PEMBUNGAAN TANAMAN UBIKAYU MUDA (Manihot esculenta Crantz.) DENGAN PEMBERIAN PACLOBUTRAZOL MELALUI DAUN DALAM BERBAGAI VOLUME

(1)

ABSTRAK

PEMBUNGAAN TANAMAN UBIKAYU MUDA (Manihot esculenta Crantz.) DENGAN PEMBERIAN PACLOBUTRAZOL MELALUI

DAUN DALAM BERBAGAI VOLUME

Oleh

Rahmah Catur Putri

Aplikasi paclobutrazol merupakan suatu cara untuk mengatasi permasalahan pada tanaman ubikayu yang umur berbunga antargenotipenya tidak sama dan

membutuhkan fotoperiodik hari panjang ≥ 13,5 jam terang dan suhu 240

C untuk menghasilkan bunga ubikayu. Pada penelitian ini digunakan stek ubikayu varietas UJ-3 atau Thailand berukuran 25 cm yang berumur 8 – 12 bulan. Tujuan

penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui pengaruh paclobutrazol terhadap pertumbuhan tanaman ubikayu, (2) mengetahui pengaruh paclobutrazol melalui daun terhadap pembungaan tanaman ubikayu, (3) mengetahui volume

paclobutrazol yang tepat untuk menekan pertumbuhan vegetatif dan induksi pembungaan tanaman ubikayu. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan empat ulangan, masing-masing ulangan terdiri atas dua satuan percobaan. Perlakuannya adalah larutan paclobutrazol konsentrasi 500 ppm dengan berbagai volume paclobutrazol yaitu 0 ml, 25 ml, 50 ml, 75 ml, dan 100 ml yang diberikan melalui daun saat tanaman telah berumur 30 hari sebanyak


(2)

3 kali dengan interval 1 minggu. Pemberian paclobutrazol melalui daun pada tanaman ubikayu sebanyak 25 ml terbukti secara efektif menekan pertumbuhan vegetatif yang ditandai dengan pengurangan tinggi tunas sebesar 48,51 cm, jumlah daun sebanyak 12 daun, jumlah buku sebanyak 13 buku, bobot basah dan kering tunas, daun, dan ubi tanaman ubikayu sebesar 30 – 57%, namun belum mampu menginduksi pembungaan tanaman ubikayu umur 3 BST.


(3)

PEMBUNGAAN TANAMAN UBIKAYU MUDA (

Manihot

esculenta

Crantz.) DENGAN PEMBERIAN

PACLOBUTRAZOL

MELALUI DAUN

DALAM BERBAGAI VOLUME

Oleh

RAHMAH CATUR PUTRI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2014


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 25 Juli 1992. Penulis

merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Putri dari pasangan Hi. Fu’adi

Zaini, S. H., M. M. (Alm.) dan Hj. Yusnidar Ishak, S. Pd.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1998 di Taman Kanak-kanak (TK) Handayani. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Al-Kautsar, Bandar Lampung dan menyelesaikannya pada tahun 2004. Pada tahun 2007, Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di Sekolah Menengah Pertama Al-Kautsar, sedangkan pendidikan menengah atas diselesaikan di Sekolah Menengah Atas Al-Kautsar pada tahun 2010.

Pada tahun yang sama Penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan

Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur UM (Ujian Mandiri). Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Tanjung Jati, kecamatan Kota Agung Timur, kabupaten Tanggamus, Lampung pada Januari 2013. Pada Juli 2013, Penulis mengikuti Praktik Umum di Balai Besar

Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura di Cimanggis, Depok. Selama kegiaatan perkuliahan, Penulis pernah aktif sebagai Duta Mahasiswa Fakultas Pertanian pada tahun 2012/2013. Penulis juga pernah menjadi asisten dosen untuk mata kuliah Tanaman Pangan tahun 2012/2013 dan Teknologi Benih tahun 2013/2014.


(8)

Ma Sya Allah, La Quwwata Illa Billah

Sesungguhnya atas kehendak Allah semua ini

terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan


(9)

SANWACANA

Syukur alhamdulillah, Penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan semesta alam, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, terutama kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Erwin Yuliadi, M. Sc., selaku dosen Pembimbing Pertama yang

telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran dalam penelitian dan penulisan skripsi;

2. Bapak Ir. Ardian, M. Agr., selaku Pembimbing Ke dua atas fasilitas, arahan, saran, dan semangat bagi Penulis selama penelitian hingga penulisan skripsi ini selesai;

3. Bapak Dr. Ir. Agus Karyanto, M. Sc., selaku Penguji yang telah bersedia memberikan pengarahan dan saran selama pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi;

4. Ibu Dr. Ir. Suskandini Ratih, M. Sc., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasihat dan motivasi kepada Penulis;

5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Putas Hidayat, M.S., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung;

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M. S., selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung;


(10)

Wijaya, dan My Beloved Onye yang telah memberikan dukungan baik materil maupun non-materil, serta doa yang selalu diberikan kepada Penulis; 8. Sahabat seperjuangan: Neng Mustika Adzania Lestari, Ayusastri Clarisky,

dan Annisa Yangis atas kerjasama, bantuan, dan kenangan selama penelitian dan penyusunan skripsi;

9. Sahabat-sahabat Agroteknologi 2010: Neng Gorendva R. Warganegara, Dian Oktaviani, Jefri Zulkarnain, Yulinda Simatupang, Echa Febriliya, Desi Anggraeni, Arisha Azima, Safira Maulidina, Intan Desmania, dan Dian Saputra atas persahabatan, motivasi, bantuan, dan perhatian selama perkuliahan hingga penulisan skripsi ini.

10. Teman-teman Agroteknologi 2009, 2010, serta semua pihak yang telah dengan ikhlas membantu Penulis dalam penelitian dan penyelesaian skripsi.

Akhirnya Penulis berdoa semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala kepada seluruh pihak yang telah membantu terwujudnya laporan ini.

Bandar Lampung, Agustus 2014 Penulis,


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xvii I. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah... 1

1.2 Tujuan Penelitian... 4

1.3 Kerangka Pemikiran... 4

1.4 Hipotesis... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1 Botani Tanaman Ubikayu... 7

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Ubikayu... 8

2.3 Biologi Reproduksi Ubikayu... 9

2.4 Zat Penghambat Tumbuh Paclobutrazol... 11

III. BAHAN DAN METODE... 15

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 15

3.2 Bahan dan Alat... 15

3.3 Metode Penelitian... 16


(12)

3.5 Variabel Pengamatan. ... 21

3.5.1. Jumlah tunas... 21

3.5.2. Tinggi tunas... 21

3.5.3. Jumlah daun... 21

3.5.4. Jumlah buku... 21

3.5.5. Tingkat kehijauan daun... 22

3.5.6. Jumlah cabang... 22

3.5.7. Waktu berbunga... 22

3.5.8. Jumlah rangkaian bunga... 22

3.5.9. Jumlah bunga jantan dan betina... 22

3.5.10 Jumlah bunga gugur... 23

3.5.11 Bobot basah daun, batang, dan ubi... 23

3.5.12 Bobot kering daun, batang, dan ubi... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 24

4.1 Hasil Penelitian... 24

4.1.1 Tinggi Tunas... 25

4.1.2 Jumlah Daun... 31

4.1.3 Jumlah Buku... 32

4.1.4 Bobot Basah Ubi... 34

4.1.5 Bobot Basah Tunas... 35

4.1.6 Bobot Basah Daun... 35

4.1.7 Bobot Kering Ubi... 36

4.1.8 Bobot Kering Tunas... 37

4.1.9 Bobot Kering Daun... 38

4.1.10 Tingkat Kehijauan Daun... 39

4.1.11 Jumlah Rangkaian Bunga... 39

4.2 Pembahasan... 40

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 48


(13)

5.2 Saran... 48

PUSTAKA ACUAN... 49


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jadwal dan volume semprot per tanaman pada masing-

masing perlakuan. ... 2. Rekapitulasi hasil analisis ragam untuk semua variabel

pengamatan perlakuan pemberian paclobutrazol melalui daun dalam berbagai volume (0; 25; 50; 75; dan 100 ml)

terhadap pembungaan tanaman ubikayu. ... 3. Pengaruh pemberian paclobutrazol melalui daun dalam

berbagai volume (0; 25; 50; 75; dan 100 ml) terhadap tinggi tunas tanaman umur 2 dan 3 bulan setelah tanam. ... 4. Pengaruh pemberian paclobutrazol melalui daun dalam

berbagai volume (0; 25; 50; 75; dan 100 ml) terhadap jumlah daun dan jumlah buku tanaman umur 3 bulan

setelah tanam. ... 5. Pengaruh pemberian paclobutrazol melalui daun dalam

berbagai volume (0; 25; 50; 75; dan 100 ml) terhadap bobot basah ubi, tunas, dan daun tanaman ubikayu

(transformasi √x). ... 6. Pengaruh pemberian paclobutrazol melalui daun dalam

berbagai volume (0; 25; 50; 75; dan 100 ml) terhadap bobot kering ubi, tunas, dan ubi tanaman ubikayu

(transformasi √x). ...

