Optimasi Pembungaan Dini Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Terhadap Pemberian Paclobutrazol Melalui Daun Dalam Berbagai Frekuensi Aplikasi

(1)

ABSTRAK

OPTIMASI PEMBUNGAAN DINI TANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz.) TERHADAP PEMBERIAN

PACLOBUTRAZOL MELALUI DAUN DALAM BERBAGAI FREKUENSI APLIKASI

Oleh

MUSTIKA ADZANIA LESTARI

Aplikasi paclobutrazol melalui daun merupakan suatu cara untuk mengatasi permasalahan tidak serempaknya pembungaan yang terjadi antargenotipe tanaman ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) selain prosesnya yang kompleks dan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Penelitian ini menggunakan stek ubi kayu klon Thailand berukuran 25 cm yang berumur 10 bulan. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui pengaruh pemberian paclobutrazol melalui daun terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman ubi kayu umur muda, (2) mengetahui pengaruh pemberian paclobutrazol melalui daun terhadap optimasi pembungaan tanaman ubi kayu umur muda, dan (3) mengetahui frekuensi terbaik pemberian paclobutrazol yang dapat menginduksi pembungaan tanaman ubi kayu umur muda. Penelitian ini dilaksanakan di kebun penelitian terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung sejak bulan Agustus-Desember 2013 dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), terdiri atas empat ulangan dengan dua satuan


(2)

percobaan untuk tiap ulangannya. Perlakuan yang diterapkan adalah pemberian larutan paclobutrazol 100 ml dengan konsentrasi 500 ppm dalam berbagai frekuensi aplikasi yaitu F 2X1, F 2X2,F 3X1, F 3X2, dan F 4X yang disemprotkan melalui daun sejak tanaman telah berumur 30 hari dengan interval 1 minggu. Frekuensi aplikasi paclobutrazol yang lebih banyak terbukti dapat menekan pertumbuhan vegetatif yang ditandai dengan pengurangan tinggi tanaman disertai adanya pemendekan panjang ruas, namun belum mampu menginduksi

pembungaan tanaman ubi kayu umur 13 MST. Pemberian paclobutrazol dengan frekuensi yang lebih sedikit di awal masa pertumbuhan tanaman (F 2X1 dan F 2X2)hanya mampu menginduksi percabangan pada tunas utama sehingga belum ditemukan frekuensi pemberian paclobutrazol terbaik yang dapat menginduksi pembungaan tanaman ubi kayu umur 13 MST.


(3)

OPTIMASI PEMBUNGAAN DINI TANAMAN UBI KAYU

(

Manihot esculenta

Crantz.) TERHADAP PEMBERIAN

PACLOBUTRAZOL

MELALUI DAUN DALAM

BERBAGAI FREKUENSI APLIKASI

Oleh

MUSTIKA ADZANIA LESTARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2014


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pati (Jawa Tengah) pada tanggal 5 Desember 1993, sebagai anak bungsu dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Paswani Lidun, B.A dan Ibu Sri Utami Ariyati, S. Pd.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1999 di Taman Kanak-Kanak (TK) Pamardi Siwi Yogyakarta. Pada tahun 1999-2002, Penulis melanjutkan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri II Glagah Yogyakarta dan

menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 3 Sawah Brebes Bandar Lampung di tahun 2005. Kemudian pada tahun 2007, Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 2 Bandar Lampung, sementara pendidikan menengah atas diselesaikan di SMA Negeri 9 Bandar Lampung pada tahun 2010. Pada tahun yang sama Penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri (UM).

Penulis pernah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Tugu Papak, kecamatan Semaka, kabupaten Tanggamus, provinsi Lampung pada Januari 2013 dengan tema “Revitalisasi Pertanian Dalam Rangka Peningkatan Derajat

Kesehatan dan Lingkungan”. Pada Juli 2013, Penulis mengikuti Praktik Umum di Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan


(8)

Hortikultura di Cimanggis, Depok, dengan judul “Pengujian Mutu Benih

Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Varietas Mekongga di Laboratorium BB PPMB-TPH”. Penulis berkesempatan menjadi mahasiswi berprestasi peringkat ke-1 pada Tahun Ajaran 2012-2013 untuk seluruh mahasiswa Agroteknologi Angkatan 2010. Penulis juga pernah menjadi asisten dosen untuk mata kuliah Produksi Tanaman Pangan pada Semester Genap Tahun Ajaran 2012-2013 dan 2013-2014, Produksi Tanaman Serealia, Teknologi Benih, serta Ilmu dan Teknologi


(9)

LEMBAR PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbilalaamin...

Rasa syukur yang tiada henti kupanjatkan pada-Mu Ya Allah, atas segala nikmat dan karunia yang telah Engkau berikan.

Dengan penuh rasa cinta, kupersembahkan karya ini kepada yang tersayang

Ayahanda Paswani Lidun dan Ibunda Sri Utami Ariyati

yang senantiasa mencurahkan kasih dan sayang disetiap langkah,

a a a a a a a a ’a, ndukung sepenuhnya baik moril maupun materil untuk sebuah cita-cita di masa depan,

dan meyakinkanku bahwa aku mampu...

Juga untuk yang tersayang, kakakku M. Bayu Rizky Prayoga yang senantiasa menjadi teladan hidupku, teman berbagi dan


(10)

When you look at people who are successful,

you will find that

they aren’

t the people

who are motivated,

but have consistency in their motivation.


(11)

SANWACANA

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Optimasi Pembungaan Dini Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta

Crantz.) Terhadap Pemberian Paclobutrazol Melalui Daun Dalam Berbagai

Frekuensi Aplikasi”.

Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, Penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Ardian, M.Agr., sebagai Pembimbing Pertama atas bantuan, bimbingan, motivasi dan kesediaannya dalam meluangkan waktu sehingga Penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi.

2. Bapak Dr. Ir. Erwin Yuliadi, M.Sc., sebagai Pembimbing Kedua atas bantuan, bimbingan, motivasi dan saran-saran yang membangun selama Penulis menyelesaikan skripsi.

3. Bapak Dr. Ir. Agus Karyanto, M.Sc., sebagai Pembahas yang telah memberikan ilmu, pengetahuan, nasehat serta saran yang berguna dalam menyempurnakan skripsi.

4. Ibu Ir. Herawati Hamim, M.S., selaku Pembimbing Akademik atas semua kasih sayang, perhatian dan motivasi yang diberikan selama Penulis menempuh pendidikan di Universitas Lampung.


(12)

5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi beserta seluruh dosen Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

7. Kedua sahabat terbaikku, Rahmah Catur Putri dan Gorendva R. Warganegara yang senantiasa mendukungku untuk terus maju dan tidak mudah menyerah. 8. Teman-teman terbaik Agroteknologi Kelas D 2010, Yulinda Simatupang,

Dian Oktaviani, Arisha Azima, Intan Desmania, Safira Maulidina, Jefri Zulkarnain, Khoirul Yunus, Christian Raymond, Iqbal Lika Astama dan Dian Saputra untuk semua suka cita selama kebersamaan kita meraih cita-cita. 9. Teman-temanku tersayang, Adiati Ameici, Ranti Apriliani Putri, Noviyana

Fadiela, Lentera Tiara Sari, Meyta Nurlangga Siregar, Anggita Cheriany, Rizki Amelia, Martha Eka Atmaja, Mazaya Isnainy Poetri, M. Fajri Pramesa Rais, Agnes R. Jaiman, Novindio D Arnanda Putra, Dimas Rizky Hermanto, Reza Mahesa, Genadi Aryawan, Frian Daniel, teman-teman Agroteknologi 2010, kelompok KKN Tugu Papak, keluarga besar @AIS_LPG, para penggiat @BDLberkebun serta semua pihak yang telah membantu Penulis selama pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi.

Bandar Lampung, September 2014

Penulis,


(13)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 5

1.3 Kerangka Pemikiran ... 6

1.4 Hipotesis ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Botani Ubi Kayu ... 9

2.2 Kondisi Lingkungan untuk Pertumbuhan Ubi Kayu ... 11

2.3 Karakteristik Bunga Ubi Kayu ... 12

2.4 Paclobutrazol ... 14

2.5 Penyerapan Melalui Daun ... 17

III. BAHAN DAN METODE ... 19

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

3.2 Bahan dan Alat ... 19

3.3 Metode Penelitian ... 19


(14)

ii

3.5 Variabel yang Diamati ... 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1 Hasil Penelitian ... 25

4.2 Pembahasan ... 45

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

5.1 Kesimpulan ... 51

5.2 Saran ... 51

PUSTAKA ACUAN ... 52


(15)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh pemberian

paclobutrazol melalui daun dalam berbagai frekuensi aplikasi untuk induksi pembungaan dini pada tanaman

ubi kayu umur muda. ... 25

2. Nilai tengah pengaruh pemberian paclobutrazol melalui daun dalam berbagai frekuensi aplikasi pada peubah tinggi tanaman dan bobot kering batang tanaman ubi kayu umur

