EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN PASAR SUKADANA LAMPUNG TIMUR ( Evaluasi Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur No 9 Tahun 2013 )

(1)

ABSTRAK

EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN PASAR SUKADANA LAMPUNG TIMUR

( Evaluasi Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur No 9 Tahun 2013 )

Oleh

Farizal Okta Surya

Dinamika perkembangan Kabupaten Lampung Timur berpengaruh terhadap perkembangan kegiatan ekonomi, khususnya sektor perdagangan yang meliputi aspek distribusi, pelayanan maupun fasilitas yang digunakan. Sesuai dengan peraturan daerah Kabupaten Lampung Timur tentang pembengunan dan pengelolaan pasar, Pemerintah Kabupaten Lampung timur malaluai Dinas Pasar melaksanakan program pemberdayaan dan pengelolaan pasar lama Sukadana Lampung Timur sebagai pusat perbelanjaan di Sukadana dengan melakukan pembangunan pasar berupa ruko, kios dan pasar terpadu satu atap sebagai pasar tradisonal. Penelitian ini dilaksanakan Dengan tujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis hasil pelaksanaan dari program pemberdayaan pasar sukadana di Kabupaten Lampung Timur yang dilihat dari Evaluasi Kebijakan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ditekankan pada memberikan gambaran secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari obyek yang diamati. guna mendapatkan manfaat yang lebih luas dalam penelitian ini, selain menggunakan fakta apa adanya penulis juga memberikan interprestasi-interprestasi secara kualitatif.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa program pemberdayaan pasar ( pemindahan pasar sukadana ) belumberjalan dengan baik karna pada tahap pelaksanaan tidak sesuai dengan harapan dan masih minimnya sarana dan prasarana yang dibuat. Sehingga masih banyak pedagang di pasar Sukadana yang masih mengeluh dan merasa tidak nyaman terhadap keadaan pasar Sukadana. Dalam pelaksanaannya program ini seharusnya berjalan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Dengan memperhatikan beberapa aspek seperti efisiensi, evektifitas, kecukupan, pemerataan, resfonsivitas dan ketepatan agar program berjalan sesuai dengan yang di inginkan dan tepat guna bagi target sasaran.


(2)

DAFTAR TABEL

DAFTAR TABEL Halaman

1.

Tabel jumlah pedagang ... 45


(3)

(4)

(5)

(6)

MOTO

Karna Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan

( Al Insyiraah:5)

Orang yang suksestidak pernah melihat hari-harinya tanpa munculnya masalah-masalah baru dan langkah nyata menuju kesuksesan tidaklain dengan menghadapi

semua masalah itu sendiri dengan efektif

(lauris Nortad)

Sabar dalam mengatasi kesulitan dan bertindak bijaksana dalam mengatasinya adalah sesuatu yang utama


(7)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT.

Kupersembahkan skripsiku ini untuk

kedua orang tuaku tercinta Rozali HR dan Farida Aryani, yang

dengan pengorbanan jiwa dan raga serta dengan penuh kasih

sayang, kesabaran dan senantiasa berdoa dalan setiap sujud dan

tahajudnya untuk keberhasilan anak-anaknya, terimakasih yang

tak terhingga atas kesabaran, petunjuk dan segalanya yang

diberikan.

Kakak dan adiku Reza Feri Yulian Surya dan Novandra Surya

yang selalu senantiasa memberikan dorongan dan do’

anya. aku

ucapkan terimakasih atas segala yang telah kalian berikan

kepada ku.

Almamater tercinta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung, serta sahabat-sahabat terbaiku dalam

almamater tercinta serta seluruh orang-orang yang telah

membantuku dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini


(8)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di sukadana pada tanggal 05 oktober 1991. peneliti adalah anak ke dua dari tiga bersaudara dari pasangan Rozali HR dan Farida Aryani, serta adik dari Reza Feri Yulian Surya dan kakak dari Novandra Surya.

Peneliti melaksanakan jenjang pendidikan sekolah Taman Kanak-Kanak di TK Aisyah tahun 1997, dilanjutkan kejenjang sekolah dasar di SDN 5 Sukadana Lulus pada tahun 2004, dan sekolah menengah pertama di SMPN 1 Sukadan dan diselesaikan pada tahun 2007 dan melanjutkan kejenjang Sekolah Menengah Atas yang diselesaikan pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis berkesempatan melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi dan diterima sebagai mahasiswa pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

Semasa kuliah penulis aktif dalam Himpunan Mahasiswa Administrasi Negara Sebagai anggota pada tahun 2012-2013. Penulis mengikuti kuliah kerja nyata (KKN) di desa Bonglai, Kecamatan Banjit, Kabupaten Waykanan


(9)

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, atas berkat, Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul :

Evaluasi Program Pemberdayaan Pasar Sukadana ( Evaluasi Peraturan Daerah No 09 Tahun 2013 ).

Penelitian skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Dalam penelitian ini peneliti banyak mendapatkan bantuan baik moril maupun material, bimbingan, dan saran serta doa dari berbagai pihak, maka izinkan penulis untuk mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Hi. Agus Hadiawan, M.Si., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

2. Bapak Dr. Dedi Hermawan, S.SOS, M.Si., selaku ketua jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lampung

3. Ibu Dra. Dian Kagungan, M.H., selaku dosen pembimbing utama dalam skripsi ini, terimakasih atas keritik, saran, kesabaran, bimbingannya dan waktu yang telah diberikan untuk peneliti.

4. Ibu Rahayu Sulistiowati, S.SOS, M.Si., selaku dosen pembahas dalam skripsi. terimakasih atas bimbinganya, masukan, kritik dan sarannya selama ini.

5. Ibuk Meiliana, S.IP, M.A., selaku pembimbing akademik, terimakasi atas waktu, bimbingannya


(10)

7. Kepada keluarga tercinta ayahku Rozali HR dan Ibuku Farida Aryani terimakasih atas doa, dukungan, semagat dan pengorbanannya terhadap peneliti.

8. Kepada kakak dan adikku Reza Feri Yulian Surya dan Novandra Surya. terimakasih atas doa dan dukungannya selam ini.

9. Para Sahabatku, Pandu Pamungkas, Wayan Darmawan, Hadi Purwanto, Gideon B. Damanik. terimakasih atas bantuan, semagat dan kebersamaan selama ini ( kalian luar biasa )

10.Teman Teman Jurusan Ilmu Administrasi Negara Daus, Geri, Ardi, Datas, Ali Samsudin, Ali Imron, Efrido, Anisa, Selly, Anie dan yang lainnya yang tidak disebutkan. terimaksih atas bantuan dan kebersamaan kalian dari awal masuk hingga saat ini dan nanti.

11.Kepada keluarga sepengabdian KKN Desa Bonglay, Mbak Tevi, Mbun, Etha, Ica, Titha, Bang Deri, Kak Tono, Dedi, Beni. terimakasih atas dukungan dan semangat yang diberikan, dan rasa kekeuargan kita takan hilang oleh waktu.

akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermamfaat bagi penulis khususnya dan semua pihak yang berkepentingan pada umumnya untuk kehidupan lebih baik dan bermanfaat bagi semua. semoga Allah SWT meridhoi segala usaha dan ketulusan yang diberikan kepada penulis

Bandar Lampung, 2015 Peneliti,


(11)

Oleh:

Farizal okta surya

Skripsi

Sebagai salah satu Syarat untuk mencapai gelar

SARJANA ADMINISTRASI NEGARA

Pada Program Studi Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG


(12)

Evaluasi Program PemberdayaanPasar Sukadana

(Evaluasi Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur No 9 Tahun 2013)

(Skripsi )

Oleh:

Farizal okta surya

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG


(13)

DAFTAR ISI Halaman

I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar belakang ... 1

B.Rumusan masalah... 6

C.Tujuan penelitian ... 6

D.Kegunaan penelitian ... 6

II.TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A.Kebijakan publik ... 7

1. Pengertian kebijakan publik ... 8

2. Jenis kebijakan publik ... 8

3. Tahap tahap kebijakan publik... 10

4. Unsur kebijakan ... 12

B.Evaluasi kebijakan publik ... 14

1. Pengertian evaluasi kebijakan ... 14

2. Tipe tipe evaluasi kebijakan ... 17

3. Fungsi evaluasi kebijakan ... 21

C.Tinjauan tentang Pasar ... 25

1. Pengertian pasar ... 25

2. Jenis – jenis pasar ... 26

3. Fungsi pasar ... 29

D.Tinjauan tentang Perda No 9 tahun 2013 ... 30

1. Pembangunan dan pengelolaan pasar ... 30


(14)

III. METODE PENELITIAN ... 32

A.Tipe penelitian ... 32

B.Fokus penelitian ... 32

C.Lokasi penelitian ... 34

D.Informan ... 34

E. Jenis dan sumber data... 35

1. Jenis data ... 35

2. Sumber data ... 36

F. Teknik pengumpulan data ... 36

a. Wawancara ... 37

b. Observasi ... 37

c. Dokumentas ... 38

G.Teknik analisis data ... 38

1. Reduksi data ... 39

2. Penyajian data... 40

3. Menarik kesimpulan ... 40

H.Teknik kebsahan data ... 41

IV. GAMBARAN UMUM ... 44

A. Sejarah singkat Pasar Sukadana ... 44

B. Letak dan kondisi pedagang ... 45

C. Komposisi pedagang ... 46

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Evaluasi Program pemberdayaan pasar Sukadana Dilihat dari ... 47

1. isi kebijakan ... 47

2. lingkup kebijakan ... 60

B. Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan program ... 68


(15)

A. Kesimpulan ... 87 B. Saran ... 88


(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dinamika perkembangan Kabupaten Lampung Timur berpengaruh terhadap perkembangan kegiatan ekonomi, khususnya sektor perdagangan yang meliputi aspek distribusi, pelayanan maupun fasilitas yang digunakan. Salah satu bentuk peningkatan pelayananan sektor perdagangan adalah perkembangan pusat pusat perbelanjaan dengan berbagai bentuk, ukuran dan fasilitas sarana dan prasarana pelayanan yang keberadaannya disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat.