20 25 26 31 34 37 7. Data curah hujan harian tahun 2013. ...

8. Data lama penyinaran tahun 2013. ... 9. Data suhu tahun 2013. ... 10. Deskripsi ubikayu varietas UJ-3. ...

54 55 56 60


(15)

11. Data rata-rata pengaruh beberapa volume semprot paclobutrazol (0; 25; 50; 75; dan 100 ml) pada tinggi

tunas tanaman ubikayu umur 2 bulan setelah tanam. ... 12. Data rata-rata pengaruh beberapa volume semprot

paclobutrazol (0; 25; 50; 75; dan 100 ml) pada jumlah

daun tanaman ubikayu umur 2 bulan setelah tanam. ... 13. Data rata-rata pengaruh beberapa volume semprot

paclobutrazol (0; 25; 50; 75; dan 100 ml) pada jumlah

buku tanaman ubikayu umur 2 bulan setelah tanam. ... 14. Data rata-rata pengaruh beberapa volume semprot

paclobutrazol (0; 25; 50; 75; dan 100 ml) pada tinggi

tunas tanaman ubikayu umur 3 bulan setelah tanam. ... 15. Data rata-rata pengaruh beberapa volume semprot

paclobutrazol (0; 25; 50; 75; dan 100 ml) pada jumlah

daun tanaman ubikayu umur 3 bulan setelah tanam. ... 16. Data rata-rata pengaruh beberapa volume semprot

paclobutrazol (0; 25; 50; 75; dan 100 ml) pada jumlah

buku tanaman ubikayu umur 3 bulan setelah tanam. ... 17. Data pengaruh beberapa volume semprot paclobutrazol

(0; 25; 50; 75; dan 100 ml) pada bobot basah ubi. ... 18. Data pengaruh beberapa volume semprot paclobutrazol

(0; 25; 50; 75; dan 100 ml) pada bobot basah tunas. ... 19. Data pengaruh beberapa volume semprot paclobutrazol

(0; 25; 50; 75; dan 100 ml) pada bobot basah daun. ... 20. Data pengaruh beberapa volume semprot paclobutrazol

(0; 25; 50; 75; dan 100 ml) pada bobot kering ubi. ... 21. Data pengaruh beberapa volume semprot paclobutrazol

(0; 25; 50; 75; dan 100 ml) pada bobot kering tunas. ... 22. Data pengaruh beberapa volume semprot paclobutrazol

(0; 25; 50; 75; dan 100 ml) pada bobot kering daun. ... 23. Data pengaruh beberapa volume semprot paclobutrazol

(0; 25; 50; 75; dan 100 ml) pada bobot basah ubi

(transformasi √x). ...

61 61 62 62 63 63 64 64 65 65 66 66 67


(16)

24. Data pengaruh beberapa volume semprot paclobutrazol (0; 25; 50; 75; dan 100 ml) pada bobot basah daun

(transformasi √x). ... 25. Data pengaruh beberapa volume semprot paclobutrazol

(0; 25; 50; 75; dan 100 ml) pada bobot kering ubi

(transformasi √x). ... 26. Data pengaruh beberapa volume semprot paclobutrazol

(0; 25; 50; 75; dan 100 ml) pada bobot kering tunas

(transformasi √x). ... 27. Rekapitulasi uji bartlett untuk homogenitas

ragam antarperlakuan. ... 28. Analisis ragam untuk pengaruh beberapa volume

semprot paclobutrazol (0; 25; 50; 75; dan 100 ml) pada tinggi tunas tanaman ubikayu umur 2 bulan

setelah tanam. ... 29. Analisis ragam untuk pengaruh beberapa volume

semprot paclobutrazol (0; 25; 50; 75; dan 100 ml) pada jumlah daun tanaman ubikayu umur 2 bulan

setelah tanam. ... 30. Analisis ragam untuk pengaruh beberapa volume

semprot paclobutrazol (0; 25; 50; 75; dan 100 ml) pada jumlah buku tanaman ubikayu umur 2 bulan

setelah tanam. ...

67 68 68 69 70 70 71

31. Analisis ragam untuk pengaruh beberapa volume semprot paclobutrazol (0; 25; 50; 75; dan 100 ml) pada tinggi tunas tanaman ubikayu umur 3 bulan

setelah tanam. ... 32. Analisis ragam untuk pengaruh beberapa volume

semprot paclobutrazol (0; 25; 50; 75; dan 100 ml) pada jumlah daun tanaman ubikayu umur 3 bulan

setelah tanam. ... 33. Analisis ragam untuk pengaruh beberapa volume

semprot paclobutrazol (0; 25; 50; 75; dan 100 ml) pada jumlah buku tanaman ubikayu umur 3 bulan

setelah tanam. ... 34. Analisis ragam untuk pengaruh beberapa volume

semprot paclobutrazol (0; 25; 50; 75; dan 100 ml)

pada bobot basah ubi (transformasi √x). ...

71 72 72 73


(17)

35. Analisis ragam untuk pengaruh beberapa volume semprot paclobutrazol (0; 25; 50; 75; dan 100 ml)

pada bobot basah tunas (transformasi √x). ... 36. Analisis ragam untuk pengaruh beberapa volume

semprot paclobutrazol (0; 25; 50; 75; dan 100 ml)

pada bobot basah daun. ... 37. Analisis ragam untuk pengaruh beberapa volume

semprot paclobutrazol (0; 25; 50; 75; dan 100 ml)

pada bobot kering ubi (transformasi √x). ... 38. Analisis ragam untuk pengaruh beberapa volume

semprot paclobutrazol (0; 25; 50; 75; dan 100 ml)

pada bobot kering tunas (transformasi √x). ... 39. Analisis ragam untuk pengaruh beberapa volume

semprot paclobutrazol (0; 25; 50; 75; dan 100 ml)

pada bobot kering daun. ...

73

74

74

75

75


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Rumus bangun paclobutrazol... 2. Sel-sel korteks dari tanaman yang diberikan paclobutrazol

(kiri) dan kontrol (kanan)... 3. Tata letak tanaman ubikayu pada lahan penelitian... 4. Grafik tinggi tunas rata-rata dari aplikasi berbagai

volume pemberian paclobutrazol melalui daun mulai pengamatan 3 minggu setelah tanam sampai 13 minggu

setelah tanam... 5. Grafik panjang ruas rata-rata dari aplikasi berbagai

volume pemberian paclobutrazol melalui daun mulai pengamatan 3 minggu setelah tanam sampai 13 minggu

setelah tanam... 6. Penampakan tanaman ubikayu umur 1 BST setelah

dilakukan aplikasi paclobutrazol dengan volume 0 ml,

25 ml, 50 ml, 75 ml, dan 100 ml... 7. Penampakan tanaman ubikayu umur 2 BST setelah

dilakukan aplikasi paclobutrazol dengan volume

0 ml, 25 ml, 50 ml, 75 ml, dan 100 ml... 8. Grafik jumlah daun dari aplikasi berbagai volume

pemberian paclobutrazol melalui daun mulai

pengamatan 3 minggu setelah tanam sampai 13 minggu

setelah tanam... 9. Grafik jumlah buku dari aplikasi berbagai volume

pemberian paclobutrazol melalui daun mulai

pengamatan 3 minggu setelah tanam sampai 13 minggu

setelah tanam... 10. Grafik bobot basah daun, tunas, dan ubi dari

aplikasi berbagai volume pemberian paclobutrazol

12 14 17 27 28 29 30 32 33


(19)

melalui daun pada umur 3 BST... 11. Grafik bobot kering daun, tunas, dan ubi dari

aplikasi berbagai volume pemberian paclobutrazol

melalui daun pada umur 3 BST...

36


(20)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Ubikayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan ketiga sebagai sumber karbohidrat bagi masyarakat Indonesia. Sejalan dengan program diversifikasi pangan, permintaan ubikayu terus meningkat dengan laju 3,63% per tahun dan serapannya mencapai antara 62

– 78% dari produksi nasional (Sunyoto dan Wargiono, 2009). Permintaan yang tinggi tersebut dikarenakan ubikayu mempunyai potensi yang besar. Ubikayu tidak hanya dimanfaatkan sebagai sumber pangan, melainkan juga bahan baku berbagai industri. Bahkan, teknologi mutakhir mengatakan bahwa ubikayu dapat dijadikan sebagai sumber energi alternatif seperti bioetanol.