muda. ... 26

3. Pengaruh pemberian paclobutrazol melalui daun dalam berbagai frekuensi aplikasi pada tinggi tanaman ubi kayu

umur 8 dan 13 minggu setelah tanam. ... 27

4. Pengaruh pemberian paclobutrazol melalui daun dalam berbagai frekuensi aplikasi pada jumlah daun tanaman

ubi kayu umur 13 minggu setelah tanam. ... 31

5. Pengaruh pemberian paclobutrazol melalui daun dalam berbagai frekuensi aplikasi pada jumlah buku tanaman

ubi kayu umur 13 minggu setelah tanam. ... 33

6. Pengaruh pemberian paclobutrazol melalui daun dalam berbagai frekuensi aplikasi pada tingkat kehijauan daun

ubi kayu umur 13 minggu setelah tanam. ... 35

7. Pengaruh pemberian paclobutrazol melalui daun dalam berbagai frekuensi aplikasi pada bobot kering batang


(16)

iv

8. Deskripsi Ubi Kayu Varietas UJ-3 (Thailand). ... 56

9. Data pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1; F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) terhadap rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman ubi kayu

umur 8 minggu setelah tanam. ... 57

10. Data pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1; F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) terhadap rata-rata pertumbuhan jumlah daun tanaman

ubi kayu umur 8 minggu setelah tanam. ... 57

11. Data pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1; F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) terhadap rata-rata pertumbuhan jumlah buku tanaman

ubi kayu umur 8 minggu setelah tanam. ... 57

12. Data pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1; F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) terhadap rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman ubi kayu

umur 13 minggu setelah tanam. ... 58

13. Data pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1;F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) terhadap rata-rata pertumbuhan jumlah daun tanaman

ubi kayu umur 13 minggu setelah tanam. ... 58

14. Data pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1; F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) terhadap rata-rata pertumbuhan jumlah buku tanaman

ubi kayu umur 13 minggu setelah tanam. ... 58

15. Data pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1; F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) terhadap rata-rata bobot basah batang tanaman ubi kayu

umur 16 minggu setelah tanam. ... 59

16. Data pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1; F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) terhadap rata-rata bobot basah daun tanaman ubi kayu


(17)

v

17. Data pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1;F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) terhadap rata-rata bobot basah ubi tanaman ubi kayu

umur 16 minggu setelah tanam. ... 59

18. Data pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1; F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) terhadap rata-rata bobot kering batang tanaman ubi kayu

umur 16 minggu setelah tanam. ... 60

19. Data pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1; F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) terhadap rata-rata bobot kering daun tanaman ubi kayu

umur 16 minggu setelah tanam. ... 60

20. Data pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1; F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) terhadap rata-rata bobot kering ubi tanaman ubi kayu

umur 16 minggu setelah tanam. ... 60

21. Data pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1; F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) terhadap rata-rata bobot basah batang tanaman ubi kayu

umur 16 minggu setelah tanam (transformasi √x). ... 61

22. Data pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1;F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) terhadap rata-rata bobot basah daun tanaman ubi kayu

umur 16 minggu setelah tanam (transformasi √x). ... 61

23. Data pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1;F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) terhadap rata-rata bobot basah ubi tanaman ubi kayu

umur 16 minggu setelah tanam (transformasi √x). ... 61

24. Data pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1;F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) terhadap rata-rata bobot kering batang tanaman ubi kayu

umur 16 minggu setelah tanam (transformasi √x). ... 62

25.Data pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1; F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) terhadap rata-rata bobot kering daun tanaman ubi kayu


(18)

vi

26.Data pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1;F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) terhadap rata-rata bobot kering ubi tanaman ubi kayu

umur 16 minggu setelah tanam (transformasi √x). ... 62

27. Rekapitulasi uji Barlett untuk homogenitas ragam

antarperlakuan. ... 63

28. Analisis ragam untuk pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1;F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) terhadap rata-rata pertumbuhan tinggi

tanaman ubi kayu umur 8 minggu setelah tanam. ... 64

29. Analisis ragam untuk pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1;F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) terhadap rata-rata pertumbuhan jumlah daun

tanaman ubi kayu umur 8 minggu setelah tanam. ... 64

30. Analisis ragam untuk pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1;F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) terhadap rata-rata pertumbuhan jumlah buku

tanaman ubi kayu umur 8 minggu setelah tanam. ... 65

31. Analisis ragam untuk pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1; F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) terhadap rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman

ubi kayu umur 13 minggu setelah tanam. ... 65

32. Analisis ragam untuk pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1; F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) terhadap rata-rata pertumbuhan jumlah daun

tanaman ubi kayu umur 13 minggu setelah tanam. ... 66

33. Analisis ragam untuk pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1; F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) terhadap rata-rata pertumbuhan jumlah buku

tanaman ubi kayu umur 13 minggu setelah tanam. ... 66

34. Analisis ragam untuk pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1; F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) pada bobot basah batang tanaman ubi kayu


(19)

vii

35. Analisis ragam untuk pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1;F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) pada bobot basah daun tanaman ubi kayu

umur 16 minggu setelah tanam. ... 67

36. Analisis ragam untuk pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1;F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) pada bobot basah ubi tanaman ubi kayu

umur 16 minggu setelah tanam. ... 68

37. Analisis ragam untuk pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1;F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) pada bobot kering batang tanaman ubi kayu

umur 16 minggu setelah tanam. ... 68

38. Analisis ragam untuk pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1;F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) pada bobot kering daun tanaman ubi kayu

umur 16 minggu setelah tanam. ... 69

39. Analisis ragam untuk pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1; F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) pada bobot kering ubi tanaman ubi kayu

umur 16 minggu setelah tanam. ... 69

40. Analisis ragam untuk pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1; F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) pada bobot basah batang tanaman ubi kayu

umur 16 minggu setelah tanam (transformasi √x). ... 70

41. Analisis ragam untuk pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1; F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) pada bobot basah daun tanaman ubi kayu

umur 16 minggu setelah tanam (transformasi √x). ... 70

42.Analisis ragam untuk pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1;F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) pada bobot basah ubi tanaman ubi kayu

umur 16 minggu setelah tanam (transformasi √x). ... 71

43. Analisis ragam untuk pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1;F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) pada bobot kering batang tanaman ubi kayu


(20)

viii

44. Analisis ragam untuk pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1;F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) pada bobot kering daun tanaman ubi kayu

umur 16 minggu setelah tanam (transformasi √x). ... 72

45. Analisis ragam untuk pengaruh berbagai frekuensi aplikasi paclobutrazol melalui daun (F 2X1; F 2X2; F 3X1; F 3X2 dan F 4X) pada bobot kering ubi tanaman ubi kayu


(21)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Rumus bangun paclobutrazol. ... 14 2. Grafik tinggi tanaman ubi kayu terhadap pemberian

paclobutrazol melalui daun dalam berbagai frekuensi aplikasi sejak pengamatan 3 minggu setelah tanam (pengamatan ke-1) sampai 13 minggu setelah tanam

(pengamatan ke-11). ... 28

3. Pertumbuhan tanaman ubi kayu (sampling) umur

8 minggu setelah tanam setelah pemberian paclobutrazol

dalam berbagai frekuensi aplikasi dan kontrol. ... 29

4. Grafik panjang ruas rata-rata tanaman ubi kayu terhadap pemberian paclobutrazol melalui daun dalam berbagai frekuensi aplikasi sejak pengamatan 3 minggu setelah tanam (pengamatan ke-1) sampai 13 minggu setelah

tanam (pengamatan ke-11). ... 30

5. Pemendekan ruas pada batang tanaman ubi kayu akibat penyemprotan paclobutrazol yang mulai tampak

sejak umur 8 minggu setelah tanam. ... 30

6. Grafik jumlah daun tanaman ubi kayu terhadap pemberian paclobutrazol melalui daun dalam berbagai frekuensi aplikasi sejak pengamatan 3 minggu setelah tanam (pengamatan ke-1) sampai 13 minggu setelah tanam

(pengamatan ke-11). ... 32

7. Grafik jumlah buku tanaman ubi kayu terhadap pemberian paclobutrazol melalui daun dalam berbagai frekuensi aplikasi sejak pengamatan 3 minggu setelah tanam (pengamatan ke-1) sampai 13 minggu setelah tanam


(22)

x

8. Grafik tingkat kehijauan daun bagian atas, tengah, dan bawah tanaman ubi kayu umur 13 minggu setelah tanam terhadap pemberian paclobutrazol melalui daun dalam

berbagai frekuensi aplikasi. ... 36

9. Grafik bobot basah batang rata-rata tanaman ubi kayu umur 16 minggu setelah tanam terhadap pemberian paclobutrazol melalui daun dalam berbagai frekuensi

aplikasi. ... 37

10. Grafik bobot basah daun rata-rata tanaman ubi kayu umur 16 minggu setelah tanam terhadap pemberian paclobutrazol melalui daun dalam berbagai frekuensi

aplikasi. ... 38

11. Grafik bobot basah ubi rata-rata tanaman ubi kayu umur 16 minggu setelah tanam terhadap pemberian paclobutrazol melalui daun dalam berbagai frekuensi

aplikasi. ... 39

12. Grafik bobot kering batang rata-rata tanaman ubi kayu umur 16 minggu setelah tanam terhadap pemberian paclobutrazol melalui daun dalam berbagai frekuensi

aplikasi. ... 41

13. Grafik bobot kering daun rata-rata tanaman ubi kayu umur 16 minggu setelah tanam terhadap pemberian paclobutrazol melalui daun dalam berbagai frekuensi

aplikasi. ... 42

14. Grafik bobot kering ubi rata-rata tanaman ubi kayu umur 16 minggu setelah tanam terhadap pemberian paclobutrazol melalui daun dalam berbagai frekuensi

aplikasi. ... 43

15. Percabangan yang dimunculkan tanaman ubi kayu terhadap pemberian paclobutrazol melalui daun

dengan 2 kali frekuensi aplikasi (F 2X1 dan F 2X2). ... 44

16. Tunas bunga yang muncul di percabangan tanaman ubi kayu umur 12 minggu setelah tanam dengan 2 kali


(23)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Ubi kayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan bahan pangan utama ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Ubi kayu yang berasal dari Brazil, Amerika Selatan, diketahui memiliki kandungan sumber energi yang lebih tinggi dibanding padi, jagung, ubi jalar, dan sorgum karena ubinya mengandung air sekitar 60%, pati 23-35%, serta protein, mineral, serat, kalsium, dan fosfat. Sebagai tanaman pangan, ubi kayu merupakan sumber karbohidrat bagi sekitar 500 juta manusia di dunia, terutama bagi penduduk di negara-negara tropis karena mempunyai kandungan karbohidrat yang cukup tinggi yaitu sebanyak 32,4 gram dan kalori 567,0 kal dalam 100 gram ubi kayu (Wikipedia, 2013).

