Implementasi Perlindungan Tenaga Kerja Penyedia Jasa (Outsourcing) ditinjau dari Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN TENAGA KERJA
PENYELIA JASA (OUTSOURCING) DITINJAU DARI
UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG
KETENAGAKERJAAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kerja Praktik
Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Komputer Indonesia
Oleh
Nama : Fitria Yanuari NIM : 31610022 Program Kekhususan : Hukum Bisnis
Dibawah Bimbingan:
Arinita Sandria, S.H., M.Hum
NIP: 4127 33 00 006
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2014
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Fitria Yanuari Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 23 Januari 1992 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : IslamAlamat : Kp. Cipada Rt 01 Rw 27 Kec. Gunung Halu Desa
Gunung Halu Kabupaten Bandung Barat
Telepon : 085624049793 Pendidikan Formal :
SD Negeri Neglasari - SMP Negeri 2 Gunung Halu - SMA Al-
- Daftar riwayat hidup ini di buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada rekayasa yang melebih-lebihkan.
Ma’soem
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR……………………………………………..…………………… i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
……………………………………………………………………... 1
B. Identifikasi Masalah …………………………………………………………..……. 12
C. Maksud dan Tujuan …………………………………………………………...….... 12
D. Manfaat Kegiatan …………………………………………………………….…….. 13
E. Jadwal Penelitian …………………………………………………………..……..... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA TERHADAP TENAGA KERJA PENYELIA JAS A
(OUTSOURCING)A. Tinjauan Teoretis Mengenai Tenaga Kerja Penyelia Jasa (Outsourcing ) …... 15
1. Sejarah Tenaga Kerja ………………………...……………...………………… 15
2. Dasar Hukum Tenaga Kerja…………………..……….……………………… 16
3. Para Pihak Dalam Hubungan Kerja ……………..…………………………… 23 a.
Tenaga Kerja…………………………………...………………….………… 23
b. Pengusaha ……………………………………..…………………………..... 25
4. Hubungan Kerja …………………………………..……………………………. 25 5. Kewajiban Para Pihak................
……………………………………………… 28
a. Kewajiban Pekerja …………………………………………………………... 29
b. Kewajiban Pengusaha ……………………………………………………… 30
6. Penyelia Jasa (Outsourcing) …………………………………………….......... 48
a. Pengertian Penyelia Jasa (Outsourcing) ……..……………………...…… 48
b. Perjanjian Pemborongan Pekerjaan ..
…………………………………..... 49
c. Penyediaan Jasa Penyelia Jasa (Outsourcing )………….……………..... 50
7. Jaminan Sosial Tenaga Kerja………………………………………………… 56
8. Proses Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial............................. 58
a. Penyelesaian Melalui Lembaga Kerja Sama Bipartit …....……………... 49
b. Penyelesaian Melalui Lembaga Kerja Sama Tripartit…....…………….... 62
c. Penyelesaian Perselisihan Melalui Pengadilan Hubungan Industrial ….. 74
B. Tinjaun Teoretis Terhadap Instansi Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
81 Provinsi Jawa Barat ……………………………………………………………....
1. Sejarah Singkat Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Jawa
81 Barat……………………………………………………………....…………..….
2. Struktur Organisasi Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat
83 ………………………………………………………….………………….
3. Deskripsi Jabatan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat
85 …………………………………….…………………….....
4. Lokasi Penelitian............................................................................................ 113
BAB III LAPORAN KEGIATAN KERJA PRAKTIK A. Kegiatan Selama Kerja Praktik Di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
114 Provinsi Jawa Barat………...............................................................................
1. Deskripsi Kegiatan Rutin Di Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provin 114 Jawa Barat……….........................................................................................
2. Kasus Tenaga Kerja Yang Ditemukan Oleh Peneliti.................................... 117
BAB IV IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN TENAGA KERJA PENYELIA JASA (OUTSOURCING) DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN A. Implementasi Perlindungan Hukum Yang Diberikan Oleh Undang-UNdang Nomor 13 TAhun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Terhadap Hak-Hak Penyelia Jasa (Outsourcing) ............................................................................ 118 B. Upaya Hukum Yang Dapat Dilakukan Oleh Penyelia Jasa (Outsourcing) Apabila Penyelia Jasa (Outsourcing) Tidak Mendapatkan Upah Sesuai Dengan Perjanjian............................................................................................ 120 BAB V PENUTUP A. Simpu
lan………………………………………………………….……………….… 123 B. Saran………………………………………………………………………………… 124
………………………………………………………………….. 125
LAMPIRAN
Assalamu’alaikum wr.wb
Segala puji serta syukur peneliti panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya, shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi besar kita Muhammad S.A.W, bahwa peneliti masih diberikan kesempatan untuk dapat mensyukuri segala nikmat-Nya, berkat taufik dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik dengan judul
“IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN TENAGA KERJA PENYELIA JASA
(OUTSOURCING) DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN
2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
”
Peneliti sangat menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi substansi maupun tata bahasa, sehingga kiranya masih banyak yang perlu dipahami dan diperbaiki. Peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang insya Allah dengan jalan ini dapat memperbaiki kekurangan dikemudian hari.
