EFEKTIFITAS PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) DI KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

(1)

DEVELOPMENT ( MUSRENBANG) IN DISTRICT OF SUKADANA SUB-PROVINCE EAST LAMPUNG

By

BENDI JUANTARA

Execution on Deliberation Planning of Development ( Musrenbang) in District of Sukadana are relied on Codes Number 25 year 2004 about system of national planning, Codes Number 32 year 2004 about local government and Regulation of Government Number 8 year 2008 about step, compilation procedures, evaluation and operation execution of plan development of area. According to result of interview have done by writer on 15 Juli 2010 to excecutor element of district musrenbang, revealed that the implementation musrenbang not fully attended by all stakeholders, either from non-governmental organizations, as well as the legislative body. Yet according to the conditions set should be representative of the institution shall be present and involved in organizing musrenbang. This Formula research internal issue is How effectiveness in execution of Musrenbang in district of Sukadana Sub-Province East Lampung. Intention of this research is to know execution effectiveness of Musrenbang in District of Sukadana Sub-Province East Lampung.


(2)

informants, and data is written., data collecting technique through circumstantial interview, and documentation. Data-Processing technique that used is interpretation and editing. Technique analyse data use data discount, presentation of data verification and data by relate at Laws, Regulation of Government, guidance of Musrenbang management and also literature support.

Based on the analysis conducted can be seen that the implementation of the District Sukadana musrenbang implemented effectively. In terms of data availability around the readiness of the implementation of district musrenbang Sukadana of place, schedule, participants, data on the status of the development of regional planning is a priority districts and proposals which had previously been discussed at the time of execution musrenbang villages fully been available in accordance with the guidelines implementation musrenbang. In terms of preparation musrenbang has established a coordinating team in charge of organizing the delivery of information from both musrenbang until coordination with the village planning team. In terms of implementation musrenbang been through a series of discussions and agreed on the priority scale of the proposed joint district.


(3)

PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) DI KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Oleh

BENDI JUANTARA

Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di Kecamatan Sukadana didasarkan pada Undang-Undang No 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan nasional, Undang-Undang No 32 tentang pemerintahan daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah. Menurut hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 15 Juli 2010 kepada unsur penyelenggara musrenbang kecamatan mengungkapkan bahwa pelaksanaan musrenbang belum sepenuhnya dihadiri oleh seluruh stakeholder, baik dari lembaga swadaya masyarakat, maupun lembaga legislatif. Padahal berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan seharusnya perwakilan lembaga tersebut wajib hadir dan terlibat didalam penyelenggaraan musrenbang. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana efektifitas pelaksanaan Musrenbang di Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan Musrenbang di Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur.


(4)

langsung dengan informan, dan data tertulis. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, dan dokumentasi. Teknik pengolahan data yang digunakan adalah editing dan interpretasi. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data dan verifikasi data dengan mengacu pada Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, serta pedoman penyelenggaraan Musrenbang.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pelaksanaan musrenbang di Kecamatan Sukadana terlaksana secara efektif. Dari sisi ketersediaan data seputar kesiapan pelaksanaan musrenbang kecamatan Sukadana dari tempat, jadwal, peserta, data tentang status perkembangan perencanaan daerah yang menjadi prioritas kecamatan dan usulan-usulan yang sebelumnya telah di bahas pada saat pelaksanaan musrenbang desa sepenuhnya sudah tersedia sesuai dengan pedoman penyelenggaraan musrenbang. Sedangkan dari sisi persiapan musrenbang telah dibentuk tim penyelenggara yang yang bertugas menyelenggarakan musrenbang baik dari penyampaian informasi musrenbang hingga koordinasi dengan tim perencana desa. Dari sisi pelaksanaan musrenbang telah melalui serangkaian pembahasan dan menyepakati bersama skala prioritas usulan kecamatan.


(5)

(Skripsi)

Oleh Bendi Juantara

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2010


(6)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Efektifitas

Dalam konsep efektifitas yang merupakan suatu konsep yang merupakan suatu konsep yang bersifat multidimensional, maka makna yang di ungkapkan sering berbeda, walaupun pada akhirnya tujuan dari efektifitas itu adalah pencapaian tujuan.

Beberapa ahli berpendapat tentang efektifitas seperti miller mengungkapkan bahwa:

effectivenes be define as the degree to wich a social system achieve its goals. Effectiveness must be distinguished from efficiency. Effeciency is meanly concerned with goal attainments. ( efektifitas dimaksud sebagai tingkatan seberapa jauh suatu sistem sosial mencapai tujuannya. Efektifitas harus dibedakan dengan efisiensi. Efisiensi terutama mengandung pengertian perbandingan antara biaya dan hasil sedangkan efektifitas secara langsung dihubungkan dengan pencapaian suatu tujuan)”.(Kristina Mellyza, 2000:12)

Sedangkan menurut drucker menyatakan ”doing the right things is more important than doing the thing right” kemudian dijelaskan pula bahwa:

”effectiveness is to do the right things, while efficiency is to do the thing right”.(Efektifitas adalah melakukan hal yang benar, sedangkan efisiensi adalah melakukan hal secara benar) atau juga ”effectivieness means how far we achive the goal and efficiency means how do we mix various resources properly”(efektifitas berarti sejauh mana kita mencapai sasaran dan efisiensi berarti bagaimana kita mencampur sumberdaya secara cermat)”. (Kristina Mellyza, 2000:13)


(7)

Menurut S, Wiharno (1992:38) pengertian efektifitas adalah keadaan yang menunjukkan sejauh mana apa yang direncanakan/diinginkan dapat terlaksana/tercapai.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa efektifitas merupakan suatu tujuan terhadap sasaran yang benar-benar hendak dicapai. Jadi, efektifitas adalah suatu ukuran keberhasilan dalam mencapai tujuan. Tinjauan efektifitas dilihat dari pendekatan tujuan, menekankan akan pentingnya pencapaian tujuan sebagai kriteria penilaian keefektifan. Maka dalam penelitian ini penulis akan mengkaji tentang efektifitas pelaksanaan musyawarah Perencanaan pembangunan (musrenbang) tingkat kecamatan, yakni apakah kecamatan dalam pelaksanaan musrenbang telah sesuai dengan tujuan dari pelaksanaan musrenbang tingkat daerah maupun pusat atau kerangka acuan perundang-undangan.

B. Tinjauan Tentang Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang)

1. Definisi Perencanaan Pembangunan

Menurut Albert Waterston dalam Tjokroamidjojo (1990 : 12) menyebutkan perencanaan pembangunan adalah melihat kedepan dengan mengambil pilihan berbagai alternatif dari kegiatan untuk mencapai masa depan tersebut dengan terus mengikuti agar supaya pelaksanaan tidak menyimpang dari tujuan.


(8)

Secara umum, unsur-unsur pokok dalam perencanaan pembangunan terdiri dari enam unsur, yaitu sebagai berikut:

1. Adanya kebijaksanaan dasar atau strategi dasar rencana pembangunan yang sering pula disebut tujuan, arah, dan prioritas pembangunan. Pada unsur ini perlu ditetapkan tujuan-tujuan rencana;

2. Adanya kerangka rencana yang menunjukkan hubungan variabel-variabel dalam pembangunan dan implikasinya;

3. Adanya perkiraan sumber-sumber pembangunan terutama pembiayaan;

4. Adanya kebijaksanaan yang konsisten dan serasi, seperti kebijaksanaan fiskal, moneter, anggaran, sektoral, dan pembangunan daerah;

5. Adanya program investasi yang dilakukan secara sektoral, seperti pertanian, industri, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain; dan

6. Adanya administrasi pembangunan yang mendukung perencanaan dan pelaksanaan pembangunan

Ciri suatu perencanaan pembangunan yang bersifat usaha pencapaian tujuan-tujuan pembangunan biasanya berkait pula dengan peranan pemerintah sebagai pendorong pembangunan Ciri-ciri perencanaan pembangunan menurut Tjokroamidjojo (1990: 49) diuraikan sebagai berikut :

1. Suatu perencanaan pembangunan adalah usaha yang diceminkan dalam rencana untuk mencapai perkembangan sosial ekonomi yang


(9)

tetap (steady social economy growth). Hal ini dicerminkan oleh dalam usaha peningkatan produksi nasional, berupa tingkat laju pertumbuhan ekonomi yang positif.

2. Usaha yang dicerminkan dalam rencana meningkatkan pendapatan perkapita. Laju petumbuhan ekonomi yang positif, yaitu setelah dikurangi dengan laju pertumbuhan penduduk menunjukkan pula kenaikan pendapatan per kapita.

3. Usaha mengadakan perubahan struktur ekonomi yang mendorong peningkatan struktur ekonomi agraris menuju struktur industri. 4. Adanya perluasan kesempatan kerja.

5. Adanya pemerataan pembangunan yang meliputi pemerataan pendapatan dan pembangunan antara daerah.

6. Adanya usaha pembinaan lembaga ekonomi masyarakat yang lebih menunjang kegiatan pembangunan.

7. Upaya membangun secara bertahap dengan berdasar kemampuan sendiri/nasional.

8. Usaha terus menerus menjaga stabilitas ekonomi.

Menurut Koiruddin (2005:151-152) ada beberapa hal yang perlu diketahui sebelum memulai perencanaan pembangunan, yakni sebagai berikut:

1. Permasalahan yang dihadapi sangat terkait dengan faktor ketersediaan sumber daya yang ada;


(10)

3. Kebijakan dan cara mencapai tujuan maupun sasaran berdasarkan alternatif yang di pandang paling baik;

4. Penjabaran dalam program-program atau kegiatan yang kongkrit; 5. Jangka waktu pencapaian, yang harus memperhatikan hal-hal

sebagai berikut: (a) adanya koordinasi antara berbagai pihak, (b) adanya konsistensi dengan variabel sosial ekonomi, (c) adanya penetapan skala prioritas.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Perencanaan Pembangunan dalam bidang apapun, pada hakikatnya menghendaki terjadinya keseimbangan yang tercermin dalam konsep pemerataan. Oleh sebab itu Musrenbang dapat dijadikan wadah yang tepat untuk mengembangkan usaha perencanaan pembangunan, membangun sinergi antar seluruh stakeholder dalam memecahkan masalah dan mencari

alternatif-alternatif pembangunan yang lebih baik.

2. Definisi Perencanaan Partisipatif

Menurut Alexander Abe (2002:81) menyebutkan bahwa perencanaan partisipatif adalah perencanaan yang dalam tujuannya melibatkan kepentingan rakyat, dan dalam prosesnya melibatkan rakyat (baik secara langsung maupun tidak langsung).

