STRATEGI KPU DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI PEMILIH PADA PEMILU TAHUN 2014 DI PROVINSI LAMPUNG (Studi Pada KPU Provinsi Lampung)

ABSTRAK

STRATEGI KPU DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI PEMILIH
PADA PEMILU TAHUN 2014 DI PROVINSI LAMPUNG
(Studi Pada KPU Provinsi Lampung)

Oleh
RICKY ARDIAN

Penelitian ini memiliki tujuan untuk memaparkan tentang strategi KPU
dalam meningkatkan partisipasi pemilih pada pemilu tahun 2014 di
Provinsi Lampung. Metode yang digunakan adalah metode penelitian
kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara,
penelitian pustaka dan dokumentasi, kemudian data tersebut diolah,
sehingga menghasilkan data yang berupa uraian penjelasan tentang strategi
KPU meningkatkan partisipasi pemilih.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi KPU meningkatkan
partisipasi pemilih melalui: (1). Strategi Penguatan, upaya untuk
meningkatkan partisipasi dengan melihat kualitas KPU, yaitu meningkatkan
koordinasi antar anggota KPU baik tingkat Pusat, Provinsi maupun

Kabupaten dan Kota, meningkatkan kapasitas dan kualitas penyelenggara
pemilu, memperkuat komunikasi dan keterbukaan KPU kepada publik
sertamemberikan jaminan ketersedian sejumlah data yang akurat.(2).
Strategi Rasionalisasi, upaya yang dilakukan adalah dengan membuat
selebaran kertas yang berisikan nama-nama calon legislatif baik Provinsi
atau Kabupaten, selain itu memberikan informasi melalui media suara
(radio), gambar atau baliho.(3). Strategi Bujukan, melakukan program jalan
sehat, sepeda gowes, KPU goes to campus serta dialog pemilu secara
langsung kepada masyarakat.(4). Strategi Konfrontasi, berupa sosialisasi
cara memilih dan kerugian jika tidak memilih, maka pihak KPU mengajak
masyarakat untuk memilih, karena jika tidak memilih, maka akan hilang
hak politiknya. Adapun kelompok sasaran dalam melakukan sosialisasi,
yaitu kelompok perempuan, pelajar dan mahasiswa, keagamaan, marjinal
dan kelompok pemilih pemuda.

Kata Kunci: Strategi KPU Meningkatkan Partisipasi.

ABSTRACT

THE TRATEGIES OF KPU TO INCREASE VOTER

PARTISIPATION IN ELECTION IN 2014 AT THE PROVINCE OF
LAMPUNG
(Studies in Lampung Provincial KPU)
By
RICKY ARDIAN

This study/research has the purpose to explain about the strategies of
KPU in increasing voter participation in elections (election) in 2014 at
the province of Lampung.The method used be qualitative research
method.Technique of data collecting with interview, research book and
documentation. Then that data processed, resulting in a description of
the data in the form of an explanation about the strategies of KPU in
creases voter participations.
Result of this study/research indicate that the strategies of KPU to
increase voter participation by: (1) Strengthening Strategy, an effort to
increase participation by looking at the quality of the KPU, that is
improving coordination between kpucenter members, althought province
and regency and city also, improving the capacity and quality of election
management, strengthening communication and openness of KPU to the
public and giving a guaranteed availability of accurate data. (2).

Rationalization strategy, done efforts were by making a paper leaflet
containing the names of legislative candidates,except.that giving
information by the medium of sound (radio), pictures or billboards.
(3),Persuasion Strategy,Doing healthy road program, byclegowes,
KPUgoes to campus and also dialogue election directly to the public.
(4).The confrontation strategy,such as socialization to the people about
how to choose and disadvantages if did not vote, so the KPU invites the
people to use their right to vote, because if it does not choose, it will be
lost political rights. The target in doing this socialization are the
women's groups, student and college student, religious groups,
marginalized groups and beginner voter.

Keywords: The
Participation.

Strategies of KPU to Increase the

Voter

RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di Krui, Kabupaten Pesisir Barat pada
tanggal 12 April 1991, anak keenam dari enam bersaudara,
buah cinta dari Bapak Hi. Malipul Bahri dan Hj. Ayuna
Kartini (Almarhumah).

Jenjang Akademik Penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan Sekolah
Dasar (SD) Negeri 1 Biha, Kecamatan Pesisir Selatan diselasaikan tahun 2004,
Sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTS) Mardhotillah Kecamatan Pesisir Selatan
Pada Tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Pesisir
Selatan Kabupaten Pesisir Barat yang diselesaikan pada tahun 2010.

Tahun 2010, Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa S1 Jurusan Ilmu Pemerintahan
FISIP Universitas Lampung (Unila) melalui jalur Penelusuran Kemampuan
Akademik Bakad (PKAB), yang saat itu Penulis pilih untuk melanjutkan
Pendidikan dan selesai ditahun 2014.

PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya kecil ini kepada:
Ayahnda tercinta Hi. Malipul Bahri, Almarhumah Ibunda wanita terhebat

yang aku sayangi Ayuna Kartini, sebagai tanda terima kasih dan baktiku,
karena kalian aku belajar bertahan dan berjuang dalam hibup dan mungkin
aku tidak akan seperti sekarang ini kalau tidak karena kalian ayahibundaku.

Uwo Nurliana, Engah Zaity Ronitha, Mamah Zuraida, Ayah Aguscik dan
Ibu Nuryanti serta seluruh keluarga tercinta yang selalu mendukungku.
Almamater tercinta Universitas Lampung

UNTUK IBUNDA
Untuk Engkau yang Selalu Ku Cinta
Untuk Engkau Pengobat Luka
Untuk Engkau yang selalu Ku Rindu
Tujuh Belas Tahun Kita Bersama
Tujuh Belas Tahun Engkau Membina
Tujuh Belas Tahun yang Penuh Suka- Cita
Kini Aku Merindukan Masa- Masa itu
Dimana Kita Semua Bersama
Ibunda..
Lihatlah Pangeran Kecilmu Kini Telah Dewasa
Lihatlah Pangeran Kecilmu Kini Telah Sarjana

Aku Akan Membanggakan Dirimu Lebih Dari ini
Walau Kini Engkau Hanya Tinggal Nama..

MOTO

“ Jika kita ingin dihargai dan dihormati banyak orang, kita harus menjadi
orang kaya, yaitu kaya hati, kaya pengetahuan dan kaya harta”.

