang hendak dicapai(Siagian dan Suriadi, 2010: 117).

9
Universitas Sumatera Utara

Untuk kepentingan praktis, ruang lingkup evaluasi secara sederhana dapat
dibedakan atas empat kelompok (Azwar, 1996: 12) yakni:
1. Penilaian terhadap masukan (input) yaitu penilaian yang menyangkut
pemanfaatan berbagai sumber daya, baik sumber dana, tenaga dan sumber
sarana.
2. Penilaian terhadap proses (process) yaitu penilaian yang lebih dititikberatkan
pada pelaksananan program, apakah sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan atau tidak. Proses yang dimaksud disini mencakup semua tahap
administrasi, mulai dari perencanaan, perorganisasian, dan aspek pelaksaan
program.
3. Penilaian terhadap keluaran (output) yaitu penilaian terhadap hasil yang dapat
dicapai dari pelaksanaan suatu program.
4. Penilaian terhadap dampak (impact) yaitu penilaian yang mencakup pengaruh
yang ditimbulkan dari pelaksanaan suatu program.
2.1.2. Jenis-jenis evaluasi
Secara umum, evaluasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a. Evaluasi pada Tahap Perencanaan
Kata evaluasi sering digunakan dalam tahap perencanaan dalam rangka
mencoba memilih dan menentukan skala prioritas terhadap berbagai alternatif
dan kemungkinan terhadap cara mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Untuk itu diperlukan bebrbagai teknik yang dapat dipakai oleh
perencana. Satu hal yang patut dipertimbangkan dalam kaitan ini adalah
bahwa metode-metode yang ditempuh dalam pemilihan prioritas tidak selalu

10
Universitas Sumatera Utara


sama untuk setiap keadaan, melainkan berbeda menurut hakekat dari
permasalahanya sendiri.
b. Evaluasi pada Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini,evaluasi adalah suatu kegiatan dengan melakukan analisa untuk
menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan dibanding dengan rencana.
Terdapat perbedaan antara evaluasi menurut pengertian ini dengan mentoring.
Mentoring mengangap bahwa tujuan yang ingi dicapai sudah tepat dan
bahawa program tersebut direncanakan untuk dapat mencapai tujuan tersebut.
Mentoring melihat apakah pelaksanaan proyek sudah sesuai dengan rencana
dan bahwa rencana tersebut sudah tetpat untuk mencapai tujuan. Sedangkan
evaluasi melihat sejauh mana proyek masih tetap dapat mencapai tujuanya,
apakah tujuan tersebut berubah, apakah pencapaian hasil program tersebut
akan

memecahkan

masalah

yang


ingin

dipechakan.

Evaluasi

juga

mempertimbangkan faktor-faktor luar tang mempengaruhi keberhasilan
proyek tersebut, baik membantu maupun menghambat.
c. Evaluasi pada Tahap Paska Pelaksanaan
Dari sini pengertian evaluasi hampir sama dengan pengertian tahap
pelaksanaan, hanya perbedaannya yang dinilai dan dianalisa bukan lagi tingkat
kemajuan pelaksanaan dibanding dengan rencana, tetapi hasil pelaksanaan
dibanding dengan rencana yakni apakah dampak yang dihasilkan oleh
pelaksanaan kegiatan tersebut sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (
Nugroho, 2009:537).

11
Universitas Sumatera Utara


2.1.3. Tolak Ukur Evaluasi
Suatu program dapat evaluasi apabila ada tolak ukur yang nantinya
dijadikan penilaian suatu program. Berhasil atau tidaknya program berdasarkan
tujuan yang dibuat sebelumya harus memliki tolak ukur, dimana tolak ukur ini
harus dicapai dengan baik sumber daya yang mengelolanya .
Adapun yang menjadi tolak ukur dalam evaluasi suatu program adalah:
1. Ketersediaan sarana untuk mencapai tujuan tersebut.
2. Apakah hasil proyek sesuai dengan hasil yang diinginkan.
3. Apakah sarana atau kegiatan yang dibuat benar-benar dapat dicapai atau
dimanfaatkan oleh orang-orang yang benar-benar membutuhkanya.
4. Apakah sarana yang disediakan benar-benar dilakukan untuk tujuan semula.
5. Berapa persen jumlah atau luas sasaran sebenarnya yang dapat dijangkau oleh
program.
6. Bagimana mutu pekerjaan atau saran yang dihasilkan dari program.
7. Berapa banyak sumber daya (tenaga, dana,barang) yang sudah digunakan
(diinvestasikan).
8. Apakah sumber daya dan kegiatan yang dilakukan benar-benar dimanfaatkan
secara maksimal.
9. Apakah kegiatan yang dilakukan benar-benar meberikan masukan terhadap

perubahaan.
2.1.4.Landasan Evaluasi
Landasanevaluasi sebagai suatu kegiatan merupakan suatu proses untuk
mengetahui dan memahami keadaan tertentu, melalui kegiatan pengumpulan data
atau fakta dan membandingkannya dengan ukuran serta cara pengukuran yang

12
Universitas Sumatera Utara

telah ditetapkan oleh karena itu pelaksanaan evaluasi harus selalu memperhatikan
3 landasan evaluasi yang mencakup:
1. evaluasi dilandasi keinginan untuk mengetahiau sesuatu.
2. menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran, sehingga dalam pengambilan
keputusan tentang penilaian harus dilandasi oleh kesimpulan-kesimpulan yang
diperoleh dari data aatau fakta yang berhasil observasi yang dilihat.
3. objektif, atau dapat diterima oleh semua pihak dengan penuh kepercayaan dan
keyakinannya
(interest)tertentu

dan


bukan
atau

karena

adanya

disebabkan

dari

suatu

keingina-keinginan

tekanan-tekanan

pihak


tertentu(Totok,2012:275).