Suatu perencanaan yang ingin “melibatkan kepentingan” masyarakat tentu saja harus berjuang untuk mengangkat yang tersimpan dibawah permukaan dan menggalinya secara seksama, serta merumuskan dengan tepat, agar tidak menyimpang dari apa yang diinginkan. Artinya bahwa


(11)

menggerakkan sebuah perencanaan partisipatif membutuhkan prakondisi untuk maksud mentransformasikan kapasitas kesadaran dan keterampilan masyarakat, sehingga bisa keluar dari tradisi bisu dan menyembunyikan maksud dibawah permukaan. Selama hal ini berlangsung, maka partisipasi hanya akan terlihat sebagai formalitas partisipatif, sedangkan realitas sesungguhnya adalah hegemoni dan manipulasi. (alexander abe (2002:83)

Menurut alexander abe dijelaskan pula bahwa:

Prinsip dalam melibatkan masyarakat secara langsung adalah bahwa apa yang disebut dengan “melibatkan kepentingan masyarakat” hanya mungkin dicapai jika masyarakat sendiri ikut ambil bagian sejak dari awal, proses dan perumusan hasil. Keterlibatan rakyat akan menjadi penjamin bagi suatu proses yang baik dan benar. Namun demikian, hal ini mengasumsikan bahwa masyarakat telah “terlatih “ secara baik. Tanpa adanya pra kondisi, dalam arti mengembangkan pendidikan politik, maka keterlibatan rakyat secara langsung tidak akan memberi banyak arti.(2002:84)

Menurut Conyers dalam Hendri U.S (2010:42) mengungkapkan tiga pandangan untuk memperkuat kesimpulan tentang pentingnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan, yaitu pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat paling efektif guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal.

Kedua, masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaanya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk


(12)

proyek tersebut dan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek yang bersangkutan.

Ketiga, tumbuh dan kembangnya anggapan bahwa keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan adalah merupakan suatu hak demokrasi bagi masyarakat. Masyarakat merasa mempunyai untuk ikut urun rembug dalam menentukan jenis pembangunan yang akan dilaksanakan di daerah mereka sendiri.

Ada dua bentuk perencanaan partisipatif yang ditawarkan oleh Alexander Abe yakni: pertama , perencanaan yang langsung disusun bersama rakyat. Perencanaan model ini, adalah suatu proses dimana masyarakat bisa langsung ikut ambil bagian. Untuk mengorganisasi model ini perlu diperhatikan prinsip dasar yang penting dikembangkan, yakni:

1. Dalam perencanaan bersama rakyat, yang melibatkan banyak orang, maka harus dipastikan bahwa diantara para peserta memiliki rasa saling percaya, saling mengenal dan saling bisa bekerja sama. Sebab yang hendak disusun adalah suatu rencana aksi bersama, dengan demikian sejak awal perlu mempunyai dukungan nyata. Saling percaya dibutuhkan agar dalam proses bisa berjalan dengan jujur dan terbuka, tidak merupakan ajang siasat. 2. Agar semua orang bisa berbicara dan mengemukakan

pandangannya secara fair dan bebas, maka diantara peserta tidak boleh ada yang lebih tinggi dalam kedudukan. Kesetaraan menjadi


(13)

penting agar semua pihak bisa mengaktualisasikan pikiran secara sehat dan tidak mengalami hambatan. Jikapun ada pemandu dalam proses, maka pemandu harus benar-benar berposisi sebagai “pemandu” dan bukan narasumber, yang pada akhirnya bisa membangun suasana asimetri.

3. Perencanaan bersama rakyat harus bermakna bahwa rakyat (peserta perumusan) bisa menyepakati hasil yang diperoleh, baik saat itu ataupun setelahnya. Harus dihindari praktek perang intelektual, dimana mereka yang berkelebihan informasi mengalahkan mereka yang miskin informasi secara tidak sehat. Karena itulah, setiap tahap proses harus dilalui dengan berpegangan pada prinsip demokrasi dan etika. Keputusan yang diambil harus merupakan keputusan bersama, dan bukan hasil rekayasa satu kelompok. Untuk bisa menghasilkan keputusan bersama, dibutuhkan pembahasan yang mendalam, sehingga masing-masing pihak benar- benar bisa paham sebelum keputusan diambil.

4. Suatu keputusan yang baik, tentu tidak boleh didasarkan pada kebohongan. Prinsip ini hendak menekankan pentingnya kejujuran dalam penyampaian informasi, khususnya persoalan yang sedang dihadapi.

5. Berproses dengan berdasarkan pada fakta, dengan sendirinya menuntut cara berfikir yang obyektif agar para peserta bisa berproses dengan menggunakan kesepakatan-kesepakatan yang sudah ditetapkan dan tidak berpindah-pindah dalam menggunakan


(14)

pijakan. Masalah ini masih merupakan tantangan, justru dengan proses inilah diharapkan bisa diperoleh pelajaran bagi rakyat agar lebih terlatih dalam berpikir obyektif.

6. Prinsip partisipasi hanya akan mungkin terwujud secara sehat, jika apa yang dibahas merupakan hal yang dekat dengan kehidupan keseharian masyarakat. Kebutuhan ini mensyaratkan adanya orientasi khusus dari perencanaan, yakni berfokus kepada masalah-masalah masyarakat.

Kedua, perencanaan perwakilan, perencanaan model ini disusun tidak secara langsung melibatkan masyarakat, terutama perencanaan yang disusun oleh pemerintah, dengan pertimbangan dari parlemen. Untuk itu dari pihak masyarakat perlu melaukukan dua hal:

1. Mengorganisir perencanaan setempat agar mulai merumuskan apa yang mereka butuhkan , dan apa yang sebaiknya dikerjakan oleh pemerintah. Pengorganisasian diperlukan, agar kepentingan yang banyak bisa diakomodasi. Intinya masyarakat harus mulai mengusahakan rumusan aspirasi, yang pada nantinya diperjuangkan, atau diusahakan untuk dinegosiasikan dengan pihak pemeritah; 2. Melakukan tekanan sistematik pada parlemen dan eksekutif,

sedemikian rupa sehingga apa yang disusun oleh elit, merupakan apa yang diinginkan rakyat.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa suatu perencanaan partisipatif yang melibatkan seluruh warga masyarakat dalam


(15)

pembangunan, merupakan metode atau cara perencanaan yang memfungsikan kelembagaan masyarakat secara nyata di dalam menyusun perencanaan pembangunan. Dengan cara ini diharapkan masyarakat mampu melaksanakan, memelihara, dan menindak-lanjuti hasil-hasil pembangunan. Salah satu bentuk keterlibatan masyarakat dapat dilihat dari pelaksanaan musrenbang.

3. Definisi Musrenbang Tingkat Kecamatan a. Peranan Dan Kedudukan Musrenbang

Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050-187/Kep/Bangda/2007 tentang pedoman penilaian dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) menyebutkan bahwa musrenbang kecamatan adalah forum musyawarah stakeholder kecamatan untuk mendapatkan masukan prioritas kegiatan dari desa/kelurahan serta menyepakati kegiatan lintas desa/ kelurahan di kecamatan tersebut sebagai dasar penyusunan rencana kerja satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota pada tahun berikutnya.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah pada pasal 20 ayat 1, menjelaskan bahwa musrenbang kecamatan merupakan bagian dari rangkaian kegiatan musrenbang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). Hal ini dapat dilihat pada pasal 18 ayat (4) yang menyebutkan “musrenbang


(16)

RKPD kabupaten/kota dilaksanakan untuk keterpaduan rancangan kerja antar- SKPD dan antar-rencana pembangunan kecamatan”.

Selain itu peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2008 tentang Kecamatan, pasal 29 ayat (1) menyebutkan,“dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan di kecamatan, di susun perencanaan pembangunan sebagai kelanjutan dari hasil musyawarah perencanaan pembangunan desa/kelurahan”.

b. Tujuan dan Keluaran Musrenbang Kecamatan

Menurut Surat Edaran Bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri Dalam Negeri nomor 0008/M.PPN/01/2007 tentang Petunjuk 050/264 A/SJ Teknis Penyelenggaraan Musrenbang Tahun 2007. Penyelenggaraan Musrenbang Kecamatan Bertujuan untuk:

1. Membahas dan menyepakati hasil-hasil Musrenbang dari tingkat desa/kelurahan yang akan menjadi kegiatan prioritas pembangunan di wilayah kecamatan yang bersangkutan;

2. Membahas dan menetapkan kegiatan prioritas pembangunan di tingkat kecamatan yang belum tercakup dalam prioritas kegiatan pembangunan desa/kelurahan.

3. Melakukan klasifikasi atas kegiatan prioritas pembangunan kecamatan sesuai dengan fungsi-fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota.


(17)

Keluaran yang dihasilkan dari Musrenbang Kecamatan adalah:

1. Dokumen Rencana Kerja (Renja) Kecamatan yang akan dibiayai melalui anggaran kecamatan yang bersumber dari APBD Kabupaten/Kota pada tahun berikutnya.

2. Daftar kegiatan Prioritas yang akan dilaksanakan melalui SKPD atau Gabungan SKPD.

3. Daftar nama delegasi kecamatan untuk mengikuti Forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten/kota.

4. Berita Acara Musrenbang Tahunan Kecamatan.

c. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Musrenbang

Menurut Keputusan Mentri Dalam Negeri Nomor : 050-187/Kep/Bangda/2007 Tentang Pedoman Penilaian Dan Evaluasi Pelaksanaan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Sebagai bagian penting dari proses perencanaan partisipatif, maka musrenbang perlu memiliki karakter sebagai berikut:

a. Merupakan ‘demand driven process’ artinya aspirasi dan kebutuhan peserta musrenbang berperanan besar dalam menentukan keluaran hasil musrenbang;

b. Bersifat inklusif artinya musrenbang melibatkan dan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua stakeholdersuntuk menyampaikan masalahnya, mengidentifikasi posisinya,


(18)

mengemukakan pandangannya, menentukan peranan dan kontribusinya dalam pencapaian hasil musrenbang;

c. Merupakan proses berkelanjutan artinya merupakan bagian integral dari proses penyusunan rencana daerah (RKPD);

d. Bersifat ‘strategic thinking process’ artinya proses pembahasan dalam musrenbang distrukturkan, dipandu, dan difasilitasi mengikuti alur pemikiran strategis untuk menghasilkan keluaran nyata; menstimulasi diskusi yang bebas dan fokus, dimana solusi terhadap permasalahan dihasilkan dari proses diskusi dan negosiasi;

e. Bersifat partisipatif dimana hasil merupakan kesepakatan kolektif peserta musrenbang;

f. Mengutamakan kerjasama dan menguatkan pemahaman atas issu dan permasalahan pembangunan daerah dan mengembangkan konsensus;

g. Bersifat resolusi konflik artinya mendorong pemahaman lebih baik dari peserta tentang perspektif dan toleransi atas kepentingan yang berbeda; menfasilitasi landasan bersama dan mengembangkan kemauan untuk menemukan solusi permasalahan yang menguntungkan semua pihak(mutually acceptable solutions).