Potensi Indonesia dalam hal budidaya dan produksi ubi kayu sebagai negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga di dunia (13.300.000 ton/tahun) setelah Brazil (25.554.000 ton/tahun) dan Thailand (13.500.000 ton/tahun) (Anonim a, 2007), telah menjadikan pemilihan ubi kayu sebagai bahan pangan subtitusi beras

mempunyai alasan yang kuat, karena mudah dibudidayakan, merupakan makanan pokok asli sebagian masyarakat Indonesia, dan memiliki kandungan gizi yang memadai. Hal ini sekaligus memberikan gambaran bahwa di masa yang akan


(24)

2

datang, kebutuhan akan produksi ubi kayu diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan tinggi dan luasnya pemanfaatan.

Di Indonesia, ubi kayu merupakan salah satu tanaman yang mempunyai peran penting, karena tidak hanya sebagai tanaman pangan melainkan sebagai bahan baku bioenergi terbarukan. Potensi ubi kayu sebagai bahan baku berbagai sektor industri di antaranya dapat diolah menjadi produk turunan seperti gaplek

(manioc), pellet, tepung tapioka, tepung ubi kayu (cassava starch), dan beberapa produk kimia seperti alkohol, asam sitrat, monosodium glutamat, sorbitol, siklodekstrin, glukosa kristal, dextrose monohydrate, dextrin, etanol, serta bahan pembuatan edible coating dan biodegradable plastics (Dianasari, 2012).

Pemenuhan kebutuhan akan produksi ubi kayu nasional telah banyak diupayakan di Indonesia, satu di antaranya adalah dengan pengembangan tanaman unggul melalui jalur pemuliaan tanaman. Dalam pemuliaan tanaman, bunga merupakan komponen tanaman yang tidak dapat dipisahkan. Produksi bunga sangat penting dalam hal pembiakan karena pembungaan merupakan awal dari keberhasilan tanaman untuk menghasilkan biji. Oleh karena itu, ketersediaan bunga yang cukup menjadi salah satu faktor pendorong dalam hal perakitan klon-klon ubi kayu unggul yang baru, namun dalam prosesnya, menurut Komeda (2004) pembungaan mengalami proses yang sangat kompleks yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti banyaknya cahaya dan suhu.

Proses persilangan untuk mendapatkan tanaman unggul baru oleh para pemulia seringkali terhambat akibat ketersediaan bunga ubi kayu yang lambat dan tidak seragam antarvarietas/antargenotipe. Pembungaan pada tanaman ubi kayu yang


(25)

3

biasanya terjadi di umur tanaman 8-12 bulan dan sangat bergantung pada genotipe serta lingkungan tumbuh (Hasley et al, 2008), seringkali menjadi faktor pembatas para pemulia dalam melakukan pemuliaan tanaman ubi kayu. Hal ini telah mendorong adanya upaya pengaplikasian zat pengatur tumbuh (ZPT) yang diharapkan mampu menginduksi pembungaan tanaman ubi kayu di umur muda.

Kecenderungan penggunaan zat penghambat tumbuh dalam praktik budidaya tanaman dan manipulasi produksi buah-buahan di luar musim merupakan salah satu cara yang dinilai paling memungkinkan untuk mengatur pembungaan. Sejumlah penelitian telah berhasil menemukan bahwa pemberian paclobutrazol mampu menstimulasi dan mempercepat induksi pembungaan pada beberapa tanaman seperti jeruk (Poerwanto dan Inoue, 1994), rambutan (Hartini, 1996), kelengkeng (Yulianto et al., 2008), dan mangga (Rahayu, 2010). Rahayu (2010) menyatakan bahwa pada tanaman mangga yang diberi paclobutrazol sudah mulai menunjukkan tanda-tanda pembungaan pada bulan April 2010, sementara

tanaman mangga kontrol belum menunjukkan tanda-tanda pembungaan dan baru berbunga biasanya di bulan Juni atau Juli.

Paclobutrazol merupakan retardan yang berfungsi untuk menghambat pembentukan giberelin, yang merupakan hormon utama pada tanaman yang berperan dalam pemanjangan sel. Prinsip kerja paclobutrazol di dalam tanaman ialah menghambat biosintesis giberelin dengan cara menekan kaurene sehingga tidak terjadi pembentukan kaurenoat. Hal ini mengakibatkan penurunan laju pembelahan sel secara morfologis yaitu terlihat adanya pengurangan asimilat yang diarahkan ke pertumbuhan reproduktif untuk pembungaan (Watson, 2006).


(26)

4

Terhambatnya biosintesis giberelin sudah banyak dibuktikan sangat efektif menurunkan pertumbuhan vegetatif tanaman mengingat peran penting giberelin dalam proses pemanjangan sel-sel meristem sub apikal, sehingga penggunaan paclobutrazol pada tanaman dapat merangsang terjadinya pembungaan akibat pengalihan fotosintat pertumbuhan ke fase reproduktif. Umumnya paclobutrazol dapat digunakan pada semua tanaman berkayu yang merupakan tanaman berbiji terbuka atau angiospermae. Poerwanto R. dan R. Nyoman (2008) menyatakan bahwa paclobutrazol terbukti efektif dipergunakan pada tanaman keras seperti mangga, apel, jambu air, jeruk, dan durian.

Menurut ICI (1986), pemupukan melalui daun memberikan pengaruh yang lebih cepat terhadap tanaman dibanding lewat akar. Pemupukan melalui daun dengan cara penyemprotan dianggap lebih efektif mengingat daun merupakan tempat terjadinya proses fotosintesis pada tanaman serta keberadaan stomata yang sebagian besar terletak di bawah permukaan daun sehingga proses penyerapan unsur haranya relatif lebih cepat (Marsono, 2007). Aplikasi paclobutrazol juga dapat dilakukan dengan penyemprotan melalui daun. Erwin et al. (2011)

melaporkan bahwa aplikasi paclobutrazol 500 ppm/tanaman melalui daun adalah konsentrasi terbaik dalam merangsang pembentukan cabang dan bunga dua pertiga (66%) populasi tanaman ubi kayu klon Thailand, dibandingkan dengan pemberian konsentrasi paclobutrazol lainnya (0, 250, 750, dan 1.000

ppm/tanaman).

Aplikasi paclobutrazol di awal masa pertumbuhan tanaman ubi kayu untuk menginduksi terjadinya pembungaan dini diduga memiliki keterkaitan antara


(27)

5

umur tanaman dan waktu penyemprotan. Frekuensi pemberian paclobutrazol yang tepat sangat mempengaruhi cara kerja retardan yang bersifat menghambat biosintesis giberelin, menurunkan fase pertumbuhan vegetatif, dan merangsang terjadinya pembungaan melalui transfer alih fungsi asimilat. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yaitu berapa frekuensi pengaplikasian paclobutrazol yang mampu menginduksi pembungaan tanaman ubi kayu terbaik?

Dari latar belakang yang telah dikemukakan, penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut : 1. Apakah pemberian paclobutrazol melalui daun berpengaruh terhadap

pertumbuhan vegetatif tanaman ubi kayu umur muda?

2. Apakah pemberian paclobutrazol melalui daun dapat mempercepat induksi pembungaan tanaman ubi kayu umur muda?

3. Berapakah frekuensi pemberian paclobutrazol terbaik melalui daun yang dapat mempercepat induksi pembungaan tanaman ubi kayu umur muda?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Mengetahui pengaruh pemberian paclobutrazol melalui daun terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman ubi kayu umur muda.

2. Mengetahui pengaruh pemberian paclobutrazol melalui daun terhadap optimasi pembungaan tanaman ubi kayu umur muda.


(28)

6

3. Mengetahui frekuensi terbaik pemberian paclobutrazol melalui daun yang dapat menginduksi pembungaan tanaman ubi kayu umur muda.

1.3 Kerangka Pemikiran

Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi ubi kayu dalam rangka

pemenuhan kebutuhan nasional adalah dengan menciptakan klon-klon unggul baru melalui pemuliaan tanaman. Pengembangan potensi genetik ubi kayu melalui pemuliaan dapat dengan mudah dilakukan bila tanaman dapat berbunga serentak dan dalam jumlah mencukupi. Namun, lamanya waktu pemunculan bunga pada tanaman ubi kayu yang umumnya terjadi pada umur tanaman 8-12 bulan (Hasley et al., 2008), seringkali menjadi faktor pembatas para pemulia untuk melakukan persilangan.