Pada proses penyusunan laporan ini banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari banyak pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih dengan penuh rasa hormat kepada Ibu Arinita Sandria, S.H., M.Hum selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan kesabarannya untuk membimbing dalam penulisan Laporan Kerja Praktik ini, selain itu juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua Orang Tua Atas Dukunganya secara Moril dan Materil
2. Yth. Ibu Prof. Dr. Hj. Min Rukmini, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia
3. Yth. Ibu Hetty Hassanah, S.H., M.H. selaku Ketua Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia
4. Yth. Ibu Arinita Sandria, S.H., M.Hum selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia
5. Yth. Bapa Dwi Iman Muthaqin, S.H., M.H. selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia
6. Yth. Ibu Febilita Wulan Sari, S.H., M.H. selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia
7. Yth. Ibu Yani Brilyani Tapivah, S.H., M.H. selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia
8. Yth. Ibu Farida Yulianti, S.H., S.E., M.M selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia
9. Yth. Ibu Muntadhiroh Alchujjah, S.H.,LLM selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia
10. Yth. Ibu Maya Lasmita, S.H selaku Pembimbing dari Lembaga Klas 1 Sukamiskin
11. Teman-teman seperjuangan Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia Dian Pratama Sandi, Endang Mukti A, Ricky Haryanto Nugroho, Arman Marlando, Adek wahyudin, Widia Magdewijaya, M Baasith, Meiza Soraya, Wahyu Samsul H, Jajang Supriatna, Rhamdan Maulana, Rizky Adiputra, Wiko Putra D, Farhan Aziz, Okky Pratomo dan Aditya Ilham yang telah memberikan Doa, Masukan dan
12. Eka Dewi Purwanti, Jajat Kurnia, Noni Suryani, Herni Wulan Sari sebagai Kaka dan Adik dan keluarga besar Peneliti yang telah memberikan doa dan dukunganya
Akhir kata peneliti mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada Allah S.W.T, karena atas ijin-Nya peneliti dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik ini, semoga Laporan Kerja Praktik ini bermanfaat bagi para pembaca dan peneliti sendiri.
Bandung, Februari 2014
Peneliti
DAFTAR PUSTAKA
BUKU Abdul Khakim, Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Citra Aditya
Bakti, Jakarta, 2009 Lalu Husni, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2012 Myra M. Hanartani, dkk, Pengantar Hukum Perburuhan, Direktorat Jenderal
Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi RT.I cetakan ke II, Jakarta, 2010
Rekson Silaban, Reposisi Gerakan Buruh, Peta Jalan Gerakan Buruh Paska
Reformasi, Jakarta, Pustaka Sinar, 2009
Soedarjadi, Hak dan Kewajiban Pekerja-Pengusaha, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2009
PERATURAN
- Undang-Undang Dasar 1945
- Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan - Undang-Undang 3 Tahun1992 tentang Jamina Sosial Tenaga Kerja - Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial - Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain.
- Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/ 25 /pbi/2011 tentang Prinsip Kehati-hatian Bagi Bank Umum Yang Melakukan Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Pihak Lain - Lampiran Keputusan Gubernur Nomor 561/Kep.1405-Bangsos/2012
Diakses pada hari Rabu tanggal 22
Januari 2014, Pukul 19 00 WIB Visi dan Misi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat,
Diakses pada hari Rabu tanggal 22
Januari 2014, Pukul 20 00 WIB Butir-butir IMF, Diakses pada hari
Selasa 10 Desember 2013, Pukul 20.00 WIB Hasil Wawancara dari Mantan Karyawan Penyelia Jasa (Outsourcing) Pt.