Didalam Musrenbang kecamatan juga memiliki prinsip- prinsip yang harus di pegang oleh seluruh pihak yang terlibat dalam pelaksanaan musrenbang kecamatan, prinsip-prinsip ini nantinya akan menjadikan forum musyawarah pengambilan keputusan bersama dalam rangka


(19)

menyusun program kegiatan pembangunan tingkat kecamatan berjalan dengan baik. Prinsip-prinsip tersebut adalah :

1. Prinsip kesetaraan, peserta musyawarah adalah kelompok masyarakat ditingkat kecamatan dengan hak yang setara untuk menyampaikan pendapat, berbicara, dan dihargai meskipun terjadi perbedaan pendapat. Sebaliknya, juga memiliki kewajiban yang setara untuk mendengarkan pandangan orang lain, menghargai perbedaan pendapat dan juga menjunjung tinggi hasil keputusan bersama. Prinsip musyawarah dialogis, peserta musrenbang kecamatan memiliki keberagaman tingkat pendidikan, latar belakang, kelompo usia, jenis kelamin, status sosial-ekonomi, dan sebagainya. Perbedaan dan berbagai sudut pandang tersebut diharapkan menghasilkan keputusan terbaik bagi kepentingan masyarakat banyak di atas kepentingan individu atau golongan.

2. Prinsip keberpihakan, dalam proses musyawarah, dilakukan upaya untuk mendorong individu dan kelompok yang paling “diam” untuk menyampaikan aspirasi dan pendapatnya, terutama kelompok miskin, perempuan dan generasi muda.

3. Prinsip anti dominasi, dalam musyawarah, tidak boleh ada individu/kelompok yang mendominasi sehingga keputusan-keputusan yang dibuat tidak lagi melalui proses musyawarah semua komponen masyarakat secara seimbang.


(20)

d. Syarat Keberhasilan Musrenbang

Sebagai bagian penting dari proses perencanaan partisipatif, keberhasilan musrenbang sangat ditentukan oleh pelaku, materi, dan proses yang terkait musrenbang itu sendiri. Secara lebih terinci faktor-faktor tersebut menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor : 050-187/Kep/Bangda/2007 Tentang Pedoman Penilaian Dan Evaluasi Pelaksanaan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (musrenbang) adalah sebagai berikut:

1. Kesiapan dan Keterlibatan Pelaku a. Komitmen Politik Pemerintah Daerah

Adanya komitmen politik yang tinggi dari Pimpinan Daerah dan alokasi anggaran APBD yang memadai untuk penyelenggaraan musrenbang merupakan faktor yang terpenting untuk keberhasilan musrenbang.

b. Kompetensi Penyelenggara Musrenbang

Penyelenggara musrenbang harus lembaga pemerintah daerah yang kredibel dan mempunyai kewenangan dan otoritas untuk mengambil keputusan.

c. Kompetensi fasilitator

Fasilitator yang ditugaskan untuk menfasilitasi musrenbang ini harus memiliki keterampilan organisasi, analisis, dan berwawasan luas serta supel. Kriteria umum fasilitator mesti mempunyai pemahaman dan pengetahuan tentang kerangka


(21)

berfikir strategis, pengalaman menfasilitasi perencanaan strategis; mengetahui metoda dan teknik partisipatif; memahami karakter daerah; memiliki kesabaran, sikap berorientasi pada hasil, kejujuran dan punya integritas; terbuka, percaya diri dan mampu menangani penolakan; berani mengambil resiko; akomodatif, bertanggung jawab, luwes dan responsif serta terpenting mempunyai kepercayaan bahwa perencanaan partisipatif (keterlibatan aktif stakeholders dalam pengambilan keputusan perencanaan) dapat membawa perubahan yang mendasar pada kesejahteraan masyarakat.

d. Stakeholdersyang dilibatkan

Stakeholders yang dilibatkan dalam konsultasi perlu inklusif, yaitu stakeholders yang terpengaruh langsung oleh isu dan permasalahan pembangunan daerah; lembaga-lembaga yang mempunyai kewenangan atau otoritas atas isu yang dibahas dan perwakilan masyarakat umum. Stakeholders mencerminkan kepedulian (interests) pada fungsi-fungsi pemerintahan daerah; stakeholders perlu diidentifikasi dan dianalisis tingkat kepentingannya terhadap isu pembangunan daerah yang dibahas (dari segi kontribusi informasi, sumber daya ataupun keahlian menurut fungsi-fungsi pemerintahan daerah).


(22)

e. Keterlibatan DPRD

Keterlibatan DPRD dalam musrenbang adalah sangat penting, karena banyak pengambilan keputusan perencanaan dan penganggaran yang dilakukan oleh DPRD, sehingga tanpa keterlibatan DPRD sukar dipastikan apakah hasil musrenbang ini mendapatkan dukungan sepenuhnya dari DPRD. Adalah diharapkan bahwa DPRD dapat menyampaikan pokok-pokok pikirannya dalam penyusunan RKPD (sebagai hasil reses dan penjaringan aspirasi masyarakat yang dilakukannya di daerah pemilihannya).

f. Media informasi yang digunakan

Adalah informasi yang perlu disediakan untuk mendukung penyelenggaraan musrenbang. Informasi ini harus disampaikan jauh sebelum waktu pelaksanaan musrenbang, sehingga memungkinkan stakeholders mempelajari dan menguasai permasalahan yang perlu dibahas. Penyajian informasi harus ringkas dan mudah dipahami serta sesuai dengan tingkat pengetahuan stakeholders, sedapat mungkin dilengkapi bentu visual dan tabel sederhana.

2. Kesiapan Informasi dan Instrumen

g. Informasi yang disediakan untuk peserta

Adalah informasi yang perlu disediakan untuk mendukung penyelenggaraan musrenbang. Informasi ini harus disampaikan


(23)

jauh sebelum waktu pelaksanaan musrenbang agar stakeholder dapat mempelajari dan merencanakan pertanyaan yang perlu diajukan; informasi mesti sedemikian rupa sehingga mudah dipahami dan sesuai dengan tingkat pengetahuan stakeholders. Informasi juga sejauh mungkin berbentuk visual sehingga mudah dipahami.

h. Tools atau instrumen yang digunakan

Ini berkaitan dengan alat, instrumen, atau format yang digunakan untuk menyerap dan menganalisis aspirasi, pendapat stakeholders.

i. Penjelasan tujuan penyelenggaraan musrenbang

Tujuan musrenbang perlu dipahami secara jelas oleh peserta musrenbang. Perlu dijelaskan kesepakatan yang akan dituju dan bagaimana proses mencapainya. Perlu juga diberitahukan batasan-batasan yang ada atau harus diikuti oleh Pemerintah Daerah untuk menampung aspirasi; sehingga tidak semua aspirasi dan kebutuhan peserta dapat ditampung dalam RKPD. Penjelasan ini perlu disajikan dalam panduan pelaksanaan Musrenbang.

j. Alur dan kerangka strategis pembahasan

Adalah alur pembahasan mengikuti proses pemikiran strategis (seperti identifikasi isu, perumusan tujuan, strategi, kebijakan,


(24)

perumusan program dsb). Alur tersebut harus terlihat dalam penyajian materi yang akan dibahas.

3. Pengorganisasian Alur Proses Musrenbang k. Proses-proses musyawarah sebelumnya

Kegiatan musyawarah perencanaan pembangunan pada tahapan sebelumnya, yaitu Musrenbang Desa/kelurahan, Musrenbang Kecamatan dan Forum SKPD Kabupaten/kota sangat berpengaruh terhadap keberhasilan musrenbang RKPD, mengingat proses yang dibangun dengan pendekatan “bottom-up”dan “top down”yang menjamin seluruh kepentingan dapat dipertemukan untuk mencapai kesepakatan.

l. Waktu pelaksanaan musrenbang

Lama waktu musrenbang sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup dan skala issue, permasalahan yang akan dibahas; sebaiknya ada waktu (kesempatan) yang cukup untuk mempelajari, merumuskan pendapat dan mencapai suatu kesepakatan.

m. Metode penyelenggaraan

Musrenbang perlu memenuhi persyaratan penyelenggaraan Konsultasi Publik, focus group discussions (FGD), lokakarya.


(25)

n. Strategi pelaksanaan musrenbang

Ini berkaitan dengan bagaimana proses pembahasan akan dilakukan untuk mencapai tujuan (kesepakatan); pembagian kelompok kerja yang sesuai dengan latar belakang dan kepedulian peserta sehingga mencerminkan ’demand driven’ proses dan alur perencanaan strategis.

o. Agenda pembahasan yang efisien dan efektif

Adalah pengaturan organisasi dan jadwal kegiatan konsultasi menurut hari, jam, kegiatan dan penanggung jawab kegiatan serta keluaran tiap-tiap kegiatan.

4. Dokumentasi dan Tindak Lanjut Hasil Musrenbang p. Rekaman proses dinamika pembahasan musrenbang

Rekaman proses pelaksanaan konsultasi merupakan analisis dari aspek-aspek penting pembahasan musrenbang seperti bagaimana dinamika pembahasan, keaktifan kelompok kerja, proses mencapai kesepakatan, notulen hasil konsultasi. Rekaman harus dibuat selengkap mungkin. Untuk ini perlu ditugaskan personil khusus yang menangani perekaman proses pelaksanaan musrenbang.

q. Naskah kesepakatan musrenbang yang sistematis

Adalah naskah kesepakatan (atau rekomendasi) yang dibuat pada akhir musrenbang berisikan secara garis besar butir-butir kesepakatan yang dicapai, siapa yang akan melaksanakan


(26)

kesepakatan, komitmen, sumber daya dan dana serta waktu diperlukan untuk melaksanakan kesepakatan; penanggun jawab implementasi kesepakatan; mekanisme pemantauan dan evaluasi; penandatanganan naskah kesepakatan oleh stakeholdersyang hadir.

r. Pelaporan hasil musrenbang

Laporan hasil musrenbang harus dibuat dan disampaikan kepada semua peserta musrenbang; mencantumkan secara jelas perubahan yang telah dilakukan (apabila ada) sebagai hasil kesepakatan musrenbang.

e. Proses Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang)

Menurut Surat Edaran Bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri Dalam Negeri nomor 0008/M.PPN/01/2007 tentang Petunjuk 050/264 A/SJ Teknis Penyelenggaraan Musrenbang Tahun 2007. Musrenbang dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat Dusun sampai tingkat Pusat. Dari hasil Musrenbang Dusun, dimusyawarahkan ditingkat Desa, untuk disusun menurut skala prioritas rencana pembangunan yang telah mendesak dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Prioritas pembangunan tersebut adalah sebagai berikut: Masalah Pengentasan Kemiskinan, Masalah Kesehatan, Masalah Pendidikan, Masalah Pertanian, Masalah


(27)

Kerajinan/ Industri Kecil, Masalah Pasar Tradisional. Musrenbang Desa bertujuan untuk:

1. Menampung dan menetapkan prioritas kebutuhan masyarakat yang diperoleh dari musyawarah perencanaan pada tingkat di bawah desa/keluarahan;

2. Menetapkan prioritas kegiatan desa yang dibiayai melalui alokasi dana desa baik yang bersumber dari APBD maupun Non APBD; 3. Menetapkan prioritas kegiatan yang akan diajukan dalam

Musrenbang Kecamatan.