Pembungaan pada umumnya dipengaruhi aktivitas hormon endogen pada tanaman. Pada tanaman ubi kayu, pembungaan juga sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sepertinya banyaknya cahaya dan suhu. Untuk menginduksi pembungaan yang lebih dini pada tanaman ubi kayu diperlukan adanya perlakuan senyawa kimia yang dapat mempengaruhi sistem hormon dalam tanaman.

Adanya pengalihan fotosintat dari fase pertumbuhan yang jumlahnya ditekan oleh zat pengatur tumbuh (ZPT) untuk kemudian dialihkan ke arah fase reproduktif diharapkan mampu mempercepat masa pembungaan.

Menurut Watson (2006), paclobutrazol merupakan zat penghambat tumbuh (growth retardant) yang bersifat menghambat biosintesis giberelin yang merupakan hormon utama tanaman yang berperan dalam pemanjangan sel.


(29)

7

Aplikasi paclobutrazol terbukti sangat efektif menurunkan pertumbuhan vegetatif tanaman. Terhambatnya pembentukan giberelin akan mengakibatkan

pertumbuhan tunas dan daun terhambat akibat penurunan laju pembelahan sel secara morfologis dimana terlihat adanya pengurangan asimilat yang penggunaan zat tersebut diarahkan ke fase reproduktif untuk kemudian dapat merangsang terjadinya pembungaan.

Aplikasi paclobutrazol dapat dilakukan melalui penyemprotan pada daun. Penyemprotan paclobutrazol pada daun diharapkan bersifat lebih efektif dalam hal menginduksi pembungaan tanaman ubi kayu umur muda. Hal ini dikarenakan paclobutrazol yang diaplikasikan dapat langsung diserap oleh tanaman melalui stomata, menghambat sintesis giberelin, dan mampu mengarahkan suplai

fotosintat yang dihasilkan dari proses fotosintesis di daun. Fotosintat yang semula digunakan untuk pertumbuhan vegetatif nantinya akan dialokasikan untuk

pertumbuhan generatif dan memicu terjadinya pembungaan dini pada tanaman ubi kayu.

Pemberian paclobutrazol untuk menginduksi pembungaan dini pada tanaman ubi kayu umur muda harus dilakukan secara tepat cara dan tepat dosis, baik

konsentrasi, volume maupun frekuensi. Penelitian sebelumnya oleh Erwin et al. (2011) melaporkan bahwa aplikasi paclobutrazol melalui daun dengan konsentrasi 500 ppm dan volume semprot 100 ml/tanaman dalam 3 kali waktu penyemprotan mampu menginduksi pembentukan cabang dan bunga dua per tiga (66%) populasi tanaman ubi kayu klon Thailand yang ditanam di dataran rendah, dibandingkan


(30)

8

dengan pemberian konsentrasi paclobutrazol lainnya (0, 250, 750, dan 1.000 ppm).

1.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Pemberian paclobutrazol melalui daun mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman ubi kayu umur muda.

2. Pemberian paclobutrazol dengan frekuensi 2 kali dapat mengoptimumkan induksi pembungaan tanaman ubi kayu umur muda.


(31)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Ubi Kayu

Ubi kayu berasal dari Brazilia. Ilmuwan yang pertama kali melaporkan hal ini adalah Johann Baptist Emanuel Pohl, seorang ahli botani asal Austria pada tahun 1827 (Allem, 2002). Tanaman ini selanjutnya menyebar ke berbagai penjuru dunia, terutama negara-negara di Asia dan Afrika. Tanaman ubi kayu masuk ke Indonesia tidak diketahui dengan jelas tepatnya tahun berapa. Junghuhn (1861) berpendapat bahwa sampai tahun 1838 penduduk Indonesia belum mengenal ubi kayu sebagai bahan makanan walaupun tumbuhan itu sudah ada di Indonesia. Upaya penanaman ubi kayu di Jawa mulai berhasil setelah didatangkan stek dari Paramaribo pada tahun 1858 (Darjanto dan Murjati, 1980).

Dalam sistematika tumbuhan, ubi kayu termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae. Ubi kayu berada dalam famili Euphorbiaceae yang mempunyai sekitar 7.200 spesies, beberapa di antaranya adalah tanaman yang mempunyai nilai komersial, seperti karet (Hevea brasiliensis), jarak (Ricinus comunis dan Jatropha curcas), ubi-ubian (Manihot spp), dan tanaman hias (Euphorbia spp). Klasifikasi tanaman ubi kayu adalah sebagai berikut :


(32)

10

Kelas : Dicotyledoneae Sub Kelas : Arhichlamydeae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Sub Famili : Manihotae Genus : Manihot

Spesies : Manihot esculenta Crantz

Tanaman ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) merupakan tumbuhan berbatang lunak atau getas (mudah patah). Tanaman ubi kayu dewasa dapat mencapai tinggi 1 sampai 2 meter, walaupun ada beberapa kultivar yang dapat mencapai tinggi sampai 4 meter. Batang ubi kayu berbentuk silindris dengan diameter berkisar 2 sampai 6 cm. Warna batang sangat bervariasi, mulai putih keabu-abuan sampai cokelat atau cokelat tua. Batang tanaman ini berkayu dengan bagian gabus (pith) yang lebar. Setiap batang menghasilkan rata-rata satu buku (node) per hari di awal pertumbuhannya, dan satu buku per minggu di masa-masa selanjutnya. Setiap satu satuan buku terdiri dari satu buku tempat menempelnya daun dan ruas buku (internode). Panjang ruas buku bervariasi tergantung genotipe, umur tanaman, dan faktor lingkungan seperti ketersediaan air dan cahaya. Ruas buku menjadi pendek dalam kondisi kekeringan dan menjadi panjang jika kondisi lingkungannya sesuai, dan sangat panjang jika kekurangan cahaya (Ekanayake et al., 1997).

Susunan daun ubi kayu pada batang (phyllotaxis) berbentuk 2/5 spiral. Lima daun berada dalam posisi melingkar membentuk spiral dua kali di sekeliling batang.


(33)

11

Daun berikutnya atau daun ke enam terletak persis di atas titik awal spiral tadi. Jadi, setelah dua putaran, daun ke 6 berada tepat di atas daun ke 1, daun ke 7 di atas daun ke 2, dan seterusnya. Daun ubi kayu terdiri dari helai daun (lamina) dan tangkai daun (petiole). Panjang tangkai daun berkisar 5-30 cm dan warnanya bervariasi dari hijau ke ungu. Helai daun mempunyai permukaan yang halus dan berbentuk seperti jari. Jumlah jari bervariasi antara 3 dan 9 (biasanya ganjil). Warna rangka helai daun hijau sampai ungu. Bentuk helai daun, terutama lebarnya, juga bervariasi (Ekanayake et al., 1997).

2.2 Kondisi Lingkungan untuk Pertumbuhan Ubi Kayu

Tanaman ubi kayu dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang memiliki

ketinggian sampai dengan 2.500 m dari permukaan laut. Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ubi kayu antara 10-700 m dpl, sedangkan

toleransinya antara 10-1.500 m dpl. Jenis ubi kayu tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal. Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ubi kayu antara 1.500-2.500 m/tahun. Kelembaban udara optimal untuk tanaman ubi kayu antara 60-65%, dengan suhu udara minimal bagi

tubuhnya sekitar 10oC. Jika suhunya di bawah 10oC, pertumbuhan tanaman akan sedikit terhambat. Selain itu, tanaman menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna. Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ubi kayu sekitar 10 jam/hari, terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya (Sunarto, 2002).


(34)

12

Sunarto (2002) menambahkan bahwa tanah yang paling sesuai untuk ubi kayu adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros, serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia, dan mudah diolah. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ubi kayu adalah jenis aluvial, latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol, dan andosol. Derajat kemasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ubi kayu berkisar antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0-5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ubi kayu. Demikian pesatnya tanaman ubi kayu berkembang di daerah tropis, sehingga ubi kayu dijadikan sebagai bahan makanan pokok ketiga setelah padi dan jagung.

2.3 Karakteristik Bunga Ubi Kayu

Tanaman ubi kayu termasuk tanaman monoecious (bunga berumah satu atau monoecus) yang bunga jantan dan bunga betina berada dalam malai bercabang tunggal, dengan bunga betina pada dasar, dan bunga jantan menuju ujung. Bunga-bunganya kecil, dengan diameter bunga jantan yang sekitar 0,5 cm dan bunga betina yang sedikit lebih besar. Bunga biasanya mekar sekitar tengah hari dan tetap mekar sekitar satu hari. Penyerbukan bersifat silang yang biasanya dilakukan dengan bantuan serangga. Penyerbukan sendiri terjadi jika bunga betina dan bunga jantan terletak pada dahan yang berbeda dan pohon yang sama mekar pada waktu bersamaan. Setelah penyerbukan dan fertilisasi, indung telur berkembang menjadi buah (Ceballos et al., 2002).