“Segala kemungkinan bisa saja terjadi, artinya tidak ada yang mustahil dan
tidak ada yang sulit di dunia ini, jika kita ingin belajar dan
mengamalkannya” .
“Mengutamakan kebutuhan bukan keinginan”
(RICKY ARDIAN)

SANWACANA

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidah-Nya skripsi yang berjudul “Strategi KPU Dalam Meningkatkan Partisipasi
Pemilih Pada Pemilu Tahun 2014 Di Provinsi Lampung (Studi pada KPU
Provinsi Lampung)” dapat diselesaikan. Skripsi ini dibuat sebagai persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung.

Penulis menyadari banyak kesulitan yang dihadapi dari awal pengerjaan hingga
penyelesaian skripsi ini, karena bantuan, bimbingan, dorongan dan saran dari
berbagai pihak terutama dosen pembimbing yang sudah memberi banyak
masukan, kritik dan saran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik.
2. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Yana Ekana PS, M.Si selaku Pembimbing Akademik.

4. Bapak Dr. Suwondo, M.A selaku Pembimbing Utama yang telah banyak
membantu, membimbing, mengarahkan, memberikan masukan, saran, dan
motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Budi Harjo, M.IP selaku Pembimbing Kedua yang telah banyak
memberikan masukan, saran, semangat dan motivasi dalam penyelesaian

skripsi ini.
6. Ibu Dr. Ari Darmastuti, M.A selaku penguji dan pembahas yang telah
memberikan kritik dan saran kepada Penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Seluruh dosen Ilmu Pemerintahan Fisip Unila, terimakasih atas ilmu yang
diberikan kepada penulis selama menuntut

ilmu di Jurusan Ilmu

Pemerintahan.
8. Staf Akademik, Staf Kemahasiswaan, mba Nurma (pengawas ruang baca)
yang telah membantu kelancaran administrasi dan skripsi.
9. Teristimewa kepada orang tuaku, Ayahnda H. Malipul Bahri terimakasih telah
menjadi Bapak yang Kuat, yang selalu memberikan motivasi, yang selalu
bekerja keras mendidik untuk menjadikan Penulis menjadi manusia yang
berguna dan bermanfaat bagi orang lain, semoga Allah SWT selalu
memberikan kesehatan dan nikmat-Nya untuk Ayah. Ibunda Hj. Ayuna
Kartini (Almh) terimakasih karena bayanganmu Penulis mampu memotivasi
diri, hingga mampu menjalani hidup tanpa dirimu. Ku persembahkan karya
kecilku ini untuk kalian.

10. Special untuk Kakakku Nurliana, A.md yang selalu memperingatkan “ayo
jadilah anak yang membanggakan dan bermanfaat untuk orang tua dan
semua orang, almarhumah ibunda dan selalu ngebahagiain ayah yang udah

kerja keras untuk membesarkan dan mendidik kita jadi seperti sekarang ini”,
siap wo makasih banyak yaa. Kakakku Zaiti Rhonita, A.md “makasih untuk
segala dukungannya terlebih lagi secara material engah & wo, selalu
menelpon tiap malam untuk memberikan semangat” hehe. Semoga kita semua
selalu diberi kesehatan dan kemudahan dalam menjalani hidup.,Amiiin.
11. Terima kasih kepada para informan, yang telah bersedia meluangkan waktu
dan ketersediaannya untuk memberikan wawasan serta informasi yang penulis
butuhkan ( Anggota KPU Lampung Ibu Handi, Bp.Edwin & Bp.Firman).
12. Terima Kasih untuk Keluarga Besar SMA Negeri 1 Pesisir Selatan Kab.
Pesisir Barat, Semua sahabat dan para Guru serta mantan Kepala Sekolah Bp.
Drs. Jon Edwar, M.Pd terimakasih dukungannya, semoga kita sukses selalu.
13. Teman-teman tercinta Jurusan Ilmu Pemerintahan 2010, Alam Patria S.IP,
Ikhwah Efrizal S.IP, Ardi Yuzka S.IP, Harizon S.IP, Ilham Kurniawan S.IP
(sahabat2 jak Krui, kik jejama ram mansa kik mansa ram jejama, haha).
Ryan Maulana S.IP, Riri Rianiti S.IP, Anis Septiana S.IP, Siska Fitria S.IP,
Dita Purnama S.IP, Yoan Yunita S.IP, Tiara Anggina S.IP, Mutiara Tika S.IP,

Novi Nurhana S.IP, Betty Sirait S.IP, Angga Ferdiansyah S.IP, Riendi Ferdian
S.IP, Eko Tri Pranoto S.IP, Herowandi S.IP, Ahlan Pahriadi S.IP, pokoke
semua, Semangat ya sahabat-sahabat semua, semoga Allah SWT memberikan
nikmat sehat, rejeki yang berlimpah, rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua, Amin. Ingattt masa depan cerah ada ditangan kita breeeeey.
14. Teman-teman seperjuangan yang tergabung di Group SEMPAK(Sekumplan
Manusia Kompak): Rangga Giri S.IP, Prananda G.R S.IP, Antariski S.IP,
Andrialius Feraera S.IP, Komang Jaka S.IP, Prasaputra S.IP, Dicky Rinaldi

S.IP, Ali Wirawan S.IP, Budi Setia Aji S.IP dkk yang selalu kompak bahas
tentang skripsi (Cuma dibahas aja siih,haha) dan saling nyemangatin.
15. Temen-temen KKN Desa Bawang Kec. Punduh Pedada Pesawaran yang
gokil-gokil Nona Ria Kharisma S.Sos (Onah) yang wisuda duluan, Siti
Rohmah S.E sukses yo kito bareng wisuda wkwwkwk, Florencia Irena S.Pd,
cepat lagi oii skripsinya itu, udah tua lu haha, Rama Pamuka S.H(mamam)
mantan ketum zoom unila, Macro Aulia S.E kordes Bawang, Ruslan Gani
S.AN yang siap nikah haha, Dwi Rosa S.IP yang selalu gepek gak jelas haha.
16. Konco-konco pejuang skripsi lainnya; Nazrin Dasit (cepat nyusul brew),
Angga Yan Junipa A.md, Hardi Jaini A.md, Ronal Sihombing A.md, Delsan
Mandela, Ejis dan bang Martin Ali Yusef S.Sos.(siap nikah coyyy haha). Serta

buat adik-adik tingkat yang akan segera menyusul; Fernando Moran( buruan
nyusul brew, ojo ditunda2 S.Sos nya), Cici Yanti calon Guru Besar (sukses),
Leni Safitri calon Sarjana Pertanian, Annisa Saswita calon Perawat, Lusita
Angelina dan Ardi Yanto calon S.IP (Lebih cepat lebih baik dindo, sebagai
putra daerah Kab.Pesisir Barat kita harus berjuang demi kepentingan semua
orang wkwkwk). HIDUP MAHASISWA !!!.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan kita semua dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat.