Garment, di Kediaman Narasumber, Minggu 29 Desember 2013, Bandung, Pukul 10.00 WIB
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan akar dari peradaban sebuah negara. Pendidikan sekarang telah menjadi kebutuhan pokok yang harus dimiliki
setiap orang agar bisa menjawab tantangan kehidupan, salah satu implementsi agar mahasiswa mampu menghadapi dunia kerja adalah dengan diadakannya kerja praktik bagi mahasiswa oleh universitas yaitu Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) yang bekerjasama dengan intansi pemerintah dan perusahaan.
Kerja Praktik adalah salah satu bentuk implementasi secara sistematis dan sinkron antara program pendidikan di universitas dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan kerja praktik secara langsung di dunia kerja untuk mencapai tingkat keahlian tertentu. Keahlian yang tidak didapat di lembaga pendidikan bisa didapat di dunia kerja, sehingga dengan adanya kerja praktik dapat meningkatkan kinerja dan pengetahuan mahasiswa mengenai dunia kerja serta dapat meningkatkan mutu dan relevensi universitas yang dapat diarahkan untuk mengembangkan suatu sistem yang bagus antara dunia pendidikan dan dunia kerja.
Kerja Praktik yang dilakukan peneliti bertempat di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat Sub. Bagian Kepegawaian merupakan dinas yang merumuskan kebijakan operasional bidang tenaga kerja dan transmigrasi dan melaksanakan sebagian kewenangan dekosentrasi yang dilimpahkan Gubernur. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi merupakan salah satu dinas yang bergerak dibidang pelayanan sosial, yang mempunyai kewenangan terhadap bidang tenaga kerja dan transmigrasi. Fungsi dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi itu sendiri adalah melaksanakan perumusan kebijakan teknis operasional bidang tenaga kerja dan transmigrasi, melaksanakan pelayanan umum bidang tenaga kerja dan transmigrasi dan menjalankan fungsi fasilitasi dan pelaksanaan tugas – tugas bidang tenaga kerja dan transmigrasi.
Tujuan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi itu sendiri :
1. Meningkatkan sistem informasi manajemen ketenagakerjaan dan transmigrasi.
2. Meningkatkan sistem perencanaan ketenagakerjaan dan transmigrasi.
3. Meningkatkan pembinaan dan pengembangan sistem pelatihan tenaga kerja dan purna kerja.
4. Meningkatkan standarisasi dan sertifikasi tenaga kerja.
5. Meningkatkan upaya pengembangan produktivitas tenaga kerja.
6. Meningkatkan perlindungan tenaga kerja dan purna kerja.
7. Meningkatkan pelayanan administrasi dan pengelolaan internal dinas.
8. Meningkatkan pembinaan personil
9. Meningkatkan upaya perluasan lapangan kerja
10. Meningkatkan upaya penempatan dan pemasaran tenaga kerja dan purna kerja.
11. Meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pembangunan kawasan transmigrasi
12. Meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian transmigrasi serta masyarakat sekitar.
Peneliti melakukan kerja praktik selama 2 (dua) bulan dari tanggal
30 September sampai dengan tanggal 30 November 2013 selama 100 jam bertempat di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat, Sub. Bagian Kepegawaian dan Umum Jalan Soekarno Hatta Nomor. 532 Bandung, Jawa Barat, dalam menjalankan kerja praktik tersebut peneliti banyak menimba ilmu baru khususnya yang terkait dengan masalah ketenagakerjaan.
Peneliti melaksanakan kerja praktik dan melakukan penelitian mengenai perlindungan terhadap tenaga kerja penyelia jasa (outsourcing) yang telah diatur dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah :
“Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
” Tujuan pembangunan ketenagakerjaan menurut Pasal 4 Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan adalah : “1.Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi.
2.Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah.
3.Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan.
4.Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.
” Persaingan dalam dunia bisnis antara perusahaan, membuat perusahaan harus berkonsentrasi pada rangkaian proses atau aktivitas penciptaan produk dan jasa yang terkait dengan kompetensi utamanya. Konsentrasi terhadap kompetensi utama dari perusahaan, akan menghasilkan sejumlah produk dan jasa yang memiliki kualitas dan daya saing di pasaran. Iklim perusahaan yang makin ketat, membuat perusahaan berusaha untuk melakukan efesiensi biaya produksi (cost of
production). Salah satu solusinya adalah dengan sistem penyelia jasa
(outsourcing), di mana dengan sistem ini perusahaan dapat menghemat pengeluaran dalam membiayai sumber daya manusia (SDM) yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan. Praktik Perjanjian Kerja Waktu Tertentu atau perjanjian kerja penyelia jasa (outsourcing) merupakan wujud dari kebijakan pasar kerja fleksibel yang dimintakan kepada pemerintah Indonesia oleh IMF (international Monetary Fund) , Bank Dunia (Word Bank) dan ILO (International Labour Organisation) sebagai syarat pemberian bantuan untuk menangani krisis ekonomi 1997.