Selama tiga periode yaitu 1995 – 2000, 2000 – 2005, dan 2005 – 2010 baik produksi maupun konsumsi cenderung mengalami peningkatan, namun produksi relatif lebih rendah peningkatannya dibandingkan konsumsi. Menurut data Badan Pusat Statistik (2013), bahwa pada tahun 2011 produksi ubikayu Indonesia

sebesar 24,2 juta ton ubikayu dengan produktivitas mencapai 21,4 ton/ha dengan lima wilayah terbesar penghasil ubikayu yaitu Sumatera Utara, Lampung, Jawa Timur, Jawa tengah, dan Jawa Barat. Pencapaian produksi ubikayu di Indonesia masih dikatakan rendah apabila dilihat dari potensinya yaitu sebesar 25 – 40


(21)

ton/ha. Potensi yang rendah tersebut menyebabkan defisit pada tahun 2010 sebesar 126 ribu ton (Saliem dan Nuryanti, 2011).

Angka produksi ubikayu di Indonesia masih dirasa belum mampu memenuhi permintaan konsumen baik sebagai bahan baku pangan maupun industri. Selain disebabkan oleh menyempitnya areal ubikayu akibat alih fungsi lahan, namun juga ikut didorong oleh pengembangan dan penggunaan teknologi yang terbatas di tingkat petani. Kondisi ini mengingat pertanaman ubikayu di Indonesia umumnya diusahakan oleh perkebunan rakyat yang masih menggunakan teknologi

konvensional berupa penggunaan klon ubikayu non-unggul. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan teknologi sebagai perbaikan mutu melalui program intensifikasi berupa kegiatan pemuliaan tanaman.

Pemuliaan pada tanaman ubikayu bertujuan untuk menciptakan varietas ubikayu baru yang memiliki produktivitas tinggi dengan kadar pati tinggi melalui

persilangan antarbunga. Namun, dalam proses persilangan tersebut terdapat kendala yang menghambat kegiatan pemuliaan tanaman yaitu ketidakketersediaan bunga ubikayu di dataran rendah secara serempak akibat perbedaan umur

berbunga antargenotipe ubikayu. Secara morfologi, tanaman ubi kayu baru akan berbunga pada umur 8 – 10 bulan dan sangat tergantung genotipe dan lingkungan tumbuh (Halsey dkk., 2008). Kondisi waktu berbunga yang lama akan

mempersulit seorang pemulia tanaman untuk mendapatkan bunga sebelum dapat disilangkan. Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu zat penghambat tumbuh (ZPT) berupa paclobutrazol (Rasiyanto, 2001) yang dapat menginduksi pembungaan


(22)

tanaman ubikayu tanpa dipengaruhi umur tanaman dan lingkungan tumbuhnya melalui penurunan hormon giberelin endogen.

Beberapa penelitian tercatat telah berhasil menginduksi pembungaan pada

tanaman hortikultura dengan menggunakan larutan paclobutrazol. Syam’un dkk. (2008) mengatakan bahwa pemberian paclobutrazol pada tanaman krisan dengan berbagai konsentrasi dan frekuensi mampu memberikan hasil terbaik pada

konsentrasi 50 mg L-1dan frekuensi satu kali terhadap kecepatan berbunga, jumlah bunga, diameter bunga dan ketahanan bunga. Selain itu, aplikasi paclobutrazol dan stragulasi pada tanaman manggis juga berhasil menginduksi pembungaan sehingga berpeluang untuk memproduksi buah manggis di luar musim (Rai dkk., 2004).

Pada penelitian sebelumnya yaitu aplikasi paclobutrazol melalui daun tanaman ubikayu terbukti mampu merangsang pembungaan dini di dataran rendah pada 500 ppm sebanyak 100 ml (Yuliadi dkk., 2012). Akan tetapi, jumlah bunga yang dihasilkan belum optimal sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui volume paclobutrazol yang tepat dan efektif dalam menginduksi pembungaan tanaman ubikayu.

Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk menjawab permasalahan berikut: 1. Apakah pemberian paclobutrazol dapat mempengaruhi pertumbuhan vegetatif

tanaman ubikayu?

2. Apakah pemberian paclobutrazol dapat menginduksi pembungaan tanaman ubikayu?


(23)

3. Berapa volume paclobutrazol yang tepat untuk pembungaan tanaman ubikayu umur muda?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengaruh paclobutrazol terhadap pertumbuhan tanaman ubikayu (Manihot esculenta Crantz.).

2. Mengetahui pengaruh paclobutrazol melalui daun terhadap pembungaan tanaman ubikayu (Manihot esculenta Crantz.).

3. Mengetahui volume paclobutrazol yang tepat untuk menekan pertumbuhan vegetatif dan induksi pembungaan tanaman ubikayu (Manihot esculenta Crantz.).

1.3 Kerangka Pemikiran

Ubikayu (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu komoditas unggulan di Indonesia karena dapat dijadikan bahan baku pangan, industri, dan sumber alternatif energi dunia yaitu bioetanol. Ubikayu tiap tahunnya mengalami peningkatan produksi dan produktivitas, tetapi kondisi tersebut tidak dapat menandingi percepatan kenaikan kebutuhan bahan baku ubikayu yang meningkat akibat diversifikasi industri. Terlebih lagi, luas areal panen ubikayu di Indonesia yang berkembang secara fluktuatif dan pemanfaatan teknologi sederhana berupa penggunaan bibit stek ubikayu yang tidak unggul. Oleh karena itu, perlu


(24)

dilakukan program intensifikasi melalui kegiatan pemuliaan tanaman untuk mendapatkan klon baru yang berproduksi dan berkadar pati tinggi.

Untuk memuliakan dan merakit varietas-varietas baru yang unggul, maka dibutuhkanlah pemuliaan tanaman. Dalam pemuliaan tanaman, dibutuhkan persilangan antara bunga jantan dan bunga betina yang berasal dari indukan yang memiliki sifat yang diharapkan. Namun, pemulia tanaman saat ini terkendala oleh umur tanaman untuk berbunga yang tidak sama antargenotipenya. Kondisi

tersebut mengakibatkan pemulia tidak dapat melakukan persilangan dalam waktu yang cepat dan tepat. Fase berbunga ubikayu yang lambat dan tidak seragam antarklon merupakan pengaruh respon yang berbeda antarklon atas faktor lingkungan mengingat ubikayu membutuhkan fotoperiodik hari panjang yang lebih besar dari 13,5 jam terang dan suhu yang dibutuhkan kira-kira 24◦C (Alves, 2002). Oleh karena itu, dilakukan pengaplikasian senyawa kimia paclobutrazol yang dapat menginduksi pembungaan tanaman ubikayu yang nantinya dapat berbunga pada waktu yang cepat.

Paclobutrazol merupakan zat penghambat tumbuh (retardant) yang berfungsi menghambat biosintesis giberelin (Davies, 1995) sehingga pemberian zat tersebut menyebabkan terhambatnya pertumbuhan vegetatif, menurunkan aktivitas enzim proteilitiks, menekan laju respirasi tetapi meningkatkan RNA, protein, sukrosa, pati, dan klorofil dan menstimulasi induksi bunga (Mehouachi dkk., 1996). Aplikasi paclobutrazol dapat dilakukan melalui berbagai cara, yaitu

penyemprotan daun (foliar spray), dituang ke tanah (soil drench), dan injeksi pada batang (injection).


(25)

Prinsip kerja paclobutrazol melalui daun adalah larutan paclobutrazol diserap daun melalui stomata dan akan ditranslokasikan ke seluruh tubuh yang terangkut bersamaan dengan hasil fotosintesis melalui jaringan floem. Selanjutnya,

senyawa tersebut mencapai meristem sub apikal dan menghambat biosintesis giberelin dengan cara menghambat oksidasi kaurene menjadi asam ent-kaurenoat (Salisbury dan Ross, 1995). Hormon giberelin yang terhambat menyebabkan pengurangan kecepatan dalam pembelahan sel tanaman (Wood, 1984) sehingga pertumbuhan tanaman terhambat dan menyebabkan hasil fotosintesis dapat dialokasikan untuk pertumbuhan generatif tanaman (pembentukan bunga) pada tanaman ubikayu sehingga memungkinkan

dilakukannya persilangan antara genotipe-genotipe yang berbeda umur bunganya.

1.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dirumuskan, dapat diajukan hipotesis, yaitu

1. Pemberian paclobutrazol dapat menekan pertumbuhan vegetatif tanaman ubikayu.

2. Pemberian paclobutrazol berpengaruh terhadap optimasi pembungaan tanaman ubikayu.

3. Terdapat kisaran volume paclobutrazol tertentu yang efektif menekan


(26)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Ubikayu

Dalam taksonomi tumbuhan, klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua) Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae Genus : Manihot

Spesies : Manihot esculenta Crantz.