Bandar Lampung, 3 September 2014
Penulis

Ricky Ardian

i

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT
DAFTAR ISI .............................................................................................................i
DAFTAR TABEL .....................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................v
I. PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
1.4

Latar Belakang ...............................................................................................1
Rumusan Masalah ........................................................................................13
Tujuan Penelitian .........................................................................................13
Kegunaan Penelitian ....................................................................................13

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Strategi ........................................................................................15
2.2 Sosialisasi Politik ..........................................................................................20
2.2.1 Pengertian Sosialisasi Politik ...............................................................20
2.2.2 Fungsi Sosialisasi Politik .....................................................................21
2.3 Pemilihan Umum (Pemilu) ..........................................................................22
2.3.1 Pengertian Pemilu ................................................................................22
2.3.2 Sistem Pemilihan Umum......................................................................28
2.3.3 Fungsi Pemilihan Umum......................................................................29
2.3.4 Pemilu Legislatif ..................................................................................31
2.4 Komisi Pemilihan Umum..............................................................................32
2.5 Partisipasi Pemilih.........................................................................................36
2.5.1 Pengertian Partisipasi Pemilih ............................................................36
2.5.2 Bentuk Partisipasi Pemilih ..................................................................38
2.5.3 Model Partisipasi Pemilih ...................................................................39
2.5.4 Fungsi Partisipasi Pemilih...................................................................39
2.6 Perilaku Pemilih ............................................................................................41
2.7 Kerangka Pikir ..............................................................................................41
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian ..............................................................................................44
3.2 Fokus Penelitian ............................................................................................45
3.3 Lokasi Penelitian…………………….. .........................................................46
3.4 Informan ........................................................................................................46

ii

3.5 Jenis Dan Sumber Data .................................................................................46
3.5.1 Data Primer ..........................................................................................47
3.5.2 Data Sekunder .......................................................................................47
3.6 Teknik Pengumpulan Data ...........................................................................47
3.6.1 Wawancara ..........................................................................................48
3.6.2 Penelitian Pustaka ................................................................................48
3.6.3 Dokumentasi ........................................................................................49
3.7 Teknis Analisis Data ......................................................................................49
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung ..........................................................50
4.2 Gambaran Umum Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Lampung ....51
4.3 Visi Dan Misi KPU ......................................................................................53
4.3.1 Visi ......................................................................................................53
4.3.2 Misi .....................................................................................................53
4.3.3 Sekretariat KPU ..................................................................................54
4.4 Tugas Dan Wewenang KPU Provinsi ..........................................................55
4.5 Gambaran Umum Penelitian ........................................................................57
4.6 Identitas Informan ........................................................................................60
4.6.1 Informan KPU Provinsi Lampung ......................................................60
4.6.2 Informan Masyarakat Yang Tidak Menggunakan Hak Pilih ..............60
4.6.3 Informan Masyarakat Yang Menggunakan Hak Pilih ........................61
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Masyarakat Tidak Menggunakan Hak
Pilih Dalam Pemilu ......................................................................................62
5.1.1 Calon Yang Tidak Dikenal .................................................................62
5.1.2 Pemanfaatan Waktu Libur ..................................................................63
5.1.3 Aktivitas Atau Pekerjaan ....................................................................63
5.1.4 Adanya Rasa Kecewa .........................................................................65
5.1.5 Lokasi TPS Jauh .................................................................................66
5.1.6 Tidak Ada Kartu Pemilih....................................................................67
5.1.7 Adanya Rasa Malas ............................................................................68
5.2 Dinamika Politik Antara KPU Dengan Pemerintah Provinsi Lampung
Mempengaruhi Tingkat Partisipasi .............................................................70
5.2.1 Dinamika Politik .................................................................................70
5.2.2 Penundaan Jadwal Pemilihan Gubernur .............................................73
5.2.3 Tingkat Partisipasi Pemilih Pemilu Tahun 2014 ................................74
5.3 Faktor-Faktor yang Menjadi Hambatan Dalam Melakukan Sosialisasi .......77
5.3.1 Keterbatasan Dana ..............................................................................77
5.3.2 Keterbatasan Tenaga Atau Personil ....................................................78
5.3.3 Keterbatasan Waktu ............................................................................78
5.3.4 Cakupan Wilayah Yang Cukup Besar ................................................79
5.4 Strategi KPU Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Pada Pemilu
Tahun 2014 di Provinsi Lampung................................................................80
5.4.1 Strategi Penguatan ..............................................................................80

iii

5.4.2 Strategi Rasionalisasi ....................................................................... 84
5.4.3 Strategi Bujukan............................................................................... 88
5.4.4 Strategi Konfrontasi ......................................................................... 91
5.5 Strategi Kelompok Sasaran Dalam Melakukan Sosialisasi ....................... 96
5.5.1 Kelompok Perempuan ...................................................................... 96
5.5.2 Kelompok Pelajar atau Mahasiswa .................................................. 99
5.5.3 Kelompok Keagamaan ..................................................................... 102
5.5.4 Kelompok Marjinal .......................................................................... 103
5.5.5 Kelompok Pemilih Pemuda ............................................................. 104
5.6 Strategi Pendidikan Pemilih ...................................................................... 108
5.6.1 Adanya Kemauan ............................................................................. 109
5.6.2 Adanya Kemampuan ........................................................................ 110
5.6.3 Adanya Kesempatan ........................................................................ 112
VI. SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan ................................................................................................... 113
6.2 Saran ......................................................................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Tingkat Partisipasi Masyarakat ............................................................... 5
Tabel 2. Daftar Informan....................................................................................... 46
Tabel 3. Daftar Pemilih Tetap (DPT) .................................................................... 75
Tabel 4. Hasil Rekapitulasi Suara………………………………………………..76
Tabel 5. Tingkat Partisipasi Pemilih Tahun 2009 dan 2014……………………..95

v

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Kerangka Pikir Penelitian ..................................................................................... 43
Gambar 1. Logo KPU Lampung ........................................................................... 57
Gambar 2. Sosialisasi KPU Lampung Kepada Masyarakat Pemilih .................... 98

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi, yang
kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat. Pada pasal 1 ayat 2 UndangUndang Dasar Tahun 1945 dinyatakan bahwa kedaulatan berada ditangan
rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang dasar, untuk melaksanakan
kedaulatan rakyat, maka dilakukan pemilihan umum. Pemilihan umum
diartikan sebagai proses pemungutan suara dimana semua warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memilih dan dipilih menjadi pemimpin.