Kebijakan pasar kerja fleksibel merupakan salah satu konsep kunci dari kebijakan perbaikan iklim investasi yang juga disyaratkan oleh IMF dan dicantumkan dalam Letter of Intent atau Nota Kesepakatan ke-21 antara Indonesia dan IMF butir 37 dan 42.
Butir 37 berbunyi : “We are taking steps to ensure that future settlements under the
guarantee scheme are made expeditiously and that the process is not compromised in any way. Thus, an international accounting firm contracted by IBRA completed a preliminary examination of all pending interbank claims in mid-December 1999, allowing a first round of eligible claims to be paid at end-December. Based on this examination, and in close collaboration with the IMF, the World Bank, and the AsDB, IBRA will publicize new and fully transparent procedures for processing claims under the guarantee in February 2000. The eligibility of the remaining claims is expected to be determined during February through a further review conducted with the full cooperation of BI. All of the claims deemed eligible in that review will be settled promptly thereafter.
”
Butir 42 berbunyi : “State bank restructuring is being implemented under the oversight
of an interdepartmental Restructuring Committee, and with the following safeguards. All state banks have been required to prepare business plans with the help of international advisors, and to contract with international banks for their loan work-outs. The Ministry of Finance is establishing a fully funded and staffed monitoring unit to ensure compliance of the state banks with their performance contracts. The monitoring unit has ensured that all state banks have transferred to IBRA all of their category 5 loans (as well as any loans with provisions of more than 50 percent), as of September 30, 1999, together with all loan documentation. Henceforth, all state banks will be subject to an annual audit by international accounting firms, beginning with their end-1999
1 positions .”
Kesepakatan dengan IMF tersebut menjadi acuan dasar bagi penyusunan rangkaian kebijakan dan peraturan perbaikan iklim investasi dan fleksibilitas tenaga kerja.
Istilah penyelia jasa (outsourcing) mulai ramai diperdebatkan di Indonesia, setelah diterbitkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dimana aturan tersebut ditengarai sebagai awal 1 mula lahirnya sistem kerja penyelia jasa (outsourcing) yang sekarang dipraktikkan dibeberapa perusahaan. Pengertian dari penyelia jasa (outsourcing) itu sendiri dapat dilihat dalam beberapa ketentuan. Salah satunya adalah yang tertuang dalam Pasal 64 Undang-Undang Nomor 13 tentang Ketenagakerjaan berbunyi :
“Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis.”
Maksud dari pasal ini adalah sistem penyelia jasa (outsourcing) diatur dalam pasal tersebut namun secara tersirat yang merupakan suatu perjanjian kerja yang dibuat antara pengusaha dengan tenaga kerja, dimana perusahaan tersebut dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis.
Perjanjian penyelia jasa (outsourcing) disamakan dengan perjanjian pemborong pekerjaan yaitu pemborong mengikat diri untuk membuat suatu kerja tertentu bagi pihak lain yang memborongkan dengan menerima bayaran tertentu dan pihak yang lain yang memborongkan mengikatkan diri untuk memborongkan pekerjaan kepada pihak pemborong dengan bayaran tertentu.
Pasal 1601 b Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan persamaan antara pemborong pekerjaan dan penyelia jasa (outsourcing) yang berbunyi :
“Pemborong pekerjaan adalah perjanjian, dengan mana pihak menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak yang memborongkan, dengan menerima suatu harga yang di tentukan.”
Sistem kerja penyelia jasa (outsourcing) mengakibatkan gerakan serikat buruh dengan tegas menyatakan penolakannya terhadap penyelia jasa (outsourcing), Ada banyak alasan yang mengemuka atas penolakan tersebut yang semuanya berawal pada tidak adanya perlindungan yang bersifat mendasar terhadap hak-hak pekerja di tempat kerja serta keadilan dan kesejahteraan yang semakin jauh dari kehidupan pekerja.