(Sumber: Direktorat Budidaya Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, 2007)

Tanaman ubikayu (Manihot esculenta Crantz.) merupakan tumbuhan berbatang lunak atau getas (mudah patah). Tanaman ubikayu dewasa dapat mencapai tinggi 1 sampai 2 meter, walaupun ada beberapa kultivar yang dapat mencapai tinggi sampai 4 meter. Batang ubikayu berbentuk silindris dengan diameter berkisar 2 sampai 6 cm. Warna batang sangat bervariasi, mulai putih keabu-abuan sampai coklat atau coklat tua. Batang tanaman ini berkayu dengan bagian gabus (pith) yang lebar. Setiap batang menghasilkan rata-rata satu buku (node) per hari di


(27)

awal pertumbuhannya, dan satu buku per minggu di masa-masa selanjutnya. Setiap satu satuan buku terdiri dari satu buku tempat menempelnya daun dan ruas buku (internode). Panjang ruas buku bervariasi tergantung genotipe, umur tanaman, dan faktor lingkungan seperti ketersediaan air dan cahaya. Ruas buku menjadi pendek dalam kondisi kekeringan dan menjadi panjang jika kondisi lingkungannya sesuai, dan sangat panjang jika kekurangan cahaya (Ekanayake dkk., 1997).

Susunan daun ubikayu pada batang (phyllotaxis) berbentuk 2/5 spiral. Lima daun berada dalam posisi melingkar membentuk spiral dua kali di sekeliling batang. Daun berikutnya atau daun ke enam terletak persis di atas titik awal spiral. Daun ubikayu terdiri dari helai daun (lamina) dan tangkai daun (petiole). Panjang tangkai daun berkisar 5-30 cm dan warnanya bervariasi dari hijau ke ungu. Helai daun mempunyai permukaan yang halus dan berbentuk seperti jari. Jumlah jari bervariasi antara 3 dan 9 (biasanya ganjil). Warna rangka helai daun hijau sampai ungu. Bentuk helai daun, terutama lebarnya, juga bervariasi (Ekanayake dkk., 1997).

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Ubikayu

Pada umumnya tanaman ubikayu ditanam di daerah yang relatif kering. Tapi sebenarnya tanaman ubikayuini dapat tumbuh di daerah antara 30o lintang selatan dan 300 lintang utara. Suhu udara rata-rata lebih dari 180C dengan curah hujan di atas 500 mm/tahun. Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ubikayu antara 1.500

– 2.500 mm/tahun. Kelembaban udara optimal untuk tanaman ubikayu antara 60-65%, dengan suhu udara minimal bagi tumbuhnya sekitar 10oC (Prihandana dkk.,


(28)

2008). Jika suhunya dibawah 10oC, pertumbuhan tanaman akan sedikit

terhambat. Selain itu, tanaman menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna. Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ubikayu sekitar 10 jam/hari terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan ubinya.

Tanaman ubikayu dapat tumbuh pada ketinggian 2.000 m di atas permukaan laut (dpl). Pada daerah dengan ketinggian tempat sampai 300 m dpl tanaman ini dapat menghasilkan ubi dengan kualitas yang baik, tapi tidak dapat berbunga.

Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ubikayu antara 10–700 m dpl. Apabila tanaman ini ditanam pada ketinggian tempat 800 m dpl, maka tanaman ini akan menghasilkan bunga dan biji (Prihandana dkk., 2008).

Tanah yang paling sesuai untuk ubikayu adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros, serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia, dan mudah diolah. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ubikayu adalah jenis aluvial, latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol, dan andosol. Derajat kemasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ubikayu berkisar antara 4,5–8,0 dengan pH ideal 5,8. Pada tanah ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0–5,5 tanaman ubikayu ini pun dapat tumbuh dan cukup subur bagi pertumbuhannya.

2.3 Biologi Reproduksi Ubikayu

Tanaman ubikayumerupakan bunga berumah satu (monoecus) dan proses penyerbukan bersifat silang. Pada dataran rendah tanaman ubikayu jarang


(29)

berbuah. Tanaman ini memiliki bunga jantan dan bunga betina yang berada dalam malai bercabang tunggal. Bunga betina terletak pada dasar cabang dan bunga jantan berada dekat ujung cabang. Bunga jantan memiliki diameter sekitar 0,5 cm, sedangkan bunga betina sedikit lebih besar. Bunga ubikayu biasanya mekar sekitar tengah hari dan bertahan selama satu hari (Ceballos dkk., 2002).

Beberapa varietas ubikayu berbunga secara teratur, sedangkan beberapa varietas lain jarang berbunga atau bahkan tidak berbunga sama sekali. Produksi bunga sangat penting untuk pembiakan. Munculnya bunga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti banyaknya cahaya dan suhu. Bunga ubikayu dihasilkan pada dahan reproduktif. Setiap bunga jantan dan betina mempunyai 5 buah daun bunga berwarna kekuningan atau kemerahan.

Bunga jantan mempunyai 10 buah benang sari yang tersusun dalam 2 lingkaran, yang masing-masing berisi 5 benang sari. Tangkai benang sari berdiri bebas dan kepala benang sarinya kecil. Bunga betina mempunyai indung telur berukuran panjang mencapai 1 cm dan mempunyai 3 buah kantung kecil, masing-masing dengan satu sel telur. Bunga betina mekar 1 – 2 minggu sebelum bunga jantan (protogini). Penyerbukan biasanya dilakukan oleh serangga. Penyerbukan terjadi jika bunga betina dan bunga jantan yang terletak pada dahan berbeda dan pohon yang sama mekar pada waktu yang bersamaan. Setelah penyerbukan (fertilisasi), indung telur berkembang menjadi buah. Buah matang dalam waktu 70–90 hari. Buah yang sudah matang berupa kapsul dengan diameter 1–1,5 cm akan pecah secara alamiah ketika kering atau layu. Biji ubikayu berbentuk oval dengan panjang 0,7–1,0 cm. Biji mempunyai kulit biji (testa) yang rapuh, mudah pecah.


(30)

Biji berwarna abu-abu, kecoklatan atau abu-abu tua dengan bintik-bintik gelap (Ekanayake dkk., 1997).

Halsey dkk. (2008), menjelaskan skema umum dari proses pembungaan sebagai berikut:

1. Percabangan tunas bunga muncul 2 – 6 bulan setelah tanam pada kondisi lingkungan tertentu.

2. Lalu tunas yang mulai memunculkan bunga (bunga majemuk yang sangat muda) diamati pada titik percabangan dalam waktu 1 minggu percabangan. 3. Saat bunga muncul, bunga betina siap untuk penyerbukan selama 15 hari

setelah inisiasi pembungaan. Sebuah indikator terjadinya penyerbukan adalah adanya setetes nektar yang masuk dalam bunga.

4. Bunga jantan pada cabang yang sama akan terbuka setelah 20 sampai 30 hari kemudian.

5. Buah menjadi dewasa dan siap untuk membuka (pecah) dalam 2,5 sampai 3 bulan pembuahan.

2.4 Zat Penghambat Tumbuh Paclobutrazol

Zat penghambat tumbuh (retardan) adalah suatu senyawa yang mampu

menghambat pemanjangan batang, meningkatkan warna hijau daun, dan secara tidak langsung mempengaruhi pembungaan tanpa menyebabkan pertumbuhan yang abnormal. Senyawa retardan bila diberikan kepada tanaman responsif dapat menghambat perpanjangan sel pada meristem sub apikal, mengurangi laju

perpanjangan batang tanpa megurangi pertumbuhan dan perkembangan daun atau tanpa mendorong pertumbuhan yang abnormal (Wattimena, 1988).


(31)

Paclobutrazol atau betha-[(chlorophenyl) methyl-alpha-(1,1-dimethyl)-H-1,2,4 triazole-1-ethanoll)] merupakan salah satu penghambat pertumbuhan yang berfungsi dalam menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman (mengecil) dan merangsang pembungaan tanaman ubikayu. Paclobutrazol bersifat menghambat giberelin dan sangat efektif menekan pertumbuhan vegetatif tanaman sehingga penggunaan zat tersebut dapat merangsang terjadinya pembungaan.

Paclobutrazol dengan rumus empiris C15H2O CN3O dan memiliki rumus bangun paclobutrazol disajikan pada Gambar 1 (Technical Data Sheet ICI, 1984).