Pada tahun 2014 ini bangsa Indonesia telah melakukan pemilihan umum
legislatif yaitu pada tanggal 09 April 2014 yang lalu. Pemilu legislatif
tersebut mempunyai makna penting bagi berjalannya demokrasi, dimana
setiap warga negara yang telah dianggap dewasa dan memenuhi persyaratan
menurut undang-undang, dapat memilih wakil-wakil mereka di parlemen,
termasuk pemimpin pemerintahan. Selain itu Pemilu legislatif 2014 yang
lalu diharapkan berjalan sesuai yang kita inginkan, baik dari segi proses,
prosedur, maupun

kualitas, sehingga akan terwujud pemilu yang lebih

optimal dan berkualitas. Penyelenggaraan pemilu yang berkualitas menjadi
dambaan kita semua. Harapan rakyat akan perbaikan negeri ini akan dapat

2

terwujud apabila pemilu 2014 dapat menghasilkan wakil-wakil rakyat dan
pemimpin negara yang mempunyai kompetensi, kapasitas, aspiratif dan
mempunyai komitmen dalam mensejahterakan rakyat. Oleh karena itu seluruh
elemen bangsa perlu ikut serta mensukseskan pemilu langsung agar mencapai
hasil yang optimal. Sebagai bagian dari upaya konsolidasi demokrasi yang
semakin kuat, maka perlu dicermati indikator pemilu yang berkualitas sebagai
berikut:

Pertama,

pemilu

transaksional.

berkualitas

Sebaiknya ada

menuntut
upaya

penghapusan

preventif

dan

budaya

politik

represif

dalam

menekan money politic. Perilaku pemilih saat ini menurut sejumlah riset
Lembaga Survey Indonesia (LSI) mulai pragmatis materialistik, sebab rakyat
sudah mempunyai steorotype bahwa semua elit dan partainya mempunyai
kecenderungan yang sama. Berlaku baik ketika kampanye, namun ketika
sudah terpilih meninggalkan rakyatnya. Relasi pemilih dengan politisi yang
demikian tentu kurang baik dan meruntuhkan sendi-sendi demokrasi kita.
Peran partai politik yang cenderung masih menjadikan calon yang diusung
sebagai sumber uang mengakibatkan politik transaksional terus berlangsung.

Adanya politik transaksional seperti ini menyebabkan kualitas calon legislatif
(caleg) tidak dipertimbangkan, akibatnya masyarakat menjadi terbiasa
menerima uang dari calon legislatif (caleg) atau partai politik (parpol). Politik
transaksional bisa dihindari dengan cara memilih calon-calon berkualitas
dalam pemilu legislatif, penjaringannyapun harus melalui proses yang
demokratis. Masyarakat akan dengan sendirinya memberikan penilaian yang

3

objektif terhadap calon tersebut. Sehingga, calon tidak perlu mengeluarkan
uang untuk meyakinkan pemilihnya, dan pemilu akan menghasilkan legislatif
dan eksekutif yang memiliki legitimasi dan wibawa yang kuat.

Kedua, pemilu berkualitas membutuhkan perbaikan pendataan pemilih.
Tingginya angka golput dalam pemilu, ternyata bukan hanya karena
masyarakat tidak mau menggunakan hak pilihnya. Namun kekacauan dan
ketidakberesan dalam pendataan pemilih membuat banyak masyarakat yang
tidak mendapatkan kartu pemilih walaupun mempunyai hak untuk memilih.
Ketiga, pemilu yang berkualitas ditandai dengan meningkatnya partisipasi
publik, termasuk dalam tahapan-tahapannya. Pemilu 2014 diharapkan dapat
menghapuskan apatisme rakyat terhadap proses dan hasil pemilu. Pemilu
dianggap hanya menjadi ajang perebutan kekuasaan, yang kemudian setelah
berkuasa tidak memikirkan kepentingan rakyat.

Rakyat hanya dilihat sebagai angka-angka pemenangan dari pemilu ke
pemilu, usai pemilu diabaikan dalam proses-proses pembuatan kebijakan. Hal
Ini tentu tidak baik karena apatisme rakyat atas lembaga-lembaga demokrasi
menjadi faktor penghambat

bagi upaya konsolidasi demokrasi. Saat ini

rakyat mulai apatis terhadap penyelenggara pemilu yang tidak independen,
mudah dipengaruhi kekuatan politik tertentu. Masyarakat juga merasa
dirugikan dengan kasus-kasus korupsi yang menyebabkan merosotnya
kredibilitas penyelenggara (lembaga-lembaga) negara. sedikitnya aktor politik
muda yang diharapkan membawa perubahan, menambah daftar panjang
apatisme publik. Lemahnya kaderisasi partai politik juga menjadi salah satu

4

penyebab menurunnya partisipasi pemilih. Untuk itu, momentum pemilu juga
membutuhkan sebuah keterlibatan masyarakat secara maksimal. Tanpa
adanya keterlibatan masyarakat, maka pemilu hanya akan menjadi instrumen
formal dan indikator penilaian demorkasi saja, tanpa adanya substansi.
Dengan demikian partisipasi masyarakat dalam proses penyelenggaraan
pemilu harus ditingkatkan.

Keempat, pemilu diselenggarakan oleh KPU dan Bawaslu yang memiliki
integritas, kapabilitas dan akuntabilitas serta yang tidak kalah penting
independen. Disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011
tentang Penyelenggara Pemilu bahwa penyelenggaraan pemilu yang
berkualitas diperlukan sebagai sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat
dalam pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang

Dasar

Negara

Republik

Indonesia

Tahun

1945.

Kelima, pemilu berkualitas mensyaratkan penyelenggaran pemilu sesuai
dengan asas jujur, adil, tertib, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas,
akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas.