2.2.Pelaksanaan Program
Pelaksanaan program sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
individu-individu atau kelmpok-kelompok pemerintahan atau swasta yang
diarahkan pada tercapainya tujuan yang telah ditetapkan dalam kebijakan.
Berhasil tidaknya suatu pelaksnaan suatu program, baik itu organisasi ataupun
perorangan bertanggung jawab dalam mengelola maupun pengawasan dalam
pelaksanaan.
Program merupakan tahap- tahap dalam penyelesaian rangkainyang berisi
langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk mencapai tujuan dan merupakan
unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan imlementasi. Jika
ditinjau dari aspek tingkat pelaksanaanya, secara umum pelaksanaan terhadap
program dapat dikelompokan dua jenis, yaitu:

13
Universitas Sumatera Utara

1. Penilaian atas perencanaan, yaitu mencoba memilih dan menetapkan
prioritas terhadap berbagai alternatif dan kemungkinaan atas cara

mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Penilaian atas pelaksanaan, yaitu melakukan analisis tingkat kemajuan
pelaksanaan dibandingkan dengan perencanaan, didalamnya meliputi
apakah pelaksanaan program sesuai dengan apa yang direncanakan ,
apakah ada perubahaan- perubhaan sasaran maupun tujuan dari program
yang sebelumnya direncanakan (Siagian dan Suriadi 2012 :117-118).

2.3. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2.3.1. Pengertian Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem
yang dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di
tempat kerja agar tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit di
tempat kerja dengan mematuhi/taat pada hukum dan aturan keselamatan dan
kesehatan kerja, yang tercermin pada perubahan sikap menuju keselamatan di
tempat kerja(Dewi, 2006: 38).
Menurut (Argama, 2006:65), program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) adalah suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha
sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan dan penyakit kerja
akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali halhal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit kerja akibat
hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.


14
Universitas Sumatera Utara

Menurut (Dessler, 1992:103) mengatakan bahwa program keselamatan
dan kesehatan kerja diselenggarakan karena tiga alasan pokok, yaitu:
1. Moral
Para pengusaha menyelenggarakan upaya pencegahan kecelakaan dan
penyakit kerja pertama sekali semata-mata atas dasar kemanusiaan. Mereka
melakukan

hal

itu

untuk memperingan

penderitaan

karyawan

dan

keluarganya yang mengalami kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
2. Hukum
Dewasa ini, terdapat berbagai peraturan perundang-undangan yangmengatur
ikhwalkeselamatandankesehatankerja,danhukuman

terhadappihak-pihak

yang melanggar ditetapkan cukup berat.Berdasarkan peraturanperundangundanganitu, perusahaan dapat dikenakan denda,dan para supervisor dapat
ditahanapabilaternyata bertanggungjawab atas kecelakaan dan penyakit fatal.
3. Ekonomi
Adanya alasan ekonomi karena biaya yang dipikul perusahaan dapat jadi
cukup tinggi sekalipun kecelakaan dan penyakit yang terjadi kecil saja.
Asuransi

kompensasi karyawan

ditujukan

untuk

member ganti

rugi

kepada pegawai yang mengalami kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Menurut(Mangkuprawira dan Hubeis, 2007:98), secara umum program
keselamatan dan kesehatan kerja dapat dikelompokkan:
1. Telaahan Personal
Telaahanpersonaldimaksudkanuntukmenentukankarakteristikkaryawantertentu
yangdiperkirakanrawandanberpotensimengalamikecelakaandanpenyakit kerja:

15
Universitas Sumatera Utara

a. Faktor usia, apakah karyawan yang berusia lebih tua cenderung lebih
aman dibanding yang lebih muda ataukah sebaliknya.
b. Ciri-cirifisikkaryawan,sepertipotensipendengarandanpenglihatanyang
cenderung berhubungan dengan derajad kecelakaan karyawan yang kritis.
c. Tingkatpengetahuandankesadarankaryawantentangpentingnya
pencegahandan penyelamatan dari kecelakaan dan penyakit kerja. Dengan
mengetahui ciri-ciri personal itu maka perusahaan dapat memprediksi
siapa

saja

karyawan

yang

potensial

untuk

mengalami

kecelakaandanpenyakitkerja, lalu sejak dini perusahaan dapat menyiapkan
upaya-upaya pencegahaanya.
2. Sistem Insentif
Insentif yang diberikan kepada karyawan dapat berupa uang dan bahkan
karir. Dalam bentuk uang dapat dilakukan melalui kompetisi antar-unit
tentang keselamatan dan kesehatan kerja dalam kurun waktu tertentu,
misalnya selama enam

bulan

sekali. Siapa

yang mampu

menekan

kecelakaan dan penyakit kerja sampai titik terendah akan diberikan
penghargaan. Bentuk lain adalah berupa peluang
karyawan

yang

mampu

menekan kecelakaan

karir

bagi

para

dan penyakit kerja bagi

dirinya atau bagi kelompok karyawan di unitnya.
3. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihankeselamatandankesehatankerjabagikaryawanbiasadilakukan
olehperusahaan.Fokuspelatihanpadaumumnyapadasegi-segibahayaatau risiko
dari pekerjaan, aturan dan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja,
dan perilaku kerja yang aman dan berbahaya.

16
Universitas Sumatera Utara

4. Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Perusahaan perlu memiliki semacam panduan yang berisi peraturan dan
aturan yang menyangkut apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh
karyawan di tempat kerja. Isinya harus spesifik yang memberi petunjuk
bagaimana

suatu pekerjaan dilakukan dengan hati-hati untuk mencapai

keselamatan dan kesehatan kerja maksimum. Sekaligus dijelaskan beberapa
kelalaian kerja yang

dapat menimbulkan bahaya individu dan kelompok

karyawan serta tempat kerja.