Gambar 1. Rumus bangun paclobutrazol

Paclobutrazol dapat diaplikasikan pada tanaman melalui penyemprotan bagian atas tanaman yang terletak di atas permukaan tanah (foliar spray), melalui media tanah (soil drench), dan injeksi pada batang (injection). Menurut ICI (1984), pemberian paclobutrazol melalui daun memberikan hasil yang lebih cepat dibandingkan melalui tanah. Hal ini diduga paclobutrazol di dalam tanah akan dijerap oleh partikel tanah dengan adanya bahan organik sehingga pemberian paclobutrazol melalui daun pada dasarnya merupakan upaya untuk


(32)

menghilangkan pengaruh jerapan oleh partikel tanah. Melalui cara ini

paclobutrazol akan langsung masuk ke jaringan tanaman melalui stomata dan langsung ditranslokasikan ke daerah meristem sub apikal sehingga pengaruhnya lebih cepat terlihat.

Tanggapan tanaman terhadap suatu zat penghambat tumbuh yang diberikan akan berbeda-beda dengan perbedaan spesies ataupun kultivar. Pemberian

paclobutrazol secara tidak langsung menginduksi pembungaan dan diduga karena rasio fase vegetatif dan generatif, yaitu pertumbuhan vegetatif dihambat dan hasil fotosintesis dialokasikan untuk pembentukan bunga (Weaver, 1972 dalam

Setiawan, 2012). Yuniastuti dkk. (2001) melaporkan bahwa penggunaan

paclobutrazol dapat merangsang pembungaan mangga 2 bulan lebih awal dengan jumlah bunga lebih banyak dibandingkan tanpa paclobutrazol.

Pemberian paclobutrazol pada tanaman melati melalui daun dengan konsentrasi 200 ppm dapat meningkatkan persentase tunas berbunga, meningkatkan jumlah kuncup bunga per tanaman, dan menekan lebar tajuk tanaman (Lestina, 2003). Pada tanaman mangga di luar musim aplikasi paclobutrazol dapat menginduksi pembungaan. Bunga muncul setelah aplikasi paclobutrazol dengan persentase 83,3 – 100%, sedangkan pada kontrol tidak berbunga sama sekali. Selain itu, paclobutrazol mampu menghambat pertumbuhan vegetatif yaitu dengan

menurunkan total tunas pecah dan memperpendek panjang tunas (Poerwanto dkk., 1999).

Aplikasi paclobutrazol berpengaruh pada ukuran sel korteks akar tanaman jeruk satsuma mandarin. Pada 200C, lapisan sel korteks pada perlakuan paclobutrazol


(33)

14 – 16 lapis, sedangkan pada kontrol 8 – 10 lapis (Gambar 2). Pada 300C, sel korteksnya 10 – 12 lapis pada perlakuan paclobutrazol dan 7 – 9 lapis pada kontrol (Poerwanto dan Inoue, 1994).

Sel tanaman

Gambar 2. Sel-sel korteks dari tanaman yang diberikan paclobutrazol (kiri) dan kontrol (kanan)


(34)

III.

BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian dilakukan pada bulan September sampai Desember 2013.

3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan dan Alat di Lapang

Bahan-bahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah bibit atau stek ubikayu varietas UJ3 atau Thailand berukuran 25 cm yang berumur 8 – 12 bulan, larutan paclobutrazol konsentrasi 500 ppm, pupuk urea, SP-36, KCl, dan kertas label. Alat yang akan digunakan adalah cangkul, meteran, koret, selang air, gelas ukur, hand sprayer, fiber pembatas, chlorophyll meter, kamera, penakar pupuk, tali rafia, dan tali kasur.

3.2.2 Bahan dan Alat di Laboratorium

Bahan yang digunakan berupa serbuk paclobutrazol 1-tert-Butyl-2-(p-chlorobenzyl)-2-(1,2,4-triazol-1-yl)ethanol yang diproduksi oleh


(35)

adalah waterbath, timbangan analitik, timbangan digital, spatula, kompor gas, gelas ukur, botol kaca, dan botol kosong, oven, pisau, koran, streples.

3.3 Metode Penelitian

Untuk mendapatkan bukti empiris dan untuk menguji hipotesis disusun rancangan perlakuan dan rancangan percobaan sebagai berikut:

1) Perlakuannya, yaitu volume paclobutrazol yang terdiri dari lima taraf volume yaitu 0 ml, 25 ml, 50 ml, 75 ml, dan 100 ml dengan konsentrasi 500 ppm. 2) Perlakuan diterapkan dalam rancangan percobaan yaitu Rancangan Acak

Kelompok (RAK) dengan empat ulangan, masing-masing ulangan terdiri atas dua satuan percobaan.

Kesamaan ragam antarperlakuan diuji dengan uji Barlett dan kemenambahan data diuji dengan uji Tukey. Bila asumsi terpenuhi, maka data dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Adapun rangkaian kegiatan yang dilakukan selama penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengolahan Tanah dan Pembuatan Petak Percobaan

Pengolahan tanah dilakukan secara intensif. Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah dan menekan pertumbuhan gulma. Pertama, tanah dibersihkan dari tanaman-tanaman liar, kemudian tanah dicangkul dan

dihancurkan hingga bongkahan-bongkahan tanah menjadi halus dan dibuat menjadi empat ulangan dengan tinggi gundukan 50 cm.


(36)

V75 V0 V100 V100 V50 V75 V25 V0 V25 V50

V0 V50 V25 V50 V75 V100 V100 V25 V0 V75

V50 V100 V50 V100 V0 V0 V75 V25 V25 V75

V0 V25 V75 V0 V50 V75 V25 V100 V50 V100

Gambar 4. Tata letak tanaman ubikayu pada lahan penelitian

2. Penanaman Stek Ubikayu

Tanaman ubikayu ditanam dengan jarak antartanaman 1 m, sedangkan jarak dalam barisan 0,6 m. Ubikayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang yang berasal dari varietas Thailand berumur 8 – 12 bulan. Stek berasal dari bagian tengah yang sudah berkayu, panjang 25 cm diameter 2 – 3 cm. Pangkal stek dipotong rata atau runcing. Penanaman stek ubikayu dilakukan dengan menancapkan batang ubikayu sedalam 1/3 dari panjang stek pada lubang tanam yang telah disiapkan dalam posisi vertikal dengan memperhatikan posisi mata tunas ubikayu berada di bagian atas.

3. Pembuangan Tunas

Untuk kegiatan pengamatan data, maka jumlah tunas yang dibiarkan tumbuh hanya 2 tunas. Apabila tumbuh tunas lebih dari dua tunas, maka tunas tersebut dibuang dengan cara mematahkan pangkal tunas secara manual. Pembuangan tunas dilakukan mulai 7 HST.


(37)

4. Pemeliharaan a. Pengairan

Pengairan ubikayu dilakukan 1x sehari pada sore hari (pukul 16.00 hingga pukul 18.00) dengan bantuan selang air yang tersambung pada sumber air. Pengairan sangat dibutuhkan terutama pada saat masa kritis ubikayu yaitu saat ubikayu menunas. Selanjutnya pengairan dapat dikurangi atau diberhentikan terutama selama 2 hari setelah aplikasi paclobutrazol pada tanaman ubikayu.

b. Penyiangan

Penyiangan dilakukan sejak bibit ubikayu ditanam secara manual dengan tangan dan secara mekanik menggunakan koret terutama untuk alang-alang dan jenis teki-tekian yang memiliki umbi sebagai alat perkembangbiakan. c. Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada 2 MST apabila terdapat bibit yang mati, tumbuh abnormal, dan jumlah tunas ubikayu yang tumbuh kurang dari dua tunas. Apabila tunas ubikayu yang tumbuh hanya satu, maka bibit harus diganti dengan bibit yang memiliki dua tunas ubikayu. Penyulaman dilakukan dengan cara mencabut bibit yang mati atau tidak sesuai dengan

kriteria,kemudian menggantinya dengan bibit stek yang baru dan bila diperlukan dilakukan pengairan terlebih dahulu.

d. Pembumbunan

Pembuatan bumbunan dilakukan saat umur tanaman ubikayu mencapai 30 HST. Pembumbunan bertujuan untuk menjaga agar stek ubikayu tidak


(38)

tumbang dan memudahkan akar dan ubi menembus permukaan tanah sehingga pertumbuhannya optimal.

5. Aplikasi Pupuk

Tanaman ubikayu memerlukan pupuk dalam penanaman sebagai pasokan unsur hara. Pupuk yang digunakan adalah jenis pupuk tunggal, yaitu pupuk Urea, SP-36, dan KCl. Pengaplikasian pupuk dilakukan bertahap sebanyak 3x, yaitu pemupukan tahap I pada umur ubikayu mencapai 21 HST dengan dosis urea 10 g/tanaman, SP-36 20 g/tanaman, dan KCl 10 g/tanaman. Sedangkan pemupukan tahap II dilakukan pada umur 3 MST setelah pemupukan I dengan dosis KCl 20 g/tanaman, dan pemupukan terakhir pada 3 MST setelah

pemupukan II dengan dosis KCl 20 g/tanaman. Pengaplikasian pupuk dilakukan dengan cara membuat dua lubang pada kanan dan kiri tanaman ubikayu berjarak 10 cm, kemudian dimasukkan masing-masing pupuk secara merata menggunakan penakar pupuk yang telah ditakar sesuai dengan dosis.