(35)

13

Menurut penelitian yang dilakukan oleh CIAT (Centro International d

Agricultura Tropical) pada tahun 1984 di Kolombia, proses reproduksi ubi kayu secara umum adalah sebagai berikut :

1. Cabang pembungaan muncul setelah 2 bulan penanaman, akan tetapi pada umumnya percabangan muncul setelah 6 bulan.

2. Kuncup bunga biasanya ditemukan setelah 1 minggu sejak percabangan muncul.

3. Bunga betina siap untuk proses polinasi setelah 15 hari sejak bunga mekar. 4. Bunga jantan pada cabang atau tangkai yang sama akan terbuka setelah 20-30

hari kemudian.

5. Buah yang dihasilkan matang dan terbuka dalam 2,5-3 bulan setelah proses fertilisasi.

Bunga ubi kayu dihasilkan pada dahan reproduktif. Bunga jantan berkembang dekat puncak rangkaian bunga, sedangkan bunga betina tumbuh dekat dasar rangkaian bunga. Setiap bunga, jantan dan betina, mempunyai 5 buah daun bunga terluar berwarna kekuningan atau kemerahan. Bunga jantan mempunyai 10 buah benang sari yang tersusun dalam 2 lingkaran, yang masing-masing berisi 5 benang sari. Tangkai benang sari berdiri bebas dan kepala benang sarinya kecil. Bunga betina mempunyai indung telur berukuran panjang mencapai 1 cm dan

mempunyai 3 buah kantung kecil, masing-masing dengan satu sel telur. Bunga betina mekar 1-2 minggu sebelum bunga jantan (protogini) (Ekanayake et al., 1997).


(36)

14

Beberapa varietas ubi kayu berbunga secara teratur dan cukup sering, sementara beberapa varietas lainnya jarang berbunga atau bahkan tidak berbunga sama sekali. Tumbuhnya bunga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti banyaknya cahaya dan suhu. Pada beberapa genotipe, induksi pembungaan tergantung pada potoperiodik 13,5 jam hari terang dengan suhu sekitar 24oC (Alves, 2002).

2.4 Paclobutrazol

Cathey (1964) mendefinisikan zat penghambat tumbuh (retardant) adalah suatu tipe senyawa organik yang mampu menghambat pemanjangan batang,

meningkatkan warna hijau daun dan secara tidak langsung mempengaruhi pembungaan, menghambat pembelahan dan pemanjangan sel sub apikal tanpa menyebabkan pertumbuhan menjadi abnormal. Paclobutrazol merupakan salah satu penghambat tumbuh yang mempunyai rumus empirik C15H20Cl H3O dengan rumus kimia (2RS, 3RS)-1-(4-Chlorophenil)-4,4-dimethyl-2-(1H-1,1,2,4-triazol-1-yl) pentantriol. Zat penghambat tumbuh ini berbentuk kristal (butiran) dan berwarna putih (ICI, 1986).


(37)

15

Paclobutrazol merupakan senyawa aktif yang bergerak relatif lambat menuju meristem sub apikal dan dapat diserap tanaman baik melalui akar maupun daun untuk kemudian ditranslokasikan melalui xilem ke bagian tanaman lainnya. Zat ini tidak mudah ditranslokasikan di dalam tanaman dan hanya dapat beredar melalui xilem, sehingga seringkali diaplikasikan dengan cara penyiraman pada media tumbuh agar diserap akar dan ditransportasikan ke tajuk tanaman melalui xilem (Krisantini, 2007). Prinsip kerja paclobutrazol di dalam tanaman

menghambat biosintesis giberelin dengan cara menekan kaurene sehingga tidak terjadi pembentukan kaurenoat. Hal ini mengakibatkan penurunan laju

pembelahan sel secara morfologis yaitu saat terlihat adanya pengurangan asimilat ke pertumbuhan reproduktif untuk pembungaan. Paclobutrazol merupakan retardan yang dapat menghambat biosintesis giberelin dalam tanaman dan menekan pengaruh asam absisik, etilen dan IAA dalam tanaman. Paclobutrazol juga dikenal dapat melindungi tanaman dari cekaman stress dan dapat

meningkatkan pertumbuhan akar tanaman pada situasi tertentu (Watson, 2006).

Pemberian paclobutrazol akan menghambat pertumbuhan dan meningkatkan jumlah gula tersimpan di pucuk. Umumnya pada tanaman buah, kandungan giberelin yang tinggi akan menghambat pembungaan karena giberelin menstimulasi pertumbuhan dan meningkatkan suplai karbon pucuk. Apabila diberi paclobutrazol akan terjadi penurunan drastis pada kandungan giberelin (GA3, GA5, dan GA2) sehingga tanaman akan menginduksi bunga (Rai Nyoman et al., 2004).


(38)

16

Aplikasi paclobutrazol dalam menstimulasi pembungaan rambutan di luar musim dapat menekan pertumbuhan vegetatif tanaman. Armadi (2000) melaporkan bahwa semakin meningkat dosis paclobutrazol yang diberikan, semakin cepat pemunculan bunga pertama dibandingkan dengan kontrol. Pada tanaman mangga di luar musim, aplikasi paclobutrazol dapat menginduksi pembungaan dengan persentase 83,3-100%, sedangkan pada kontrol tidak berbunga sama sekali. Pemberian paclobutrazol juga mampu menghambat pertumbuhan vegetatif yaitu dengan menurunkan total tunas dan memperpendek panjang tunas (Susanto dan Poerwanto, 1999).

Pemberian paclobutrazol juga menyebabkan warna daun dan batang tanaman menjadi lebih hijau tua. Hal ini karena paclobutrazol meningkatkan kandungan butir-butir hijau daun sehingga proses fotosintesis planlet menjadi lebih baik (Surachman, 2009). Meskipun pertumbuhan pengurangan efek paclobutrazol adalah umum, pertumbuhan persentase penurunan, berbunga, luas daun dan kandungan klorofil, bentuk bunga dan warna tanaman dapat bervariasi tergantung pada dosis atau konsentrasi, metode, lokasi aplikasi, spesies dan kultivar serta musim tumbuh (Mansuroglu, 2009).

Paclobutrazol ini dapat digunakan pada semua tanaman berkayu yang merupakan tanaman berbiji terbuka atau angiospermae. Paclobutrazol terbukti efektif

dipergunakan pada tanaman keras seperti mangga, apel, jambu air, jeruk dan durian. Penggunaan secara berlebihan dapat mengakibatkan, batang dan dahan getas, daun mengeriting dan pertumbuhan vegetatif dapat terhenti (stagnan) hingga kurun waktu 3 tahun (Rai Nyoman dan Roedhy Poerwanto, 2008).


(39)

17

Paclobutrazol dapat diaplikasikan pada tanaman melalui penyemprotan bagian atas tanaman yang terletak di atas permukaan tanah (foliar spray), melalui media tanah (soil drench), dan injeksi pada batang (injection). Penyemprotan melalui daun akan lebih efektif jika dilakukan beberapa kali dengan dosis rendah.

Paclobutrazol akan diserap oleh tanaman melalui daun, jaringan batang atau akar kemudian ditranslokasikan secara akropetal melalui xilem, selanjutnya senyawa tersebut mencapai meristem sub apikal sehingga pengaruh yang persisten (berlangsung lama) dapat dihasilkan (ICI, 1984).

2.5 Penyerapan Melalui Daun

Pemupukan melalui daun merupakan cara pemberian pupuk ke tanaman melalui penyemprotan pada daun. Pemupukan lewat daun dipandang lebih berhasil bila dibanding melalui akar karena memiliki beberapa keuntungan seperti penyerapan unsur haranya relatif lebih cepat akibat tidak terjadinya pengikatan unsur hara oleh partikel tanah sekaligus menghindari kerusakan akar akibat pemberian pupuk yang tidak merata pada daerah perakaran, serta absorsi hara oleh sel daun lebih cepat karena pada permukaan daun terdapat banyak stomata. Lebih dari itu, pemupukan melalui daun juga dapat menghindarkan tanah dari kelelahan sehingga perlu adanya variasi dalam melakukan pemupukan (Martin, 2000).

Daun merupakan tempat terjadinya fotosintesis pada tanaman yang memiliki banyak stomata. Stomata ini sebagian besar terdapat di bawah pemukaan daun yang aktivitas membuka dan menutupnya berkaitan dengan tekanan turgor melalui proses difusi-osmosis yang dipengaruhi oleh sinar matahari. Oleh karena itu, sebaiknya penyemprotan dihentikan setelah sinar matahari sudah mulai terasa


(40)

18

terik karena sebagian unsur hara akan lebih banyak menguap bila matahari semakin panas dan angin berhembus lebih kencang. Sementara proses masuknya unsur hara ke dalam daun yang optimal memakan waktu sekitar 2-4 jam

(Marsono, 2007).

Menurut ICI (1986), pemberian paclobutrazol melalui daun memberikan hasil yang lebih cepat dibandingkan melalui tanah. Hal ini diduga akibat adanya penjerapan paclobutrazol oleh partikel tanah, sehingga pemberian paclobutrazol melalui daun pada dasarnya merupakan upaya untuk menghilangkan pengaruh jerapan oleh partikel tanah. Melalui cara ini, diharapkan agar paclobutrazol akan langsung masuk ke jaringan tanaman melalui stomata dan langsung


(41)

19

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kebun penelitian terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang terletak di belakang masjid Al-Wasi’i, kelurahan

Gedong Meneng, Rajabasa, Bandar Lampung dari bulan Agustus-Desember 2013.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah sebagai media tumbuh, stek ubi kayu klon Thailand, air, paclobutrazol 1-tert-Butyl-2-(p-chlorobenzyl)-2-(1,2,4-triazol-1-yl) ethanol produksi Phyto Technology Laboratories, pupuk Urea, pupuk TSP, pupuk KCl, dan kertas label.

Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, koret, meteran, kayu tugal, sendok susu, timbangan, panci, kompor, botol air mineral, selang, tali kasur, sprayer, alat tulis, dan kamera.

3.3 Metode Penelitian

Untuk menjawab pertanyaan dalam perumusan masalah dan menguji hipotesis, maka penelitian ini disusun secara monofaktor yang diterapkan dalam rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS) dengan empat ulangan dan setiap ulangan


(42)

20

terdiri atas dua satuan percobaan. Perlakuan yang diterapkan pada satuan

percobaan adalah pemberian paclobutrazol dalam berbagai frekuensi, yaitu 2 kali sejak umur tanaman 30 HST dan 37 HST (F 2X1 dan F 2X2), 3 kali sejak umur tanaman 30 HST dan 37 HST (F 3X1 dan F 3X2), serta 4 kali sejak umur tanaman 30 HST (F 4X).

Kesamaan ragam antarperlakuan diuji dengan uji Barlett dan kemenambahan data diuji dengan uji Tukey. Bila asumsi terpenuhi, maka data dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Percobaan dilakukan dengan penanaman bahan tanam berupa stek batang tanaman ubi kayu klon Thailand yang berumur 10 bulan dengan ukuran panjang 25 cm. Stek ditancapkan pada media tumbuh berupa tanah guludan yang telah diolah secara konvensional sebelumnya dengan posisi tegak dan 1/3 bagian berada di dalam tanah. Jarak tanam antarstek dalam barisan adalah 0,6 m, sedangkan jarak antarguludan/antarbaris (ulangan) adalah 1 m. Setiap stek diberi label sebagai penanda perlakuan dan ulangan dengan menggunakan kertas jilid transparan dan tali kasur yang dikalungkan/diikatkan pada stek ubi kayu.

Pemupukan diberikan sebanyak 3 kali pada tiap stek ubi kayu dengan cara ditugal pada sisi kanan dan kiri stek berjarak sekitar 5 cm. Pupuk yang digunakan adalah pupuk anorganik berupa pupuk Urea, pupuk SP-36, dan pupuk KCl dengan dosis pupuk yang diberikan adalah 10 gram Urea/tanaman, 10 gram SP-36/tanaman, dan 60 gram KCl/tanaman. Pemupukan pertama dilakukan pada umur 21 hari


(43)

21

setelah tanam (HST) dengan dosis 10 gram Urea/tanaman, 10 gram

SP-36/tanaman, dan 10 gram KCl/tanaman. Pemupukan kedua dan ketiga dilakukan dengan interval 3 minggu setelah pemupukan sebelumnya dengan dosis 20 gram KCl/tanaman.

Konsentrasi larutan paclobutrazol yang digunakan adalah 500 ppm yang dibuat 2 hari sebelum waktu aplikasi pertama. Pembuatan paclobutrazol dengan

konsentrasi 500 ppm dilakukan dengan cara mencampurkan 0,20 gram bubuk paclobutrazol ke dalam 160 ml alkohol 90% dan digoyang-goyangkan hingga larut. Campuran bubuk paclobutrazol dan alkohol kemudian di waterbath pada suhu 60oC – 70oC sebelum akhirnya ditambahkan air dengan suhu ± 60oC sebanyak 250 ml.

Pemberian perlakuan, yaitu aplikasi paclobutrazol, dilakukan dengan cara

penyemprotan pada daun, terutama pada bagian pucuk, daun muda, batang muda, dan bagian bawah daun dengan menggunakan sprayer. Aplikasi paclobutrazol melalui daun dilakukan sebanyak 2, 3, dan 4 kali dimulai sejak tanaman berumur 30 HST dengan volume pemberian sebesar 100 ml/tanaman yang diberikan dengan interval 1 minggu. Adapun daftar pemberian perlakuan aplikasi larutan paclobutrazol yang berdasarkan frekuensi penyemprotan adalah sebagai berikut : 1. Frekuensi penyemprotan 2 kali

a. F 2X1,penyemprotan dilakukan pada umur tanaman 30 dan 37 HST dengan volume semprot masing-masing 40 ml dan 60 ml.

b. F 2X2, penyemprotan dilakukan pada umur tanaman 37 dan 44 HST dengan volume semprot masing-masing 40 ml dan 60 ml.


(44)

22

2. Frekuensi penyemprotan 3 kali

a. F 3X1, penyemprotan dilakukan pada umur tanaman 30, 37, dan 44 HST dengan volume semprot masing-masing 20 ml, 30 ml, dan 50 ml.

b. F 3X2, penyemprotan dilakukan pada umur tanaman 37, 44, dan 51 HST dengan volume semprot masing-masing 20 ml, 30 ml, dan 50 ml.

3. Frekuensi penyemprotan 4 kali dilakukan pada umur tanaman 30, 37, 44, dan 51 HST dengan volume semprot masing-masing 10 ml, 20 ml, 30 ml, dan 40 ml.

Pemberian air dilakukan setiap sore hari apabila tidak turun hujan dengan menggunakan selang yang disambungkan dengan sumber air kran terdekat. Pengairan intensif dilakukan sejak awal pertanaman hingga sehari sebelum aplikasi paclobutrazol pertama. Selanjutnya pengairan hanya diberikan sehari sebelum dilakukannya aplikasi paclobutrazol. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan cara mencabut atau mengkoret gulma-gulma yang tumbuh di sekitar tanaman.

3.5 Variabel yang Diamati

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap percepatan induksi pembungaan tanaman ubi kayu umur muda maka akan dilakukan

pengamatan. Pengamatan dilakukan setiap minggu sejak tanaman berumur 7 HST sampai 4 bulan setelah tanam.


(45)

23

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Jumlah tunas. Jumlah tunas yang tumbuh pada stek diseragamkan menjadi 2 tunas/tanaman.

2. Tinggi tanaman. Menghitung panjang tunas yang diukur dari batas antara cabang batang utama sampai ujung batang (titik tumbuh). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan meteran dan dinyatakan dalam satuan sentimeter (cm).

3. Jumlah daun segar. Menghitung jumlah daun segar dan dalam keadaan terbuka. Penghitungan dilakukan secara manual dan dinyatakan dalam satu persatuan daun (helaian) pada masing-masing tunas tanaman.

4. Jumlah buku. Menghitung jumlah buku (tempat tumbuh daun) yang muncul pada tiap tunas. Penghitungan dilakukan secara manual dan dinyatakan dalam satu persatuan buku pada masing-masing tunas tanaman.

5. Tingkat kehijauan daun. Pengukuran tingkat kehijauan warna daun dilakukan dengan menggunakan Chlorophyllmeter sesaat sebelum dilakukan pemanenan. Pengukuran dilakukan pada daun bagian atas (daun ke 4 dari pucuk), tengah (daun ke 12 dari pucuk), dan bawah (daun ke 25 dari pucuk) untuk tiap tanamannya.

6. Jumlah cabang. Jumlah cabang merupakan tanda fase generatif. Penghitungan jumlah cabang dimulai dari pertama kali munculnya cabang-cabang baru yang keluar pada tanaman setelah dilakukan aplikasi paclobutrazol.

7. Waktu pembungaan. Mengamati dan mencatat waktu pemunculan bunga pada pertanaman setelah aplikasi paclobutrazol.


(46)

24

8. Jumlah rangkaian bunga. Penghitungan secara manual terhadap jumlah rangkaian bunga yang terbentuk setelah aplikasi paclobutrazol.

9. Jumlah bunga. Penghitungan secara manual banyaknya bunga yang keluar dari masing-masing tanaman setelah aplikasi paclobutrazol.

10. Jumlah bunga jantan dan betina. Menghitung banyaknya bunga jantan dan bunga betina dari seluruh bunga yang muncul setelah aplikasi paclobutrazol. Penghitungan dilakukan secara manual dengan cara mengamati ciri morfologi bunga.

11. Jumlah bunga gugur. Menghitung banyaknya bunga yang gugur dari seluruh bunga yang muncul setelah aplikasi paclobutrazol. Penghitungan dilakukan secara manual dengan cara mencatat banyaknya bunga yang ditemukan gugur atau terlepas dari tangkainya.

12. Bobot basah. Menimbang seluruh bagian tanaman yaitu daun, batang, dan akar atau akar yang telah berubah menjadi ubi secara terpisah di akhir penelitian dengan umur tanaman 4 bulan. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan timbangan digital dan dinyatakan dalam satuan gram (g). 13. Bobot kering. Mengeringkan dan menimbang seluruh bagian tanaman yaitu

daun, batang, dan akar atau akar yang telah berubah menjadi ubi secara terpisah dalam oven dengan suhu 70oC selama 3 hari setelah dilakukannya pengukuran bobot basah. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan timbangan digital dan dinyatakan dalam satuan gram (g).


(47)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pemberian paclobutrazol melalui daun dengan frekuensi penyemprotan yang lebih banyak menghambat pertumbuhan tinggi tanaman, mengakibatkan pemendekan ruas sekaligus mempengaruhi penurunan bobot kering batang tanaman ubi kayu.