Penyelenggara pemilu harus adil, yaitu adil dalam aturan main dan memberi
kesempatan yang sama kepada semua pihak yang terlibat. Pemilu 2014
merupakan momentum bagi rakyat Indonesia untuk membuka lembaran baru
sejarah demokrasi Indonesia. Demi terlaksananya pemilu yang berkualitas,
peningkatan kinerja penyelenggara pemilu harus diperbaiki dan ditingkatkan,
bukan hanya terkait dengan kinerja teknis penyelenggaraan, namun juga

5

dalam hal penumbuhan kesadaran tentang pentingnya partisipasi masyarakat
dalam penyelenggaraan pemilu.
(jazulijuwainima.blogspot.com/2013/07/menuju-pemilu-berkualitas.htm).

Menurut Burhanuddin Muhtadi, Lembaga Survei Indonesia (LSI) mencermati
trend golput yang meningkat melalui hasil survei, yakni pada Pemilu
Legislatif 1999 jumlah golput hanya sebesar 6,3%, pada Pemilu 2004 menjadi
sekitar 16%, dan pada Pemilu 2009 meningkat lagi menjadi 29,1%.
Yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Angka partisipasi pemilih pada Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 1999
sampai dengan tahun 2009
Tabel 1. Tingkat Partisipasi Masyarakat.
No.
1
2

Tahun Penyelenggaraan
1999
2004

Tingkat Partisipasi Masyarakat
93,7 %
84 %

3
2009
70,9 %
(Sumber:http://lampost.co/berita/demokrasi-hilang-golput-meningkat, diakses
pada 20-01-2014, pukul; 21.10 wib).

Ia menilai kecenderungan peningkatan pemilih golput makin tinggi dalam
tiga kali pemilu terakhir. Dibandingkan dengan negara-negara maju, terutama
Amerika Serikat yang menerapkan sistem demokrasi, tren peningkatan
pemilih golput hingga 40% baru terakumulasi selama sekitar 200 tahun. "Di
Indonesia, hanya terjadi dalam waktu 12 tahun, pemilih golput sudah
meningkat menjadi 29,1% ditahun2009." (http://lampost.co/berita/demokrasihilang-golput-meningkat, diakses pada 20-01-2014, pukul; 21.10 wib).

Provinsi Lampung merupakan daerah yang memiliki luas wilayah yang cukup
besar di Pulau Sumatra, yaitu 35.376,50 km2. Dengan jumlah Kabupaten/Kota

6

di Provinsi Lampung sampai dengan tahun 2013 sebanyak 15 Kabupaten atau
Kota terdiri dari: Kota Bandar Lampung, Kabupaten Lampung Selatan,
Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten

Lampung Timur, Kabupaten

Tulang Bawang, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Kabupaten Mesuji, Kota
Metro, Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Way Kanan, Kabupaten
Lampung Barat, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Pringsewu, Kabupaten
Pesawaran, dan Kabupaten Pesisir Barat. Selain itu Provinsi Lampung juga
memiliki jumlah penduduk sebanyak 9.586.492 jiwa.
(http://fajarsumatra.com/2013/01/penduduk-lampung-tambah-2juta#.UxcfxjdvzaYh).

Pada pemilu legislatif 2009 Provinsi Lampung menunjukan jumlah partisipasi
pemilih sebesar 3,538,673 suara dari total 5,351,733 suara daftar pemilih
tetap di KPU Lampung. Dari jumlah tersebut dapat disimpulkan bahwa
tingkat partisipasi pemilih pada pemilu legislatif di Provinsi Lampung
berjumlah 66%. Selanjutnya jumlah angka golput atau yang tidak
berpartisipasi dalam pemilu legislatif Provinsi Lampung yaitu 1,813,60 jiwa
dari total 5,351,733 daftar pemilih tetap. Jadi angka golput pada pemilu
legislatif di Provinsi Lampung tahun 2009 berjumlah 34%.
(Sumber: Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilu Legislatif Tahun
2009 Provinsi Lampung).

Berdasarkan data tersebut ada trend meningkatnya angka golput pada Pemilu
2014, hal ini dikarenakan pada pemilu legislatif 2009 jumlah golput mencapai
angka 34%, sehingga pemilu 2014 dibayangi oleh angka partisipasi yang
rendah.

Bahkan,

potensi

golput pada

pemilu

2014 dikhawatirkan

7

semakin tinggi. Hal ini terindikasi berdasarkan hasil survei yang dilakukan
Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada tanggal 1-12 Februari 2012 terhadap
2.050 responden dengan metode acak bertingkat. Hasil survei menyatakan
bahwa lebih dari 50 % responden berpotensi tidak akan memilih pada Pemilu
2014.

Dari penjelasan diatas maka muncul beberapa alasan atau penyebab mengapa
masyarakat tidak mau memilih:

1. Masyarakat merasa kesal dengan pejabat yang hanya mementingkan
kepentingan pribadi atau pemilu tidak membawa perubahan.
2. Terlalu banyak pilihan (calon-calon) sehingga masyarakat bingung mana
yang pantas untuk dipilih dan akhirnya memilih untuk tidak menggunakan
suaranya.
3. Tidak terdaftar di daftar pemilih tetap (DPT)
4. Pemanfaatan waktu libur oleh beberapa kalangan masyarakat karna pada
waktu pemilu berlangsung semua diliburkan, sehingga ada sebagian
masyarakat tidak memilih.
5. Aktivitas, sebagian warga yang disibukkan dengan aktivitasnya memilih
untuk konsen dalam pekerjaannya, sehingga tidak menggunakan suaranya
untuk memilih dalam pemilu.
(Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu warga Kota Bandar
Lampung yaitu bapak Agus Cik, 55 tahun yang beralamat di daerah Nunyai
Indah Kecamatan Raja Basa Kota Bandar Lampung, tanggal 30 Januari 2014,
Pukul:16.45 WIB). Adapun hasil wawancara lainnya dengan salah satu warga

8

Gedung Meneng, Kecamatan Raja Basa Kota Bandar Lampung bernama
Dewi, pada tanggal 03 Februari 2014, Pukul:11.30 WIB. Menyatakan
tanggapannya tidak mau memilih pada pemilu 2009 lalu. Ia mengatakan;
“Saya tidak menggunakan hak pilih saya pada pemilu tahun 2009
kemarin karna saya merasa kalaupun saya milih ya sama aja, toh
yang jadi ya kehidupan saya tetap begini-begini saja, gak ada
perubahan, jadi ya saya mending gak milih”.
Hal senada juga diungkapkan oleh saudara Bayu, 28 tahun warga Gedung
Meneng Kecamatan Raja Basa, Kota Bandar Lampung:
“Saya ragu dalam menggunakan hak pilih pada pemilu legislatif 2014
nanti ,karna dinamika politik yang terjadi di Provinsi Lampung, yakni
antara KPU dengan Pememerintah Provinsi Lampung dalam
menentukan waktu penyelenggaraan pilgub Lampung yang ditunda 3
kali, yang membuat masyarakat menjadi apatis”.