Ada beberapa hasil yang diharapkan dalam Musrenbang Desa ini antara lain adalah sebagai berikut:

• Diberikannya informasi perkiraan alokasi dana desa serta prioritas pembangunan daerah. Berangkat dari informasi ini peserta Musrenbang diharapkan dapat menyusun daftar kebutuhan pembangunan bukan daftar keinginan mengingat keterbatasan dana yang tersedia.Arah kebutuhan pembangunan juga terpandu oleh Prioratas Pembangunan Daerah, sehingga sejak awal sudah terjadi sinkronisasi arah pembangunan;

• Adanya pemisahan kegiatan yang akan dibiayai sendiri oleh Desa dan yang akan diajukan dalam Musrenbang Kecamatan. Di sini dibuka lebar partisipasi masyarakat untuk mendanai kebutuhan pembangunan Desa yang penting dan mendesak namun Alokasi Dana Desa yang disediakan Pemerintah tidak mencukupi;


(28)

• Penetapan Delegasi Desa ke Musrenbang Kecamatan sebanyak 3 – 5 orang yang diantaranya ada wakil perempuan. Merekalah wakil Desa yang akan memperjuangkan hasil Musrenbang Desa, yang telah diformulasi dalam Dokumen Rencana Kerja Pembangunan Desa. Keterwakilan perempuan dikokohkan dalam petunjuk teknis ini.

Proses Musrenbang Desa dilanjutkan dalam Musrenbang Kecamatan yang dihadiri oleh Delegasi Desa, LSM tingkat kecamatan,wakil Satuan Kerja Perangkat Daerah ( SKPD ) tingkat kecamatan, dan pejabat-pejabat tingkat kecamatan. Tahapan pelaksanaan Musrenbang Kecamatan terdiri dari:

1. Tahap Persiapan:

a. Camat menetapkan Tim Penyelenggara Musrenbang Kecamatan. b. Tim Penyelenggara melakukan hal-hal sebagai berikut:

a) mengkompilasi kegiatan prioritas pembangunan dari masing-masing desa/kelurahan berdasarkan fungsi SKPD yang menjadi tanggungjawab SKPD.

b) menyusun jadual dan agenda Musrenbang Kecamatan.

c) mengumumkan secara terbuka tentang jadual, agenda, dan tempatnMusrenbang Kecamatan minimal 7 (tujuh) hari sebelum kegiatan dilakukan, agar peserta bisa menyiapkan diri dan segera melakukan pendaftaran dan atau diundang.


(29)

d) membuka pendaftaran dan atau mengundang calon peserta Musrenbang Kecamatan, baik wakil dari desa/kelurahan maupun dari kelompok-kelompok masyarakat.

e) menyiapkan tempat, peralatan dan bahan/materi serta notulen untuk Musrenbang Kecamatan.

2. Tahap Pelaksanaan:

a. Pendaftaran peserta Musrenbang Kecamatan.

b. Pemaparan Camat mengenai masalah-masalah utama kecamatan, seperti kemiskinan, pendidikan, kesehatan, prasarana dan pengangguran.

c. Pemaparan Kepala-kepala Cabang SKPD setempat atau Pejabat SKPD kabupaten/kota mengenai rancangan Rencana Kerja SKPD di tingkat kecamatan yang bersangkutan beserta strategi dan besaran plafon dananya.

d. Pemaparan Tim Penyelenggara Musrenbang Kecamatan tentang masalah utama dan kegiatan prioritas dari masing-masing desa/kelurahan menurut fungsi/SKPD.

e. Verifikasi oleh delegasi desa/kelurahan untuk memastikan semua kegiatan prioritas yang diusulkan oleh desa/kelurahan sudah tercantum menurut masing-masing SKPD.

f. Kesepakatan kriteria untuk menentukan kegiatan prioritas pembangunan kecamatan untuk masing-masing fungsi/SKPD atau gabungan SKPD.


(30)

g. Pembagian peserta Musrenbang ke dalam kelompok pembahasan berdasarkan jumlah fungsi/SKPD atau gabungan SKPD yang tercantum.

h. Kesepakatan kegiatan prioritas pembangunan kecamatan yang dianggap perlu oleh peserta Musrenbang namun belum diusulkan oleh desa/kelurahan (kegiatan lintasdesa/kelurahan yang belum diusulkan desa/kelurahan).

i. Kesepakatan kegiatan prioritas pembangunan kecamatan berdasarkan masing-masing fungsi/SKPD.

j. Pemaparan prioritas pembangunan kecamatan dari tiap-tiap kelompok fungsi/SKPD atau gabungan SKPD dihadapan seluruh peserta Musrenbang Kecamatan.

k. Pemilihan dan Penetapan daftar nama delegasi kecamatan (3-5 orang) untuk mengikuti Forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten/ Kota. Komposisi delegasi tersebut harus terdapat perwakilan perempuan.

Dari proses persiapan dan pelaksanaan tersebut menghasilkan usulan skala prioritas yang akan di perjuangkan pada musrenbang kabupaten. Proses musyawarah pembangunan ini berlanjut terus ke tingkat Kabupaten / Kota, Provinsi hingga akhirnya ke tingkat Nasional.


(31)

e. Komponen-Komponen Penilaian Atas Efektifitas Pelaksanaan Musrenbang Kecamatan

Untuk menentukan seberapa besar ketercapaian tujuan penyelenggaraan musrenbang, penulis menggunakan Tiga (3) komponen penyelenggaraan. Didalam komponen tersebut di perkuat dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 050-187/Kep/Bangda/2007 Tentang Pedoman Penilaian Dan Evaluasi Pelaksanaan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang ) di bawah ini yaitu :

1.Data Musrenbang

Bagian ini ditujukan untuk mendapatkan gambaran umum tentang kondisi kecamatan penyelenggara, status perkembangan perencanaan daerah yang menjadi prioritas kecamatan, pengorganisasian dan profil peserta musrenbang, terutama keikutsertaan kaum perempuan dan non governmentstakeholders.

2. Persiapan Musrenbang

Persiapan yang baik akan meningkatkan kualitas pelaksanaan dan hasil musrenbang. Sasaran yang harus dicapai dalam persiapan musrenbang adalah: (1) peserta telah diberitahu lebih awal akan adanya musrenbang; (2) peserta telah menerima bahan yang akan dibahas sehingga memungkinkan peserta mempunyai cukup waktu untuk memahami tentang maksud dan tujuan musrenbang kemudian mengkaji, menyiapkan komentar, saran dan usulan yang


(32)

terarah; (3) informasi yang disajikan sesederhana mungkin sehingga mudah dipahami oleh peserta yang terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan, pengalaman dan status sosial.

3. Pelaksanaan Musrenbang

Sasaran yang perlu dicapai dalam pelaksanaan musrenbang adalah; (1) kelengkapan dan kualitas informasi yang disampaikan kepada peserta, terutama tentang kejelasan isu dan permasalahan strategis yang dihadapi, prioritas program, kegiatan dan ketersediaan pendanaan; (2) adanya instrumen (format,checklist dsb) yang memudahkan peserta untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan; (3) kesesuaian pembahagian diskusi kelompok dengan pembagian fungsi pemerintahan daerah, tematik isu strategis yang dihadapi; (4) ketersediaan fasilitator yang independen dan kompeten untuk memandu jalannya diskusi untuk mencapai kesepakatan; (5) kualitas demokratisasi dan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan; (6) keterwakilan stakeholders; (7) keterlibatan DPRD; (8) narasumber menguasai materi yang disampaikan. (9) Rumusan kesepakatan akhir dan naskah kesepakatan musrenbang kecamatan.

C. Tinjuan Tentang Kegiatan-Kegiatan Perumusan Kebijakan

Didalam menentukan perumusan keputusan tanggung jawab untuk memilih antara alternatif program/kegiatan terletak pada perorangan (individual) yang mengambil keputusan atau dapat diambil oleh


(33)

beberapa orang bersama-sama (a group of individuals) bertindak sebagai anggota suatu kelompok.

Menurut Irfan Islamy (2001:92-93) perumusan usulan kebijaksanaan adalah kegiatan menyusun dan mengembangkan serangkaian tindakan yang perlu untuk memecahkan masalah. Yang termasuk kedalam kegiatan ini adalah:

a. Mengidentifikasikan alternatif

Sebelum pembuat kebijaksanaan merumuskan usulan kebijaksanaannya, maka terlebih dahulu harus melakukan identifikasi terhadap alternatif-alternatif untuk kepentingan pemecahan masalah tersebut.

b. Mengidentifikasikan dan merumuskan alternatif

Kegiatan mengidentifikasikan dan merumuskan alternatif ini bertujuan agar masing-masing alternatif yang telah dikumpulkan oleh pembuat kebijaksanaan itu nampak dengan jelas pengertiannya. Semakin jelas alternatif itu didefinisikan maka akan semakin mudah pembuat kebijaksanaan menilai dan mempertimbangkan aspek positif dan negatif dari masing-masing alternatif tersebut.

c. Menilai alternatif

Menilai alternatif adalah kegiatan pemberian bobot (harga) pada setiap alternatif, sehingga nampak dengan jelas bahwa setiap alternatif mempunyai nilai bobot kebaikan dan kekurangannya masing-masing. Dengan mengetahui bobot positif dan negatif dari masing-masing alternatif itu maka pembuat keputusan akan mengambil sikap untuk


(34)

menemukan alternatif mana yang lebih memungkinkan untuk dilaksanakan/atau yang dipakai. Penilaian alternatif didasarkan atas menguntungkan semua pihak.

d. Memilih alternatif yang memuaskan

Proses pemilihan alternatif yang memuaskan barulah dapat dilakukan setelah pembuat kebijaksanaan berhasil dalam melakukan penilaian terhadap alternatif-alternatif kebijaksanaan. Kegiatan memilih alternatif yang memuaskan tidak hanya didasarkan atas sifat rasional tapi juga non rasional. Ini mempunyai arti bahwa pembuat kebijaksanaan akan menilai alternatif-alternatif kebijaksanaan sebatas kemampuan rasionya dengan mengantisipasikan dampak positif dan negatifnya. Dalam menentukan pilihan juga tidak didasarkan atas kepentingan sipembuat kebijaksanaan tapi juga untuk kepentingan pihak-pihak yang akan memperoleh pengaruh, akibat dan konsekuensi dari pilihannya itu.