Sistem penyelia jasa (outsourcing) menimbulkan berbagai dampak baik dampak positip maupun dampak negatif bagi tenaga kerja. Dampak positif yang ditimbulkan bagi tenaga kerja penyelia jasa (outsourcing) diantaranya:
1. Praktik penyelia jasa (outsourcing) dinilai mampu menyerap lapangan kerja dan mengatasi pengangguran berdasarkan asumsi bahwa jika pola sistem kerja penyelia jasa (outsourcing) yang diterapkan, maka secara langsung membuka kesempatan bagi siapa saja untuk berkompetisi, bahkan bagi tenaga kerja yang sebelumnya berada pada sektor informal, dapat terbawa ke dalam sektor formal yang lebih terproteksi dan menjanjikan.
2. Penyelia jasa (Outsourcing) juga dianggap akan lebih mampu menyerap tenaga kerja tanpa diskriminasi. Alasan ini lebih kepada menggugat pola praktik perusahaan keluarga (closed
corporation) yang lebih mengukur serapan tenaga kerja suatu
perusahaan berdasarkan garis keturunan dan hubungan kekeluargaan yang menghalangi perusahaan untuk memenuhi mekanisme pasar, dengan praktik penyelia jasa (outsourcing) tradisi ini akan secara otomatis terkikis. Secara prinsip, penyelia jasa (outsourcing) akan lebih membuka persaingan tenaga kerja yang lebih kompetitif sesuai dengan kehendak dan kebutuhan pasar tenaga kerja. Dampak negatif yang ditimbulkan bagi tenaga kerja penyelia jasa
(outsourcing) diantaranya :
1. Pekerjaan penyelia jasa (outsourcing) melahirkan persoalan, pada kenyataan sehari-hari penyelia jasa (outsourcing) selama ini diakui lebih banyak merugikan pekerja, karena hubungan kerja selalu dalam bentuk tidak tetap/kontrak Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT), upah lebih rendah, jaminan sosial kalaupun ada hanya sebatas minimal, tidak adanya jaminan perlindungan pekerjaan (job security) serta tidak adanya jaminan pengembangan karir dan lain-lain sehingga memang benar kalau dalam keadaan seperti itu dikatakan praktik penyelia jasa (outsourcing) akan menyengsarakan pekerja dan
2 membuat tidak jelasnya hubungan industrial.
2. Penyelia jasa (outsourcing) merupakan bagian dari mekanisme pasar yang dimaksudkan untuk melakukam efisiensi dalam
3 insdustri, tetapi disisi lain menimbulkan ketidakpastian kerja.
3. Penyelia jasa (outsourcing) berakibat kepada semakin 2 lemahnya posisi tenaga kerja dalam perusahaan. Hal tersebut Hasil Wawancara dari Mantan Karyawan Penyelia Jasa (Outsourcing) Pt.
Garment, di Kediaman Narasumber, Minggu 29 Desember 2013, Bandung, Pukul 10.00 WIB 3 dilatarbelakangi oleh status hubungan kerja yang sifatnya sementara dengan masa kerja yang ditetapkan selama kurun waktu tertentu (1 tahun, 2 tahun, bahkan ada yang hanya berkisar 3-4 bulan), hal ini berakibat semakin kuatnya posisi pengusaha jika berhadapan dengan pekerja, sehingga memberikan ruang yang sangat besar bagi pengusaha tersebut untuk menindas buruh dalam perusahaannya. Pengusaha dapat dengan sewenang-wenang memberhentikan tenaga kerja (PHK) sesuai dengan kemauannya. Berserikat, berkumpul, menuntut perbaikan, serta menyatakan pendapat pun menjadi terbatasi akibat posisi tawar tenaga kerja yang lemah, ditambah ancaman PHK yang sewaktu-waktu dapat dilakukan oleh
4 pengusaha.
4. Penyelia jasa (outsourcing) akan menghilangkan hak serta jaminan masa depan tenaga kerja. Sederhananya, tidak adanya jaminan biaya hidup yang harus dihadirkan oleh perusahaan jika suatu saat nanti tenaga kerja sudah tidak memiliki produktivitas kerja yang baik dan maksimal akibat faktor fisik (pensiun), dan atau penghargaan kerja yang menjadi kewajiban pengusaha akibat terputusnya hubungan kerja
5 (PHK).
5. Penyelia jasa (outsourcing) mempraktikkan dehumanisasi atau pengingkaran hak dasar seseorang layaknya manusia yang 4 bebas dan merdeka.