6. Pembuatan Larutan Paclobutrazol

Pembuatan larutan paclobutrazol konsentrasi 500 ppm mengikuti prosedur sebagai berikut:

1. Menyiapkan 2 waterbath yang berisikan air (waterbath 1 digunakan untuk ` merendam botol kaca yang berisikan alkohol dan paclobutrazol; waterbath 2 digunakan untuk campuran alkohol dan paclobutrazol)

2. Menimbang serbuk paclobutrazol menggunakan timbangan analitik (< 1,0 gram) sesuai dengan kebutuhan (konsentrasi 500 ppm = 0,20 gram


(39)

3. Mengukur alkohol sebanyak 160 ml menggunakan gelas ukur 4. Melarutkan serbuk paclobutrazol ke dalam alkohol pada botol kaca,

kemudian digoyang hingga tercampur merata atau larut

5. Merendam botol kaca tersebut ke dalam air yang telah dipanaskan hingga suhu 60 - 70˚C (waterbath 1)

6. Mengambil botol kosong dan dimasukkan larutan alkohol dan paclobutrazol 7. Menambahkan air hangat dengan suhu 60 –70˚C (waterbath 2) sebanyak

240 ml ke dalam botol dan botol digoyang agar air dan larutan paclobutrazol bercampur.

Pembuatan larutan paclobutrazol dikatakan berhasil apabila dalam larutan tidak terdapat endapan kristal yang berasal dari serbuk paclobutrazol.

7. Aplikasi Paclobutrazol

Aplikasi paclobutrazol dilakukan saat tanaman ubikayu mencapai umur 30 HST. Aplikasi dilakukan sebanyak 3x dengan interval waktu aplikasi satu minggu, sehingga aplikasi paclobutrazol dilakukan pada 30 HST, 37 HST, dan 44 HST.

Tabel 1. Jadwal dan volume semprot per tanaman pada masing-masing perlakuan.

Perlakuan Aplikasi I (ml) 30 HST

Aplikasi II (ml) 37 HST

Aplikasi III (ml) 44 HST

Volume 0 ml 0 0 0

Volume 25 ml 5 10 10

Volume 50 ml 10 20 20

Volume 75 ml 15 30 30


(40)

3.5 Variabel Pengamatan

Untuk mengetahui pengaruh pemberian paclobutrazol terhadap pengoptimuman pembungaan dari setiap tanaman dilakukan pengamatan. Pengamatan dilakukan setiap minggu dimulai saat tanaman ubikayu mencapai umur 3 MST hingga 3 minggu setelah aplikasi paclobutrazol. Adapun variabel yang akan diamati pada saat penelitian adalah sebagai berikut:

3.5.1 Jumlah tunas

Jumlah tunas yang tumbuh sebanyak 2 tunas per stek ubikayu.

Penghitungan tunas dengan cara menghitung tunas yang tumbuh pada setiap stek. Apabila kurang dari 2 tunas maka perlu dilakukan penyulaman.

3.5.2 Tinggi tunas

Tanaman diukur dari pangkal tunas hingga titik tumbuh. Pengukuran dilakukan dalam satuan sentimeter (cm) dengan menggunakan alat pengukur panjang (meteran).

3.5.3 Jumlah daun

Jumlah daun dihitung dengan menghitung banyaknya daun yang sudah terbuka dan masih segar, tidak kuning total secara satu persatu pada masing-masing tunas.

3.5.4 Jumlah buku

Jumlah buku dihitung dengan menghitung banyaknya buku baik dengan atau tanpa tangkai daun pada tiap-tiap tunas per tanaman.


(41)

3.5.5 Tingkat kehijauan daun

Tingkat kehijauan daun diukur untuk menilai tingkat kehijauan suatu daun untuk mengetahui kandungan klorofil pada tanaman ubikayu. Penilaian tingkat

kehijauan daun dilakukan dengan bantuan alat chlorophyll meter.

3.5.6 Jumlah cabang

Jumlah cabang dapat dilihat pada ujung pucuk tanaman ubikayu. Jumlah cabang yang terbentuk dihitung pada masing-masing tunas setelah dilakukan aplikasi. Jumlah cabang produktif yang muncul diharapkan dapat menghasilkan rangkaian bunga dan bunga yang banyak.

3.5.7 Waktu berbunga

Pengamatan dilakukan dengan cara mencatat waktu munculnya rangkaian bunga dan bunga dari masing-masing perlakuan setelah aplikasi paclobutrazol terakhir.

3.5.8 Jumlah rangkaian bunga

Pengamatan dilakukan setelah aplikasi paclobutrazol dengan menghitung banyaknya rangkaian bunga yang terbentuk pada tiap-tiap cabang tanaman ubikayu secara manual.

3.5.9 Jumlah bunga jantan dan betina

Menghitung banyaknya bunga dari setiap rangkaian bunga, masing-masing bunga yang muncul pada setiap rangkaian bunga dikelompokkan menjadi dua yaitu


(42)

bunga jantan dan bunga betina. Pengamatan dilakukan setiap minggu setelah aplikasi paclobutrazol secara manual.

3.5.10 Jumlah bunga gugur

Pengamatan mulai dilakukan setelah rangkaian bunga dan bunga muncul dari percabangan dengan cara menghitung jumlah setiap bunga yang gugur atau mati pada masing-masing tunas.

3.5.11 Bobot basah daun, batang, dan ubi

tanaman ubikayu telah mencapai umur 3 bulan, maka dilakukan pemanenan secara keseluruhan dari tanaman ubikayu. Komponen tersebut dipisahkan menjadi tiga bagian yaitu bagian daun, batang (tunas), dan ubi. Kemudian ditimbang bobot basah dari masing-masing komponen.

3.5.12 Bobot kering daun, batang, dan ubi

Setelah didapatkan bobot basah untuk ketiga komponen yaitu daun, batang (tunas), dan ubi, maka dilakukan pengeringan masing-masing komponen tersebut

di dalam oven dengan suhu 70˚C selama 3 – 4 hari hingga semua bagian tanaman menjadi konstan. Kemudian masing-masing komponen tersebut ditimbang untuk mengetahui bobot kering daun, batang, dan ubi.


(43)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemberian paclobutrazol sebanyak 25 ml melalui daun pada tanaman

ubikayu terbukti secara efektif menekan pertumbuhan vegetatif yang ditandai dengan pengurangan tinggi tunas sebesar 48,51 cm, jumlah daun sebanyak 12 daun, jumlah buku sebanyak 13 buku, bobot basah dan bobot kering

komponen tunas, daun, dan ubi tanaman ubikayu sebesar 30 – 57%.

2. Aplikasi paclobutrazol dengan konsentrasi 500 ppm pada beberapa volume semprot melalui daun belum mampu menginduksi pembungaan tanaman ubikayu.

5.2 Saran

Penulis menyarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan menambah perlakuan yaitu volume dan frekuensi pemberian paclobutrazol. Dari perlakuan tersebut diharapkan dapat menginduksi pembungaan tanaman ubikayu. Selain itu, disarankan juga menambah variabel pengamatan berupa analisis nisbah C/N agar dapat dilihat perbandingan karbohidrat total dan nitrogen pada tanaman yang sangat mempengaruhi proses induksi pembungaan suatu tanaman.


(44)

PUSTAKA ACUAN

Alves, A. A. C. 2002. Cassava: Biology, production and utilization. Eds. R.J. Hilocks, J.M. Tresh and A.C. Bellotti. CAB international. P 67-89. Ani, Nurma. 2004. Pengaruh konsentrasi paclobutrazol dan urea pada stek

kentang terhadap produksi tuberlet varietas Granola. Jurnal penelitian bidang ilmu pertanian Vol. 2 (1): 29 – 35 hlm.

Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (Statistics Indonesia). 2013. Luas Panen, Produktivitas, Produksi Tanaman Ubikayu Seluruh Provinsi. http://bps.go.id/tnmn_pgn.php?kat=3. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2013.

Ceballos, H., H. Morante, F. Calle, J. I. Lenis, G. Jaramillo, dan J. C. Perez. 2002. Mejoramiento Genetico de la Yuca. In Ceballos, H. (Eds.), La Yuca en el Tercer Milenio Sistemas Modernos de Produccion, Processamiento Utilization Commercializacion. CIAT. Publication No. 327, Cali, Colombia, pp. 295 – 325.

Chaney, W. R. 2004. Paclobutrazol: More than just a growth retardant. Presented at Pro-Hort Conference, Peoria, Illinois.