Dari permasalahan diatas menunjukan turunnya kepercayaan publik terhadap
pemimpin yang tidak membawa perubahan. Selain ketidakpercayaan kepada
pemimpin, masyarakat juga mulai tidak percaya pada partai politik (parpol)
maupun calon legislatif (caleg) yang diusung parpol. Ketidakpercayaan
masyarakat diperparah oleh legitimasi pemerintahan dan legislatif yang tidak
bisa mengubah keadaan masyarakat. Kesimpulanya tidak ada manfaat pemilu
yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Pada tahun 2014 ini, tepatnya pada
tanggal 09 April yang lalu, masyarakat Lampung telah menunjukakan sikap
poltiknya untuk menggunakan hak pilihnya pada pemilu legislatif dan
pemilihan Gubermur dan Wakil Gubernur Lampung. Namun ditengah
banyaknya masalah politik yang terjadi di Provinsi lampung, khususnya pada
bidang politik katakanlah dalam pemilu atau perebutan kekuasaan mulai dari
mengumbar janji, money politic serta dinamika politik yang terjadi

9

sebelumnya antara KPU dan Pemerintah Provinsi dalam menetukan waktu
penyelenggaraan pilihan gubernur (pilgub) Lampung yang ditunda sampai
tiga kali, sehingga masyarakat mulai apatis dan rentan untuk golput dalam
pemilu.

Hal ini bisa menjadi early warning bagi semua pihak salah satunya KPU
Lampung bahwa political turnout bisa menjadi ancaman demokrasi di
Provinsi Lampung. KPU memiliki peran penting dalam sosialisasi
penyelenggaraan pemilu untuk menekan angka golput. Hal ini sesuai dengan
tugas KPU dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Pemilihan Umum pasal 9 ayat 1 huruf m dinyatakan bahwa
KPU mempunyai tugas menyelenggarakan sosialiasasi penyelenggaraan
pemilu dan/atau yang berkaitan dengan tugas dan wewenang KPU provinsi
kepada masyarakat.

Oleh karena itu untuk meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu maka
KPU Lampung sebagai penyelenggara mempunyai tanggung jawab besar
untuk mensukseskan pemilu tersebut, demi terlaksananya pemilu yang
optimal, jujur dan adil. Namun dengan luas wilayah yang cukup besar dan
jumlah penduduk yang cukup banyak ada kekhawatiran bahwa masyarakat
tidak mengetahui secara keseluruhan tentang adannya pemilu tersebut,
sehingga KPU Lampung harus memiliki strategi untuk meningkatkan
partisipasi pemilih. Strategi tersebut bisa berupa sosialisasi atau pendidikan
politik terhadap masyarakat. Strategi ini merupakan hal yang wajib dilakukan
oleh KPU agar masyarakat benar-benar mengetahui tentang pemilu.

10

Selain memberikan petunjuk teknis, masyarakat juga perlu diberikan
pengertian tentang bagaimana memberikan hak suaranya dengan benar dan
bukan karena dipengaruhi hal lain yang tidak menguntungkan masyarakat itu
sendiri. Pada dasarnya tujuan tersebut adalah memberikan petunjuk yang
benar terkait pemilu, bukan justru mencari keuntungan semata yang dapat
merugikan masyarakat sehingga masyarakat hanya dijadikan boneka
permainan politik oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

Adapun penelitian sebelumnya yang mengkaji tentang upaya meningkatkan
partisipasi masyarakat, yaitu:

1. Hasil penelitian Tauchid Noor, dengan judul Peran Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilihan
Umum. Skripsi atau jurnal ini menjelaskan bagaimana peran KPU
meningkatkan

partisipasi

masyarakat.

Komisi

Pemilihan

Umum

merupakan metamorfosis dari Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan
Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, yang dibentuk berdasarkan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Sehubungan dengan peran KPU sesuai dengan wewenang yang ada maka
KPU harus menjalankan perannya dalam pemilu sesuai undang-undang
yaitu dengan melakukan interaksi sosial dengan masyarakat dan
stakeholder. Dalam interaksi sosial tersebut
signifikan

terhadap

partisipasi.

Adapun

terdapat

peran

yang

peran

KPU

yang

diimplementasikan dalam pemilu tersebut sebagai berikut antara lain :

11

a. Mengadakan sosialisasi dengan menggunakan media komunikasi
multi jalur pada setiap tahapannya secara tepat, baik melalui media
cetak, elektronik maupun melalui forum-forum organisasi nonformal
dalam masyarakat, misalnya radio, koran, kelompok tahlil, pengajian,
ibu-ibu PKK, dan sebagainya.
b. Fungsionalisasi institusi pemerintahan secara proporsional di tingkat
kelurahan, misalnya dengan memberdayakan lembaga tingkat desa
kelurahan, seperti desa kelurahan, RW, dan RT.
c.

Mampu membangun kerja sama dan koordinasi yang harmonis
dengan desk pemilu/pemerintah dan pemerintah daerah, media massa,
dan instansi terkait di daerah, dengan kerja sama dan koordinasi
tersebut

diharapkan

terjadi

komunikasi

yang

efektif

dengan

masyarakat.
d. Konsisten

dalam

pelaksanaan

regulasi

sehingga

KPU

dapat

menempatkan dirinya secara netral, independen, proporsional, dan
patuh sesuai dengan peraturan perundang-undangan sehingga KPU
dapat menjaga netralitas dan tidak berpihak kepada pasangan calon
tertentu.

2. Hasil penelitian M. Yusuf A.R, dengan judul Peran Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Dalam Pendidikan Politik. Skripsi atau jurnal ini
menjelaskan peran KPU dalam memberikan pendidikan politik kepada
masyarakat pemilih guna meningkatkan partispasi pemilh dalam pemilu.
KPU secara undang-undang memiliki wewenang untuk menyosialisasikan
kegiatan pemilu kepada masyarakat. Untuk menjalankan tugas di bidang

12

sosialisasi tersebut, secara struktural KPU telah menjangkau semua
tingkatan wilayah dan geografis karena di setiap wilayah dibentuk
kepanjangan tangan KPU.