2. Pemberian paclobutrazol melalui daun dalam frekuensi yang lebih sedikit yaitu F2X1 dan F2X2 di awal fase pertumbuhan efektif dalam menginisiasi pembentukan cabang sekaligus menginduksi tunas bunga pada tunas utama tanaman ubi kayu.

5.2 Saran

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka disarankan untuk dilakukan percobaan lebih lanjut di rumah kaca agar jumlah air yang diterima tanaman dapat lebih terkontrol dan menghindari faktor cuaca (hujan) untuk mengetahui pengaruh paclobutrazol terhadap pembentukan bunga.


(48)

52

PUSTAKA ACUAN

Allem AC. 2002. The Origins and Taxonomy of Cassava. In Cassava : Biology, Production and Utilization, eds Hillocks, R.J., Thresh, J.M. and Belloti, A.C., New York CAB International, pp. 1-16.

Alves, A.A.C. 2002. Cassava Botany and Physiology. In Cassava : Biology, Production and Utilization, eds Hillocks, R.J., Thresh, J.M. and Belloti, A.C., New York CAB International, pp. 67-89.

Anonim a. 2007. Proyek Pengembangan Budidaya Ubi Kayu Sebagai Upaya Meningkatkan Taraf Kehidupan Ekonomi Petani, Sekaligus Mengintip Peluang Pengembangan Bahan Baku Biofuel. Dalam

http://www.bigcassava.com.

Armadi, Yukiman. 2000. Studi Tentang Aplikasi Paclobutrazol Dan KNO3 Dalam Menstimulasi Pembungaan Rambutan (Nephelium lappaceum L.) Di Luar Musim. Skripsi. Program Pasca Sarjana, IPB Bogor.

Cathey, H. M. 1964. Physiology of Growth Retarding Chemicals in Machlis, L. (ed). Annual review of plant physiology. Vol. 15 : 271-302. Stanford Univ. Ceballos, H., Morante, H., Calle F., Lenis, J.I., Jaramillo, G. and Perez, J.C.

2002. La Yuca en el Tercer Milenio Sistemas Modernos de Production, Ptocessamiento Utilization y Commercializacion. CIAT. Publication No.327, Cali, Columbia, pp. 295-325.

CIAT. 1984. Morphology of the Cassava Plant: Study Guide. Centro Internacional de Agricultura Tropical, Cali, Colombia.

Darjanto dan Murjati. 1980. Khasiat, Racun dan Masakan Ketela Pohon. Bogor : Dewi Sri.

Dianasari, Okta. 2012. Pengaruh Pemberian Paclobutrazol Dan KNO3 Untuk Induksi Dini Pembungaan Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Univ. Lampung. Ekanayake IJ., Osiru DSO., dan Porto MCM. 1997. Morphology of Cassava.


(49)

53

Erwin Y., Sunyoto, Kristina A., dan Ardian. 2011. Aplikasi Paclobutrazol Melalui Daun Tanaman Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) Untuk Merangsang Pembungaan Dini di Dataran Rendah. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Univ. Lampung.

Hartini, R. 1996. Pengaruh Konsentrasi, Ethepon, dan KNO3 pada Rambutan (Nephelium lappaceum Linn.) varietas Binjai yang Telah Diberi

Paclobutrazol. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB.

Hasley, M.E., K.M. Olsen., N.J. Taylor and P.C. Aguirre. 2008. Reproductive Biology of Cassava (Manihot esculenta Crantz.) and Isolation of

Experimental Field Trials. Crop. Sci. 48 : 49-58.

ICI. 1986. Paclobutrazol Plant Growth Regulator for Ornamental Plant. Technical Data Sheet. Imperial Chemical Industries PCL. Plant Protection Div. Fernhust, U.K.

ICI. 1984. Paclobutrazol (cultar) Plant Growth Regulator for Fruit. Technical Data Sheet. Imperial Chemical Industries PCL. Plant Protection Div. Fernhust, U.K.

Indarto, Tito. 1990. Pengaruh Pemberian Paclobutrazol Terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Tanaman Markisa Ungu (Passiflora edulis Sims.). Laporan Karya Ilmiah. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB.

Komeda, Y. 2004. Genetic Regulation of Time to Flower in Arabidopsis thaliana. Annual Review of Plant Biology 2004:55:521-535.

Khrisnamoorthy, H.N. 1981. Plant Growth Substances Including Aplication in Agriculture. Tata Mc. Graw-Hill Pub. Co. Ltd. New Delhi. 241 p.

Krisantini. 2007. Zat Pengatur Tumbuh Untuk Tanaman Hias. Dalam http://www.old.gardenweb.info/index.php?title=Publications. Mansuroglu, Yusuf. 2009. Pengaruh Aplikasi Paclobutrazol Terhadap

Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Dalam http://yusuf. mansuroglu.com/V9%20Lathe%20Tutorial%20(metric).pdf.

Marsono. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Martin. 2000. Harper Review Chemistry. California CBA. California. Mehcuachi, J., F.R. Tadeo, S. Zaragoza, E. Primo-Millo, and M. Talon. 1996.


(50)

54

Accumulation in Shoots and Roots of Citrus Rootstock Seedlings. J. Hort. Sci. 71 (5): 747-754.

Poerwanto R., dan Hiroshi Inoue. 1994. Pengaruh Paclobutrazol Terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Jeruk Satsuma Mandarin pada Beberapa Kondisi Suhu. Bul. Agron. 22 (1) : 55-67.

Poerwanto R., dan Rai Nyoman. 2008. Penggunaan Paclobutrazol Untuk Memacu Pembungaan Tanaman Hortikultura. Jurnal Hortikultura 22 (2) : 51-58.

Rachmawati. 2008. Pertumbuhan dan Pembungaan Krisan pada Berbagai Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Paclobutrazol. J.Arivigor. 7(2):170-179.

Rahayu, Muji. 2010. Penggunaan Paclobutrazol Untuk Pembuahan Mangga Di Luar Musim. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB Bogor.

Rai N., dan Roedhy P. 2004. Shoot Growth, Distribution of 13 C-Photosynthates and Mineral Contents in Seeding and Grafted Mangosteens Trees. J. Trop agric. Japan.

Sunarto. 2002. Suweg Sumber Karbohidrat yang Mumpuni. Majalah Penyebar Semangat 8: 11 – 12.

Surachman, Dedi. 2009. Penggunaan Beberapa Taraf Konsentrasi Paclobutrazol Dalam Media Konservasi Keladi Tikus (Typonium

flagelliforme Lodd.) In Vitro. Teknik Litkayasa Lanjutan Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor, Jawa Barat.

Susanto, Slamet dan Rudy Poerwanto. 1999. Pengaruh Paclobutrazol dan Hidrogen Sianamida terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Tanaman

Mangga ‘Arum Manis’. Bul. Agron. 27 (3) : 22-29.

Watson, T. 2006. Effect of Paclobutrazol’s Application. Hort Sci. 21 (6) : 1419-1421.

Wijaya, Hadi. 2011. Mencegah Kerontokan Bunga dan Bakal Buah. Dalam http://leira-fruit.blogspot.com/2011/11/mencegah-kerontokan-bakal-buah.html. Diakses pada 16 Juli 2014 pukul 05.42 WIB.

Wikipedia. 2013. Ubi Kayu. Dalam http://en.wikipedia.org/wiki/UbiKayu. Diakses pada 22 Oktober 2013 pukul 08.02 WIB.

Yulianto, J. Susilo dan D. Juanda. 2008. Keefektifan Teknik Perangsangan Pembungaan pada Kelengkeng. J. Hort. 18 (2) : 148-154.


(1)

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Jumlah tunas. Jumlah tunas yang tumbuh pada stek diseragamkan menjadi 2 tunas/tanaman.

2. Tinggi tanaman. Menghitung panjang tunas yang diukur dari batas antara cabang batang utama sampai ujung batang (titik tumbuh). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan meteran dan dinyatakan dalam satuan sentimeter (cm).

3. Jumlah daun segar. Menghitung jumlah daun segar dan dalam keadaan terbuka. Penghitungan dilakukan secara manual dan dinyatakan dalam satu persatuan daun (helaian) pada masing-masing tunas tanaman.

4. Jumlah buku. Menghitung jumlah buku (tempat tumbuh daun) yang muncul pada tiap tunas. Penghitungan dilakukan secara manual dan dinyatakan dalam satu persatuan buku pada masing-masing tunas tanaman.

5. Tingkat kehijauan daun. Pengukuran tingkat kehijauan warna daun dilakukan dengan menggunakan Chlorophyllmeter sesaat sebelum dilakukan pemanenan. Pengukuran dilakukan pada daun bagian atas (daun ke 4 dari pucuk), tengah (daun ke 12 dari pucuk), dan bawah (daun ke 25 dari pucuk) untuk tiap tanamannya.

6. Jumlah cabang. Jumlah cabang merupakan tanda fase generatif. Penghitungan jumlah cabang dimulai dari pertama kali munculnya cabang-cabang baru yang keluar pada tanaman setelah dilakukan aplikasi paclobutrazol.

7. Waktu pembungaan. Mengamati dan mencatat waktu pemunculan bunga pada pertanaman setelah aplikasi paclobutrazol.


(2)

24

8. Jumlah rangkaian bunga. Penghitungan secara manual terhadap jumlah rangkaian bunga yang terbentuk setelah aplikasi paclobutrazol.