Dari kegiatan perumusan kebijaksanaan diatas dapat disimpulkan bahwa didalam suatu pembuatan keputusan tidak hanya didasarkan pada satu alternatif saja tapi dapat dicari bersama alternatif-alternatif baru untuk memecahkan masalah dan didiskusikan bersama secara berkelompok atau di dalam suatu forum. Berkorelasi dengan pelaksanaan musrenbang maka forum tersebut dapat dijadikan sebagai suatu media untuk menentukan alternatif pemecahan masalah secara bersama dengan didasarkan atas kemampuan/profesional seluruh peserta musrenbang baik dari masyarakat maupun dari pemerintah itu sendiri. Keputusan yang diambil nantinya harus


(35)

menyentuh atas pemecahan masalah-masalah yang akan dihadapi kedepan seperti pengetasan kemiskinan, pendidikan, kesehatan dan lain-lain tergantung dari masalah daerah masing-masing.

D. Tinjauan TentangGood Governance

Dalam menyongsong pemerintahan yang baik saat ini diindonesia maka pemaknaan tentanggood governancekini menjadi salah satu alternatif guna lebih memantabkan suatu pemerintahan yang lebih baik. Menurut Pandji Santosa (2008:xi) demi Terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance) dapat diwujudkan paling tidak meliputi : (1) Transparansi berarti pemberian jaminan bagi ketersediaan akses publik dan seluruh proses-proses pengambilan kebijakan pengelolaan pemerintahan.(2) Akuntabilitas merupakan suatu perwujudan kewajiban dari suatu institusi pemerintahan untuk mempertanngungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misinya. (3) Pemerintahan yang partisipatif dimaknai sebagai wujud pemerintahan yang berupaya mengakomodasi berbagai aspirasi yang muncul dimasyarakat dan melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan.

Menurut Institute On Governance (1996), sebagaimana yang dikutip Pandji Santosa (2008:132), untuk menciptakan good governance perlu di ciptakan hal-hal sebagai berikut:

1. Kerangka kerja tim (team work) antar organisasi, departemen, dan wilayah;


(36)

2. Hubungan kemitraan antara pemerintah dengan setiap unsur dalam masyarakat negara yang bersangkutan;

3. Pemahaman dan komitment terhadap manfaat dan arti pentingnya tanggung jawab bersama dan kerjasama dalam suatu keterpaduan serta sinergisme dalam pencapaian tujuan;

4. Adanya dukungan dan sistem imbalan yang memadai untuk mendorong terciptanya kemampuan dan keberanian menanggung resiko (risk taking) dan berinisiatif sepanjang hal ini secara realistik dapat dikembangkan;

5. Adanya pelayanan administrasi publik yang berorientasi pada masyarakat, mudah dijangkau masyarakat dan bersahabat, berdasarkan kepada asas pemerataan dan keadilan dalam suatu tindakan dan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, berfokus pada kepentingan masyarakat, bersikap profesional, dan tidak memihak (non partisipan).

Menurut UNDP (united nation development program ) dalam Yan Sofyan Yusup (2007:15-16) mengajukan karakteristik dari good governance, yaitu sebagai berikut:

1. Participation. Setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partisipasi seperti ini dibangunan atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif;


(37)

2. Rule of law. Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu, terutama hukum untuk hak asasi manusia;

3. Transparency. Transparansi di bangun atas dasar kebebasan arus informasi, proses-proses, lembaga-lembaga dan informasi secara langsung dapat diterima oleh mereka yang membutuhkan, informasi harus dapat dipahami dan dapat dimonitor;

4. Responsiveness. Lembaga-lembaga dan proses-proses harus mencoba untuk melayani setiapstakeholder;

5. Consensus orientation. Good governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pilihan-pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas baik dalam hal kebijakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur;

6. Equity. Semua warga negara, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kesempatan untuk dilibatkan dalam proses politik, tanpa ada yang dikesampingkan;

7. Effectiveness dan efficiency. Proses-proses dan lembaga-lembaga sebaik mungkin menghasilkan sesuai dengan apa yang digariskan dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia;

8. Accountability. Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan masyarakat (sivil society) bertanggung jawab kepada publik dan lembaga-lembaga stakeholders akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan yang dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan internal atau eksternal organisasi;


(38)

9. Strategic vision. Para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektifgood governance dan pengembangan manusia yang luas dan jauh kedepan sejalan dengan apa yang diperlukan untuk pembangunan.


(39)

C. Kerangka Pikir

Agar lebih memudahkan dalam penelitian ini, berikut adalah bagan kerangka pikir dari penelitian ini.

Gambar 1. Kerangka Pikir Efektifitas Pelaksanaan Musrenbang

Kecamatan Sukadana

Tujuan yang ingin dicapai Musrenbang Kecamatan adalah: 1. Membahas dan menyepakati hasil-hasil Musrenbang dari

tingkat

desa/kelurahan yang akan menjadi kegiatan prioritas pembangunan di wilayah kecamatan yang bersangkutan; 2. Membahas dan menetapkan kegiatan prioritas pembangunan

di tingkat kecamatan yang belum tercakup dalam prioritas kegiatan pembangunan desa/kelurahan.

3. Melakukan klasifikasi atas kegiatan prioritas pembangunan kecamatan sesuai dengan fungsi-fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota.

Hasil yang diharapkan dalam Musrenbang Kecamatan adalah: 1. Dokumen Rencana Kerja (Renja) Kecamatan yang akan

dibiayai melalui anggaran kecamatan yang bersumber dari APBD Kabupaten/Kota pada tahun berikutnya.

2. Daftar kegiatan Prioritas yang akan dilaksanakan melalui SKPD atau Gabungan SKPD.

3. Daftar nama delegasi kecamatan untuk mengikuti Forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten/kota.

4. Berita Acara Musrenbang Tahunan Kecamatan.

Efektif/Tidak Efektif

Tiga Komponen Penilaian: 1. Data Musrenbang 2. Persiapan Musrenbang 3. Pelaksanaan Musrenbang


(40)

Kerangka pikir dalam penelitian ini menjelaskan tentang tahapan mekanisme penyelenggaraan musrenbang tingkat kecamatan untuk melihat seberapa efektifkah musrenbang sebagai media perencanaan pembangunan daerah/nasional. Untuk mempermudah penulis melihat efektifitas dari pelaksanaan musrenbang kecamatan sukadana tersebut penulis menggunakan mekanisme penyelenggaraan musrenbang yang didasarkan dalam keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 050-187/kep/bangda/2007 tentang pedoman penilaian dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) yang meliputi 3 komponen penilaian yakni data musrenbang, persiapan musrenbang, dan pelaksanaan musrenbang. Penilaian atas 3 komponen tersebut yakni meliputi:

1. Data Musrenbang

Penilaian atas komponen data musrenbang ditujukan untuk mengetahui data tempat penyelenggaraan musrenbang, profil peserta dan tingkat kehadiran masyarakat dalam penyelenggaraan musrenbang kecamatan tersebut.

2. Persiapan Musrenbang

Penilai atas komponen persiapan Musrenbang meliputi: Pengorganisasian penyelenggaraan, Proses musyawarah yang mengawali musrenbang, Ketersediaan informasi bagi peserta.


(41)

3. Pelaksanaan Musrenbang

Penilaian atas komponen pelaksanaan Musrenbang meliputi: Jadwal dan tempat pelaksanaan, informasi yang disampaikan dalam pemaparan nara sumber, ketersediaan kriteria,score, dan format untuk prioritisasi, agenda pembahasan, keterwakilan stakeholder dan nara sumber, ketersediaan dan kompetensi fasilitator, fasilitas dan peralatan pendukung. Serta Rumusan kesepakatan akhir dan naskah kesepakatan musrenbang kecamatan

Dari hasil mekanisme penyelenggaraan tersebut maka dapat terlihat bagaimana pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan Musrenbang) kecamatan sukadana dalam memenuhi ketercapaian tujuan dari penyelenggaraan musrenbang.


(42)

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini mutlak diperlukan adanya suatu metode penelitian yang nantinya akan memberikan arah bagi sipeneliti sehingga tidak keluar dari jalur penelitian yang di rencanakan.

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Moh. Nazir (1988: 63) yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan secara terperinci bagaimana sifat serta hubungan antara fenomena sosial tertentu. Tidak terlepas dari pokok permasalahan dalam penelitian, maka tujuan dilakukannya penelitian deskripsi ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) tingkat Kecamatan dalam upaya mencapai pemerataan


(43)

pembangunan desa di Kecamatan Sukadana. Efektifitas dari pelaksanaan Musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) tingkat kecamatan ini dilihat dari apresiasi tokoh masyarakat, serta stakeholder terkait yang hadir dalam proses pelaksanaan musrenbang.

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis dan menggambarkan mengenai Efektifitas Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kecamatan Sukadana Dalam Mencapai Pemerataan Pembangunan Desa, sehingga tergolong pada penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moh Nazir, 2003:47), mendefinisikan kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tulisan/lisan dari orang lain/perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berusaha melihat kebenaran-kebenaran atau membenarkan kebenaran, namun di dalam melihat kebenaran tersebut, tidak selalu dapat dan cukup didapat dengan melihat sesuatu yang nyata, akan tetapi kadangkala perlu pula melihat sesuatu yang bersifat tersembunyi, dan harus melacaknya lebih jauh ke balik sesuatu yang nyata tersebut.

C. Definisi konseptual

Definisi konseptual merupakan pemaknaan dari konsep yang digunakan sehingga akan memudahkan peneliti dalam mengoprasionalkan konsep tersebut dilapangan (Singarimbun dan Efendi dalam Mona Budiarti (2008:34)


(44)

efektifitas adalah keadaan yang menunjukkan sejauh mana apa yang direncanakan/diinginkan dapat terlaksana/tercapai. (S, Wiharno 1992:38)

Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050-187/Kep/Bangda/2007 tentang pedoman penilaian dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) menyebutkan bahwa musrenbang kecamatan adalah forum musyawarah stakeholderkecamatan untuk mendapatkan masukan prioritas kegiatan dari desa/kelurahan serta menyepakati kegiatan lintas desa/ kelurahan di kecamatan tersebut sebagai dasar penyusunan rencana kerja satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota pada tahun berikutnya.

Musrenbang kecamatan merupakan musrenbang lanjutan yang sebelumnya diselenggarakan di tingkat desa. Tujuan dari pelaksanaan musrenbang kecamatan menurut Surat Edaran Bersama (SEB) Menteri Negara Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Dalam Negeri 0008/ M.PPN/01/2007/050/264A/SJ tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Musrenbang Tahun 2007 adalah:

1. Membahas dan menyepakati hasil-hasil Musrenbang Desa yang akan menjadi prioritas kegiatan pembangunan di wilayah kecamatan;

2. Membahas dan menetapkan prioritas pembangunan di kecamatan yang belum tercakup dalam kegiatan pembangunan Desa;

3. Melakukan klasifikasi atas prioritas kegiatan pembangunan kecamatan sesuai dengan fungsi-fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten.