Pada daerah Kabupaten Lampung Timur kususnya daerah Ibukota Kabupaten Lampung Timur yaitu Kecamatan Sukadana, perkembangan ekonomi sektor perdagangan (Pasar) sangat jauh tertinggal dibandingkan daerah-daerah lainnya yang ada di Lampung Timur. Seharusnya sebagai Ibukota Kabupaten, Kecamatan Sukadana memiliki perkembangan ekonomi sektor pasar yang lebih maju terutama Pasar Tradisional. Mengingat Sukadana adalah Ibu Kota Kabupaten dan segala kegiatan pemerintahan Kabupaten Lampung Timur berada di Kecamatan Sukadana.

Melihat fungsi dan peran pasar tradisional yang strategis dalam peningkatan pendapatan dan penyerpan tenaga kerja, maka dalam pembangunan sektor


(17)

perdagangan merupakan salah satu program prioritas yang telah dikembangkan mulai tahun 2004 - 2009 merupakan program peningkatan efisiensi Perdagangan Dalam Negeri. Program tersebut secara simultan dan sinergis akan terus dikembangkan untuk memperkuat pasar dalam negeri melalui pemantapan suplai serta menjaga kelancaran dan efisiensi distribusi barang kebutuhan masyarakat di berbagai wilayah tanah air. Dibalik peran pasar tardisional yang strategis tersebut diperlukan upaya - upaya dalam rangka meningkatkan daya saing pasar tradisional yang identik dengan sebuah lokasi perdagangan yang kumuh, semrawut, kotor dan merupakan sumber kemacetan lalu lintas.

Citra Pasar Tradisional yang kurang baik tersebut sudah semestinya mendapat perhatian yang cukup besar karena didalamnya terkait dengan hajat hidup orang banyak. Pembenahan Pasar Tradisional menjadi tempat belanja yang bercitra positif adalah suatu tantangan yang cukup berat dan harus diupayakan sebagai rasa tanggung jawab kepada publik. Tidak dapat dihindari lagi, keberadaan pasar tradisional semakin dihadapkan terhadap persaingan pasar modern dalam bentuk swalayan, mal, plaza, pusat perbelanjaan/shopping centre. Fasilitas bisnis modern itu didukung sumber dana maupun sumber daya yang jauh lebih unggul, sehingga pasar tradisional dikuatirkan semakin tergerus.Terlebih-lebih pasar modern telah merambah ke mana-mana, di mana lokasinya berdekatan dengan pasar tradisional, di komplek pemukiman dan tingkat kecamatan. Perkembangan tersebut, jika tidak ditataakan dapat mematikan kegiatan usaha para pedagang pasar maupun koperasi. Pemerintah sendiri telah menyatakan komitmennya untuk melindungi,


(18)

3

memberdayakan sekaligus memperbaiki prasarana pasar tradisional. Hal itu disebabkan pasar tradisional menyangkut hajat banyak pedagang mikro kecil yang berjualan di fasilitas perdagangan tersebut. Di lain pihak, masyarakat pembelanja masih sangat membutuhkan keberadaan pasar tradisional, bahkan pasar tradisional juga berfungsi sebagai tempa para pedagang pengecer.

Pentingnya memberikan perlindungan dan mengembangkan pasar tradisional. Dalam memberikan perlindungan terhadap pasar tradisional diperlukan regulasi yang mengatur tentang zonasi maupun jadwal operasi pasar modern.Supaya pengoperasian fasilitas bisnis modern itu tidak mematikan pasar tradisional. Dengan kata lain, keduanya sama-sama memiliki hak untuk hidup. Terkait dengan hal itu telah dikeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan serta Toko Modern. Aspek yang diatur melalui Perpres tersebut meliputi definisi, zonasi, kemitraan, perizinan, syarat perdagangan, kelembagaan pengawas, dan sanksi.

Revitalisasi Pasar Tradisional guna membenahi fisik dan manajemen pasar tradisional, pemerintah pusat melalui Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) pada 2009 telah mengadakan program revitalisasi pasar tradisional dengan bantuan dana lebih dari Satu Miliar Rupiah per unit pasar. Pemberdayaan pasar tradisional adalah segala upaya pemerintah daerah dalam melindungikeberadaan pasar tradisional agar mampu berkembang lebih baik


(19)

untuk dapat bersaing dengan pusat perbelanjaan dan toko moderen. Pemerintah Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2007 telah melakukan pembangunan ruko sebagai tempat relokasi pasar sebagai pusat perbelanjaan di Sukadana. Namun bangunan ruko tersebut tidak di tempati oleh para pedagang karna masih ada pedagang yang berada di pasar baru sukadanan, masih banyak tidak memiliki kios pada bangunan ruko tersebut sehingga sepi dari pembeli.

Pada tahun 2013 pemerintah kabupaten melalui Dinas Pasar Pertamanan dan Kebersihan kembali membangun kios-kios gunan memenuhi permintaan pedagan pada pasar baru sukadanan yang sebagai pasar sementara tersebun. Sehingga para pedagang bisa pindah secara keseluruhan pada lokasi pasar lama tersebut. Yang pada saat ini telah berjalan sebagaimana yang telah direncanakan. Sesuai dengan peraturan daerah Kabupaten Lampung Timur No.9 tahun 2013 tentang pembangunan dan pengelolaan pasar. Pemerintah kabupaten melaksanakan program pemberdayaan dan pengelolaan pasar lama Sukadana Lampung Timur sebagai pusat perbelanjaan di Sukadana dengan melakukan pembangunan pasar berupa ruko, kios dan pasar terpadu satu atap sebagai pasar tradisonal yang oprasikan sebagai pasar Sukadana.

Dinas pasar telah menyiapkan 246 kios dan ruko serta 1 gedung pasar terpadu satu atap. Program tersebut dibuat dan dilaksanakan oleh Dinas Pasar Pertamanan dan Kebersihan Kabupaten Lampung Timur dengan mengacu kepada prosedur


(20)

5

yang di berikan oleh pemerintah pusat melalui pepres No.112 tahun 2007 tentang penataan dan pembinaan pasar tradisional, sebagai pusat perbelanjaan serta toko moderen. Aspek yang diatur melalui Perpres tersebut meliputi definisi, zonasi, kemitraan, perizinan, syarat perdagangan, kelembagaan pengawas, dan sanksi.

Melihat perkembangan ekonomi khususnya bidang perdagangan ( pasar ) pada daerah Ibukota Kabupaten Lampung Timur yaitu pada Kecamatan Sukadana yang menjadi Ibukota Kabupaten Lampung Timur. Adanya kesenjangan antara desain kebijakan dan pelaksanaan dilapangan yang menjadi dasar mengapa perlu dilakukan evaluasi kebijakan. Evaluasi program pemberdayaan pasar melalui revitalisasi pasar tradisional. Peneliti membatasi evaluasi pada pelaksanaan program pemberdayaan pasar Sukadana.

Program pemberdayaan pasar di Kabupaten Lampung Timur khususnya Kecamatan Sukadana belum berjalan sebagaimana mestinya yang telah direncanakan dalam program kegiatan. Karna pada kenyataannya masih memuai beberapa masalah seperti masih banyak pedagang yang tidak menempati tempat yang semestinya, yang telah di siapkan oleh pemerintah. Selain itu masih kurangnya sarana dan prasarana yang kurang memadai dan nyaman bagi pengunjung pasar.


(21)

Berdasarkan urayan tersebut maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam

tentang hasil dari kebijakan tersebut dengan judul “Evaluasi Program

Pemberdayaan Pasar di Sukadana, Kabupaten Lampung Timur”

B.Rumusan masalah:

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka permasalahan yang akan diungkapkan dalam penelitian ini adalah

“Bagaimanakah hasil pelaksanaan program pemberdayaan pasar Sukadana di

Kabupaten Lampung Timur”

C.Tujuan penelitian:

Ada pun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis hasil pelaksanaan dari program pemberdayaan pasar sukadana di Kabupaten Lampung Timur yang dilihat dari Evaluasi Kebijakan

D. Kegunaan penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

a. Secara teoritis atau akademis hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan keilmuan terhadap ilmu Administrasi Negara khususnya yang berkaitan dengan evaluasi kebijakan publik.

b. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para birokrat atau pemerintah Kabupaten Lampung Timur dalam hal penyusunan kebijakan


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebijakan Publik

1. Pengertian Kebijakan Publik

Robert Eyestone mendefinisikan kebijakan publik sebagai ”hubungan antara

pemerintah dengan lingkungannya”. Namun sayangnya definisi tersebut masih

terlalu luas untuk dipahami sehingga artinya menjadi tidak menentu bagi sebagian besar yang mempelajarinya. “hubungan antara pemerintah dengan

lingkungannya” dapat meliputi hampir semua elemen dalam konteks negara. Padahal dalam lingkup real kebijakan publik yang nantinya akan dibahas tidak selalu mengambarkan keluasan. Eyestone dalam Agustino (2008:6)

Definisi lain mengatakan bahwa, kebijakan publik adalah apa yang dipilih oleh pemerintah untuk dikerjakan atau tidak dikerjakan, Carl Friedrich mengatakan bahwa kebijakan adalah, serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan - hambatan dan kemungkinan - kemungkinan dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Meskipun maksut atau tujuan dari kegiatan pemerintah tidak selalu mudah dilihat, dimaksud, merupakan bagian penting dari definisi kebijakan. Agustino (2008:7)


(23)

dan pejabat pemerintah. Karna itu karakteristik dari kebijakan publik adalah bahwa keputusan publik tersebut apa yang dirumuskan oleh David Easton sebagai

”otoritas” dalam sistem politik, yaitu: para senior, kepala tertinggi, eksekutif, legislatif, para hakim, administrator, penasehat, para raja, dan sebagainya. Easton mengatakan bahwa mereka - mereka yang memiliki otoritas dalam sistem politik dalam rangka memformulasikan kebijakan publik itu adalah orang - orang yang terlibat dalam suatu kegiatan sehari - hari dan mempunyai tanggung jawab dalam suatu masalah tertentu suatu titik dimana mereka diminta untuk mengambil keputusan. David Easton dalam Agustino (2008:8)

Dengan demikian kebijakan publik adalah sebuah strategis dari pada pakta politis atau pun teknis. Sebagai sebuah strategi dalam kebijakan publik sudah terangkum preferensi - preferensi politis dari para aktor yang terlibat dalam proses kebijakan, khususnya dalam proses perumusan.