2.4. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2.4.1 Pengertian Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah membuat kondisi kerja yang aman dengan
dilengkapi alat-alat pengaman, penerangan yang baik, menjaga lantai dan tangga
bebas dari air, minyak, nyamuk dan memelihara

fasilitas

air

yang

baik

(Agus,1989:73). Menurut (Malthis dan Jackson, 2002:97), keselamatan kerja
menunjuk pada perlindungan kesejahteraan fisik dengan dengan tujuan
mencegah
Pendapat

terjadinya

kecelakaan

atau

cedera

terkait dengan

pekerjaan.

lain menyebutkan bahwa keselamatan kerja berarti proses

merencanakan dan

mengendalikan situasi yang berpotensi menimbulkan

kecelakaan kerja melalui persiapan prosedur operasi standar yang menjadi acuan
dalam bekerja (Hadiguna, 2009:87).
Menurut (Suma’mur 1981:165), tujuan keselamatan kerja adalah sebagai
berikut:
1. Para pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja.

17
Universitas Sumatera Utara

2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja dapat digunakan sebaik-baiknya.
3. Agar semua hasil produksi terpelihara keamanannya.
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan gizi pegawai.
5. Agar dapat meningkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi kerja.
6. Terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
7. Agar pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
(Husni, 2005:77)

menyatakan

bahwa

keselamatan

kerja

bertalian

dengan kecelakaan kerja, yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau
dikenal dengan istilah kecelakaan industri. Kecelakaan industri ini secara umum
dapatdiartikan sebagai suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak
dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas.
Menurut

(Hadiguna, 2009:91). Kecelakaan

kerja

merupakan

kecelakaan

seseorang atau kelompok dalam rangka melaksanakan kerja di lingkungan
perusahaan, yang terjadi secara tiba-tiba, tidak diduga sebelumnya, tidak
diharapkan terjadi, menimbulkan kerugian ringan sampai yang paling berat,
dan bisa menghentikan kegiatan pabrik secara total. Penyebab kecelakaan kerja
dapat dikategorikan menjadi dua:
1. Kecelakaan

yang

disebabkan

oleh

tindakan

manusia

yang

tidak

melakukan tindakan penyelamatan. Contohnya, pakaian kerja, penggunaan
peralatan pelindung diri, falsafah perusahaan, dan lain-lain.
2. Kecelakaanyangdisebabkanolehkeadaanlingkungankerjayangtidakaman.
Contohnya,penerangan,sirkulasiudara,temperatur,kebisingan,

getaran,

penggunaan indikator warna, tanda peringatan, sistem upah, jadwal kerja, dan
lain-lain.

18
Universitas Sumatera Utara

2..4.2. Pengertian Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan
agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik,
mental

maupun

sosial

(Husni, 2005:122).

Selain

itu,

kesehatan

kerja

menunjuk pada kondisi fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum
dengan tujuan memelihara kesejahteraan individu secara menyeluruh (Malthis dan
Jackson, 2002:102). Sedangkan menurut (Mangkunegara,2001:137) pengertian
kesehatan kerja adalah kondisi bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau
rasa sakit yang disebakan lingkungan kerja. Kesehatan dalam ruang lingkup
keselamatan dan kesehatan kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu keadaan
bebas dari penyakit.
Menurut Undang-undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, Bab I
Pasal 2,keadaan sehat diartikan sebagai kesempurnaan yang meliputi keadaan
jasmani,rohani dan kemasyarakatan, dan bukan hanya keadaan yang bebas
dari penyakit, cacat dan kelemahan-kelemahan lainnya.
Menurut (Rivai, 2003:99) pemantauan kesehatan kerja dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1. Mengurangi timbulnya penyakit
Padaumumnyaperusahaansulitmengembangkanstrategiuntukmengurangi
timbulnyapenyakit-penyakit,karenahubungansebab-akibatantaralingkungan
fisik dengan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan sering
kabur.Padahal, penyakit-penyakityangberhubungan denganpekerjaan jauh
lebih merugikan, baik bagi perusahaan maupun pekerja.
2. Penyimpanan catatan tentang lingkungan kerja

19
Universitas Sumatera Utara

Mewajibkan perusahaan untuk setidak-tidaknya melakukan pemeriksaan
terhadap kadar bahan kimia yang terdapat dalam lingkungan pekerjaan dan
menyimpan catatan mengenai informasi yang terinci tersebut. Catatan ini
juga harus mencantumkan informasi tentang penyakit-penyakit yang dapat
ditimbulkan dan jarak yang aman dan pengaruh berbahaya bahan-bahan
tersebut.
3. Memantau kontak langsung
Pendekatan

yang pertama dalam mengendalikan penyakit-penyakit

yang

berhubungan dengan pekerjaan adalah dengan membebaskan tempat kerja
dari bahan-bahan kimia atau racun. Satu pendekatan alternatifnya adalah
dengan

memantau

dan

membatasi kontak langsung terhadap zat-zat

berbahaya.
4. Penyaringan genetik
Penyaringangenetik adalah pendekatan untuk mengendalikan penyakit-penyakit
yang paling ekstrem, sehingga sangat kontroversial. Dengan menggunakan uji
genetikuntukmenyaringindividu-individuyangrentanterhadappenyakitpenyakittertentu,perusahaan

dapat

mengurangi

kemungkinan

untuk

menghadapi klaim kompensasi dan masalah-masalah yang terkait dengan hal
itu. Penyakit kerja adalah kondisi abnormal atau penyakit yang disebabkan
oleh kerentanan terhadap faktor lingkungan yang terkait dengan pekerjaan.
Hal

ini

meliputi

penyakit

akut

dan kronis

yang

disebakan

oleh

pernafasan, penyerapan, pencernaan, atau kontak langsung dengan bahan
kimia beracun atau pengantar yang berbahaya (Dessler, 2007:106).
Masalah kesehatan karyawan sangat beragam dan kadang tidak tampak.