Davies, P. J. 1995. The plant hormone concept: concentration, sensitivity and transport. In: Davies PJ (eds.). Plant Hormones. Physiology, biochemistry and molecular biology. 2nd edition. Netherlands: Kluwer Academic

Publishers. P. 13 – 38.

Direktorat Budidaya Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 2007. Strategi dan Upaya Pengembangan Produksi dalam Sistem Usaha Agribisnis Umbi-umbian (Ubikayu) dan Terobosan Pengembangan Produksi Ubikayu. Dirjen Bina Produksi Tanaman Pangan.

Ekanayake, I. J., D. S. O. Osiru, dan M. C. M. Porto. 1997. Morphology of Cassava. http://www.iita.org/cms/details/trn_mat/irg60/irg608.html. Diakses pada tanggal 3 Oktober 2013.

Halsey, M. E., K. M. Olsen, N. J. Taylor, dan P. C. Aguirre. 2008. Reproductive biology of cassava (Manihot esculenta Crantz.) and isolation of


(45)

Indarto, Tito. 1990. Pengaruh Pemberian Paclobutrazol terhadap pertumbuhan dan pembungaan tanaman markisa ungu (Passiflora edulis Sims.). [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Kusumawati, A., I. Lubis, dan H. Purnamawati. 2010. Analisis pertumbuhan source sink dua varietas kacang tanah akibat pemberian konsentrasi paclobutrazol. Jerami Volume 3 (3): 159 – 166.

Lestina, M. 2003. Pengaruh Konsentrasi Paclobutrazol dan Waktu Penyemprotan pada Penampilan Bibit Melati Pot. [Skripsi]. Bandar Lampung:

Universitas Lampung.

Masyhudi, M. F., D. Herlina dan K. Dwiatmini. 1999. Paclobutrazol sebagai bahan perangsang pembungaan tanaman melati (Jasminum sanbac). UISU Medan . Jurnal Penelitian Pertanian 118 (1): 61 – 68.

Mehouachi, J., F. R. Tadeo, S. Zaragoza, E. Primo-Millo, dan M. Talon. 1996. Effects of gibberellic acid and paclobutrazol on growth and carbohydrate accumulation in shoots and roots of citrus rootstock seedlings. J. Hort. Sci. 71 (5): 747-754.

Poerwanto, R., Efendi. D., dan S. S. Harjadi. 1999. Pengaturan pembungaan mangga gadung 21 di luar musim dengan paklobutrazol dan zat pemecah dormansi. Hayati 2(4): 41 – 46.

Poerwanto, R., dan H. Inoue. 1994. Pengaruh paclobutrazol terhadap

pertumbuhan dan pembungaan jeruk satsuma mandarin pada beberapa kondisi suhu. Buletin Agronomi 22 (1): 55 – 67.

Prihandana, R., K. Noerwijan, P. G. A. Nurani, D. Setyaningsih, S. Setiadi, dan R. Hendroko. 2008. Bioetanol Ubikayu: Bahan Bakar Masa Depan. Jakarta: Agromedia.

Rai, I. N., R. Poerwanto, L. K. Darusman, dan B. S. Purwoko. 2004. Pengaturan Pembungaan Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) di Luar Musim dengan Strangulasi, serta Aplikasi Paklobutrazol dan Etepon. Bul. Agron. (32) (2) 12 – 20.

Rasiyanto, K. 2001. Pengaruh Pemberian Paclobutrazol dan Zat Pemecah Dormansi terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Tanaman Rambutan (Nephelium lappaceum Linn.) var. Binjai. [Skripsi]. Bogor: Institur Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian.

Runtunuwu, S. D., R. Mamarimbing, P. Tumewu, dan T. Sondakh. 2011. Konsentrasi paclobutrazol dan pertumbuhan tinggi bibit cengkeh

(Syzygium aromaticum (L.) Merryl & Perry). Eugenia vol. 17 no. 2: 135 – 141.


(46)

Saliem, P. H. dan S. Nuryanti. 2011. Analisis Kebijakan: Perspektif Ekonomi Global Kedelai dan Ubikayu Mendukung Swasembada. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Kementerian Pertanian.

Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. Terjemahan: Plant Physiology. ITB Bandung. Hal 90 – 91.

Samanhudi. 2006. Studi Pembungaan dan Isolasi gen Apetal1 pada Kakao (Theobroma cacao L.). [Tesis]. Institut Pertanian Bogor.163 hlm. Setiawan, Agus. 2012. Aplikasi Paclobutrazol melalui Tanah pada Tanaman

Ubikayu (Manihot esculenta Crantz.). [Skripsi]. Bandar lampung: Universitas Lampung.

Syahid, S. F. 2007. Pengaruh retardan paclobutrazol terhadap pertumbuhan temulawak (Curcuma xanthorrhiza) selama konservasi in vitro. Jurnal Littri 13 (3): 93 – 97.

Sunyoto dan J. Wargiono. 2009. Kebijakan Pengembangan Agribisnis Ubikayu. Dalam edisi J. Wargiono. Ubikayu Inovasi Teknologi dan Kebijakan Pengembangan. Puslit Sosek Pertanian, Bogor.

Susanto, S. dan R. Poerwanto. 1999. Pengaruh paclobutrazol dan hidrogen sianamida terhadap pertumbuhan dan pembungaan tanaman mangga ‘arumanis’. Buletin Agronomi 27 (3): 22 – 29.

Syam`un, E., F. Haring dan Rachmawati. 2008. Pertumbuhan dan pembungaan krisan pada berbagai konsentrasi dan frekuensi pemberian paclobutrazol. Jurnal Agrivigor. 7(2):170-179.

Technical Data Sheet ICI. 1984.Technical data paclobutrazol plant growth regulator for fruit. Plant Protection Division. London. 41 p.

Tejasawana, R. 2004. Pengaruh ZPT paclobutrazol dan komposisi media tanam mawar mini terhadap pertumbuhan dan hasil bunga. Prosiding Seminar Nasional Florikultura, Bogor, 4 – 5 Agustus: 334 – 340.

Wattimena, G. A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman. PAU Bioteknologi IPB Bogor: Bogor.

Wood, B. W. 1984. Influence of paclobutrazol on selected growth and chemical characteristics of young Pecan seedlings. Jhort. Sci. 19(16): 837 – 839. Wulandari, Y. R. E. 2003. Induksi pembungaan mangga varietas manalagi

dengan aplikasi paclobutrazol dan KNO3 dan studi pembungaannya.


(47)

Yuliadi, E., Sunyoto, Kristina A., dan Ardian. 2012. Aplikasi paclobutrazol melalui daun tanaman ubikayu (Manihot esculenta Crantz.) untuk merangsang pembungaan dini di dataran rendah.. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 12 No (1): 50 – 57.

Yuniastuti, S., T. Purbiati, P. Santosa, dan E. Srihastuti. 2001. Pengaruh pemangkasan cabang dan aplikasi paclobutrazol terhadap hasil dan pendapatan usahatani mangga. Jurnal Hortikultura 11 (4): 223 – 231.


(1)

bunga jantan dan bunga betina. Pengamatan dilakukan setiap minggu setelah aplikasi paclobutrazol secara manual.

3.5.10 Jumlah bunga gugur

Pengamatan mulai dilakukan setelah rangkaian bunga dan bunga muncul dari percabangan dengan cara menghitung jumlah setiap bunga yang gugur atau mati pada masing-masing tunas.

3.5.11 Bobot basah daun, batang, dan ubi

tanaman ubikayu telah mencapai umur 3 bulan, maka dilakukan pemanenan secara keseluruhan dari tanaman ubikayu. Komponen tersebut dipisahkan menjadi tiga bagian yaitu bagian daun, batang (tunas), dan ubi. Kemudian ditimbang bobot basah dari masing-masing komponen.

3.5.12 Bobot kering daun, batang, dan ubi

Setelah didapatkan bobot basah untuk ketiga komponen yaitu daun, batang (tunas), dan ubi, maka dilakukan pengeringan masing-masing komponen tersebut

di dalam oven dengan suhu 70˚C selama 3 – 4 hari hingga semua bagian tanaman menjadi konstan. Kemudian masing-masing komponen tersebut ditimbang untuk mengetahui bobot kering daun, batang, dan ubi.


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemberian paclobutrazol sebanyak 25 ml melalui daun pada tanaman

ubikayu terbukti secara efektif menekan pertumbuhan vegetatif yang ditandai dengan pengurangan tinggi tunas sebesar 48,51 cm, jumlah daun sebanyak 12 daun, jumlah buku sebanyak 13 buku, bobot basah dan bobot kering

komponen tunas, daun, dan ubi tanaman ubikayu sebesar 30 – 57%.

2. Aplikasi paclobutrazol dengan konsentrasi 500 ppm pada beberapa volume semprot melalui daun belum mampu menginduksi pembungaan tanaman ubikayu.