2. Jenis Kebijakan Publik

Islamy (2009:103) mempromosikan empat jenis kebijakan publik, yaitu:

1. Distributive 2. Regulatory 3. Self regulatory 4. Redistributive


(24)

9

populasi, termasuk didalamnya kebijakan pembangunan irigasi oleh pemerintah untuk sekelompok petani pangan

Kebijakan regulatory adalah kebijakan yang memaksakan batasan atau larangan prilaku tertentu bagi individu ataupun kelompok. Kebijakan ini biasanya dibuat untuk mengatasi konflik yang terjadi diantara kelompok, termasuk di dalamnya kebijakan anti monopoli, kebijakan ketenaga kerjaan, dan kebijakan kesetaraan gender.

Kebijakan self regulatory hampir sama dengan regulatory, hanya kebijakannya dirumuskan oleh para pelakunya, misalnya kebijakan peraktik dokter bagi mereka yang berprofesi sebagai dokter profesional. Atau praktik angkutan bagi mereka yang sudah mempunyai sertifikat angkutan profesional.

Kebijakan redistributive berkenaan dengan upaya pemerintah untuk memberikan pemindahan alokasi kesejahteraan, kekayaan atau hak-hak dari kelompok orang tertentu di masyarakat, yaitu kelompok kaya atau sejahtera, kelompok miskin atau berkurang. Kebijakan ini merupakan kebijakan yang pelik karena berkenaan dengan uang, hak dan kekuasaan yang harus di perbaiki ulang.


(25)

Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harusdikaji. Oleh karena itu beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik membagi proses – proses penyusunan kebijakan publik kedalam beberapa tahap. Tujuan pembagian seperti ini adalah untuk memudahkan kita dalam mengkaji kebijakan. Namun demikian, beberapa ahli mungkin membagi tahap - tahap ini dengan urutan yang berbeda. Tahap-tahap kebijakan publik menurut William Dunn sebagaimana dikutip Budi Winarno (2007: 32) adalah sebagai berikut : a. Tahap penyusunan agenda

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya publik masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan para perumus kabijakan. Pada tahap ini mungkin suatu masalah tidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah karena alasan-alasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama.

b. Tahap formulasi kebijakan

Maslaah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan (policy alternatives/policy options) yang ada. Dalam perumusan kebijakan masing-masing alternatef bersaing untuk dapat


(26)

11

ini masing-masing aktor akan bersaing dan berusaha untuk mengusulkan pemecahan masalah terbaik.

c. Tahap adopsi kebijakan

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau putusan peradilan.

d. Tahap implementasi kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elitjika program tersebut tidak diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil, dilaksanakan oleh unit - unit administrasi yang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana (implementors), namun beberapa yang lain munkin akan ditentang oleh para pelaksana.

e. Tahap evaluasi kebijakan

Dalam tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, unuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan, yaitu memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu ditentukan ukuran - ukuran atau criteria - kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik yang telah dilaksanakan sudah mencapai dampak atau tujuan yang diinginkan atau belum.Tahap - tahap Kebijakan, Penyusunan


(27)

Evaluasi kebijakan.

Secara singkat, tahap-tahap kebijakan adalah seperti gambar bagan dibawah ini; Tahap-Tahap Kebijakan

Sumber: William Dunn sebagaimana dikutip Budi Winarno (2008: 36-37)

4. Unsur Kebijakan

Kebijakan secara umum mempunyai 5 ( lima ) unsur utama, yaitu:

1. Masalah publik (Public Issue) merupakan isu sentral yang akan diselesaikan dengan sebuah kebijakan. Seperti disampaikan didepan, kebijakan selalu diformulasikan untuk mengatasi ataupun mencegah timbulnya masalah, khususnya masalah yang bersifat isu publik. Masalah disebut sebagai isu publik manakala masalah itu menjadi keprihatinan (Concern) masyarakat luas

Penyusunan kebijakan

Formulasi kebijakan

Adopsi kebijakan

Implementasi kebijakan


(28)

13

2. Nilai Kebijakan (Value) setiap kebijakan selalu mengandung nilai tertentu dan juga bertujuan untuk menciptakan tatanilai baru atau norma baru dalam organisasi. Seringkali nilai yang ada di masyarakat atau anggota organisasi berbeda dengan nilai yang ada di pemerintah. Oleh karena itu perlu partisipasi dan komunikasi yang intens pada saat merumuskan kebijakan.

3. Siklus Kebijakan; proses penetapan kebijakan sebenarnya adalah sebuah proses yang siklis dan bersifat kontinum, yang terdiri atas tiga tahap: (1) perumusan kebijakan (Policy Formulation), (2) penerapan kebijakan (Policy Implementation), dan (3) evaluasi kebijakan (Policy Review). Ketiga tahap atau proses dalam siklus tersebut saling berhubungan dan saling tergantung, kompleks serta tidak linear, yang ketiganya disebut sebagai Policy Analysis. 4. Pendekatan dalam Kebijakan; pada setiap tahap siklus kebijakan perlu disertai

dengan penerapan pendekatan (Approaches) yang sesuai. Pada tahap formulasi, pendekatan yang banyak dipergunakan adalah pendekatan normatif, prediktif ataupun empirik. Pada tahap implementasi banyak menggunakan pendekatan struktural (organisasional) ataupun pendekatan manajerial. Sedangkan tahap evaluasi menggunakan pendekatan yang sama dengan tahap formulasi. Pemilihan pendekatan yang digunakan sangat menentukan tingkat efektivitas dan keberhasilan sebuah kebijakan.

5. Konsekuensi Kebijakan pada setiap penerapan kebijakan perlu dicermati akibat yang dapat ditimbulkan. Dalam memantau hasil kebijakan kita harus membedakan dua jenis akibat luaran (Output) dan dampak (Impact). Apapun bentuk dan isi kebijakan pada umumnya akan memberikan dampak atau konsekuensi yang ditimbulkan. Tingkat intensitas konsekuensi akan berbeda


(29)

tempat dan waktu. Konsekuensi lain yang juga perlu diperhatikan adalah timbulnya resistensi (penolakan) dan perilaku negatif.

B. Evaluasi Kebijakan Publik

1. Pengertian Evaluasi Kebijakan Publik

Bagian akhir dari suatu proses kebijakan publik yang dipandang sebagai pola aktifitas yang berurutan adalah evaluasi kebijakan. Evaluasi kebijakan, sebagai aktivitas fungsional, sama tuanya dengan kebijakan itu sendiri. Para analisis dan perumusan kebijakan selalu membuat penilaian melalu pendapat mereka mengenai manfaat atau pengaruh dari kebijakan publik, program, dan proyek yang tengah atau sedang dijalankan. Sebuah kebijakan publik tidak bisa dilepas begitu saja, tanpa dilakukan evaluasi. Evaluasi kebijakan dilakukan untuk menilai sejauhmana keefektivan kebijakan publik, untuk dipertanggung jawabkan kepada publiknya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Winarno (2012:228) Bila kebijakan dipandang sebagai suatu pula kegiatan yang berurutan, maka evaluasi kebijakan merupakan tahap akhir dalam proses kebijakan. Namun demikian, ada beberapa ahli yang mengatakan sebaliknya bahwa evaluasi bukan merupakan tahap akhir dari proses kebijakan publik. Pada dasarnya kebijakan publik dijalankan dengan maksud tertentu, untuk meraih tujuan-tujuan tertentu yang berangkat dari masalah-masalah yang telah dirumuskan sabelumnya. Evaluasi dilakukan karena tidak semua program


(30)

15

publik gagal meraih maksud atau tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian evaluasi kebijakan ditujukan untuk melihat sebab-sebab kegagalan suatu kebijakan atau untuk mengetahui apakah kebijakan publik yang telah dijalankan meraih dampak yang diinginkan. Dalam bahasa yang lebih singkat evaluasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk menilai manfaat suatu kebijakan.

Sedangkan kriteria / indikator evaluasi menurut Dunn ( 2000 :61) sebagai berikut: 1. Efektivitas : Apakah hasil yang diinginkan telah dicapai

2. Efisiensi : Seberapa banyak usaha diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan 3. Kecukupan : Seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan

memecahkan masalah 4. Pemerataan : Apakah biaya dan manfaat didistribusikan dengan merata

kepada kelompok yang berbeda

5. Responsivitas : Apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan, preferensi atau nilai kelompok terten

6. Ketepatan : Apakah hasil ( tujuan ) yang diinginkan benar-benar bergun atau bernilai

Berdasarkan tingkat keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kebijakan, disusun rekomendasi kebijakan berkaitan dengan masa depan kebijakan publik yang sedang dievaluasi. Alternatif rekomendasi kebijakan tentang nasib kebijakan publik meliputi beberapa hal yaitu apakah kebijakan program tersebut :


(31)

b. perlu diteruskan dengan perbaikan

c. perlu direplikasikan di tempat lain atau memperluas berlakunya proyek d. harus dihentikan

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi kebijakan adalah kegiatan menilai hasil suatu kegiatan yang sedang atau sudah dilaksanakan. Evaluasi bertujuan untuk memperbaiki ( to improve ) dan bukan membuktikan ( to prove ) dengan memberikan umpan balik.

Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak. Dalam hal ini, evaluasi kebijakan dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalah-masalah kebijakan, program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.

2.Tipe-tipe Evaluasi Kebijakan Publik

Anderson dalam Winarno (2012:230) membagi evaluasi kebijakan ke dalam tiga tipe. Masing-masig tipe evaluasi yang diperkenalkan ini didasarkan pada pemahaman para evaluator terhadap evaluasi. Tipe pertama, evaluasi kebijakan


(32)

17

memfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan atau program tertentu. Tipe ketiga adalah tipe evaluasi sistematis.

Pendapat Anderson tersebut dapat dijelaskan yaitu Tipe evaluasi pertama, Bila evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional, maka evaluasi kebilakan dipandang sebagai kegiatan yang sama pentingnya dengan kebijakan itu sendiri. Para pembentuk kebijakan dan administrator selalu membuat pertimbangan-pertimbangan mengenai manfaat atau dampak dari kebijakan-kebijakan, program-program dan proyek-proyek. Pertimbangan-pertimbangan ini banyak memberi kesan bahwa pertimbangan-pertimbangan tersebut didasarkan pada bukti yang terpisah-pisah dan dipengaruhi oleh ideologi, kepentingan para pendukungnya dan criteria-kriteria lainnya. Dengan demikian, suatu program kesejahtaraan misalnya, oleh suatu kelompok tertentu mungkin akan dipandang sebagai program yang sangat sosialistis, terlepas dari pertimbangan apa dampaknya yang sebenarnya. Oleh karena itu, program seperti ini tidak diharapkan untuk dilaksanakan tanpa melihat dampak yang sebenarnya dari program tersebut. Demikian juga misalnya menyangkut kompensasi yang diberikan kepada pengangguran mungkin dianggap buruk karena evaluator mengetahui banyak orang yang tidak layak menerima keuntungan-keuntungan seperti itu. Pandangan-pandangan seperti ini muncul karena setiap orang dalam melihat persoalan-persoalan tadi menggunakan cara pandang yang berbeda. Oleh karena itu, evaluasi seperti ini akan mendorong terjadinya konflik karena evaluator-evaluator yang berbeda akan menggunakan


(33)

berbeda mengenai manfaat dari kebijakan yang sama.

Tipe kedua merupakan tipe evaluasi yang memfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan atau program-program tertentu. Tipe evaluasi seperti ini berangkat dari pertanyaan-pertanyaan dasar yang menyangkut: Apakah program dilaksanakan dengan semestinya? Berapa biayanya? Siapa yang menerima manfaat ( pembayaran atau pelayanan ), dan berapa jumlahnya? Apakah terdapat duplikasi atau kejenuhan dengan program-program lain? Apakah ukuran-ukuran dasar dan prosedur-prosodur secara sah diikuti? Dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan seperti ini dalam melakukan evaluasi dan memfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan atau progam-program, maka evaluasi dengan tipe seperti ini akan lebih membicarakan sesuatu mengenai kejujuran atau efisiensi dalam melaksanakan program. Namun demikian, evaluasi dengan mangggunakan tipe seperti ini mempunyai kelemahan, yakni kecenderungannya untuk manghasilkan informasi yang sedikit mengenai dampak suatu program terhadap masyarakat.

Tipe evaluasi kebijakan ketiga adalah tipe evaluasi kebijakan sistematis. Tipe ini secara komparatif masih dianggap baru, tetapi akhir-akhir ini telah mendapat perhatian yang meningkat dari para peminat kebijakan pubik. Evaluasi sistematis melihat sacara obyektif program-program kebijakan yang dijalankan untuk


(34)

19

yang telah dinyatakan tersebut tercapai. Lebih lanjut, evaluasi sistematis diarahkan untuk melihat dampak yang ada dari suatu kebijakan dengan berpijak pada sejauh mana kebijakan tersebut menjawab kebutuhan atau masalah masyarakat. Dengan demikian, evaluasi sistematis akan berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: Apakah kebijakan yang dijalankan mencapai tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya? Berapa biaya yang dikeluarkan serta keuntungan apa yang dia dapat? Siapa yang menerima keuntungan dan progam kebijakan yang telah dijalankan? Dengan mendasarkan pada tipe-tipe pertanyaan evaluatif seperti ini, maka konsekuensi yang diberikan oleh evaluasi sistematis adalah bahwa evaluasi ini akan memberi suatu pemikiran tentang dampak dari kebijakan dan merekomendasikan perubahan-perubahan kebijakan dengan mendasarkan kenyataan yang sebenarnya kepada para pembentuk kebijakan dan masyarakat umum. Penemuan-penemuan kebijakan dapat digunakan untuk mengubah kebijakan-kebijakan dan program-program sekarang dan membantu dalam merencanakan kebijakan-kebijakan dan program-program lain di masa depan.

Namun demikian, suatu evaluasi tidak selamanya digunakan untuk hal - hal yang baik, Bisa juga evaluasi dilakukan untuk tujuan - tujuan buruk. Dalam hal ini Carol Weiss mengatakan bahwa para pembuat keputusan program melakukan evaluasi untuk menunda keputusan untuk membenarkan dan mengesahkan keputusan - keputusan yang sudah dibuat unluk membebaskan diri dari kontronversi tentang tujuan - tujuan masa depan dangan mengelakkan tanggung


(35)

atau masyarakat serta untuk memenuhi syarat-syarat pemerintah atau yayasan dengan ritual evaluasi.

Selain itu, evaluasi dapat digunakan untuk meraih tujuan - tujuan politik tertentu, misalnya evaluasi yang dilakukan oleh partai oposisi dalam suatu pemerintahan biasanya seringkali digunakan untuk menjatuhkan partai yang berkuasa. Oleh karena itu, motivasi seorang evaluator dalam melakukan evaluasi dapat dibedakan ke dalam dua bentuk, yakni motivasi untuk melayani kepentingan publik dan motivasi untuk melayani kepentingan pribadi. Bila seorang evaluator mempunyai motivasi pelayanan publik, maka evaluasi digunakan untuk tujuan - tujuan yang baik, yakni dalam rangka membenahi kualitas kebijakan publik. Namun bila para evaluator lebih mengedepankan melayani kepentingan sendiri, maka evaluasi kebijakan yang dijalankan digunakan untuk hal - hal yang kurang baik.

3. Fungsi Evaluasi

Fungsi evaluasi kebijakan publik menurut Nugroho ( 2011:463 ) memiliki empat fungsi, yaitu eksplanasi, kepatuhan, audit, dan akunting. Melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program dan generalisasi tentang pola - pola hubungan antarberbagai dimensi realitas yang diamatinya.

(1) Eksplanasi, evaluator dapat mengindetifikasi masalah, kondisi, dan aktor yang mendukung keberhasilan atau kegagalan kebijakan


(36)

21

(2) Kepatuhan, melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan para pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lainnya, sesuai dengan standar prosedur yang ditetapkan kebijakan

(3) Audit, Melalui evaluasi dapat diketahui, apakah output benar-benar sampai kekelompok saran kebijakan, atau ada kebocoran, atau penyimpangan

(4) Akunting, melalui evaluasi dapat diketahui apa akibat ekonomi dari kebijakan tersebut.

Nugroho (2011:463) Evaluasi Kinerja kebijakan dilakukan untuk menilai hasil yang dicapai oleh suatu kebijakan setelah dilaksanakan. Hasil yang dicapai dapat diukur dalam ukuran jangka pendek atau output, jangka panjang atau outcome. Evaluasi kinerja kebijakan dengan melakukan penilaian komprehensif terahadap:

1. Pengcapain target (output)

2. Pencapai tujuan kebijakan (outcome)

3. Kesenjangan (gap) antar target dan tujuan dengan pencapaian

4. Perbandingan (benchmarking) dengan kebijakan yang sama di tempat lain yang berhasil.

5. Indentifikasi faktor pendukung keberhasilan dan kegagalan sehingga menyebabkan kesenjangan, dan memberikan rekomendasi untuk menanggulangi kesenjangan.


(37)

dibedakan ke dalam dua tugas yang berbeda. Tugas pertama adalah untuk menentukan konsekuensi - konsekuensi apa yang ditimbulkan oleh suatu kebijakan dengan cara menggambarkan dampaknya. Sedangkan tugas kedua adalah untuk menilai keberhasilan atau kegagalan dari suatu kebijakan berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Tugas pertama merujuk pada usaha untuk melihat apakah program kebijakan publik mencapai tujuan atau dampak yang diinginkan atau tidak. Bila tidak, factor - faktor apa yang menjadi penyebabnya? Misalnya, apakah karena terjadi kasalahan dalam merumuskan masalah ataukah karena factor - faktor yang lain? Tugas kedua dalam evaluasi kebijakan pada dasarnya berkait erat dengan tugas yang pertama. Setelah kita mengetahui konsekuensi - konsekuensikebijakan melalui penggambaran dampak kabijakan publik, maka kita dapat mengetahui apakah program kebijakan yang dijalankan sesuai atau tidak dengan dampak yang diinginkan. Dari sini kita dapat melakukan penilaian apakah program yang dijalankan berhasil ataukah gagal? Dengan demikian, tugas kedua dalam evaluasi kebijakan adalah menilai apakah suatu kebijakan berhasil atau tidak dalam meraih dampak yang diinginkan. Dari kedua hal yang dipaparkan di atas, maka kita dapat menarik suatu kesimpulan mengenai arti pentingnya evaluasi dalam kebijakan publik. Pengetahuan menyangkut sebab-sebab kegagalan suatu kebijakan dalam meraih dampak yang diinginkan dapat dijadikan pedoman untuk mengubah atau memperbaiki kebijakan di masa yang akan datang.