(45)

Luaran yang diharapkan dalam Musrenbang Kecamatan adalah :

1. Daftar Prioritas pembangunan kecamatan menurut fungsi / SKPD atau gabungan SKPD yang siap dibahas pada forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten yang akan didanai melalui APBD Kabupaten atau sumber pendanaan lainnya. Daftar tersebut disampaikan kepada masyarakat masing-masing desa melalui Delegasi Desa;

2. Terpilihnya Delegasi Kecamatan untuk mengikuti Forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten;

3. Berita Acara Musrenbang Kecamatan.

Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor : 050-187/kep/bangda/2007 tentang pedoman penilaian dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) Sesuai dengan maksud, tujuan dan prinsip-prinsip penyelenggaraan musrenbang, maka penilaian penyelenggaraan musrenbang mencakup tiga (3) komponen penyelenggaraan yakni ketersediaan data, persiapan musrenbang dan pelaksanaan musrenbang.

D. Definisi operasional

Definisi operasional merupakan operasionalisasi dari konsep yang digunakan, sehingga memudahkan untuk mengaplikasikannya di lapangan. Definisi operasional dalam penelitian ini yaitu:

1. Ketersediaan Data musrenbang,

Bagian ini ditujukan untuk mendokumentasikan informasi berkaitan pelaksanaan musrenbang. meliputi informasi sebagai berikut:


(46)

a. Tempat

b. Waktu pelaksanaan musrenbang

c. Jumlah dan latar belakang kualifikasi peserta d. Jumlah peserta menurut gender

e. Jumlah fasilitator 2. Persiapan musrenbang

Aspek penilaian atas komponen dari persiapan musrenbang meliputi: a. Pengorganisasian penyelenggaraan;

b. Proses musyawarah yang mengawali musrenbang; c. Ketersedian informasi bagi peserta.

3. Pelaksanaan musrenbang

Aspek penilaian atas Komponen dari Pelaksanaan Musrenbang meliputi:

a. Jadwal dan tempat pelaksanaan;

b. Informasi yang disampaikan dalam pemaparan nara sumber; c. Ketersediaan kriteria,score,dan format untuk prioritisasi; d. Agenda pembahasan;

e. Keterwakilan stakeholder dan nara sumber; f. Ketersediaan dan kompetensi fasilitator; g. Fasilitas dan peralatan pendukung.

h. Rumusan kesepakatan untuk rancangan akhir Musrenbang Kecamatan dan Naskah kesepakatan hasil Musrenbang.

Dari ketiga indikator penilaian tersebut akan diukur dengan menggunakan dokumen/pedoman penyelenggaran musrenbang (Keputusan Menteri Dalam


(47)

Negeri nomor : 050-187/Kep/Bangda/2007 Tentang Pedoman Penilaian Dan Evaluasi Pelaksanaan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (musrenbang) mengenai syarat-syarat keberhasilan musrenbang dan Surat Edaran Bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri Dalam Negeri nomor 0008/M.PPN/01/2007 tentang Petunjuk 050/264 A/SJ Teknis Penyelenggaraan Musrenbang Tahun 2007), dengan menggunakan alat ukur tersebut maka akan terlihat relevansi dari pelaksanaan musrenbang di kecamatan sukadana dengan ketentuan hukum yang berlaku, baik dari ketersedian data, persiapan musrenbang, dan pelaksanaan musrenbang.

E. Lokasi Penelitian

penelitian ini menunjukkan lokasi atau tempat dimana kegiatan yang akan menjadi kajian itu terjadi. Penelitian ini dilakukan berdasarkan lokasi yang dipilih sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui Efektifitas Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di Kecamatan Sukadana. Penelitian ini dilakukan pada pemerintah Kecamatan khususnya Tim Penyelenggara dan peserta Musrenbang Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur.

Pemilihan lokasi dalam penelitian ini didasarkan atas persoalan bahwa Kecamatan Sukadana Merupakan Kecamatan yang berada di pusat kabupaten lampung Timur. Sedangkan dari sisi pembangunan daerah kecamatan masih sangat minim dan belum merata pada seluruh desa-desa


(48)

diwilayahnya. Semua pembangunan didasarkan atas perencanaan yang baik oleh karena itu penulis ingin melihat sejauh mana mekanisme perencanaan kecamatan sukadana yang dilihat dari pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) Kecamatan Sukadana.

F. Sumber Data

Menurut Lofland dan Moleong (dalam Sugiyono, 2009:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan yang didapat dari informan melalui wawancara, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data adalah benda, hal, atau orang maupun tempat yang dapat dijadikan sebagai acuan peneliti untuk melakukan analisis data. Untuk mendapatkan informasi yang akurat dengan fokus penelitian.

Secara umum sumber data dalam penelitian ini didapatkan melalui wawancara langsung dengan informan yang ditentukan dari keterkaitan informan tersebut dengan masalah penelitian. Sedangkan dalam menentukan Informan, Menurut Sparadley dan Faisal (dalam Sugiyono, 2009:78), agar lebih terbukti perolehan informasinya, maka ia mengajukan beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan informan yaitu: 1. Subyek yang telah lama dan intensif dengan suatu kegiatan atau medan

aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian.

2. Subyek yang masih terikat secara penuh dan aktif pada lingkungan atau kegiatan yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian.


(49)

3. Subyek yang mempunyai cukup informasi banyak waktu dan kesempatan untuk dimintai keterangan.

Teknik penentuan informan yang akan diwawancarai dalam penelitian ini adalah melalui teknik purposive. Alasan pemakaian teknik purposive disebabkan oleh bentuk dan ciri penelitian ini sendiri yaitu untuk mendapatkan informasi-informasi yang sesuai dengan tujuan dari pelaksaan penelitian ini. Informasi tersebut meliputi: Pertama, yaitu sumber informasi yang mewakili data tentang pelaksanaan Musyawarah perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kecamatan Sukadana yaitu pihak Penyelenggara yang melaksanakan acara tersebut secara langsung dan intensif yaitu pihak Kecamatan Sukadana itu sendiri. Kedua, Sumber informasi yang Berasal Dari Perwakilan Delegasi Desa, Tokoh Masyarakat Sebagai Peserta Musrenbang Kecamatan Sukadana yang ikut dalam memberikan masukan serta saran dalam pembahasan bersama tersebut. Dalam pelaksanaannya yang dijadikan informan adalah:

1. Camat Sukadana yang dalam hal ini sebagai Pembina dan Penanggung Jawab dari pelaksanaan Musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang).

2. Kepala Seksi Pembangunan Masyarakat Desa (PMD) selaku kordinator pelaksanaan Musrenbang Kecamatan Sukadana.

3. Sekretaris desa Sukadana induk selaku peserta dan fasilitator musrenbang Kecamatan Sukadana.

4. Sekretaris Desa Pasar Sukadana selaku peserta musrenbang Kecamatan Sukadana.


(50)

5. Kepala Desa Mataram Marga Selaku Peserta Musrenbang Kecamatan Sukadana.

6. Unsur Pemuda/kepala urusan pembangunan desa sukadana selaku peserta musrenbang Kecamatan Sukadana.

7. Kepala Badan Perencana Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Lampung Timur (Sumber Informasi Tambahan mengenai Pelaksanaan Musrenbang).

Selain Data didapat melalui wawancara langsung dengan informan, penelitian ini juga bersumber dari data tertulis. Dilihat dari segi sumber tertulis dapat dibagi menjadi sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip Kecamatan Sukadana dan Bappeda Lamtim, dokumen pribadi dan dokumen resmi. Adapun yang menjadi sumber tertulis dalam penelitian ini yaitu berupa Surat Keputusan/Instruksi berupa Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: 050-187/Kep/Bangda/2007 tentang Pedoman Penilaian dan evaluasi pelaksanaan Penyelenggaraan musyawarah perencanaan Pembangunan (Musrenbang), Surat Edaran Bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri Dalam Negeri nomor 0008/M.PPN/01/2007 tentang Petunjuk 050/264 A/SJ Teknis Penyelenggaraan Musrenbang Tahun 2007. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata cara penyusunan, Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana Pembangunan daerah, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25


(51)

Tahun 2004 Tentang Sistem perencanaan pembangunan nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan.

Dan data tertulis yang berasal dari Kecamatan Sukadana yakni: Laporan Usulan Program Pembangunan Rencana Kerja Kecamatan Sukadana Tahun 2011, Daftar Hadir, Usulan rencana dari maswing-masing desa, Jadwal Musrenbang Tingkat Kecamatan Tahun 2010.

Dari data yang dibutuhkan tersebut peneliti berhasil Mendapatkan Data melalui sumber informan seperti Sekretaris Kecamatan Sukadana dan Kepala Seksi Pembangunan Masyarakat Desa yang memang bertugas menyimpan dokumen-dokumen pemerintah Kecamatan terutama mengenai Pelaksanaan Musrenbang. Serta data didapatkan juga dari Badan Perencanaan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Lampung Timur melalui Kepala Badan.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Wawancara Mendalam (in-depth interview),

menggunakan panduan wawancara sehingga pertanyaan yang akan diajukan sejalan dengan penelitian yang sedang menjadi kajian. Dengan demikian peneliti terhindar dari pertanyaan yang nantinya menghasilkan jawaban yang tidak perlu dan tidak relevan. Wawancara ini dilakukan untuk melengkapi data yang tidak terdapat dalam dokumen atau literatur pendukung.


(52)

Penelitian ini menggunakan pedoman wawancara untuk mempermudah pelaksanaan wawancara yang dilakukan kepada :

a. Unsur Penyelenggara Musrenbang Kecamatan Sukadana yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan Musrenbang tersebut yaitu : 1. Camat Sukadana selaku Pembina Tim Penyelenggara

Musrenbang dan Penanggungjawab dalam Pelaksanaan Musrenbang Kecamatan Sukadana.

2. Kepala Seksi Pembangunan Masyarakat Desa (PMD) selaku kordinator pelaksanaan Musrenbang Kecamatan Sukadana

b. Unsur Peserta/delegasi dari desa dan masyarakat dalam Musrenbang Kecamatan Sukadana yaitu :

1. Sekretaris desa Sukadana induk selaku peserta dan fasilitator musrenbang Kecamatan Sukadana.

2. Sekretaris Desa Pasar Sukadana selaku peserta musrenbang Kecamatan Sukadana.

3. Kepala Desa Mataram Marga Selaku Peserta Musrenbang Kecamatan Sukadana.

4. Unsur Pemuda/masyarakat selaku peserta musrenbang kecamatan.

Berdasarkan proses wawancara yang dilakukan, penulis dapat melakukan wawancara dengan semua informan yang sudah ditargetkan. Penulis melakukan penambahan informan karena informasi belum dapat secara jelas. Sehingga penulis mewawancarai Kepala Badan


(53)

Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Lampung Timur dan Stafnya.

2. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data tertulis. Dokumen yang dimaksud yaitu berupa Surat Keputusan/Instruksi mengenai pelaksanaan musrenbang di Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur. Berdasarkan proses dokumentasi yang dilakukan, peneliti belum mendapatkan beberapa data yang diinginkan seperti Berita Acara pelaksanaan musrenbang setelah dikonfirmasi ternyata memang tidak dibuat.