Op.Cit, dari Narasumber Nurhayati
6. Penyelia jasa (outsourcing) akan mengakibatkan tingkat pengangguran yang semakin tinggi. Hal ini disebabkan oleh syarat kerja penyelia jasa (outsourcing) yang menekankan keterampilan kerja (labour skill) yang kompetitif, sementara kondisi tenaga kerja di Indonesia sama sekali belum memadai untuk memiliki keterampilan multi-bidang. Misalnya saja seorang tenaga kerja disektor informal yang tiba-tiba harus diserap oleh sektor formal, maka akan menjadi kontra-produktif
6 akibat adaptasi yang membutuhkan waktu yang lama.
7. Penyelia jasa (outsourcing) akan semakin meminimalisir fungsi dan peran serikat (
worker’s organization) dalam perusahaan
bahkan akan dihilangkan sama sekali jika perusahaan menghendakinya, hal tersebut dikarenakan hubungan kerja kita dalam perusahaan akan lebih bersifat individu, antara pekerja dengan pengusaha, dengan demikian upaya perjuangan hak dan kepentingan tenaga kerja melalui serikat akan semakin terbatasi secara langsung, terlebih ketika ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh perusahaan semakin mudah
7 dilakukan setiap saat akibat posisi tawar yang lemah tersebut.
Prinsipnya pekerjaan Penyelia jasa (outsourcing) adalah memang bukan pekerjaan inti dari perusahaan. Awalnya, karena dianggap bukan sebagai pekerjaan inti, maka seharusnya pekerjaan tersebut tidak rutin ada dalam perusahaan. Namun kemudian berkembang konsep, bahwa 6 pekerjaan penyelia jasa (outsourcing) mungkin saja akan terus ada sebab
Ibid pekerjaan penyelia jasa (outsourcing) tidak sama dengan pekerjaan proyek yang memiliki batas waktu, Penyelia jasa (outsourcing) merupakan bentuk nyata dari fleksibilatas pasar kerja dan dapat ditemukan dihampir seluruh bagian
8
dalam rangkaian produksi, maka dari itu jenis pekerjaan masih akan terus menjadi perdebatan akan tetapi sulit dilakukan dalam mendefinisikan secara tegas apakah suatu pekerjaan yang dilakukan oleh penyelia jasa (outsourcing) termasuk dalam kategori kegiatan pokok (core
business) atau kegiatan penunjang. Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan hanya memberikan sedikit penjelasan tentang kegiatan penunjang tapi tidak memberikan penjelasan yang komprehensif tentang apa yang dimaksud dengan kegiatan pokok maka pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat- Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan lain untuk mendukung peraturan tentang penyelia jasa (outsourcing).
Kasus yang telah selesai ditangani oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi salah satunya adalah kasus dengan Nomor Mediasi : 565/3518/Perlindungan antara PT. AT Tbk dengan mantan karyawannya yaitu AS yang waktu menjadi karyawan PT. AT Tbk menjabat sebagai kasir, pokok permasalahan yang terjadi adalah PT. AT Tbk tidak membayar upah cuti mantan karyawan PT. AT Tbk yaitu AS yang mengakibatkan AS merasa di rugiakan atas hak yang seharusnya di penuhi oleh PT.AT Tbk terhadap mantan karyawannya AS.
Melihat persoalan yang terjadi di lapangan maka peneliti tertarik untuk mengangkatnya dalam sebuah laporan kerja praktik dengan judul
“ (OUTSOURCING) DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka peneliti mencoba untuk mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi perlindungan hukum yang diberikan oleh Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan terhadap hak-hak penyelia jasa (outsourcing) ?
2. Bagaimana upaya hukum yang dapat dilakukan oleh penyelia jasa (outsourcing) apabila penyelia jasa (outsourcing) tidak mendapatkan upah sesuai dengan perjanjian ?
C. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari penulisan laporan kerja praktik ini adalah:
1. Mengetahui dan memahami tentang perkembangan ketenagakerjaan terutama dalam aspek penerapan perlindungan hukum terhadap tenaga kerja penyelia jasa (outsourcing) di tempat kerja.
2. Mengetahui dan memahami cara untuk memperjuangkan hak tenaga kerja dalam aspek pemenuhan hak mendapatkan upah tenaga kerja penyelia jasa (outsourcing) di tempat kerja.
1. Mahasiswa
a. Menambah wawasan peneliti di bidang tenaga kerja khususnya tenaga kerja penyelia jasa (outsourcing) b. Dapat memperoleh gambaran dunia kerja yang nantinya berguna bagi peneliti apabila telah menyelesaikan perkuliahan, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan dunia kerja.
c. Dapat mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang telah diperoleh pada masa kuliah dan sekalian menambah wawasan dan pengalaman.