(38)

23

Untuk memenuhi tugas tersebut, suatu evaluasi kebijakan harus meliputi beberapa kegiatan, yakni pengkhususan (spesification), pengukuran (measurement), analisis, dan rekomendasi. Spesifikasi merupakan kegiatan yang paling panting di antara kegiatan yang lain dalam evaluasai kebijakan. Kegiatan ini meliputi identifikasi tujuan atau kriteria melalui mana program kebijakan tersebut akan dievaluasi. Ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria inilah yang akan kita pakai untuk menilai manfaat program kebijakan. Pengukuran manyangkut aktivitas pengumpulan informasi yang relevan untuk obyek evaluasi, sedangkan analisis adalah penggunaan informasi yang telah terkumpul dalam rangka menyusun kesimpulan. Dan akhimya, rekomendasi, yakni penentuan mengenai apa yang harus dilakukan di masa yang akan datang.

Terdapat beberapa alasan untuk menjawab mengapa perlu ada kegiatan evaluasi kebijakan. Alasan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua dimensi, internal dan eksternal. Yang bersifat internal, antara lain:

1. Untuk mengetahui keberhasilan suatu kebijakan. Dengan adanya evaluasi kebijakan dapat ditemukan informasi apakah suatu kebijakan sukses ataukah sebaliknya.

2. Untuk mengetahui efektivitas kebijakan. Kegiatan evaluasi kebijakan dapat mengemukakan penilaian apakah suatu kebijakan mencapai tujuannya atau tidak.

3. Untuk menjamin terhindarinya pengulangan kesalahan (guarantee to non-recurrence). Informasi yang memadai tentang nilai sebuah hasil kebijakan dengan sendirinya akan memberikan rambu agar tidak terulang kesalahan yang


(39)

masa yang akan dating.

Sedangkan alasan yang bersifat eksternal paling tidak untuk dua kepentingan: 1. Untuk memenuhi prinsip akuntabilitas publik. Kegiatan penilaian terhadap

kinerja kebijakan yang telah diambil merupakan salah satu bentuk pertanggung jawaban pengambil kebijakan kepada publik, baik yang terkait secara langsung maupun tidak dengan implementasi tindakan kebijakan.

2. Untuk mensosialisasikan manfaat sebuah kebijakan. Dengan adanya kegiatan evaluasi kebijakan, masyarakat luas, khususnya kelompok sasaran dan penerima, manfaat dapat mengetahui manfaat kebijakan secara lebih terukur

C.Tinjauan tentang pasar 1. Pengertian pasar

Pengertian pasar menurut William J . Stanton pada tahun 1993 yang mengatakan bahwa pasar adalah sekumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja , dan kemauan untuk membelanjakan. Lalu menurut WY. Stanton pasar merupakan suatu tempat yang terdapat sebuah sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga hingga sebagai media mempromosikan serta tempat pendistribusian barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli.


(40)

25

Sedangkan definisi pasar menurut H. Nystrom adalah suatu kegiatan di mana untuk menyalurkan barang dan jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen. Sedangkan menurut pengertian pasar dari Philip dan Duncan adan merupakan sesuatu yang diliputi oleh semua langkah yang di gunakan atau di butuhkan untuk menempatkan suatu barangyang bersifat tangible yang nantinya akan di tujukan untuk konsumen. Sedangkan pengertian yang lain menurut Asosiasi Pemasaran Amerika Serikat atau Amerika Marketing Association adalah suatu tempat pelaksanaan kegiatan usaha perdagangan yang kemudian di arahkan secara khusus untuk barang dan jasa dari produsen ke konsumen.

Dari pengertian pasar menurut para ahli dapat di simpulkan bahwa pasar adalah pasar di gunakan sebagai tempat dimana para pembeli dan penjual bertemu dan melakukan transaksi jual serta beli barang maupun jasa. Yang dapat diartikan bahwa pasar merupakan suatu tempat dimana nantinya pada haru tertentu para penjual dan pembeli bisa bertemu untuk menjual serta membeli barang.(1)

2. Jenis – jenis pasar

1. Jenis-jenis pasar menurut fisiknya

a. Pasar konkret (pasar nyata) adalah tempat pertemuan antara pembeli dan penjual melakukan transaksi secara langsung. Barang yang diperjualbelikan juga tersedia di pasar. Contohnya, pasar sayuran, buah-buahan, dan pasar tradisional.


(41)

pembeli hanya melalui telepon, internet, dan lain-lain berdasarkan contoh barang. Contohnya telemarket dan pasar modal.(2)

(1)

Sumber:http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-pasar-dan-jenis-jenis-pasar.html diakses pada tanggal 21 mei 2014

(2)

Sumber:http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-pasar-dan-jenis-jenis-pasar.html diakses pada tanggal 21 mei 2014

2. Jenis-jenis pasar menurut waktunya

. Pasar harian adalah pasar yang aktivitasnya berlangsung setiap hari dan sebagian barang yang diperjualbelikan adalah barang kebutuhan sehari-hari.

a. Pasar mingguan adalah pasar yang aktivitasnya berlangsung seminggu sekali.

Biasanya terdapat di daerah yang belum padat penduduk dan lokasi pemukimannya masih berjauhan.

b. Pasar bulanan adalah pasar yang aktivitasnya berlangsung sebulan sekali. Biasanya barang yang diperjualbelikan barang yang akan dijual kembali (agen/grosir).

c. Pasar tahunan adalah pasar yang aktivitasnya berlangsung setahun sekali 3. Jenis-jenis pasar menurut barang yang diperjualbelikan

a. Pasar barang konsumsi adalah pasar yang memperjualbelikan barang-barang konsumsi untuk memenuhi kebutuhan manusia.

b. Pasar sumber daya produksi adalah pasar yang memperjualbelikan factor -faktor produksi, seperti tenaga kerja, tenaga ahli, mesin-mesin, dan tanah.(3)


(42)

27

. Pasar setempat adalah pasar yang penjual dan pembelinya hanya penduduk

setempat.

a. Pasar daerah atau pasar lokal adalah pasar di setiap daerah yang memperjualbelikan barang-barang yang diperlukan penduduk derah tersebut

(3)

Sumber:http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-pasar-dan-jenis-jenis-pasar.html diakses pada tanggal 21 mei 2014

b. Pasar Nasional adalah pasar yang melakukan transaksi jual beli barang mencakup

satu negara

c. Pasar Internasional adalah pasar yang melakukan transaksi jual beli barang-barang keperluan masyarakat internasional

5. Jenis-jenis pasar menurut Bentuknya

a. Pasar persaingan sempurna (terorganisir) b. Pasar persaingan tidak sempurna

6. Jenis-jenis pasar menurut sifat pembentukan harga

a. Pasar persaingan adalah pasar yang pembentukan harga ditentukan oleh persaingan antara permintaan dan penawaran

b. Pasar monopoli adalah pasar yang penjual suatu barang di pasar hanya satu orang

c. Pasar duopoli adalah pasar yang penjualnya hanya dua orang dan menguasai penawaran suatu barang dan mengendalikan harga barang


(43)

dengan dipimpin oleh salah satu dari penjual tersebut mengendalikan tingkat harga barang

e. Pasar monopsoni adalah pasar yang pembentukan harga barangnya dikendalikan oleh satu orang atau sekelompok pembeli

f. Pasar duopsoni adalah pasar pembentukan harga barangnya dikendalikan oleh dua orang atau dua kelompok pembeli.

g. Pasar oligopsoni adalah pasar yang pembentukan harga barangnya dikendalikan oleh beberapa orang atau beberapa kelompok pembeli.(4)

3. Fungsi pasar

Pasar sebagai tempat transaksi jual beli antara penjual (pedagang) dan pembeli (konsumen) memiliki peran dan fungsi penting dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Adapun fungsi pasar dalam kegiatan ada tiga macam, yaitu:

1. Fungsi Distribusi: Dalam kegiatan distribusi, pasar berfungsi mendekatkan jarak antara konsumen dengan produsen dalam melaksanakan transaksi. Pasar memiliki fungsi distribusi menyalurkan barang-barang hasil produksi kepada konsumen.

2. Fungsi Pembentukan Harga: Sebelum terjadi transaksi jual beli terlebih dahulu dilakukan tawar menawar, sehingga diperoleh kesepakatan harga antara penjual dan pembeli. Dalam proses tawar menawar itulah keinginan kedua belah pihak (antara pembeli dan penjual) digabungkan untuk menentukan kesepakatan harga, atau disebut harga pasar.


(44)

29

3. Fungsi Promosi: Pasar merupakan sarana paling tepat untuk ajang promosi,

karena di pasar banyak dikunjungi para pembeli. Pelaksanaan promosi dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya memasang spanduk, membagikan leaflet atau brosur penawaran. (5)

(4)

Sumber:http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-pasar-dan-jenis-jenis-pasar.html

diakses pada tanggal 21 mei 2014 (5)

Sumber:

http://capitalmarketblog.blogspot.com/2011/02/manfaat-tujuan-serta-peran-strategis.html diakses pada tanggal 21 mei 2014

D.Tinjauan tentang Perda No 9 tahun 2013 1. Pembangunan da pengolaan pasar

Pemberdayaan pasar tradisional adalah segala upaya pemerintah daerah dalam melindungi keberadaan pasar tradisional agar mampu berkembang lebih baik untuk dapat bersaing dengan pusat perbelanjaan dan toko modern.

Penyelenggaraan Pembangunan dan Pengelolaan Pasar dilaksanakan berdasarkan atas asas dan tujuan yang tertera pada Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur No 9 Tahun 2013.