H. Teknik Pengolahan Data

Setelah data diperoleh dari lapangan terkumpul maka tahap berikutnya ialah mengolah data tersebut. Adapun teknik yang digunakan dalam pengolahan data sebagaimana yang disebutkan Lexy J. Moleong dalam bukunya Metode Penelitian Kualitatif adalah :

1. Editing

Yaitu teknik mengolah data dengan cara meneliti kembali data yang telah diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi maupun dokumentasi untuk menghindari kekeliruan dan kesalahan. Tahap editing yang akan dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini menyajikan hasil wawancara dan observasi berupa kalimat-kalimat yang kurang baku disajikan dengan menggunakan kalimat baku dan bahasa yang mudah dipaham.


(54)

Pada tahapannya kegiatan editing dilakukan setelah penulis melakukan kegiatan turun lapangan dan mendapatkan sejumlah data melalui wawancara dan dokumentasi yang dilakukan. Data hasil wawancara terhadap beberapa informan di Kecamatan Sukadana yang masih berupa kalimat belum baku tersebut kemudian disajikan dalam bab hasil dan pembahasan dengan menggunakan kalimat baku yang mudah dipahami.

2. Interpretasi

Interpretasi merupakan upaya untuk memperoleh arti dan makna yang lebih mendalam dan luas terhadap hasil penelitian yang sedang dilakukan. Pembahasan hasil penelitian dilakukan dengan cara meninjau hasil penelitian secara kritis dengan teori yang relevan dan informasi akurat yang diperoleh di lapangan.

Interpretasi yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini adalah pembahasan hasil penelitian mengenai Efektifitas Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) kecamatan sukadana dalam mencapai pemerataan pembangunan desa yang dikaitkan dengan Aturan serta Norma-norma yang ditetapkan. Apakah dalam pelaksanaan Musyawarah Tersebut sudah Tercapai tujuan penyelenggaraan musrenbang.

I. Teknik Analisa Data

Setelah data dari lapangan diperoleh selanjutnya akan dianalisis secara deskriptif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskriptif,


(55)

gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Fenomena yang diteliti secara deskriptif tersebut dicari informasi mengenai hal-hal yang dianggap mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian.

Data yang diperoleh dari wawancara mendalam akan diolah dan dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan teknik analisis yang dipaparkan oleh Matew Milles dan Huberman (1992:16) terdapat tiga komponen analisis yaitu :

1. Reduksi data

Yaitu sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan tranformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data mengenai dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi.

Peneliti melakukan reduksi data dimulai dari hasil wawancara dengan informan yang paham atas proses pelaksanaan musyarawah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) dikecamatan sukadana. Informan yang diambil merupakan Unsur Penyelenggara musrenbang dan stakeholder yang terlibat didalamnya. Selanjutnya peneliti melakukan reduksi data kembali pada saat pembahasan dan hasil. Reduksi data dilakukan dengan pertimbangan bahwa data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup


(56)

banyak, untuk itu perlu dipilah sesuai dengan kebutuhan dalam pemecahan masalah penelitian ini.

Mereduksi data ini penulis memilih data yang dianggap penting seperti hasil-hasil wawancara dan dokumentasi dengan informan yang berhubungan dengan pertanyaan bagaimana Pelaksanaan Musrenbang Kecamatan Sukadana dalam mencapai pemerataan pembangunan desa. Sedangkan data lain yang yag tidak penting dibuang, dengan proses tersebut akan memudahkan peneliti memaknai makna yang terkandung pada tahap analisis selanjutnya.

2. Penyajian Data (Display data)

Kedua pakar ini membatasi suatu penyajian data sebagai sekumpulan informasi yang tersusun untuk memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid. Penyajian yang paling sering digunakan pada data kualitatif adalah bentuk teks naratif, berbagai jenis matrik, grafik dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk padu dan mudah diraih. Dalam penelitian ini penyajian data yang akan digunakan adalah bentuk teks naratif yang disertai bagan dan tabel yang isinya berkaitan dengan penelitian ini tentunya.

penyajian data ini dengan cara menampilkan dan membuat hubungan antar fenomena untuk memaknai apa yang sebenarnya terjadi dan apa


(57)

yang perlu ditindaklanjuti dalam pelaksanaan Musrenbang Kecamatan Sukadana demi mencapai pemerataan Pembangunan Desa.

3. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)

Dari permulaan pengumpulan data, penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Penelitian yang berkompeten akan menangani kesimpulan-kesimpulan itu dengan longgar, tetap terbuka, dan skeptis, tetapi kesimpulan sudah disediakan, mula-mula belum jelas, kemudian lebih rinci dan mengakar dengan kokoh. Kesimpulan–kesimpulan juga diverifikasi untuk diuji kebenaranya sehingga validitas data sudah tidak diragukan lagi.

Penulis melakukan Penarikan Kesimpulan dengan pengumpulan data mengenai Konsep tujuan penyelenggaraan Musrenbang Kecamatan serta Proses pelaksanaannya. Pada pelaksanaannya peneliti menyajikan data yang masih belum jelas yaitu gambaran dari pelaksanaan Musrenbang Dikecamatan Sukadana dan kemudian melakukan penarikan kesimpulan setelah melalui proses reduksi dan penyajian data, maka didapatlah suatu kesimpulan bagaimana efektifitas dari pelaksanaan Musrenbang Kecamatan Sukadana dalam mencapai pemerataan pembangunan desa.


(58)

A. Hasil Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di Kecamatan Sukadana

Hasil yang didapat dari mekanisme penyelenggaran musrenbang kecamatan sukadana akan menentukan sejauh mana ketercapaian tujuan dari penyelenggaraan musrenbang.

1. Ketersediaan Data Musrenbang

Pada pelaksanaan Musrenbang Kecamatan Sukadana ketersediaan data untuk mendokumentasikan informasi berkaitan persiapan pelaksanaan musrenbang yakni:1) Tempat; 2) Waktu pelaksanaan musrenbang; 3) Jumlah dan latar belakang kualifikasi peserta 4) Jumlah peserta menurut gender; 5) Jumlah fasilitator; 6) Skala Prioritas Masing-masing desa sudah terpenuhi dengan baik . Menanggapi Hal tersebut Bapak Salbari selaku Camat Sukadana menyatakan bahwa:

“ pelaksanaan musrenbang diselenggarakan di Balai Pertemuan Umum (BPU) Kecamatan Sukadana pada hari rabu tanggal 31 maret 2010, jumlah peserta yang hadir mencapai lebih dari 90 orang. dari keseluruhan peserta yang hadir adalah perwakilan dari tim delegasi seluruh desa di kecamatan sukadana dan dari satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Ditambahkan oleh Bapak Elbiner Purba (2010) Selaku Ketua Penyelenggara Musrenbang Kecamatan yang Mengatakan Bahwa: Informasi tentang adanya pelaksanaan musrenbang kecamatan telah di umukan atau disebarkan kepada seluruh desa yang ada di kecamatan sukadana, sedangkan prioritas kecamatan yang diusulkan dalam


(59)

pelaksanaan musrenbang kecamatan sukadana tahun 2010 adalah pembangunan fisik seperti pembuatan jalan (hotmix dan onderlagh) , penambahan aliran listrik, sarana umum desa seperti penambahan pembangunan drainase desa, gedung pertemuan desa, fasilitas olahraga, dan juga bantuan penyuluhan bagi para petani. keterwakilan masyarakat didalam penyelenggaraan musrenbang hanya diwakilkan pada tim penyelengara pembangunan desa saja karena usulan masyarakat sudah dibahas bersama di musrenbang desa sedangkan fasilitator yang memfasilitasi forum musrwenbang di wakilkan pada delegasi desa dan pemerintah daerah”.

Namun berbeda pendapat dengan Bapak Nursamman selaku sekdes Sukadana (2010) yang mengatakan bahwa:

“ketika pelaksanaan berlangsung justru hanya sedikit perwakilan perempuan saja seperti kepala PKK desa itupun hanya sebagian kecil, jadi usulan tentang apa yang diajukan mereka disaat pelaksanaan berlangsung kurang begitu di tanggapi dengan baik, begitu pula dengan keterwakilan dari lembaga diluar pemerintah seperti LSM hanya sedikit yang datang,

Sependapat pula yang di katakan oleh Yunizar selaku peserta musrenbang yang menjadi Kepala Urusan Pembangunan Desa Sukadana/Tokoh Pemuda ,(2010) dia mengatakan bahwa :

“sebenarnya dengan adanya musrenbang masyarakat dapat berharap lebih banyak untuk aspirasi mereka diusulkan, buktinya dengan antusias masyarakat yang hadir pada saat pelaksanaan musrenbang desa, begitu pula di musrenbang kecamatan meskipun hanya diwakilkan oleh delegasi desa saja tapi juga lembaga swadaya masyarakat juga harus ikut dalam menentukan kesepakatan yang dibuat.ketika pelaksanaan musrenbang LSM justru tidak hadir.

Data musrenbang menjadi hal yang sangat penting untuk disiapkan guna membantu tim penyelenggara dalam mengembangkan pelaksanaan musrenbang. Didalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050-187/kep/bangda tentang pedoman penilaian dan evaluasi pelaksanaan penyelengaraan musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) dijelaskan tentang pentingnya mengetahui data musrenbang guna melihat


(60)

gambaran umum dari kecamatan pelaksana, status perkembangan perencanaan daerah yang menjadi prioritas kecamatan penyelenggaraan, pengorganisasian dan profil peserta musrenbang terutama keterwakilan dari kelompok perempuan ataunon government stakeholder.

Secara garis besar penyelenggara musrenbang kecamatan Sukadana telah berjalan dengan efektif karena telah memenuhi ketersediaan data seputar kesiapan pelaksanaan musrenbang kecamatan dari tempat, jadwal, peserta dan usulan-usulan yang sebelumnya telah di bahas pada saat pelaksanaan musrenbang desa, Dalam pembahasan Musrenbang juga terlihat animo peserta musyawarah yang hadir hingga melebihi kapasitas ruangan yang disediakan. Kehadiran dan antusias masyarakat tersebut, tentu saja menjadi gambaran serius harapan peserta agar perbaikan dan perubahan wilayah Kecamatan Sukadana dapat dilakukan dengan baik. Hanya saja masih terlihat sedikitnya perwakilan perempuan dan lembaga swadaya masyarakat yang ikut hadir dalam pelaksanaan musrenbang kecamatan tersebut.

Keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan daerah merupakan elemen utama dalam implementasi kebijakan desentralisasi. Untuk menghasilkan pembangunan daerah berkelanjutan, keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan dan penganggaran daerah sangat penting untuk mewujudkan pemerintahan yang akuntabel, kebijakan pembangunan yang harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan


(61)

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. (Local Governance Support Program (LGSP)(2009:01))

Menurut peneliti organisasi masyarakat sipil dan kelompok perempuan sudah selayaknya ikut campur untuk bisa mengimbangi kekuatan pemerintah daerah dalam menyepakati usulan-usulan yang diajukan masyarakat. Sehingga dengan adanya keterlibatan mereka dalam perencanaan akan meningkatkan kualias dari usulan yang dibuat.