5.2 Saran

Penulis menyarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan menambah perlakuan yaitu volume dan frekuensi pemberian paclobutrazol. Dari perlakuan tersebut diharapkan dapat menginduksi pembungaan tanaman ubikayu. Selain itu, disarankan juga menambah variabel pengamatan berupa analisis nisbah C/N agar dapat dilihat perbandingan karbohidrat total dan nitrogen pada tanaman yang sangat mempengaruhi proses induksi pembungaan suatu tanaman.


(3)

PUSTAKA ACUAN

Alves, A. A. C. 2002. Cassava: Biology, production and utilization. Eds. R.J. Hilocks, J.M. Tresh and A.C. Bellotti. CAB international. P 67-89. Ani, Nurma. 2004. Pengaruh konsentrasi paclobutrazol dan urea pada stek

kentang terhadap produksi tuberlet varietas Granola. Jurnal penelitian bidang ilmu pertanian Vol. 2 (1): 29 – 35 hlm.

Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (Statistics Indonesia). 2013. Luas Panen, Produktivitas, Produksi Tanaman Ubikayu Seluruh Provinsi. http://bps.go.id/tnmn_pgn.php?kat=3. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2013.

Ceballos, H., H. Morante, F. Calle, J. I. Lenis, G. Jaramillo, dan J. C. Perez. 2002. Mejoramiento Genetico de la Yuca. In Ceballos, H. (Eds.), La Yuca en el Tercer Milenio Sistemas Modernos de Produccion, Processamiento Utilization Commercializacion. CIAT. Publication No. 327, Cali, Colombia, pp. 295 – 325.

Chaney, W. R. 2004. Paclobutrazol: More than just a growth retardant. Presented at Pro-Hort Conference, Peoria, Illinois.

Davies, P. J. 1995. The plant hormone concept: concentration, sensitivity and transport. In: Davies PJ (eds.). Plant Hormones. Physiology, biochemistry and molecular biology. 2nd edition. Netherlands: Kluwer Academic

Publishers. P. 13 – 38.

Direktorat Budidaya Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 2007. Strategi dan Upaya Pengembangan Produksi dalam Sistem Usaha Agribisnis Umbi-umbian (Ubikayu) dan Terobosan Pengembangan Produksi Ubikayu. Dirjen Bina Produksi Tanaman Pangan.

Ekanayake, I. J., D. S. O. Osiru, dan M. C. M. Porto. 1997. Morphology of Cassava. http://www.iita.org/cms/details/trn_mat/irg60/irg608.html. Diakses pada tanggal 3 Oktober 2013.

Halsey, M. E., K. M. Olsen, N. J. Taylor, dan P. C. Aguirre. 2008. Reproductive biology of cassava (Manihot esculenta Crantz.) and isolation of


(4)

Indarto, Tito. 1990. Pengaruh Pemberian Paclobutrazol terhadap pertumbuhan dan pembungaan tanaman markisa ungu (Passiflora edulis Sims.). [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Kusumawati, A., I. Lubis, dan H. Purnamawati. 2010. Analisis pertumbuhan source sink dua varietas kacang tanah akibat pemberian konsentrasi paclobutrazol. Jerami Volume 3 (3): 159 – 166.

Lestina, M. 2003. Pengaruh Konsentrasi Paclobutrazol dan Waktu Penyemprotan pada Penampilan Bibit Melati Pot. [Skripsi]. Bandar Lampung:

Universitas Lampung.

Masyhudi, M. F., D. Herlina dan K. Dwiatmini. 1999. Paclobutrazol sebagai bahan perangsang pembungaan tanaman melati (Jasminum sanbac). UISU Medan . Jurnal Penelitian Pertanian 118 (1): 61 – 68.

Mehouachi, J., F. R. Tadeo, S. Zaragoza, E. Primo-Millo, dan M. Talon. 1996. Effects of gibberellic acid and paclobutrazol on growth and carbohydrate accumulation in shoots and roots of citrus rootstock seedlings. J. Hort. Sci. 71 (5): 747-754.

Poerwanto, R., Efendi. D., dan S. S. Harjadi. 1999. Pengaturan pembungaan mangga gadung 21 di luar musim dengan paklobutrazol dan zat pemecah dormansi. Hayati 2(4): 41 – 46.

Poerwanto, R., dan H. Inoue. 1994. Pengaruh paclobutrazol terhadap

pertumbuhan dan pembungaan jeruk satsuma mandarin pada beberapa kondisi suhu. Buletin Agronomi 22 (1): 55 – 67.

Prihandana, R., K. Noerwijan, P. G. A. Nurani, D. Setyaningsih, S. Setiadi, dan R. Hendroko. 2008. Bioetanol Ubikayu: Bahan Bakar Masa Depan. Jakarta: Agromedia.

Rai, I. N., R. Poerwanto, L. K. Darusman, dan B. S. Purwoko. 2004. Pengaturan Pembungaan Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) di Luar Musim dengan Strangulasi, serta Aplikasi Paklobutrazol dan Etepon. Bul. Agron. (32) (2) 12 – 20.

Rasiyanto, K. 2001. Pengaruh Pemberian Paclobutrazol dan Zat Pemecah Dormansi terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Tanaman Rambutan (Nephelium lappaceum Linn.) var. Binjai. [Skripsi]. Bogor: Institur Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian.

Runtunuwu, S. D., R. Mamarimbing, P. Tumewu, dan T. Sondakh. 2011. Konsentrasi paclobutrazol dan pertumbuhan tinggi bibit cengkeh

(Syzygium aromaticum (L.) Merryl & Perry). Eugenia vol. 17 no. 2: 135 – 141.


(5)

Saliem, P. H. dan S. Nuryanti. 2011. Analisis Kebijakan: Perspektif Ekonomi Global Kedelai dan Ubikayu Mendukung Swasembada. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Kementerian Pertanian.

Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. Terjemahan: Plant Physiology. ITB Bandung. Hal 90 – 91.

Samanhudi. 2006. Studi Pembungaan dan Isolasi gen Apetal1 pada Kakao (Theobroma cacao L.). [Tesis]. Institut Pertanian Bogor.163 hlm. Setiawan, Agus. 2012. Aplikasi Paclobutrazol melalui Tanah pada Tanaman

Ubikayu (Manihot esculenta Crantz.). [Skripsi]. Bandar lampung: Universitas Lampung.

Syahid, S. F. 2007. Pengaruh retardan paclobutrazol terhadap pertumbuhan temulawak (Curcuma xanthorrhiza) selama konservasi in vitro. Jurnal Littri 13 (3): 93 – 97.

Sunyoto dan J. Wargiono. 2009. Kebijakan Pengembangan Agribisnis Ubikayu. Dalam edisi J. Wargiono. Ubikayu Inovasi Teknologi dan Kebijakan Pengembangan. Puslit Sosek Pertanian, Bogor.

Susanto, S. dan R. Poerwanto. 1999. Pengaruh paclobutrazol dan hidrogen sianamida terhadap pertumbuhan dan pembungaan tanaman mangga

‘arumanis’. Buletin Agronomi 27 (3): 22 – 29.

Syam`un, E., F. Haring dan Rachmawati. 2008. Pertumbuhan dan pembungaan krisan pada berbagai konsentrasi dan frekuensi pemberian paclobutrazol. Jurnal Agrivigor. 7(2):170-179.

Technical Data Sheet ICI. 1984.Technical data paclobutrazol plant growth regulator for fruit. Plant Protection Division. London. 41 p.

Tejasawana, R. 2004. Pengaruh ZPT paclobutrazol dan komposisi media tanam mawar mini terhadap pertumbuhan dan hasil bunga. Prosiding Seminar Nasional Florikultura, Bogor, 4 – 5 Agustus: 334 – 340.

Wattimena, G. A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman. PAU Bioteknologi IPB Bogor: Bogor.

Wood, B. W. 1984. Influence of paclobutrazol on selected growth and chemical characteristics of young Pecan seedlings. Jhort. Sci. 19(16): 837 – 839. Wulandari, Y. R. E. 2003. Induksi pembungaan mangga varietas manalagi

dengan aplikasi paclobutrazol dan KNO3 dan studi pembungaannya.


(6)

Yuliadi, E., Sunyoto, Kristina A., dan Ardian. 2012. Aplikasi paclobutrazol melalui daun tanaman ubikayu (Manihot esculenta Crantz.) untuk merangsang pembungaan dini di dataran rendah.. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 12 No (1): 50 – 57.

Yuniastuti, S., T. Purbiati, P. Santosa, dan E. Srihastuti. 2001. Pengaruh pemangkasan cabang dan aplikasi paclobutrazol terhadap hasil dan pendapatan usahatani mangga. Jurnal Hortikultura 11 (4): 223 – 231.