Pembangunan dan pengelolaan pasar brdasarkan asas – asas sebagai berikut: 1. kemanusiaan

2. keadilan

3. kesamaan kedudukan 4. kemitraan

5. ketertiban dan kepastian hukum 6. kelestarian lingkungan


(45)

Pembangunan dan Pengelolaan Pasar, bertujuan untuk:

1. menjamin terselenggaranya kemitraan antara pelaku usaha pasar tradisional, mikro, kecil, menengah dan koperasi dengan pelaku usaha pasar modern berdasarkan prinsip kesamaan dan keadilan dalam menjalan kanusahadi bidang perdagangan

2. mendorong terciptanya partisipasi dan kemitraan publik serta swasta dalam penyelenggaraan usaha perpasaran antara pasar tradisional dan pasarmodern 3. mewujudkan sinergi yang saling memerlukandan memperkuat serta saling

menguntungkan antara pasar moderndengan pasar tradisional, usahamikro, kecil, menengah, dan koperasi agar dapat tumbuh berkembang lebih cepat sebagai upaya terwujudnya tataniaga dan pola distribusinasional yang mantap, lancar, efisien dan berkelanjutan

4. menciptakan kesesuaian dan keserasian lingkungan berdasarkan tata ruang wilayah.

Peryataan diatas diambil dari Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur No 9 Tahun 2013

2. Pembinaan Dan Pengawasan

Pembinaan dan pengawasan pembangunan pengelolaan pasar berdasarkan peraturan daerah no 9 tahun 2013 pasal 19 sebagai berikut


(46)

31

2. Pembinaan berupa penciptaan sistem manajemen pengelolaan pasar, pelatihan terhadap sumber daya manusia, konsultasi, fasilitas, kerjasama, pembangunan dan perbaikan sarana maupun prasarana pasar.

3. Pembinaan dan pengawasanyang dilakukan oleh pemerintah daerah diatur lebih lanjut oleh peraturan bupati.


(47)

A.Tipe Penelitian dan Pendekatan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengambarkan secara tepat mengenai suatu keadaan secara utuh. Oleh karena itu, penelitian ini bertipe deskriptif yakni jenis tipe yang berupaya mengambarkan suatu fenomena atau kejadian dengan apa adanya. Hal tersebut didasarkan karena pnelitian ini menghasilkan data - data berupa kata kata tertulis dari data - data yang diperoleh dari sumber penelitian.

B.Fokus Penelitian

Suatu penelitian perlu adanya pembatasan masalah yang diangkat. Selain itu, perlu juga menyatakan secara kusus batas - batas masalah agar penelitian lebih terarah dan dapat memperoleh gambaran yang jelas kapan penelitian tersebut dianggap telah selesai. Menurut Moleong (2013:93) fokus penelitian dimaksutkan untuk membatasi studi kualitatif sekaligus membatasi penelitian guna memilih data yang relefan dan data yang tidak relefan. Hal yang harus diperhatikan dalam penelitian kualitatif adalah masalah dan fokus penelitian, karena fokus penelitian memberikan batasan dalam studi dan batasan dalam pengumpulan data sehingga dengan batasan ini peneliti akan fokus memahami masalah - masalah yang menjadi tujuan penelitian.


(48)

33

dijamah dan mana yang akan dibuang. Secara sederhana fokus penelitian adalah hal - hal atau fenomena yang menjadi pusat penelitiandari seorang peneliti. Fokus penelitian ini akan selalu disempurnakan selama proses penelitian dan bahkan memungkinkan untuk dirubah pada saat berada dilapangan.

Evaluasi program pemberdayaan pasar Kabupaten Lampung Timur. Meliuti indikator evaluasi menurut Dunn yaitu.

1. Efektivitas : Apakah hasil yang diinginkan telah dicapai

2. Efisiensi : Seberapa banyak usaha diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan

3. Kecukupan : Seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan memecahkan masalah

4. Pemerataan : Apakah biaya dan manfaat didistribusikan dengan merata kepada kelompok yang berbeda

5. Responsivitas : Apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan, preferensi atau nilai kelompok terten

6. Ketepatan : Apakah hasil ( tujuan ) yang diinginkan benar-benar bergun atau bernilai

C.Lokasi Penelitian

Dalam penentuan lokasi, Moleong menyatakan cara terbaik ditempuh dengan jalan mempertimbangkan teori subtansi dan menjajaki lapangan untuk mencari kesesuaian dengan kenyataan yang ada dilapangan. Sementara itu keterbatasan geografis, waktu, biaya, dan tenaga perlu dijadikan pertimbangan dalam penentuan lakasi penelitian, Moleong ( 2004:86)


(49)

Pasar Kabupaten Lampung Timur. Alasan dipilhnya lokasi penelitian ini adalah karna pada lokasi penelitian ini sedang melakukan program pemberdayaan pasar oleh Dinas Pasar Pertamanann dan Tata Kota Kabupaten Lampung Timur. Kemudian dalam pelaksanaannya apakah sudah sesuai dengan sistem atau standar yang berlaku. Selain itu, lokasi penelitian ini juga merupakan pasar yang berada pada Ibukota Kabupaten Lampung Timur.

D. Informan

Peneliti memilih informan menurut kriteria tertentu yang telah ditetapkan.Kriteria ini harus sesuai dengan topik penelitian. Mereka yang dipilih pun harus dianggap kredibel untuk menjawab masalah penelitian. Snow Ball Technique adalah cara penentuan informan dari satu informan ke informan lainnya yang dilakukan pada saat penelitian dilaksanakan, hingga dicapai sejumlah informan yang dianggap telah merepresentasikan berbagai informasi yang diperlukan, Ini umumnya digunakan bila peneliti tidak mengetahui dengan pasti orang - orang yang layak untuk menjadi sumber. Tidak ada daftar nama yang bisa jadi rujukan. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan meminta rekomendasi dari seseorang. Dari seorang informan, jumlah sumber data dapat berlipat ganda jumlahnya. Seperti bola salju yang menggelinding. Dalam penelitian ini, kelompok sasaran merupakan informan kunci untuk memperoleh data


(50)

35

1. Sahmin Saleh 2. Mulkan 3. Yemi

peneliti mengambil 5 dari pedagan yang ada pada pasar. 1. Agus

2. Tur 3. Sri Yati

Adapun informan yang dipilih adalah secara sengaja ditentukan oleh peneliti.

E.Jenis Data dan Sumber Data

1. Jenis data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data gabungan dari:

a. Data primer, yaitu berupa kata - kata dan tindakan informan serta pristiwa – peristiwa tertentu yang berkaitan dengan fokus penelitian dan merupakan hasih pengumpulan peneliti sendiri selama berada dilokasi penelitian. Data – data primer ini merupakan unit analisis utama yang dipergunakan dalam kegiatan analisis data.

b. Data skunder, yaitu data - data tertulis yang digunakan sebagai informasi pendukung dalam analisis data primer.

2. Sumber data

Sumber data yang digunakan dalam penilitian ini berasal dari informan. Upaya untuk mendapatkan data dan informasi yang falid dengan fokus penelitian, maka informan ditentukan secara purposive sampling pada tahap awal dan tahap


(51)

infoemasi yang dibutuhkan. Oleh sebab itu, pemilihan informasi pada tahap awal didasarkan atas subyek penelitian yang menguasai masalah,memiliki data,dan bersedia memberikan data. Dengan kata lain keterangan awal yang didapat berasal dari pihak yang dikatagorikan sebagai informan awal dan kemudian berkembang menjadi luas (snowball) sampai tidak ditemukan informasi yang berkenaan dengan tujuan penelitian tersebut.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data mempunyai peran yang sangat besar dalam suatu penelitian. Data adalah segala kegiatan atau informasi mengenai segala hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data , yaitu :

a. Wawancara mendalam (indeph interview)

Berguna untuk mendapatkan data ditangan pertama, pelengkap tekknik pengumpulan lainnya, dan menguji hasil pengumpulan lainnya. Dalam penelitian ini, wawancara mendaam (indeph interview) dipergunakan untuk memperoleh data - data mengenai peran dinas pasar pertamanan dan tata kota dan memperoleh data dari petugas dinas pasar sebagai pelaksana dari program tersebut. Selain itu memperoleh data atau keterangan dari para pedagang untuk mengetahui dampak program yang di laksanakan oleh dinas pasar. wawancara mendalam akan


(52)

37

pertanyaan yang diajukan kepada informan. Hal ini dimaksutkan agar pertanyaan yang diajukan oleh peneliti terarah tampa mengurangi kebebasan dalam mengembangkan pertanyaan serta suasana tetap terjaga agar terkesan dialogis dan informan.

b. Observasi

Observasi adalah suatu metode pengumpulan data yang dilakukan secara langsung mengamati objek yang diteliti secara sistematis (sutrisno hadi,1983:159). Pengamatan didalam penelitian ini juga meliputi pencatatan secara sistematis terhadap objek peneltian, dengan demikian diharapkan penulis akan memperoleh kejelasan yang benar dan realistis. Teknik ini dapat mendukung data yang diperoleh melalui wawancara mendalam, sehingga akan diketahui apakah data yang akan diberikan responden sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Dengan metode ini, peneliti melibatkan diri secara langsung pada situasi sosial yang diteliti.

c. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dipergunakan untuk penghimpun berbagai data skunder yang memuat informasi tertentu yang bersumber dari dokumen dokumen tertulis. Menurut Husaini dan Purnomo Stiady Akbar (2004:73), keuntungan menggunakan dokumentasi ialah biayanya relatif murah, waktunya dan tenaga lebih efsien. Sedangkan kelemahannya ialah data yang diambil dari dokumentasi cenderung sudah lama, dan kalau ada yang salah cetak, maka peneliti ikut salah pula mengambil datanya.