2. Persiapan Musrenbang

a. Pengorganisasian Penyelengaraan

Persiapan penyelenggaraan musrenbang kecamatan dimulai dari dibentuknya Tim Penyelenggara yang bertugas untuk melakukan persiapan, memfasilitasi pelaksanaan, dan menindaklanjuti hasil musrenbang. Berdasarkan Surat Edaran Bersama Mentri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS dan Menteri Dalam Negeri nomor :0008/M. PPN/ 01/2007-050/264 A/SJ tanggal 12 januari 2007 perihal petunjuk teknis penyelenggaraan musrenbang, bahwa kegiatan persiapan musrenbang dilakukan oleh camat. Hal tersebut didukung oleh data wawancara.

Menurut Bapak Salbari (2010) Camat membentuk tim penyelenggaraan musrenbang Kecamatan Sukadana dan yang menjadi ketua pelaksana atau koordinator adalah Kepala Seksi Pembangunan Masyarakat Desa Kecamatan Sukadana yaitu Bapak Elbiner Purba.

Didalam persiapannya tim penyelenggara musrenbang kecamatan berkoordinasi dengan tim Perencana Pembangunan di masing-masing


(62)

desa. Koordinasi tersebut meliputi selesainya dokumen draft prioritas rencana pembangunan untuk tahun 2011 disiapkan oleh Pokja (Tim) Perencana desa yang sebelumnya telah di bahas bersama-sama masyarakat pada saat musrenbang desa.

Menurut Bapak Elbiner Purba (2010) yang mengatakan bahwa sebelum pelaksanaan musrenbang kecamatan sukadana tim penyelenggara kecamatan menunggu hasil dari draf rancangan usulan masyarakat yang didiskusikan pada saat musrenbang di 17 desa. kemudian di bentuk tim Konsolidasi Pembangunan Kecamatan (TKPK) yang akan membantu penyusunan draft rencana pembangunan di tingkat kecamatan. Tim ini di bentuk dari anggota tim perencana pembangunan desa yang mewakili desa masing-masing. Tim penyelenggara kemudian mengundang pihak-pihak yang berkepentingan seperti perwakilan tim perencana pembangunan desa, aparat desa baik dari Kepala Desa, Sekretaris Desa,Ketua BPD, Ketua PKK, staff BAPEDDA Kabupaten Lampung Timur, Anggota DPRD , Dinas Teknis yang ada di Kecamatan Sukadana, Serta LSM. Undangan tersebut di umumkan di papan pengumuman kecamatan dan surat edaran/ undangan.

Menurut Keputusan Mentri Dalam Negeri Nomor 050-187/kep/bangda tentang pedoman penilaian dan evaluasi pelaksanaan musyawarah rencana pembangunan, persiapan yang baik akan menentukan kualitas dari pelaksanaan dan hasil musrenbang, didalam pengorganisasian penyelenggaraan sebelum pelaksanaan musrenbang di mulai peserta musrenbang sudah di beri tahu lebih awal dengan di undang oleh pihak penyelenggara, untuk melihat seberapa efektifkah undangan tersebut adalah dengan melihat media yang di gunakan untuk mengumumkan undangan, jadwal dan agenda musrenbang.

Lebih lanjut Bapak Purba menjelaskan bahwa (2010) penyelenggaraan musrenbang Kecamatan Sukadana dilaksanakan dari pukul 08.00 Wib hingga 12.00.WIB. Penyebarluasan undangan juga telah di koordinasikan dengan seluruh desa, sehingga yang hadir cukup ramai


(1)

7

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui ”Efektifitas Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur’’.

D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Praktis

Bagi instansi terkait, hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran, masukan-masukan bagi aparatur Pemerintah Daerah khususnya Kecamatan Sukadana, serta memperbaiki proses pelaksanaan musyawarah Perencanaan pembangunan (Musrenbang) Tingkat Kecamatan lebih baik lagi, sehingga lebih memperhatikan nilai-nilai keefektifan.

2. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, informasi, dan pengetahuan dalam khasanah Ilmu Pemerintahan khususnya yang berkaitan dengan konsep efektifitas pelaksanaan musyawarah Perencanaan pembangunan (Musrenbang) di Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur.


(2)

A. Simpulan

Berdasarkan uraian dan keterangan yang telah dijabarkan dalam pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Data Musrenbang

secara garis besar ketersediaan data seputar kesiapan pelaksanaan musrenbang kecamatan Sukadana dari tempat, jadwal, Jumlah dan latar belakang kualifikasi peserta, Jumlah peserta menurut gender; Jumlah fasilitator, data tentang status perkembangan perencanaan daerah yang menjadi prioritas kecamatan dan usulan-usulan yang sebelumnya telah di bahas pada saat pelaksanaan musrenbang desa sepenuhnya sudah disediakan dengan lengkap sesuai dengan pedomannnya.

2. Persiapan Musrenbang

Dalam persiapan penyelenggaraan musrenbang Kecamatan Sukadana Camat telah membentuk tim penyelenggara yang menyiapkan informasi yang dibutuhkan peserta musrenbang baik dari informasi isu-isu perencanaan kecamatan dan usulan-usulan prioritas utama serta proses koordinasi dengan tim perencana desa untuk menyelesaikan usulan


(3)

111

program yang sebelumnya diselenggarakan dalam musrenbang masing-masing desa.

3. Pelaksanaan Musrenbang

Didalam pelaksanaan musrenbang kecamatan sukadana ketersediaan tempat penyelenggaraan dan alokasi waktu penyelenggaraan telah sesuai dengan ketentuan oleh pemerintah daerah. Informasi yang disampaikan oleh narasumber juga mendapat dukungan penuh dari masyarakat, terlebih lagi usulan masyarakat direspon oleh pemerintah daerah, hanya saja alokasi waktu pembahasan musrenbang masih sangat minim sehingga masih banyak usulan masyarakat yang tidak dapat tersampaikan dengan baik. Usulan yang diprioritaspun belum disertain dengan perkiraan anggaran baik dari APBD maupun non APBD,

Didalam pelaksanaan musrenbang Kecamatan Sukadana ketersediaan format prioritisasi untuk menentukan skala prioritas usulan dari masing-masing peserta cukup memadai sehingga memudahkan seluruh peserta untuk menemukan kata sepakat atas usulan-usulan yang diajukan. Sedangkan didalam Penyelenggaraan musrenbang juga telah mampu meningkatkan animo seluruh stakeholder untuk ikut urun rembug bersama, Hanya saja animo masyarakat yang datang masih didominasi oleh golongan pria dan sedikit perwakilan perempuan serta lembaga swadaya masyarakat (LSM) terlebih lagi tidak hadirnya kalangan legislatif.


(4)

Didalam agenda yang dilaksanakan pada saat musrenbang telah berjalan dengan efektif dan sesuai dengan rencana tim penyelenggara. Agenda yang direncanakan berupa pembagian kelompok pembahasan sesuai dengan masing-masing permasalahan, agenda tersebut menghasilkan rancangan akhir berupa skala prioritas kecamatan. Hanya saja didalam pembahasan tersebut masih terlihat sebagian masyarakat yang tidak terlibat dalam menentukan skala prioritas, hal tersebut terindikasi akibat masih lemahnya pengetahuan masyarakat untuk menjunjung tinggi prinsip penyelenggaraan musrenbang. Dilain sisi fasilitator belum optimal dalam menentukan tujuan serta sasaran pertemuan, karena ketika sidang kelompok banyak usulan peserta kurang didengar, terlebih lagi seluruh fasilitator tidak ada wakil perempuan.

Dari sisi data pendukung tim penyelenggara telah mampu menyiapkan fasilitas bantu untuk peserta baik berupa alat tulis menulis hingga kertas usulan, alat bantu yang disiapkan sedikit banyak memudahkan peserta dalam membahas usulan program/kegiatan.

4. Efektifitas Musrenbang Kecamatan Sukadana

Dari kesimpulan diatas karena telah tercapai tujuan dari pelaksanaan musrenbang baik dari ketersediaan data, persiapan musrenbang, dan pelaksanaan musrenbang, maka penyelenggaraan musrenbang di kecamatan sukadana telah berjalan dengan efektif. Hanya saja dari ketiga penilaian tersebut ada beberapa hal yang masih kurang optimal sehingga


(5)

113

perlu dilakukan perbaikan guna lebih meningkatkan kualitas musrenbang ditahun-tahun mendatang.

B. Saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas, ada beberapa saran untuk dapat lebih mengefektifkan musrenbang sebagai media perencanaan pembangunan dalam mewujudkan tercapainya tujuan dari musrenbang,

1. Dari sisi jadwal penyelenggaraan musrenbang Kecamatan Sukadana, tim penyelenggara dapat lebih mengoptimalkan alokasi waktu pembahasan, sehingga usulan-usulan yang dikaji dan diprioritaskan dapat lebih bermanfaat dan sesuai dengan keinginan seluruh peserta musrenbang.

2. pemerintah Daerah Lampung Timur harus lebih transparan terhadap anggaran perencanaan baik dari anggaran APBD maupun non APBD, transparasi dapat dilakukan dengan mempublikasikannya terhadap publik. Salah satu media penyampaian dapat dilakukan di dalam musrenbang desa/kecamatan. Pemerintah daerah juga harus dapat lebih mengoptimalkan anggaran dana tersebut demi sebesar-besar kemakmuran rakyat.

3. Setiap proses pelaksanaan musrenbang kecamatan Sukadana harus dilalui dengan berpegangan pada prinsip demokrasi dan etika. Oleh sebab itu seluruh stakeholder harus dapat memenuhi prinsi-prinsip penyelenggaraan musrenbang berupa prinsip kesetaraan, prinsip musyawarah dialogis, prinsip keberpihakan, dan prinsip anti dominasi,


(6)

sehingga usulan yang disepakati menjadi usulan yang diharapkan semua pihak, dan atas keputusan bersama.

4. Keterlibatan stakeholder sangatlah penting guna meningkatkan kualitas hasil dari usulan yang diprioritaskan. Oleh karena itu keterwakilan golongan perempuan, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan lembaga legislatif harus dapat ditingkatkan. Terlebih lagi lembaga legislatif merupakan mitra pemerintah daerah, sehingga pokok-pokok pikiran mereka akan dapat mengoptimalkan pembahasan.

5. Selain peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap prinsip penyelenggaraan musrenbang juga perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitas fasilitator musrenbang. Fasilitator harus dapat menjunjung tinggi prinsip-prinsip musrenbang yaitu prinsip-prinsip kesetaraan, menghargai perbedaan pendapat, keberpihakan terhadap kalangan perempuan, anti dominasi anti diskriminasi, dan lebih mengutamakan kepentingan umum desa.