Pada wilayah provinsi terdapat KPU Provinsi, di wilayah Kabupaten/Kota
dibentuk KPUD kabupaten/kota, di tingkat wilayah Kecamatan dibentuk
PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan), di tingkat Desa/kelurahan terdapat
PPS (Panitia pemungutan Suara). Pada saat pemungutan suara, di tiap-tiap
TPS terdapat KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara).
Sedangkan untuk pemungutan suara di luar negeri dilaksanakan oleh
PPLN (Panitia Pemungutan Luar Negeri).

Berbagai aspek yang harus disosialisasikan kepada masyarakat pemilih
berkaitan dengan Pemilu di antaranya yaitu: manfaat pemilu, nama-nama
peserta pemilu, ajakan untuk memberikan suara nanti pada saat
pemungutan suara, tata cara pemilu, jadwal pemilu, khususnya pada tahap
kampanye, tata cara pencoblosan, jadwal pemungutan suara dan
pengumuman hasil penghitungan suara. Pesan-pesan dalam kegiatan
sosialisasi perlu dilakukan secara menarik, informative, sederhana, dan
mudah dipahami. Media sosialisasi dapat dilakukan dalam bentuk simulasi
pencoblosan, ataupun dengan memasang iklan layanan masyarakat di
media cetak dan elektronik, iklan outdoor (di luar ruangan) dengan
memasang spanduk dan baliho di tempat-tempat strategis, penyebaran
brosur, stiker, dan sebagainya.

13

Berdasarkan penjelasan dan permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk
meneliti bagaimana strategi KPU sebagai penyelenggara pemilu dalam
meningkatkan partisipasi pemilih pada pemilu tahun 2014 di Provinsi
Lampung.

1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah strategi KPU dalam meningkatkan partisipasi pemilih pada
pemilu tahun 2014 di Provinsi Lampung ?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana dan apa saja strategi yang dilakukan KPU
dalam meningkatkan partisipasi pemilih pada pemilu tahun 2014 di Provinsi
Lampung

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini meliputi kegunaan teoritis dan praktis, yaitu :

1. Secara Teoritis
Secara

teoritis

penelitian

ini

diharapkan

dapat

berguna

bagi

perkembangan ilmu pemerintahan, politik dan dapat memperluas daya
berpikir salah satu referensi, khususnya mengenai strategi KPU dalam
meningkatkan partisipasi pemilih pada pemilu tahun 2014 khususnya
daerah Provinsi Lampung.

14

2. Secara Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan,
memberikan sumbangan pemikiran serta memberikan inspirasi terkait
strategi KPU dalam meningkatkan partisipasi pemilih pada pemilu tahun
2014 di Provinsi Lampung.

15

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Strategi

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani "Strategia" yang diartikan sebagai
"the art of the general" atau seni seorang panglima yang biasanya digunakan
dalam peperangan. Pengertian umum, strategi adalah cara untuk mendapatkan
kemenangan atau mecapai tujuan. Strategi pada dasarnya merupakan seni dan
ilmu menggunakan dan mengembangkan kekuatan (ideologi, politik,
ekonomi,sosial-budaya dan hankam) untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.

Menurut Steinberg dalam Andrianus (2006:196), strategi adalah rencana
untuk tindakan, penyusunan dan pelaksanaan strategi mempengaruhi sukses
atau gagalnya sebuah strategi. Sedangkan menurut Sukanto (2010:41) strategi
adalah fondasi tujuan organisasi dan pola gerak serta pendekatan manajemen
mencapai tujuan. Strategi juga menrupakan rencana menyatu, komprehensif
dan terpadu yang mnegkaitkan keunggulan strategis dengan kesempatan dan
ancaman yang datang dari luar.

Memahami hal ini sangatlah penting dalam perencanaan strategi politik, serta
menjadi penting mengenali apa yang tersembunyi dibalik tujuan akhir sebuah
kemenangan pemilu. Sedangkan menurut Schroder dalam Andrianus

16

(2006:196-197), strategi merupakan upaya untuk mempertahankan mayoritas
pemerintah, seperti partai akan memelihara pemilih tetap mereka dan
memperkuat pemahaman para pemilih musiman sebelumnya terhadap situasi
yang berlangsung. Jadi strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang
berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah
aktivitas dalam kurun waktu tertentu.

Strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema,
mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip
pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki
taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. Strategi dibedakan dengan taktik
yang memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat,
walaupun pada umumnya orang sering kali mencampuradukkan kedua kata
tersebut. Menurut Thoha strategi ialah upaya mentransformasikan nilai-nilai
yang terkandung dalam kelembagaan masyarakat kedalam kehidupan nyata
baik bidang politik, pemerintahan dan kemasyarakatan.

Sedangkan menurut Firmanzah (2008:244) strategi merupakan cara, metode
atau taktik yang digunakan untuk dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah
dirumuskan. Jadi strategi merupakan suatu kerangka rencana dan tindakan
yang disusun dan disiapkan dalam suatu rangkaian kegiatan, yang dibuat
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan memperhitungkan
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Strategi juga diartikan sebagai suatu
proses untuk mencapai tujuan berdasarkan ketentuan yang telah direncanakan
sebelumnya dalam kurun waktu tertentu.

17

Strategi yang baik, memiliki beberapa dimensi tim kerja, memiliki tema,
mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip
pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki
taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. Salah satu cara yang ditempuh
KPU dalam mendorong tingginya partisipasi pemilih dalam pemilu adalah
lewat pelaksanaan program sosialisasi pemilu dan pendidikan pemilih. Ketika
pemilu selalu mengalami perubahan prosedur teknis, maka KPU punya
kepentingan agar rakyat, khususnya pemilih terpenuhi hak informasi atas
perubahan regulasi tersebut.

KPU punya kepentingan agar jangan sampai ada pemilih yang terhambat
keinginannya untuk berpartisipasi dalam pemilu gara-gara tidak memahami
prosedur tentang bagaimana cara rakyat atau pemilih untuk berpartisipasi
dalam tahap-tahap pelaksanaan pemilu. Meskipun KPU sangat menyadari
bahwa ada keterbatasan dalam menjalankan kegiatan sosialisasi pemilu dan
pendidikan pemilih tersebut, sehingga dukungan dari banyak pihak sangatlah
dibutuhkan. Jadi strategi begitu penting dalam mewujudkan tujuan yang telah
direncanakan.