(53)

Muhammad Nazir (1998:419) mengartikan analisis data sebagai kegiatan mengelompokan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta menyingkatkan data, sehingga mudah untuk dibaca. Proses analisis merupakan usaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan dan hal - hal yang diperoleh dari suatu penelitian. Dalam penelitian ini, proses analisis rangkaian data yang telah disusun secara sistematis dan menurut klasifikasinya, diuraikan, dianalisis secara kualitatif yaitu dengan cara merumuskan dalam bentuk uraian kalimat, sehingga mendapatkan jawaban.

Data yang diperoleh dari wawancara mendalam diolah dan dianalisis secara kualitatif dengan proses reduksi data dan interpretasi. Data yang terkumpul ditulis dalam bentuk transkip, kemudian dilakukan pengkatagorian dengan melakukan reduksi data yang terkait, kemudian dilakukan interpretasi yang mengarah pada fokus penelitian. Proses analisis data menurut Miles dan Huberman (1992), akan melalui proses sebagai berikut.

A.Reduki Data

Diartikan sebagai proses pemiliha,pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasidata “kasar” yang muncul dari catata tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk bentuk analisis yang menggolongkan, mengarahkan, menyeleksi ketat dengan membuang data yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara yang sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.


(54)

39

Data yang diperoleh dari lokasi penelitian (data lapangan) dituangkan dalam uraian atau laporan yang lengkapdan terperinci. Laporan lapangan akan direduksi, dirangkum, dipilih hal - hal yang pokok, difokuskan pada hal hal yang pokok kemudian dicari tema atau polanya. Rduksi data berlangsung secaraterus menerus selama proses penelitian berlangsung.

B.Penyajian data

Penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambila tindakan. Penyajian data yang lebih baik adalah merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid untuk melihat gambaran keseluruhan dari gambaran ini, maka akan dibuat metrik naratif. Dalam penyajian data ini sangat membutuhkan kemampuan data lebih baik.

Pada penelitian ini, secara teknis data - data yang telh diorganisir kedalam metrik analisis data akan disajikan dalam bentukeks naratif. Penyajian datadilakukan dengan mendeskripsikan hasil temuan dalam wawancara terhadap informan serta menghadirkan dokumen sebagai penunjang data

C.Menarik kesimpulan

Menarik kesimpulan dilakukan secar terus menerus sepanjang proses penenelitian brlangsung, yaitu sejak awal memasuki lokasi penelitisn dan selama proses pengumpulan data. Peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari pola, tema, hubungan persamaan hal - hal yang sering timbul, hipotesis dan sebagainya yang dituangkan dalam kesimpulanyang tentatif. Akan tetapi, dengan bertambahnya


(55)

bersifat grounded, dengan kata lain setiap kesimpulan senantiasa terus dilakukan perifikasi selama penelitian berlangsung.

H.Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan data diperlukkan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Terdapat beberapa kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), trigulasi, keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Menurut Moleong (2005: 24-337) kriteria tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Derajat kepercayaan (credibility)

Penerapan kriteria derajat kepercayaan (kredibilitas) pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari nonkualitatif. Kriteria derajat kepercayaan ini berfungsi untuk (a) Melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai; (b) Mempertunjukkan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Teknik - teknik keabsahan data ini antara lain

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan berarti penelititinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan


(56)

41

b. Ketekunan

Keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif. Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan cirri - ciri dan unsure - unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari kemudian memusatkan diri pada hal - hal tersebut secara rinci. Dalam penelitian ini, agar dapat meningkatkan derajat kepercayaan, pengamatan yang dilakukan adalah menguraikan secara rinci.

2. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Denzin dalam Moleong (2005:330) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Dalam upaya memeriksa keabsahan data, peneliti melakukan pengecekan dari berbagai sumber, yaitu dengan mewawancarai beberapa informan yang berasal dari kalangan yang berbeda.wawancara dilakukan dengan kepala dinas pasar pertamanan dan tata kota dan beberapa pedagang di pasar Sukadana. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi juga dilakukan untuk mendapatkan data yang akurat.

3. Keteralihan (tranferability)

Konsep validitas keteralihan menyatakan bahwa generalisasi suatu penemuan dapat berlaku atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang sama atas


(57)

populasi. Data yang disajikan yakni selain wawancara juga berupa catatan - catatan lapangan, peraturan, dan lain - lain. Data yang diperoleh kemudian dipaparkan di hasil dan pembahasan.Pemaparan keseluruhan data dilakukan agar pembaca mengetahui permasalahan yang terjadi.

4. Kebergantungan (dependability)

Kebergantungan merupakan substitusi istilah reliabilitas dalam penelitian nonkualitatif. Kebergantungan dapat dicapai dengan cara memeriksa suatu kebenaran. Berdiskusi dengan dosen pembimbing mengenai semua data yang diperoleh, kemudiian diadakan seminar untuk membahasnya.

5. Kepastian (confirmability)

Kriteria kepastian berasal dari konsep objektifitas menurut nonkualitatif. Nonkualitatif menetapkan objektifitas dari segi kesepakatan antar subjek. Dapat dikatakan bahwa pengalaman seseorang itu subjektif sedangkan jika disepakati oleh beberapa orang atau banyak orang baru dapat dikatakan objektiif. Kepastian pada penelitian kualitatif berupa penekanan pada data. Jika hasil penelitian ini layak dan memenuhi kriteria, maka hasil penelitian ini dapat digantungkan pada peneliti.

Penelitian ini menggunakan teknik keabsahan data dengan triangulasi. Triangulasi merupakan cara tebaik untuk menghilangkan perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Penggunaan triangulasi disini,


(58)

43

dimaksudkan agar peneliti dapat merecheck temuannnya dengan jalan membandingkan berbagai sumber, metode, atau teori.


(59)

A. Sejarah Singkat Pasar Sukadana

Pasar Sukadana merupakan salah satu pasar tradisional yang sudah dikenal oleh masyarakat kususnya masyarakat Sukadana Lampung Timur maupun masyarakat luar Kabupaten Lampung Timur. Sebelumnya lokasi Pasar Sukadana pada pinggir jalan utama Sukadana dan di sebut pasar lama, di karnakan sering terkena banjir pasar pasar Sukadana dipindahkan pada lokasi yang tidak jauh dari lokasi sebelum nya pada area seluas 6.756m. dengan fasilitas kantor satpam, TPS sampah, WC Umum. Namun pada tahun 2006 pemerintah kembali mendirikan ruko pada area pasar lama Sukadana dengan luas tana 13.834m. dengan jumlah 83 ruko dengan fasilitas kantor satpam, KM/WC yang selesai pada tahun 2007. namun setelah 5 tahun berjalan, ruko tidak berkembang bahkan sepi dan hanya beberapa unit yang berjualan. Dengan kondisi ruko yang hancur dan kusam diakibatkan tidak berpenghuni.

Melihat adanya dua lokasi pasar yang saling berdekatan dan perkembangannya tidak menunjukan perkembangan yang pesat. Pemerintah memindahkan pasar baru Sukadana ke area sebelumnnya yang telah di bangun ruko pada tahun 2013. Dengan jumlah 78 kios dan 1 tenda yang dapat menampung 43 pedagang sayur serta 1 gedung pasar yang dapat menampung 42 pedagang ikan. Adapun fasilitas pendukung dari pasar sukadana ialah:


(60)

45

b. KM/WC Umum

c. TPS Sampah

B. Letak dan Kondisi Fisik Pasar Sukadana

Letak Pasar Sukadana ini berada di Kecamatan Sukadana yang menjadi Ibukota Kabupaten Lampung Timur. Yang terletak di pinggir jalan utam Kabupaten Lampung Timur, sehingga dilewati oleh seluruh trayek angkutan kota. Adapun batas batas dari unit pasar Sukadana adalah sebagai berikut

a. sebelah Utara berbatasan dengan jalan Imam bonjol b. sebelah Selatan berbatasan dengan jalan Jendral Sudirman

c. sebelah Barat berbatasan dengan jalan Tengku Umar dan SD N 5 Sukadana

d. sebelah Timur Berbatasan dengan jalan Kartini

Sejak pertama sekali Pasar Sukadana dibangun telah mengalami perbaikan dikarnakan pada ruko yang di bangun mengalami kerusakan dikarnakan tidak berpenghuni.

Oleh karena itu, pemerintah membuat sebuah kebijakan pembangunan dan penataan kembali Pasar Sukadana dengan menggabungkan 2 pasar yang ada dengan harapan terciptanya peningkatan pelayanan terhadap masyarakat Sukadana serta terciptanya bangunan yang indah, tertib dan aman.

Dalam kebijakan pembangunan dan penataan kembali Pasar Sukadana target yang ingin dicapai adalah terciptannya pasar yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Lampung Timur khususnya masyarakat Sukadana.


(61)

Berdasarkan jenis barang dagangannya, pedagang di Pasar Sukadana terbagi dalam enam kelompok. Pedagang tersebut antara lain terdiri dari : pedagang pakaian, pedagang emas, pedagang kosmetik, pedagang sepatu, pedagang makanan dan sayuran, pedagang bahan ikan dan pedagang lain-lain (pedagang kelontongan, boneka, kerajinan dan lain-lain). Berdasarkan klasifikasi tempat berdagang maka pedagang Pasar Sukadana berdasarkan klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 1 Jumlah Pedagang Pasar Sukadana Berdasarkan Klasifikasinya

No Jenis Berdagang Jumlah

1. Toko Kios dan Ruko 161 buah

2. Kaki Lima 43 buah

3 Gedung 1 atap 42 buah

Total 246 Buah

Sumber: Dinas Pasar Petamanan dan Tatakota Kabupaten Lampung Timur 2014

Berdasarkan data tersebut, maka jumlah pedagang Pasar Sukadana secara keseluruhan adalah 246 pedagang.