9. Jumlah bunga. Penghitungan secara manual banyaknya bunga yang keluar dari masing-masing tanaman setelah aplikasi paclobutrazol.

10. Jumlah bunga jantan dan betina. Menghitung banyaknya bunga jantan dan bunga betina dari seluruh bunga yang muncul setelah aplikasi paclobutrazol. Penghitungan dilakukan secara manual dengan cara mengamati ciri morfologi bunga.

11. Jumlah bunga gugur. Menghitung banyaknya bunga yang gugur dari seluruh bunga yang muncul setelah aplikasi paclobutrazol. Penghitungan dilakukan secara manual dengan cara mencatat banyaknya bunga yang ditemukan gugur atau terlepas dari tangkainya.

12. Bobot basah. Menimbang seluruh bagian tanaman yaitu daun, batang, dan akar atau akar yang telah berubah menjadi ubi secara terpisah di akhir penelitian dengan umur tanaman 4 bulan. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan timbangan digital dan dinyatakan dalam satuan gram (g). 13. Bobot kering. Mengeringkan dan menimbang seluruh bagian tanaman yaitu

daun, batang, dan akar atau akar yang telah berubah menjadi ubi secara terpisah dalam oven dengan suhu 70oC selama 3 hari setelah dilakukannya pengukuran bobot basah. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan timbangan digital dan dinyatakan dalam satuan gram (g).


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pemberian paclobutrazol melalui daun dengan frekuensi penyemprotan yang lebih banyak menghambat pertumbuhan tinggi tanaman, mengakibatkan pemendekan ruas sekaligus mempengaruhi penurunan bobot kering batang tanaman ubi kayu.

2. Pemberian paclobutrazol melalui daun dalam frekuensi yang lebih sedikit yaitu F2X1 dan F2X2 di awal fase pertumbuhan efektif dalam menginisiasi pembentukan cabang sekaligus menginduksi tunas bunga pada tunas utama tanaman ubi kayu.

5.2 Saran

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka disarankan untuk dilakukan percobaan lebih lanjut di rumah kaca agar jumlah air yang diterima tanaman dapat lebih terkontrol dan menghindari faktor cuaca (hujan) untuk mengetahui pengaruh paclobutrazol terhadap pembentukan bunga.


(4)

52

PUSTAKA ACUAN

Allem AC. 2002. The Origins and Taxonomy of Cassava. In Cassava : Biology, Production and Utilization, eds Hillocks, R.J., Thresh, J.M. and Belloti, A.C., New York CAB International, pp. 1-16.

Alves, A.A.C. 2002. Cassava Botany and Physiology. In Cassava : Biology, Production and Utilization, eds Hillocks, R.J., Thresh, J.M. and Belloti, A.C., New York CAB International, pp. 67-89.

Anonim a. 2007. Proyek Pengembangan Budidaya Ubi Kayu Sebagai Upaya Meningkatkan Taraf Kehidupan Ekonomi Petani, Sekaligus Mengintip Peluang Pengembangan Bahan Baku Biofuel. Dalam

http://www.bigcassava.com.

Armadi, Yukiman. 2000. Studi Tentang Aplikasi Paclobutrazol Dan KNO3

Dalam Menstimulasi Pembungaan Rambutan (Nephelium lappaceum L.) Di Luar Musim. Skripsi. Program Pasca Sarjana, IPB Bogor.

Cathey, H. M. 1964. Physiology of Growth Retarding Chemicals in Machlis, L. (ed). Annual review of plant physiology. Vol. 15 : 271-302. Stanford Univ. Ceballos, H., Morante, H., Calle F., Lenis, J.I., Jaramillo, G. and Perez, J.C.

2002. La Yuca en el Tercer Milenio Sistemas Modernos de Production, Ptocessamiento Utilization y Commercializacion. CIAT. Publication No.327, Cali, Columbia, pp. 295-325.

CIAT. 1984. Morphology of the Cassava Plant: Study Guide. Centro Internacional de Agricultura Tropical, Cali, Colombia.

Darjanto dan Murjati. 1980. Khasiat, Racun dan Masakan Ketela Pohon. Bogor : Dewi Sri.

Dianasari, Okta. 2012. Pengaruh Pemberian Paclobutrazol Dan KNO3 Untuk

Induksi Dini Pembungaan Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Univ. Lampung. Ekanayake IJ., Osiru DSO., dan Porto MCM. 1997. Morphology of Cassava.


(5)

Erwin Y., Sunyoto, Kristina A., dan Ardian. 2011. Aplikasi Paclobutrazol Melalui Daun Tanaman Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) Untuk Merangsang Pembungaan Dini di Dataran Rendah. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Univ. Lampung.

Hartini, R. 1996. Pengaruh Konsentrasi, Ethepon, dan KNO3 pada Rambutan

(Nephelium lappaceum Linn.) varietas Binjai yang Telah Diberi

Paclobutrazol. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB.

Hasley, M.E., K.M. Olsen., N.J. Taylor and P.C. Aguirre. 2008. Reproductive Biology of Cassava (Manihot esculenta Crantz.) and Isolation of

Experimental Field Trials. Crop. Sci. 48 : 49-58.

ICI. 1986. Paclobutrazol Plant Growth Regulator for Ornamental Plant. Technical Data Sheet. Imperial Chemical Industries PCL. Plant Protection Div. Fernhust, U.K.

ICI. 1984. Paclobutrazol (cultar) Plant Growth Regulator for Fruit. Technical Data Sheet. Imperial Chemical Industries PCL. Plant Protection Div. Fernhust, U.K.

Indarto, Tito. 1990. Pengaruh Pemberian Paclobutrazol Terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Tanaman Markisa Ungu (Passiflora edulis Sims.). Laporan Karya Ilmiah. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB.

Komeda, Y. 2004. Genetic Regulation of Time to Flower in Arabidopsis thaliana. Annual Review of Plant Biology 2004:55:521-535.

Khrisnamoorthy, H.N. 1981. Plant Growth Substances Including Aplication in Agriculture. Tata Mc. Graw-Hill Pub. Co. Ltd. New Delhi. 241 p.

Krisantini. 2007. Zat Pengatur Tumbuh Untuk Tanaman Hias. Dalam http://www.old.gardenweb.info/index.php?title=Publications. Mansuroglu, Yusuf. 2009. Pengaruh Aplikasi Paclobutrazol Terhadap

Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Dalam http://yusuf. mansuroglu.com/V9%20Lathe%20Tutorial%20(metric).pdf.

Marsono. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Martin. 2000. Harper Review Chemistry. California CBA. California. Mehcuachi, J., F.R. Tadeo, S. Zaragoza, E. Primo-Millo, and M. Talon. 1996.


(6)

54

Accumulation in Shoots and Roots of Citrus Rootstock Seedlings. J. Hort. Sci. 71 (5): 747-754.

Poerwanto R., dan Hiroshi Inoue. 1994. Pengaruh Paclobutrazol Terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Jeruk Satsuma Mandarin pada Beberapa Kondisi Suhu. Bul. Agron. 22 (1) : 55-67.

Poerwanto R., dan Rai Nyoman. 2008. Penggunaan Paclobutrazol Untuk Memacu Pembungaan Tanaman Hortikultura. Jurnal Hortikultura 22 (2) : 51-58.

Rachmawati. 2008. Pertumbuhan dan Pembungaan Krisan pada Berbagai Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Paclobutrazol. J.Arivigor. 7(2):170-179.

Rahayu, Muji. 2010. Penggunaan Paclobutrazol Untuk Pembuahan Mangga Di Luar Musim. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB Bogor.

Rai N., dan Roedhy P. 2004. Shoot Growth, Distribution of 13 C-Photosynthates and Mineral Contents in Seeding and Grafted Mangosteens Trees. J. Trop agric. Japan.

Sunarto. 2002. Suweg Sumber Karbohidrat yang Mumpuni. Majalah Penyebar Semangat 8: 11 – 12.

Surachman, Dedi. 2009. Penggunaan Beberapa Taraf Konsentrasi Paclobutrazol Dalam Media Konservasi Keladi Tikus (Typonium

flagelliforme Lodd.) In Vitro. Teknik Litkayasa Lanjutan Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor, Jawa Barat.

Susanto, Slamet dan Rudy Poerwanto. 1999. Pengaruh Paclobutrazol dan Hidrogen Sianamida terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Tanaman Mangga ‘Arum Manis’. Bul. Agron. 27 (3) : 22-29.

Watson, T. 2006. Effect of Paclobutrazol’s Application. Hort Sci. 21 (6) : 1419-1421.

Wijaya, Hadi. 2011. Mencegah Kerontokan Bunga dan Bakal Buah. Dalam http://leira-fruit.blogspot.com/2011/11/mencegah-kerontokan-bakal-buah.html. Diakses pada 16 Juli 2014 pukul 05.42 WIB.

Wikipedia. 2013. Ubi Kayu. Dalam http://en.wikipedia.org/wiki/UbiKayu. Diakses pada 22 Oktober 2013 pukul 08.02 WIB.

Yulianto, J. Susilo dan D. Juanda. 2008. Keefektifan Teknik Perangsangan Pembungaan pada Kelengkeng. J. Hort. 18 (2) : 148-154.