20
Universitas Sumatera Utara

Penyakit ini dapat berkisar mulai dari penyakit ringan seperti flu, hingga
penyakit yang serius yang berkaitan dengan pekerjaannya (Malthis dan
Jackson, 2002:138). Menurut (Schuler dan Jackson, 1999:140) menjelaskan
bahwa dalam jangka panjang, bahaya-bahaya di lingkungan tempat kerja
dikaitkan dengan kanker kelenjar tiroid, hati, paru-paru, otak dan ginjal;
penyakit

paru-paru

putih,

cokelat,

dan

hitam;

leukimia;

bronkitis;

emphysema dan lymphoma; anemia plastik dan kerusakan sistem saraf
pusat; dan kelainan-kelainan reproduksi (misal kemandulan, kerusakan
genetic, keguguran dan cacat pada waktu lahir).
Menurut (Silalahi,1995:94) perusahaan mengenal dua kategori penyakit
yang diderita tenaga kerja, yaitu:
1. Penyakit umum
Merupakan penyakit yang mungkin dapat diderita oleh semua orang, dan
hal ini adalah tanggung jawab semua anggota masyarakat, karena itu
harus melakukan pemeriksaan sebelum masuk kerja.
2. Penyakit akibat kerja
Dapat timbul setelah karyawan yang tadinya terbukti sehat memulai
pekerjaannya.
golongankimia,

Faktor penyebab
golongan

bisa

biologis,

terjadi

dari

golongan

fisik,

golongan fisiologis dan golongan

psikologis.
2.4.3.Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Program keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk memberikan
iklim yang kondusif bagi para pekerja untuk berprestasi, setiap kejadian baik
kecelakaan dan

penyakit

kerja

yang

ringan

maupun

fatal

harus

21
Universitas Sumatera Utara

dipertanggungjawabkan

oleh pihak-pihak

yang

bersangkutan

(Hadiguna,

2009:103). Sedangkan menurut (Argama, 2006:107), tujuan dari dibuatnya
program keselamatan

dan

kesehatan kerja adalah untuk mengurangi biaya

perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja.
Menurut (Hadiguna ,2009:105). tujuan program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) adalah:
1. Melindungi para pekerja dari kemungkinan-kemungkinan buruk yang
mungkin terjadi akibat kecerobohan pekerja.
2. Memelihara kesehatan para pekerja untuk memperoleh hasil pekerjaan
yang optimal.
3. Mengurangi angka sakit atau angka kematian diantara pekerja.
4. Mencegah

timbulnya

penyakit

menular

dan

penyakit-penyakit

lain

yangdiakibatkan oleh sesama pekerja.
5. Membina dan meningkatkan kesehatan fisik maupun mental.
6. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja.
7. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

2.4.4. Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut (Modjo,2007;89), manfaat penerapan program keselamatan
dan kesehatan kerja di perusahaan antara lain:
1. Pengurangan Absentisme
Perusahaan yang melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja
secara serius, akan dapat menekan angka risiko kecelakaan dan penyakit

22
Universitas Sumatera Utara

kerja dalam tempat kerja, sehingga karyawan yang tidak masuk karena
alasan cedera dan sakit akibat kerja pun juga semakin berkurang.
2. Pengurangan Biaya Klaim Kesehatan
Karyawan yang bekerja pada perusahaan yang benar-benar memperhatikan
kesehatan

dan

keselamatan

kerja

karyawannya

kemungkinan untuk

mengalami cedera atau sakit akibat kerja adalah kecil, sehingga makin
kecil pula kemungkinan klaim pengobatan/ kesehatan dari mereka.
3. PenguranganTurnoverPekerja
Perusahaan

yang

menerapkan

program

K3

mengirim pesan

yang

jelaspada pekerja bahwa manajemen menghargai dan memperhatikan
kesejahteraan

mereka,

sehingga menyebabkan

para pekerja menjadi

merasa lebih bahagia dan tidak ingin keluar dari pekerjaannya.
Menurut,(Malthis dan Jackson, 2002:158) menyebutkan, manfaat program
keselamatan dan kesehatan kerja yang terkelola dengan baik adalah:
1. Penurunan biaya premi asuransi,
2. Menghemat biaya litigasi,
3. Lebih sedikitnya uang yang dibayarkan kepada pekerjauntuk waktu kerja
mereka yang hilang,
4. Biaya yang lebih rendah untuk melatih pekerja baru.
5. Menurunnya lembur,
6. Meningkatnya produktivitas.

23
Universitas Sumatera Utara

2.4.5Landasan Hukum Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Pemerintah memberikan jaminan kepada karyawan dengan menyusun
Undang-undang Tentang

Kecelakaan

Tahun

1947

Nomor

33,

yang

dinyatakan berlaku pada tanggal 6 januari 1951, kemudian disusul dengan
Peraturan Pemerintah Tentang Pernyataan berlakunya peraturan kecelakaan tahun
1947 (PP No. 2 Tahun 1948), yang merupakan bukti tentang disadarinya
arti penting keselamatan kerja di dalam perusahaan . Lalu, menurut penjelasan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992, menyatakan
bahwa sudah sewajarnya apabila tenaga kerja juga berperan aktif dan
ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan program pemeliharaan dan peningkatan
kesejahteraan demi terwujudnya perlindungan tenaga kerja dan keluarganya
dengan baik. Jadi, bukan hanya perusahaan saja yang bertanggung jawab dalam
masalah ini, tetapi para karyawan juga harus ikut berperan aktif dalam hal ini
agar dapat tercapai kesejahteraan bersama.
Berdasarkan Undang-Undang No.1 Tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat
keselamatan kerja yang juga menjadi tujuan pemerintah membuat aturan adalah :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d. Memberi

kesempatan

atau

jalan

menyelamatkan

diri

pada

waktu

kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.