2. Akademik
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap ilmu hukum pada umumnya, dan terhadap hukum yang mangatur tentang hukum ketenagakerjaan pada khususnya
b. Dapat meningkatkan kerjasama antara lembaga pendidikan khususnya Akademik dengan Instansi.
c. Dapat mempromosikan keberadaan Akademik di tengah-tengah dunia kerja khususnya Instansi sehingga dapat mengantisipasi kebutuhan dunia kerja akan tenaga kerja yang profesional dan kompeten di bidang masing-masing.
3. Instansi
a. Dapat memberikan teori-teori atau ilmu pengetahuan yang tidak didapatkan mahasiswa di Universitas terutama dalam hal dunia kerja.
b. Dapat meningkatkan kerjasama antara akademik dengan Instansi atau Lembaga.
c. Membantu Instansi atau Lembaga dalam menyelesaikan tugas sehari-hari selama Praktik Kerja.
Bulan No Kegiatan
Sep Okt Nov Des Jan Feb Persiapan
1 kerja praktik
2 Persiapan penulisan LKP
3 Pengumpulan data
4 Bimbingan 5 pengolahan data
6 Analisis data
7 Penyususnan hasil kerja praktik ke dalam bentuk laporan
8 Sidang konprehensif
9 Perbaikan
10 Pengesahan
11 Penjilidan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA TERHADAP TENAGA KERJA PENYELIA JASA (OUTSOURCING) A. Tinjauan Teoretis mengenai Tenaga Kerja Penyelia Jasa (Outsourcing)
1. Sejarah Hubungan Tenaga Kerja Hubungan perburuhan di Indonesia dimulai dari peristiwa penindasan dan perlakuan di luar batas kemanusiaan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berkemampuan secara sosial ekonomi maupun penguasaan pada saat itu. Para budak atau pekerja tidak diberikan hak apapun, yang dimiliki pekerja hanyalah kewajiban untuk mentaati perintah dari majikan atau tuannya. Nasib para budak atau pekerja hanya dijadikan barang atau objek yang kehilangan hak kodratinya sebagai manusia.
Hukum perburuhan mengenal adanya pancakrida hukum perburuhan yang merupakan perjuangan yang harus dicapai yakni : a. Membebaskan manusia indonesia dari perbudakan, perhambaan b. Pembebasan manusia indoneia dari rodi atau kerja paksa
c. Pembebasan buruh/pekerja indonesia dari poenale sanksi
d. Pembebasan buruh/pekerja indonesia dari ketakutan kehilangan pekerjaan e. Memberikan posisi yang seimbang antara buruh/pekerja dan pengusaha.
Krida satu sampai dengan krida ke tiga secara yuridis sudah lenyap bersamaan dengan dicetuskannya Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 dan sehari kemudian yakni tanggal 18 Agustus ditetapkannya Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 berbunyi : “Segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu tidak ada kecuali
”. Pasal tersebut memuat jaminan kesamaan Warga Negara dalam hukum dan pemerintahan. Krida ke empat sampai dengan saat ini setidak-tidaknya dari kajian empiris atau sosiologis belum dapat dicapai. Masih banyak terjadi kasus-kasus Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang disebabkan oleh adanya tuntutan dari pihak buruh atau pekerja untuk memperjuangkan hak-hak normatifnya, yang berbuntut pada
9 Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
2. Dasar Hukum Tenaga Kerja Beberapa ahli hukum berpendapat mengenai pengertian hukum ketenagakerjaan diantaranya menyatakan bahwa hukum perburuhan adalah hukum yang berkenaan dengan hubungan kerja, dimana pekerja itu dilakukan dibawah pimpinan dan dengan keadaan penghidupan yang
10
langsung bersangkut-paut dengan hubungan kerja , sedangkan menurut ahli hukum lain hukum perburuhan adalah himpunan peraturan-peraturan, 9 baik tertulis maupun tidak tertulis, yang berkenaan dengan kejadian di
Lalu Husni, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2012, Hlm. 4 10
11 mana seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka Hukum Ketenagakerjaan
12
memiliki unsur-unsur :
a. Serangkaian peraturan yang berbentuk tertulis dan tidak tertulis
b. Mengatur tentang kejadian hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha c. Adanya orang bekerja pada dan di bawah orang lain, dengan mendapat upah sebagai balas jasa d. Mengatur perlindungan pekerja, meliputi masalah keadaan sakit, haid, hamil, melahirkan, keberadaan organisasi pekerja, dan sebagainya. Skema kedudukan Hukum Ketenagakerjaan dalam Sistem Hukum
Indonesia : Hukum
Hukum Ketenagakerjaan Pajak
Hukum Hukum lingkungan
Perdata Hukum Tata
Hukum Negara kehutan
Hukum an
Negara HTUN Hukum
Hukum Tata Ruang
Publik KUHP
Dan Lain- Hukum
Lain Pidana 11 KUHAP
(Bagan 2.1 Skema Hubungan Hukum) Berdasarkan skema di atas, maka kedudukan Hukum
Ketenagakerjaan memiliki keterkaitan dengan aspek Hukum Perdata, aspek Hukum Tata Usaha Negara, dan aspek Hukum Pidana. Hal ini sangat bergantung pada bidang yang terkait di dalamnya, misalnya :
a. Menyangkut aspek Hukum Perdata jika terkait dengan perjanjian kerja termasuk didalamnya hak-hak dan kewajiban yang telah disepakati bersama dan hanya melibatkan para pihak.