(62)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil dan pembahasan, dapet ditarik sesimpulan bahwa :

Dalam pelaksanaan kebijakan program Pemberdayaan Pasar (pemindahan pasar) di Sukadana belum berjalan secara maksimal dilihat dari segi

1) efektiv dan efisien.dalam pelaksanaannya tidak tepat pada waktu yang ditentukan dalam perjanjian antara pihak pengembang dan pemerintah dengan kata lain pelksanaan kebijakan ini tidak efektive dan efisien Serta ketrbatasan sarana prasarana yang menjadi penunjang juga masih terlihat minim dan tidak memadai.

2) Kecukupan dan pemerataan. Dilihat dari segi kecukupan program pemindahan pasar di Sukadana jauh dari kata berhasil dikarnakan masih banyak pedagang yang tidak mendapatkan tempat yang telah disediakan

3) Secara responsifitas dan ketepataun juga menunjukan respon yang kurang baik terhadap program pemindahan pasar dikarnakan banyaknya protes dari pedagang terhadap hasil dari program tersebut

Dilihat dari enam kriteria evaluasi dari William Dunn. Pelaksanaan rogram pemberdayaan pasar ( pemindahan Pasar Sukadana ) belum menunjukan keberhasilan.


(63)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka saran yang dapat peneliti berikan untuk perbaikan pelaksanaan program pemberdayaan pasar (pemindahan pasar) adalah : 1. perlu adanya perbaikan dalam segi prosedur seperti adanya sosialisasi terhadap pengembang ataupun target sasaran sebelum kebijakan di putuskan sampain dengan dalam melaksanakan program agar program berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan

2. Perlu adanya perbaikan dalam hal sumberdaya baik sumberdaya manusia atau pelaksana maupun sumberdaya anggaran yang digunakan agar program berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diinginkan dan tepat waktu. Dalam hal ini seperti pekerja atau pelaksana program harus sesuai dengan apa yang diinginkan yaitu pekerja yang handal, serta anggaran yang sesuai dengan program yang akan dilaksanakan sehingga berjalan dengan tepat waktu

3. Perlu adanyan kesepakatan dan perjanjian yang pasti terhadap pihak pengambang, agar program berjalan sesuai dengan waktu yang ditetapkan dalam perjanjian. Sehingga program berjalan dengan baik sesuai yang diinginkan.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo, 2012, Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Alfabeta, Bandung

Dunn .W, (2003), Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta, Gajah Mada Universitas Press.

Islami, Irfan. 2003. Prinsip perinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara.Buni Aksa. jakarta

Moleong, Lexy J. 2013.Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Moleong, L. J. 2004 Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung :Remaja Rosdakarya

Nugroho, Riant.2012, Publik Policy. PT. Alex Media Kompotindo, Jakarta

Sunyoto, Danang. 2014, Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran. PT Buku Seru. yogyakarta

Widodo, Joko, Dr. M.S.( Cetakan Kedua, 2008 ). Analisis Kebijakan Publik(Konsep, Dan Aplikasi Proses Kebijakan Publik). Malang, Bayu media Publishing Winarno, Budi(2012). Kebijakan Publik (Teori, Proses an Studi Kasus) jakarta,

PT. Buku Seru

Sumber Lain :

Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur No. 9 Tahun 1013 Tentang Pembangunan Dan Pengelolaan Pasar

Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timr Tahun 2012 Tentang Perlindungan Pasar Tradisional

Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Serta Toko Moderen.


(65)

http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-pasar-dan-jenis-jenis-pasar.html diakses pada tanggal 21 mei 2014

http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-pasar-dan-jenis-jenis-pasar.html diakses pada tanggal 21 mei 2014


(1)

b. KM/WC Umum c. TPS Sampah

B. Letak dan Kondisi Fisik Pasar Sukadana

Letak Pasar Sukadana ini berada di Kecamatan Sukadana yang menjadi Ibukota Kabupaten Lampung Timur. Yang terletak di pinggir jalan utam Kabupaten Lampung Timur, sehingga dilewati oleh seluruh trayek angkutan kota. Adapun batas batas dari unit pasar Sukadana adalah sebagai berikut

a. sebelah Utara berbatasan dengan jalan Imam bonjol b. sebelah Selatan berbatasan dengan jalan Jendral Sudirman

c. sebelah Barat berbatasan dengan jalan Tengku Umar dan SD N 5 Sukadana

d. sebelah Timur Berbatasan dengan jalan Kartini

Sejak pertama sekali Pasar Sukadana dibangun telah mengalami perbaikan dikarnakan pada ruko yang di bangun mengalami kerusakan dikarnakan tidak berpenghuni.

Oleh karena itu, pemerintah membuat sebuah kebijakan pembangunan dan penataan kembali Pasar Sukadana dengan menggabungkan 2 pasar yang ada dengan harapan terciptanya peningkatan pelayanan terhadap masyarakat Sukadana serta terciptanya bangunan yang indah, tertib dan aman.

Dalam kebijakan pembangunan dan penataan kembali Pasar Sukadana target yang ingin dicapai adalah terciptannya pasar yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Lampung Timur khususnya masyarakat Sukadana.


(2)

46

C. Komposisi Pedagang

Berdasarkan jenis barang dagangannya, pedagang di Pasar Sukadana terbagi dalam enam kelompok. Pedagang tersebut antara lain terdiri dari : pedagang pakaian, pedagang emas, pedagang kosmetik, pedagang sepatu, pedagang makanan dan sayuran, pedagang bahan ikan dan pedagang lain-lain (pedagang kelontongan, boneka, kerajinan dan lain-lain). Berdasarkan klasifikasi tempat berdagang maka pedagang Pasar Sukadana berdasarkan klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 1 Jumlah Pedagang Pasar Sukadana Berdasarkan Klasifikasinya

No Jenis Berdagang Jumlah

1. Toko Kios dan Ruko 161 buah

2. Kaki Lima 43 buah

3 Gedung 1 atap 42 buah

Total 246 Buah

Sumber: Dinas Pasar Petamanan dan Tatakota Kabupaten Lampung Timur 2014 Berdasarkan data tersebut, maka jumlah pedagang Pasar Sukadana secara keseluruhan adalah 246 pedagang.


(3)

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil dan pembahasan, dapet ditarik sesimpulan bahwa :

Dalam pelaksanaan kebijakan program Pemberdayaan Pasar (pemindahan pasar) di Sukadana belum berjalan secara maksimal dilihat dari segi

1) efektiv dan efisien.dalam pelaksanaannya tidak tepat pada waktu yang ditentukan dalam perjanjian antara pihak pengembang dan pemerintah dengan kata lain pelksanaan kebijakan ini tidak efektive dan efisien Serta ketrbatasan sarana prasarana yang menjadi penunjang juga masih terlihat minim dan tidak memadai.

2) Kecukupan dan pemerataan. Dilihat dari segi kecukupan program pemindahan pasar di Sukadana jauh dari kata berhasil dikarnakan masih banyak pedagang yang tidak mendapatkan tempat yang telah disediakan

3) Secara responsifitas dan ketepataun juga menunjukan respon yang kurang baik terhadap program pemindahan pasar dikarnakan banyaknya protes dari pedagang terhadap hasil dari program tersebut

Dilihat dari enam kriteria evaluasi dari William Dunn. Pelaksanaan rogram pemberdayaan pasar ( pemindahan Pasar Sukadana ) belum menunjukan keberhasilan.


(4)

88

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka saran yang dapat peneliti berikan untuk perbaikan pelaksanaan program pemberdayaan pasar (pemindahan pasar) adalah : 1. perlu adanya perbaikan dalam segi prosedur seperti adanya sosialisasi terhadap pengembang ataupun target sasaran sebelum kebijakan di putuskan sampain dengan dalam melaksanakan program agar program berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan

2. Perlu adanya perbaikan dalam hal sumberdaya baik sumberdaya manusia atau pelaksana maupun sumberdaya anggaran yang digunakan agar program berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diinginkan dan tepat waktu. Dalam hal ini seperti pekerja atau pelaksana program harus sesuai dengan apa yang diinginkan yaitu pekerja yang handal, serta anggaran yang sesuai dengan program yang akan dilaksanakan sehingga berjalan dengan tepat waktu

3. Perlu adanyan kesepakatan dan perjanjian yang pasti terhadap pihak pengambang, agar program berjalan sesuai dengan waktu yang ditetapkan dalam perjanjian. Sehingga program berjalan dengan baik sesuai yang diinginkan.


(5)

Dunn .W, (2003), Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta, Gajah Mada Universitas Press.

Islami, Irfan. 2003. Prinsip perinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara.Buni Aksa. jakarta

Moleong, Lexy J. 2013.Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Moleong, L. J. 2004 Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung :Remaja Rosdakarya

Nugroho, Riant.2012, Publik Policy. PT. Alex Media Kompotindo, Jakarta

Sunyoto, Danang. 2014, Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran. PT Buku Seru. yogyakarta

Widodo, Joko, Dr. M.S.( Cetakan Kedua, 2008 ). Analisis Kebijakan Publik(Konsep, Dan Aplikasi Proses Kebijakan Publik). Malang, Bayu media Publishing Winarno, Budi(2012). Kebijakan Publik (Teori, Proses an Studi Kasus) jakarta,

PT. Buku Seru

Sumber Lain :

Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur No. 9 Tahun 1013 Tentang Pembangunan Dan Pengelolaan Pasar

Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timr Tahun 2012 Tentang Perlindungan Pasar Tradisional

Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Serta Toko Moderen.


(6)

Sumber web:

http://capitalmarketblog.blogspot.com/2011/02/manfaat-tujuan-serta-peran-strategis.html diakses pada tanggal 21 mei 2014

http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-pasar-dan-jenis-jenis-pasar.html diakses pada tanggal 21 mei 2014

http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-pasar-dan-jenis-jenis-pasar.html diakses pada tanggal 21 mei 2014