24
Universitas Sumatera Utara

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
radiasi, suara dan getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akiba
i. Kerja baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
j. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
k. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
l. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
m. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
n. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya.
o. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang.
p. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
q. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
r. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
s. Menyesuaikandan menyempurnakanpengamananpadapekerjaanyang

bahaya

kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Undang-Undang tersebut selanjutnya diperbaharui menjadi Pasal 86
ayat 1 Undang-Undang No.13 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa setiap
pekerja/ buruh berhak untuk memperoleh perlindungan atas:
1. Keselamatan dan kesehatan kerja
2. Moral dan kesusilaan

25
Universitas Sumatera Utara

3. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilainilai agama.
Undang undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan
Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang
optimal.
1.Kesehatan kerja meliputi pclayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit
akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja.
3.Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.
4. Ketentuan mengenai kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
danayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

2.5. Pekerjaan Sosial dan Manajemen Sumberdaya Manusia
Pekerjaan sosial industri dapat didefinisikan sebagai lapangan praktik
pekerjaan

sosial

yang

secara

khusus

menangani

kebutuhan-kebutuhan

kemanusiaan dan sosial di dunia kerja melalui berbagai intervensi dan penerapan
metoda pertolongan yang bertujuan untuk memelihara adaptasi optimal antara
individu dan lingkungannya, terutama lingkungan kerja. Dalam konteks ini,
pekerja sosial dapat menangani barbagai kebutuhan individu dan keluarga, relasi
dalam perusahaan, serta relasi yang lebih luas antara tempat kerja dan masyarakat
(NASW, 1987) atau yang lebih dikenal dengan istilah tanggung jawab perusahaan
(corporate social responbility)(Suharto, 2006).
Pekerjaan sosial industri menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai pekerjaan sosial dalam pemberian pelayanan , program, dan kebijakan
bagi para pegawai dan keluarganya, manajemen perusahaan, serikat-serikat buruh

26
Universitas Sumatera Utara

dan bahkan masyarakat yang berada di sekitar perusahaan. Inti pekerjaan sosial
industri

meliputi

kebijakan,

perencanaan,

dan

pelayanan

sosial

pada

persinggungan antara pekerja sosial dan dunia kerja (Suharto 2006b). Kegiatan
pekerjaan sosial industri antara lain adalah program bantuan (bagi pegawai),
promosi keshatan, manajemen perawatan kesehatan, tindakan alternatif affirmatif
(pembelaan), penitipan anak, perawatan lanjut usia, pengembangan sumber daya
manusia (SDM), pengembangan organisasi, pelatihan, dan pengembangan karir,
konseling bagi penganggur atau yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK),
tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responbility), tunjangantunjangan pegawai, keamanan dan keselamatan kerja, pengembangan jabatan,
perencanaan sebelum dan sesudah pensiun serta bantuan pemindahan kerja.
Konsep pekerjaan sosial industri lebih luas dari konsep tanggung jawab
sosial perusahaan (CSR) maupun masyarakat (community development).
Pekerjaan sosial industri mencangkup pelayanan sosial yang bersifat internal dan
eksternal, pekerjaan sosial industri melibatkan program-program bantuan bagi
pegawai, seperti pelayanan konseling. Terapi kelompok, dan pengembangan
sumber daya manusia. Secara eksternal, pekerjaan sosial industri, berwujud dalam
berbagai bentuk program CSR termasuk di dalamnya strategi dan program
pengembangan masyarakat, pengembangan kebijakan sosial, dan advokasi
sosial(Suharto 2007:47).

27
Universitas Sumatera Utara

Ruang lingkup keselamatan dan kerja
Ruang lingkup keselamatandan kesehatan kerja adalah di segala kerja ,
baik di darat di dalam tanah di permukaan aair, di dalam air maupun di
udara,dalamwilayah negara republik indonesia.keselamatan dan kesehatan kerja
harus diterapkan dan dilaksanakan disetiap empat kerja
Unsur tempat ada tiga yaitu:
1. adanya suatu usaha,baik bersifat ekonomi ataupun sosial
2. adanya sumber bahaya
3. adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamya, baik secara terus menerus
maupun sewaktu waktu
penangung jawab keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja adalah
pengusaha atau pemimpin atau penguru tempat kerja. Pelaksnaan
kselamatan kesehatan kerja di tempat kerja dilakukan secara bersama oleh
pemimpin atau pengurus perusahaan dan seluruh pekerja.
2.6. Karyawan
2.6.1. Pengertian Karyawan
Perusahaan tanpa karyawan ibarat manusia tanpa darah. hal itu
menggabarkan betapa pentingnya karyawan dalam sebuah perusahaan walaupun
banyak pemilik perusahaan yang tidak menyadari tentang hal tersebut, tidak
sedikit pemeilik sebuah perusahaan yang memperlakukan karyawanya dengan
tidak manusiawi sehingga berakibat fatal terhadap kelangsungan akitivitas
perusahaan itu sendiri dalam jangka panjang, hal penting ideal adalah
memperlakukan karyawan seperti laykanya seorang partner yang salig
membuhtuh kan sehinga peninbbagi seoarang ownwer untuk memperhatikan hal

28
Universitas Sumatera Utara

detail sekalipun dari seorang karyawan. Sepertinya halnya tngkat pendapatan yang
layak , jaminan kesehatan serta hari tua yang memadai, dan lain lain. Di dasari
atau tidak , secara lansung atau tidak langsunng. Hal hal tersebut akan sangat
mempengaruhi terhadap kualitas kerja loylitas karyawan terhadap perusahaan.
Adapun definisi karyawan menurut para ahli yaitu:
1. Philip J.S, karyawan adalah aset
2. Bambang Suharno, karyawan adalah aset, dimana aset terpenting dalam
perusahaan adalah sumber daya manusia
3. Rico sierma & Eva H. Saragih karyawan merupakan penggerak utama dari
setaiap organisasi tanpa mereka organisasi dan sumber daya alainya tidak
pernah menjadi suatu yang berarti
4. Paul Brick. Karyawan adalah wajah organiasi anda
5. Rithschild(mgh). Karyawan merupakan investasi, bukan pengeluaran
6. Paulus Bambang Wirawan. Karyawan adalah pribadi yang tinggi jauh lebih
tinggi dari mesin dan alat produksi lainya
7. Sonny Keraf,Karyawan adalah orang orang profesional yang tidak muda di
gantikan karena menggantikan seorang tenaga profesional akan sangat
merugikan baik dari segi fiansial , waktu dan energi
8. Frederic BW Taylor. Karyawan merupakan komunitas ekonomis yang
termotivasi untuk bekerja berdasarkan kebutuhan keuangan mereka.

2.6.2. Jenis-jenis Karyawan
Ada bebeberapa jenis-jenis karyawan berdasarkan statusnya dalam sebuah
perusahaan, karyawan bisa di bedakan untuk menjadi karyawan tetap dan

29
Universitas Sumatera Utara

karyawan kontrak dilihat dari perjanjian kerjanya. Perjanjian kerja adalah menurut
(hukum online, 2009) perjanjian antara pekerja dengan pemberi kerja atau
pengusaha yang memauat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak mulai
saat berhubungan kerja, dalam perjanjian kerja juga harus jelas apa hubunan keja
tersebut untuk waktu terntentu atau tidak waktu tertentu.
(Hukum online, 2009) pasal 1 angka 14 undang – undang nomor 13 tahun
2009 tentang ketenagakerjaan. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja
atau buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat– syarat
kerja, hak dan kewajiban para pihak, dalam perjanjian tersebut diketahui defenisi
karyawan tetap atau karyawan kontrak. Karyawan yang telah mengalami
pengangkatan sebagai karyawan perusahaan dan kepadanya di berikan kepastian
atau keberlansungan masa kerjanya. Sedangakan karyawan kontrak merujuk pada
undang undang nomor 13 tahun 2003 ketenagakerjaan karyawan kontrak adalah
pekerja yang memiliki hubungan keja dengan pengusaha dengan berdasarkan pada
perjanjian kerja waktu tertentu ( PKWT)
Pengaturan tentang PKWT ini kemudian diatur lebih teknis dalam
Keputusan Menteri Tnaga Kerja dan Transmigrasi nomor 100 tahun 2004 tentang
ketentuan pelaksanan perjanjian kerja waktu tertentu. Jadi karyawan kontrak,
karyawan yang diperbantukan untuk menyelesaikan pekerjaan – pekerjaan rutin
perusahaan, dan tidak ada jamina kelangsungan masa kerjanya. Dalam hal ini
kelangsungan masa kerja kontrak ditentukan oleh prestasi kerjanya.
2.6.3 Kesejahteraan Karayawan
Setiap bulan perusahaan memberikan gaji pada karyawannya, namun
perusahaan juga perlu memberikan tunjangan, fasilitas ataupun uang di luar gaji

30
Universitas Sumatera Utara

yang biasa disebut kesejahteraan. Pemberian kesejahteran merupakan salah satu
cara yang paling efektif untuk memelihara sikap karyawan agar merasa puas,
nyaman serta senag dalam bekerja. Dengan begitu, motivasi karyawan untuk
beprestasi akanterus meningkat.
Tujuan pemberian kesejahteraan tidak hanya untuk kepentingan karyawan
saja tetapi juga untuk kepentingan perusahan. Kebiakaan perusahaan dalam
menetapkan dan memberikan kesejahteraan kepda karyawan hendaknya dilakukan
berdasarkan azas keadilan dan kelayakn serta sesuai dengan undang-undang
ketenagakerjaan yang telah ditetapkan pemerintah. Kebijakaan pemberian
kesejahteraan baik jenis maupun besarnya harus berdasarkan analisis tugas dan
tanngung jawab, uraian pekerja,jabatan serta lamanya kerja dan waktu
pembyaraan. Perusahaan harus membayar tepat pada waktu yang telah di tetapkan
hal tersebut akan membuat kepercyaan karyawan kepda perusahaan semakin
besar, karyawan akanmerasa tenang dan konsentrasi kerja akan lebih baik,tetapi,
apabila perusahan tidak membayar tepat waktu,akibatnya karyawan menjadi tidak
disiplin kerja, tidak loyal kepda perusahaan dan sudah tentu kualitas karyawan
akan menurun.
Kesejahteraan karyawan pada umumnya merupakan bentuk penyediaan
paket tunjangan (benefit) dan program pelayan karyawan (service).Kesejahteraan
merupakan bentuk kompensasi di luar gaji dan tidak secara langsung berkaitan
dengan prestasi kerja. Gambaran jelas mengenai pengertian kesejahteraan
karyawan yaitu :

31
Universitas Sumatera Utara

1. Panggabean, kesejahteraan karyawan yang juga di kenal dengan benefit
mencakup semua jenis pengahrgaan berupa uang yang tidak dibayarkan
langsung kepada karyawan.
2. Moekijat, dalam perusahaan pelyanan pegawai mempunyai bemacam-macam
nama, ada yang menyebut program benefit, ada yang menyebut kesejahteraan
pegawai (employee welfare) dan yang lain lagi menekankan kepada biayabiaya dan menyebutnya daftar pembyran yang di sembunyikan (hidden
payroll). Akan tetapi yang palin lazim pelyanna pegawai itu di anggap sebagi
bagian dari pada kesejahteran sosial(fringe benefits). Kesejahteraan sosial
demikian umumnya mengandung lebih dari pada apa yang dimaksudkan oleh
pengertian pelayan pegawai
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan
1. Kesejahteraan karyawan merupakan program yang menitikberatkan pada
pemeliharaan sikap karyawan baik terhadap pekerjaan dan lingkungan
kerjanya.
2. Program pelayanan karyawan dimaksudkan untuk memberikan pelayanan
guna membentuk dan mendorong motivasi kerja karyawan.

2.Tujuan Pemberian Kesejahteraan Karywan
Tujuan pemberian kesejahteraan tidak hanya untuk kepentingan karyawan
saja tetapi untuk kepentingan perusahaan dan agar tujuan pemeberian
kesejahteraan tercapai, diharapkan ada timbal balik yang saling menguntungkan
antar perusahaan dengan karyawan. Bagi karyawan dapat memenuhi kebutuhanya
dan bagi perusahaan mendapatkan laba.

32
Universitas Sumatera Utara

Tujuan pemberian kesejahteraan kepada karyawan menutut Moekijat
adalah :
a. Bagi peusahaan adalah :
1. Meningkatkan hasil atau laba.
2. Mengurangi pergantian karyawan.
3. Meningkatkan semangat kerja karyawan.
4. Menambah kesetiaan karywan terhadp perusahaan.
5. Menambah peran serta karyawan dalam mengatasi masalah-masalah yang
timbuldalam suatu perusahaan atau oraganisasi.
6. Mengurangi keluhan-keluhan.
7. Mengurangi pengaruh serikat kerja.
8. Memperbaiki hubungan masayrakat.
9. Mempermudah usaha penarikan karyawan dan mempertahankanya.
10. Memperbaiki kondisi kerja.
11. Menambah perasaan aman karyawan.
b. Bagi karyawan adalah :
1. Memberikan kenikmataan atau fasilitas dengan cara lain meskipun tersedia
tetapi kurang memuaskan.
2. Menambah kepuasan kerja.
3. Membantu kepada kemajuan perseorangan.
4. Mengurangi perasaan tidak aman.
5. Memberikan kesempatan tambahan untuk memproleh status.
6. Menambah motivasi untuk bersaing atau beprestasi antar karyawan.

33
Universitas Sumatera Utara

2.6.4. Azas-azas Kesejahetraan Karyawan
Pemberian kesejahteraan kepada karyawan diharapkan dapat dimanfaatkan
secara maksimal dan digunakan secar efektif oleh karena itu, agar pemberian
ksejahteraan dapat bermanfaat secara maksimal dan efektif, maka dalam
pelaksanyanya harus berdasarkan azas keadilan dan kelayakaan, keadilan yang di
maksud adlah penyusuain balas jasa (sesuai haknya) yang diterima atas jenis
pekerjaan, resiko pekerjaan,tanggung jawab dan jabatan. Jadi adil dalam hal ini
bukan berarti setiap karyawan menerima kesejahteraan sama besarnya, sedangkan
kelayakan yang di maksud adalah balas jasa yang di berikan pada karyawan
menggunkan tolak ukur yang berlaku di masyarakat, industri dan Negara. Dengan
demikian perusahaan dapat menentukan tinggi sama atau rendah tingkat
kesejahteraan secara relatif seseuai dengan yang berlaku di masyarakat industri
dan negara. Dengan demikian, perusahaan dapat menentukan tinngi sama atau
rendahnya tingkat kesejahteraan yang sesuai yang berlaku di masyarakat, industri
,dan negara. Pelaksanaan pemberian kesejahteraan dengan di dasari azas tersebut
diharapkan dapat saling menguntungkan demi kepentingan bersama.
Prinsip terpenting daripda program kesejahteraan karyawan adalah
program itu hendaknya dapat memberi bantuan kepada organisasi, paling sedikit
sama jumlahnya dengan biaya yang telah di keluarkan. Lain daripada petunjuk
yang pokok ini, ada beberapa kesimpulan lain yang perlu mendapatkan perhatian
diantar prinsip-prinsip ini menurut adalah :
1. Program kesejahteraan karyawan hendaknya dapat memenuhi kebutuhan yang
sesunguhnya.

34
Universitas Sumatera Utara

2. Program kesejahteraan karyawan hendaknya dibatasi dengan kegiatan kgiatan
dimana kelompok adalah lebih efesian daripada perseorangan.
3. Program kesejahteraan karyawan hendakya dikembangkan seluas-luasnya.
4. Biaya program kesejahteraan karyawan hendaknya dapat dihitung dan dikelola
dengan kebijaksanaan yang baik.
2.6.5. Jenis-jenis Kesejahteraan karyawan
Jenis kesejahteraan yang diberikan perusahaan akan bervariasi,hal ini
disesuaikandengankebijakan perusahaan.Banyakparaahliyang mengelompokkan
kesejahteraan ini menjadi bagian bagian tertentu, tetapi pada hakikatnya memiliki
tujuan yang sama.
Panggabean mengemukakan bentuk kesejahteraan yang diberikan adalah:
1. Kesejahteraan yang bersifat ekonmis yaitu berupa uang seperti uang pensiun,
uang makan, uang Tunjangan Hari Raya (THR), bonus,uang duka kematian,
pakaian dinas dan pengobatan.
2. Kesejahteraan berupa fasilitas antara lain saran ibadah, kafetaria olahraga,
kesenian, pendidikan atau seminar, cuti tahunan dan cuti hamil, koperasi
ataupun toko.
3. Kesejahteraan berupa pelayan yaitu puskesmas atau dokter, jemputan
karyawan, penitipan bayi, bantuan hukum, penasihat keuangan atau asuransi
kredit rumah.

2.7.Kerangka Pemikiran
PTPN IV Dolok Ilir merupakan badan usaha milik Negara (BUMN) yang
bergerak pada usaha kelapa sawit yang menghasilkan CEO atu minyak setengah

35
Universitas Sumatera Utara

jadi, dalam melakukan produksinya PTPN IV Dolok Ilir pasti mengalami kendalakendala dimana banyak resiko terjadinya kecelakaan kerja pada saat mlalukan
kegiatan produksi yang dapat merugikan perusahaan dan karyawan, maka dari itu
PTPN IV Dolok Ilir melakukan program keselamatan dan kesehatan kerja untuk
melindungi karyawan dan memberikan fasilitas kesehatan kepada karyawan, agar
karyawan dapat bekerja dalam lingkugan yang aman dan sehat.
Program keselamatan dan kesehatan kerja yang diberikan PTPN IV Dolok
Ilir bertujuan untuk menimalisir terjadinya kecelakaan kerja yang terjadi pada
karyawan, program keselmatan kesehatan kerja yang diberikan seperti jam kerja
karyawan yang diberikan selama 7 jam perhari sesuai dengan undang undng yang
berlaku, beban kerja yang diberikan sesuai dengan keterampilan yang ada pada
karyawan, memberikan pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja kepada
karyawan agar karyawan dapat membudayakan Keselamatan dan kesehatan kerja
di dalam perusahaaan, memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
kepada karyawan agar karyawan nyaman dalam melakukan tugasnya dan di
berikan hak oleh perusahaan, memberikan alat pelindung diri kepada karyawan
agar karyawan dapat terhindar dari bahaya yang mengancam di lokasi pekerjaan.
(manual sistem manajemen keselamatan kesehatan kerja no.dok ;4.1.1) Semua
program ini diberikan kepada semua karyawan yang ada di dalam lingkungan
PTPN IV Dolok Ilir, dalam hal ini PTPN IV Dolok Ilir memiliki 2 jenis karyawan
yaitu karyawan yang normal dan karyawan yang disabilitas.
Dalam hal ini peneliti tertarik untuk melihat bagaimana pelaksanaan
program keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan di PTPN IV Dolok Ilir
baik karyawan yang normal maupun karyawan yang disabilitas.

36
Universitas Sumatera Utara

BAGAN ALUR PEMIKIRAN
KARYAWAN PTPN IV
Dolok Ilir

Program K3
1.Beban Kerja
2 Pelatihan kerja
3. Jaminan keselamatan dan kesehatan
kerja
4. Jam Kerja
5. Alat Pelindung Diri

Evaluasi Pelaksanaan Program:
1.
2.
3.
4.

Masukan ( input)
Proses (process)
Keluaran ( output )
Pengaruh ( impact )
Karyawan Disabilitas

Karyawan normal

2.8. Defenisi Konsep dan Definisi Oprasional
2.8.1. Definisi Konsep
Defenisi konsep merupakan upaya penegasan dan pembatasan makna
konsep dalam suatu penelitian. Untuk menghindari salah pengertian atas makna

37
Universitas Sumatera Utara

konsep yang dijadikan objek penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan
dan membatasi makna konsep yang akan di teliti. Dengan kata lain, peneliti
berupaya menggiring para pembaca hasil penelitian untuk memaknai konsep
sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh peneliti. Defenisi konsep
adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu
penelitian (Siagian, 2011:138). Untuk lebih memahami konsep yang digunakan,
maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut :
1. Evaluasi suatu tindakan pengambilan keputusan untuk menilai suatu obyek,
keadan,peristiwa atau kegiatan tertentu yang sedang diamati.
2. Program keselamatan dan kesehatan kerja yang diberikan kepada karyawan di
PTPN IV Dlok Ilir anatara lain :jam kerja , beban kerja , jaminan keselamatan
dan kesehatan kerja , pelatihan keselamatan dan kesahatan kerja , alat alat
pelindung diri.
3. Karyawan yang ada di PTPN IV dolok Ilir sebanyak 802 karyawan yang
terdiri dari 797 karyawan normal dan 4 orang karyawan disabilitas.

2.8.2. Definisi Oprasional
Ditinjau dari proses atau langkah-langkah peneltian, dapat dikemukakan
bahwa perumusan defenisi oprasional adalah langkah lanjutan dari perumusan
defensi konsep. Jika perumusan definisi konsep ditujukan untuk mencapai
keseragaman pemahan konsep-konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman
pemahan tentang konsep-konsep, baik berupa obyek, peristiwa maupun fenomena
yang diteliti, maka perumusan oprasional merupakan gambaran teliti mengenai
prosedur yang di perlukan untuk memasukan unit-unit analisis kedalam kategori-

38
Universitas Sumatera Utara

kategori tertentu dari tiap-tiap variabel (Priyono, 2016:79). Adapun definisi
oprasional dari penelitian ini diukur dari indikator-indikator tersebut:
1. Masukan (input), meliputi:
a) Sumber daya manusia
b) Sumber dana
c) Sumber sarana
2. Proses (process), meliputi:
a) Perencanaan program
b) Pelaksanaan program
3. Keluaran (output) yaitu hasil atau keluaran program (outcome) yakni kinerja
yang dicapai dari suatu pelaksanaan program.
4. Pengaruh (impact) yaitu pengaruh atau dampak program terhadap orang yang
mendapatkan layanan; maksudnya adalah adanya peningkatan produktivitas
kerja pada karyawan.

39
Universitas Sumatera Utara