Berdasarkan uraian diatas terdapat pula ringkasan tentang manajemen strategi
sebagai pelengkap dalam kajian ini. Menurut Fahmi (2013:02), manajemen
strategi

adalah suatu

rencana

yang disusun dan dikelola dengan

memperhitungkan berbagai sisi dengan tujuan agar pengaruh rencana tersebut
bisa memberikan dampak positif bagi organisasi tersebut secara jangka

18

panjang. Salah satu fokus kajian dalam manajemen strategi yaitu runag
lingkup serta dampak penerapan dari strategi tersebut.

Sedangkan menurut Newman dalam Andrianus (2006:211-212) terdapat
empat pilihan strategi, yaitu:
1. Strategi Penguatan.
Strategi ini dapat digunakan untuk sebuah kontestan yang telah dipilih
karena mempunyai citra tertentu dan citra tersebut dibuktikan oleh kinerja
politik selama mengemban jabatan publik tertentu.
2. Strategi Rasionalisasi.
Strtaegi ini dilakukan kepada kelompok pemilih yang sebelumnya telah
memilih

kontestan

tertentu

karena

kontestan

tersebut

berhasil

mengembangkan citra tertentu yang disukai pemilih akan tetapi kinerjanya
kemudian tidak sesuai dengan citra tersebut.
3. Strategi Bujukan.
Strategi ini dapat diterapkan oleh organisasi yang mempersepsikan
memiliki citra tertentu tapi juga memiliki kinerja yang cocok dengan citra
lainnya.
4. Strategi Konfrontasi.
Strategi ini diterapkan kepada para pemilih yang telah memilih kontestan
dengan citra tertentu yang dianggap tidak cocok oleh pemilih kemudian
kontestan tersebut tidak menghasilkan kinerja yang memuaskan pemilih.

Untuk itu strategi yang tepat untuk digunakan dalam penelitian ini terkait
strategi KPU meningkatkan partisipasi pemilih adalah strategi penguatan,

19

strategi rasionalisasi, strategi bujukan dan strategi konfrontasi yang didalam
penerapannya adalah sosialisasi politik. Sosialisasi politik merupakan suatu
proses bagaimana memperkenalkan sistem politik

atau pemilu pada

seseorang, dan bagaimana seseorang tersebut menetukan sikap dan
kesadarannya untuk ikut serta berperan dalam pemilu tersebut dengan
menggunkan hak pilihnya. Konsep sosialisasi politik ini tepat untuk
digunakan peneliti dalam melakukan penelitian karena strategi yang
dilakukan pihak KPU adalah dengan sosialisasi.

Sosialisasi erat kaitannya dengan komunikasi politik, karena komunikasi
politik merupakan suatu proses interaksi antar elit dengan masyarakat secara
langsung. Strategi komunikasi politik menurut Arifin (2011:235) adalah
keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan
saat ini, guna mencapai tujuan politik pada masa depan, memantapkan
kelembagaan politik, menciptakan kebersamaan dan membangun konsensus
merupakan keputusan strategis yang tepat bagi komunikasi politik. Untuk
mencapai sebuah tujuan maka harus ada yang namanya strategi, taktik atau
perencanaan yang matang, sama halnya yang telah dilakukan KPU Lampung
dalam meningkatkan partisipasi pemilih pada pemilu legislatif tahun 2014.

KPU sebagai penyelenggara pemilihan umum harus menyiapkan atau
menggunakan strategi yang baik agar tercapainya tujuan tersebut. Strategi itu
berupa sosialisasi terhadap masyarakat, seperti pendidikan politik artinya
memberikan pemahaman tentang pemilu, baik secara teori maupun secara
teknik pelaksanaannya. Melalui strategi inilah masyarakat bisa mengetahui

20

arti pentingnya pemilu dan ikut serta menggunakan hak pilihnya dalam
pemilihan umum legislatif 2014.

Strategi memiliki peranan yang sangat penting bagi pencapaian tujuan, karna
strategi memberikan arah tindakan, dan cara bagaimana tindakan tersebut
harus dilakukan agar tujuan yang diinginkan tercapai. Strategi juga dapat
berfungsi sebagai suatu cara untuk melakukan hal-hal yang berhubungan
dengan pemilu guna meningkatkan partisipasi. Untuk itu KPU sebagai
penyelenggara tentu memiliki tujuan dan strategi yang baik dalam melakukan
pendidikan politik guna meningkatkan partisipasi tersebut.

2.2 Sosialisasi Politik

2.2.1

Pengertian Sosialisasi Politik

Sosialisasi merupakan suatu proses dimana seseorang berpartisipasi dalam
masyarakat guna memberi atau mendapatkan informasi yang terjadi
melalui interaksi sosial secara langsung ataupun tidak langsung. Menurut
Efrizal (2012:4) sosialisasi politik merupakan suatu proses bagaimana
memperkenalkan system politik pada seseorang, dan bagaimana orang
tersebut menentukan tanggapan serta reaksi-reaksinya terhadap gejalagejala poltik. Sedangkan menurut Syarial dalam Efrizal (2012:8)
sosialisasi politik ialah proses pembentukan sikap dan orientasi politik
pada anggota masyarakat. Melalui proses sosialisasi politik inilah
masyarakat memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik
yang berlangsung dalam masyarakat.

21

Berdasarkan penjelasan diatas menurut penulis bahwa sosialisasi politik
merupakan suatu proses sosial yang didalamnya melakukan sosialisasi
secara langsung kepada masyarakat melalui pendidikan politik guna
mendapatkan informasi dibidang politik yang erat kaitannya dengan
pemilu. Adapun yang menjadi fokus

atau perantara dalam proses

sosialisasi, yaitu: keluarga, sekolah, kelompok pergaulan, kelompok kerja,
kelompok agama, dan media massa dan lain sebagainya.

2.2.2

Fungsi Sosialisasi Politik

Adapun fungsi sosialisasi menurut Apter dalam Efriza (2012:49) ada tiga
fase,yaitu:
1. Fungsi sosialisasi sebagai proses pemebelajaran kepada masyarakat
yang bersifat politik, dalam artian orang-orang dewasa adalah warga
negara yang mengutarakan sikap mengenai masyarakat, atau rasa suka
atau bencinya mereka terhadap pemimpin-pemimpin politik dan
menanggapi isu-isu yang mempengarui mereka.
2. Fungsi sosialisasi, bagaimana orientasi politik digeneralisasi oleh
masyarakat menghadapi situasi-situasi kelompok diluar kelu