b. Menyangkut aspek Hukum Tata Usaha Negara Jika terkait dengan perijinan bidang ketenagakerjaan, penetapan upah minimum, pengesahan peraturan perusahaan, pendaftaran perjanjian kerja bersama, pendaftaran serikat pekerja, dan sebagainnya.
c. Menyangkut aspek Hukum Pidana Jika terkait dengan pelanggaran Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
d. Hukum ketenagakerjaan juga termasuk dalam sistem Hukum Bisnis, didalamnya mengatur tentang Hukum Kontrak, Hukum Perusahaan, jaminan sosial, pajak, asuransi, Hukum Lingkungan, Hukum Internasional, dan lain-lain.
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan berbunyi : “Pembangunan ketenagakerjaan berlandaskan Pancasila dan
Undang- Undang Dasar Tahun 1945. “
Pancasila merupakan dasar negara. Pancasila terangkum dalam empat pokok pikiran pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Empat pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut lebih lanjut terjelma ke dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945.
Pancasila dijadikan landasan dalam menyelenggarakan pembangunan nasional di Indonesia, dalam Rangka pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan. Sesuai dengan peranan dan kedudukan tenaga kerja, diperlukan pembangunan ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja dan peran sertanya dalam pembangunan serta peningkatan perlindungan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan.
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan berbunyi : “Pembangunan ketenagakerjaan diselenggarakan atas asas keterpaduan melalui koordinasi fungsional lintas sektoral pusat dan daerah. “
Asas pembangunan ketenagakerjaan pada dasarnya sesuai dengan asas pembangunan nasional, khususnya asas demokrasi pancasila serta asas adil dan merata. Asas demokrasi pancasila adalah suatu faham demokrasi dimana sistem pemerintahan berdasarkan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar 1945. Jadi, pembangunan ketenagakerjaan berdasarkan asas demokrasi pancasila mengacu pada sila ke-
4 pancasila yaitu “ kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan “.
Asas keadilan dalam pembangunan ketenagakerjaan memiliki pengertian bahwa dalam penyelenggaraan ketenagakerjaan harus menekankan pada aspek pemerataan, tidak diskriminatif dan keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Pembangunan ketenagakerjaan mempunyai banyak dimensi keterkaitan dengan berbagai pihak yaitu antara pemerintah, pengusaha dan pekerja/buruh. Pembangunan ketenagakerjaan diselenggarakan secara terpadu dalam bentuk kerjasama yang saling mendukung maksud dari penyelenggaraan secara terpadu adalah agar berbagai dimensi yang keterkaitan dengan berbagai pihak itu mampu saling menunjang dan harmonis.
13 Tujuan Hukum Ketenagakerjaan ialah :
a. Untuk mencapai/melaksanakan keadilan sosial dalam bidang ketenagakerjaan b. Untuk melindungi tenaga kerja terhadap kekuasaan yang tidak terbatas dari pengusaha.
Tujuan pembangunan ketenagakerjaan sendiri tertuang dalam
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang berbunyi : “a.Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi b.Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah c.Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejhteraan d.M eningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.”
Dasar hukum yang mengatur tentang penyelia jasa (outsourcing) terdapat dalam Pasal 64 sampai dengan Pasal 66 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Pasal 64 berbunyi : “Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerja kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis.
”
Pasal 65 berbunyi : “(1)Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dilaksanakan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis
(2)Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi syarat- syarat sebaga berikut:
a. dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama;