PENGGUNAAN DOCUMENT AGAINST PAYMENT SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN PADA TRANSAKSI EKSPOR-IMPOR ANTARA PT AMAN JAYA PERDANA DENGAN OLAM INTERNATIONAL LIMITED

(1)

ABSTRAK

PENGGUNAAN DOCUMENT AGAINST PAYMENT SEBAGAI ALAT

PEMBAYARAN PADA TRANSAKSI EKSPOR-IMPOR ANTARA PT AMAN JAYA PERDANA DENGAN OLAM INTERNATIONAL LIMITED

Oleh

FREDERICA HENRIETTA

Hukum Dagang Internasional mengakui 5 kebiasaan metode pembayaran yakni advance payment, open account, partial payment with order, consignment, documentary collection: document against acceptance dan document against payment. Document against payment yang merupakan bagian dari documentary collection tunduk pada ketentuan United Rules Collection (URC 522). PT Aman Jaya Perdana dan Olam International Limited selaku pelaku ekspor-impor sepakat

menggunakan document against payment karena dianggap mudah dan kurang

beresiko. Penelitian ini bertujuan mengkaji penggunaan document against payment

terhadap transaksi ekspor impor PT Aman Jaya Perdana ─ Olam International

Limited. Adapun yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini ialah, penggunaan document against payment pada transaksi ekspor-impor PT Aman Jaya Perdana ─ Olam International Limited, pengaturan resiko perubahan kurs pada kontrak dagang antara PT Aman Jaya Perdana dengan Olam International Limited.

Penulis menggunakan pendekatan normatif terapan dalam pendekatan masalah penelitian ini. Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian normatif empiris dengan tipe penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan studi

kepustakaan dengan tujuan menganalisa “bagaimana penggunaan document against

payment pada transaksi ekspor-impor antara PT Aman Jaya Perdana dengan Olam International Limited, apakah pengaturan resiko perubahan kurs diatur dalam kontrak

dagang antara PT Aman Jaya Perdana-Olam International Limited.”

Hasil penelitian dan pembahasan menerangkan bahwa penggunaan document against

payment pada transaksi ekspor-impor PT Aman Jaya Perdana-Olam International

Limited, melalui beberapa tahap, penyusunan draft dokumen, persetujuan draft,

penerbitan dokumen asli, pengiriman dokumen ke remitting bank-collecting bank dan

pengapalan barang, pembayaran, pemindahan hak milik dokumen dan barang.

Metode pembayaran document against payment, bank tidak menjamin kredibilitas


(2)

Meski demikian, document against payment dinilai menguntungkan eksportir karena eksportir mampu mengawasi barang yang diekspor hingga pembayaran dilakukan. Transaksi ekspor impor menggunakan mata uang asing, namun dalam kontrak dagang tidak diatur tentang perubahan nilai tukar mata uang asing.


(3)

(4)

PENGGUNAAN DOCUMENT AGAINST PAYMENT SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN PADA TRANSAKSI EKSPOR- IMPOR ANTARA PT AMAN

JAYA PERDANA DENGAN OLAM INTERNATIONAL LIMITED

(Skripsi)

Oleh

Frederica Henrietta 1012011178

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG


(5)

ABSTRAK ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

MOTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

SANWACANA ... vii

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 5

B. Permasalahan... 11

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Ekspor-Impor ... 13

B. Tinjauan Tentang Kontrak Dagang Internasional ... 17

C. Tinjauan Tentang Metode Pembayaran Dalam Ekspor-Impor ... 25

D. Tinjauan Tentang Risiko Dalam Ekspor Impor ... 36

E. Kerangka Pikir ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 39

1. Pendekatan Masalah ... 39


(6)

5. Pengolahan Data... 42 B. Pengumpulan Data... 43 C. Analisis Data ... 43

BAB IV PEMBAHASAN

A. Penggunaan Document Against Payment Pada Transaksi Ekspor-Impor

PT Aman Jaya Perdana ─ Olam International Limited

1. Gambaran Umum dan Hubungan Hukum PT Aman Jaya Perdana

Dan Olam International Limited

a. Gambaran Umum PT Aman Jaya Perdana... 46

b. Gambaran Umum Olam International Limited ... 48

c. Hubungan Hukum Antara PT Aman Jaya Perdana dan Olam

International Limited ... 50

2. Penggunaan Document Against Payment Pada Transaksi Ekspor Impor

PT Aman Jaya Perdana ─Olam International Limited ... 53

3. Risiko Dalam Penggunaan Document Against Payment Pada

Transaksi Ekspor-Impor ... 60

B. Pengaturan Risiko Perubahan Nilai Kurs Pada Kontrak Dagang

Internasional Antara PT Aman Jaya Perdana Dengan Olam Internasional Limited

1. Document Against Payment menurut Uniform Rules For Collection

tentang Collecting Bank ... 65

2. Pengaturan Risiko Perubahan Nilai Kurs Pada United Rules Collection


(7)

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN Dokumen 1. Kontrak Dagang PT Aman Jaya Perdana-Olam International Limited . . ... 82

Dokumen 2. Shipping Instruction ... 83

Dokumen 3. Bill Of Loading ... 84

Dokumen 4. Packing List ... 85

Dokumen 5.Invoice ... 86

Dokumen 6. Certificate of Origin ... 87

Dokumen 7. Quality and Weight Certificate... 88


(8)

(9)

(10)

MOTO

“Pendidikan adalah senjata terkuat yang dapat kamu pergunakan untuk mengubah

dunia”

(Nelson Mandela)

“Kepuasan itu terletak pada usaha, bukan pada pencapaian hasil. Berusaha keras adalah kemenangan besar”


(11)

PERSEMBAHAN

Skrispsi ini aku persembahkan untuk:

Kedua orang tuaku terkasih, yang selalu mencintai, menyayangi,

mendoakan dan mendidikku:

Daniel Hadinata

dan

Veronica Yuliana

Terima kasih atas kasih, cinta, dan pengorbanan bagiku, sehingga aku

dapat menyelesaikan kuliah ini, untuk menjadi apa yang kalian


(12)

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Frederica Henrietta, penulis dilahirkan pada tanggal 14 Desember 1992 di Kota Bandar Lampung. Penulis adalah anak ke-dua dari dua bersaudara, dari pasangan Daniel Hadinata dan Veronica Yuliana.

Pendidikan yang telah diselesaikan oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Taman Kanak-Kanak di TK Xaverius I Bandar Lampng, lulus pada tahun 1998.

2. Sekolah Dasar di SD Xaverius I Bandar Lampung, lulus pada tahun 2004.

3. Sekolah Menengah Pertama di SMP Xaverius I Bandar Lampung, lulus pada

tahun 2007.

4. Sekolah Menengah Atas di SMA Fransiskus Bandar Lampung pada tahun 2010.

Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2010. Selama kuliah, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Perdata. Di Hima Perdata penulis pernah menjabat sebagai anggota bidang kreatifitas.


(13)

SANWACANA

Salam sejahtera dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

yang berjudul “Penggunaan Document Against Payment Sebagai Alat

Pembayaran Pada Transaksi Ekspor-Impor Antara PT Aman Jaya Perdana─ Olam International Limited” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung dengan tepat waktu.

Penyelesaian penelitian ini tidak lepas dari bantuan, partisipasi secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S., Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., Ketua Bagian Hukum

Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah banyak membantu penulis di dalam menempuh pendidikan sarjana di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

3. Ibu Aprilianti, S.H., M.H., Sekretaris Bagian Hukum Keperdataan Fakultas

Hukum Universitas Lampung yang telah membantu penulis di dalam menempuh pendidikan sarjana.


(14)

4. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan banyak waktu, ilmu, pemikiran, dan tenaga kepada penulis, serta memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

5. Ibu Dianne Eka Rusmawati, S.H., M.Hum., Dosen Pembimbing II yang telah

bersedia untuk meluangkan waktunya, memberikan perhatian serta mencurahkan segenap pemikirannya untuk membimbing penulis dengan penuh kesabaran dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Prof. Dr. I Gede AB Wiranata S.H., M.H., Dosen Pembahas I yang

telah memberikan kritik, saran, motivasi, dan masukan yang sangat membangun terhadap skripsi ini.

7. Ibu Yulia Kusuma Wardani, S.H., LL.M, Dosen Pembahas II yang telah

memberikan kritik, saran, motivasi, dan masukan yang sangat membangun terhadap penulisan dalam skripsi ini.

8. Ibu Yusnani Hasyim Zum S.H. dan Bapak Muhtadi, S.H.,M.H., Pembimbing

Akademik, yang telah memberikan bimbingan, motivasi, serta arahan bagi penulis selama menjadi mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

9. Seluruh Dosen serta karyawan/i Fakultas Hukum Universitas Lampung yang

tidak bisa disebutkan satu persatu namanya, terima kasih atas bantuan tenaga, ilmu dan pemikiran yang telah diberikan dengan penuh dedikasi.

10. Kakak tercinta Fredy Agustinus

11. Keluarga besar penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah

banyak membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan pendidikan sarjana ini baik secara moril maupun materiil.


(15)

12. Sahabat terbaik dan keluarga: Desi Indriani, Dwi Kartika, Bella Asih, Inggit Suci, Tiara, Nurul Aini, Wana, Kelvin, Wisnu, Titi, Marselyna, Kak Rhizky Nurkholis yang sudah banyak membantu penulis selama kuliah dan penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas dukungan moril, tenaga, maupun materiil selama ini.

13. Teman-teman seperjuangan Hima Perdata ’10: Saut, Bismar, Abram, Rama,

Ricko, Yuri, Jonathan Adi, Bella, Harsa, Itqoh, Dimas, Silva, Zulkifli, Topan, Dendri, JT, Rio, Obau serta teman-teman perdata lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas kenangan yang tak terlupakan selama kuliah.

14. Jimmy Setiawan beserta keluarga yang telah banyak memberikan saran dan

motivasi berharga kepada penulis selama ini.

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penyelesaian skripsi ini, terimakasih atas semua bantuan dan dukungannya.

Semoga Tuhan selalu menyertai kita di dalam hidup kita. Akhir kata, penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini dan masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Bandar Lampung, Desember 2014 Penulis,


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu pakar ekonomi dari Inggris, David Ricardo, menyatakan dalam teori keunggulan komparatif bahwa perdagangan luar negeri dapat terjadi apabila masing-masing negara memiliki keunggulan komparatif pada produk yang berbeda. Artinya, selama rasio harga antarnegara masih berbeda dan tidak terjadi

perdagangan maka setiap negara memiliki keunggulan komparatif.1 Selain itu,

perdagangan internasional dapat muncul karena adanya tingkat permintaan dari masyarakat atas suatu barang yang hanya dapat diproduksi di negara lain.

Permintaan masyarakat mendorong setiap negara untuk mengadakan kegiatan transaksi perdagangan agar melengkapi kekurangan sumber daya yang ada sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Transaksi dagang ini lebih dikenal dalam bentuk ekspor-impor. Kegiatan ekspor-impor merupakan kegiatan dagang oleh suatu perusahaan atas suatu barang dan atau jasa dengan perusahaan lain yang dilakukan dengan melintasi batas negara. Kegiatan ekspor-impor ini dilakukan oleh banyak perusahaan di berbagai negara, salah satunya

1

Samsul Arifin, dkk.2004.Teori Kerjasama Perdagangan Internasional (Jakarta : PT Elex Media Komputindo), hlm. 18


(17)

ialah PT Aman Jaya Perdana yang merupakan perusahaan ekspor lada yang berkedudukan di Bandar Lampung, Indonesia, melakukan hubungan jual beli dengan Olam International Limited, yang merupakan perusahaan agrikultural (Perusahaan yang berproduksi bahan pangan), berkedudukan di Singapura. Keduanya melakukan kegiatan ekspor-impor komoditi lada. Dalam kegiatan tersebut PT Aman Jaya Perdana bertindak sebagai eksportir dan Olam International Limited sebagai importir.

Kegiatan dagang ini tidak hanya dilakukan dengan dalih pemenuhan kebutuhan dan keuntungan semata bagi kedua perusahaan tersebut. Kegiatan tersebut ditujukan agar memberikan manfaat bagi negara termasuk masyarakat. Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan ini bagi negara ialah meningkatkan pendapatan nasional, menambah informasi terkait inovasi teknologi, penambahan devisa negara dan sebagainya. Sedangkan, manfaat yang dapat dirasakan bagi masyarakat ialah memperluas daerah pemasaran barang dagangan masyarakat, memotivasi masyarakat untuk dapat melahirkan inovasi-inovasi baru dan kreatif demi menciptakan suatu produk unggulan dibandingkan produk dari negara lain.

Pelaksanaan kegiatan ekspor-impor tentunya tidak hanya melibatkan satu pihak melainkan berbagai pihak, yakni instansi maupun beberapa lembaga pemerintahan terlibat di dalamnya seperti Kementerian Keuangan, Direktorat Jenderal dan Bea Cukai, Badan Wilayah Bea dan Cukai, Badan Pelayanan dan Pengawasan Bea

Dan Cukai.2 Instansi-instansi tersebut menjadi pintu gerbang keluar masuknya

2


(18)

barang ekspor maupun impor. Oleh sebab itu, kegiatan ekspor-impor harus melalui persetujuan pihak tersebut dengan melakukan beberapa tahapan seperti pendaftaran barang ekspor /impor yang harus dilakukan eksportir pada pihak kepabeanan atau PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang) dan PIB (Pemberitahuan Impor Barang ) untuk barang impor sebelum barang dapat diekspor atau diimpor, kemudian pemeriksaan fisik barang ekspor /impor dan sebagainya. Eksportir maupun importir selain terlibat dengan instansi terkait, eksportir dan importir juga harus melalui tiga tahapan. Tahap pertama, proses persetujuan jual beli, kemudian, tahap kedua, pembayaran dan pada tahap ketiga yakni penyerahan

barang.3 Ketiga tahap ini menuntut adanya peran kontrak di dalamnya. Pembuatan

kontrak menjadikan para pihak semakin terikat satu sama lain yang terkait dengan hak dan kewajiban untuk memenuhi ketiga tahapan tersebut.

Ketiga tahapan tersebut bereperan dalam transaksi ekspor-impor, namun pembayaran memegang peran utama dalam keberlangsungan kegiatan ekspor-impor. Pendanaan merupakan tonggak yang akan menyokong ketersediaan barang yang akan diperjualbelikan. Sumber pendanaan berasal dari tindakan pembayaran yang dilakukan oleh pembeli kepada penjual. Terkait masalah pembayaran, menurut kebiasaan Hukum Dagang Internasional terdapat lima bentuk cara pembayaran yang dapat dilakukan importir untuk membayar eksportir, yakni:

1. Advance Payment, sistem pembayaran yang menerapkan sistem pembayaran yang dilakukan terlebih dahulu oleh pihak importir kepada eksportir dan

3

I Gede A.B. Wiranata.2012.Perdagangan Internasional (Kajian Hukum dan


(19)

setelah itu, terjadi pengiriman barang. Metode ini memungkinkan risiko tidak terjadinya pengiriman barang oleh eksportir setelah pembayaran dilakukan oleh importir.

2. Open Account, sistem pembayaran yang mengaplikasikan sistem pengiriman barang terlebih dahulu, kemudian dilakukan pembayaran. Cara pembayaran open account memiliki risiko bagi eksportir, ialah importir tidak melakukan pembayaran pada eksportir, sebab pengiriman harus dilakukan terlebih dahulu dibandingkan pembayaran.

3. Consignment, pembayaran yang dilakukan apabila, barang yang dibeli telah

terjual kepada pihak ketiga. Cara pembayaran consignment cukup berisiko

terutama bagi eksportir, sebab pembayaran akan dilakukan importir setelah barang yang dibeli dari eksportir telah terjual kepada pihak lain. Pembayaran ini dinilai berisiko sebab tidak ada kepastian atau jangka waktu yang diberikan

importir, oleh sebab itu, biasanya pembayaran consignment hanya dilakukan

oleh perusahaan yang telah bekerjasama sejak lama.

4. Documentary collection, terdiri dari dua jenis yakni Document Against Payment dan document against acceptance. Perbedaan antara document against acceptance dan Document Against Payment ialah document against acceptance merupakan sistem pembayaran dimana kepemilikan dokumen atas barang yang telah dibeli importir dapat dilakukan apabila importir telah

mengakseptasi time bill of exchange atau wesel berjangka. Pengakseptasian

time draft/ time bill of exchange merupakan tindakan pengakuan oleh importir

atas utang sejumlah uang yang tertera dalam time draft/ time bill of exchange


(20)

Sedangkan, pembayaran Document Against Payment, tidak jauh berbeda

dengan document against acceptance, keduanya mempergunakan jasa

collecting agent baik berupa bank maupun non bank untuk menagih sejumlah

uang yang tertera dalam bill of exchange. Cara pembayaran ini menerapkan

sistem pemberian dokumen asli atas barang yang dibeli oleh importir tidak akan dilakukan apabila importir tidak sanggup atau belum melakukan pembayaran sehingga importir tidak dapat mengeluarkan barang dari

pelabuhan, tidak seperti pada document against acceptance, yang hanya

mengakseptasi time draft sudah dapat memiliki dokumen asli barang yang

telah dibeli. Meski documentary collection, memiliki kelebihan dimana

eksportir masih memiliki kekuasaan atas barang hingga pembayaran atau

pengakseptasian wesel terjadi, namun sistem documentary collection tetap

memiliki risiko diantaranya ialah penolakan pembayaran oleh importir, biaya tambahan gudang apabila, barang lama tidak dibongkar dari pelabuhan dan sebagainya.

5. Documentary Credit, pada metode ini, bank berperan sebagai perantara dan

penjamin antara importir dan eksportir. Importir diwajibkan membuka Letter

of Credit yakni surat pemberitahuan kredit yang merupakan bentuk perjanjian pembayaran yang diterbitkan bank penerbit atas perintah importir kepada bank lain di negara eksportir, dimana eksportir diberi hak untuk menarik wesel-wesel atas importir yang bersangkutan sebesar jumlah uang yang disebutkan

dalam surat tersebut.4Documentary credit memang memiliki risiko yang lebih

kecil dibandingkan sistem pembayaran lainnya karena L/C dapat menjadi

4

Ginting Ramlan.2007.Transaksi Bisnis dan Perbankan Internasional. Jakarta : Salemba Empat,


(21)

jembatan bagi eksportir maupun importir yang terpisah oleh negara dan belum

mengenal satu sama lain.5 Pada sistem documentary credit yang menjadi ciri

khas ialah importir harus menaruh jaminan berupa sejumlah uang pada issuing bank / Bank penerbit L/C.

Kelima cara pembayaran di atas, yang diakui dalam kebiasaan Hukum Dagang

Internasional, salah satunya adalah Document Against Payment diatur dalam

Uniform Rules for Collection (URC) 522 tentang Collecting Bank. Cara pembayaran tersebut hanya menuntut agar dana di dalam akun impotir cukup untuk membayar barang yang telah diimpor, apabila dana dirasa tidak mencukupi, dan importir tidak memberikan konfirmasi kapan dana dapat disediakan, maka bank importir dapat mengembalikan dokumen kepada bank eksportir. Pengembalian dokumen yang dilakukan tentunya menjadikan importir tidak dapat memiliki barang yang telah dikirim tersebut.

Proses tersebut dinilai lebih menguntungkan eksportir sebab selain pembayaran dilakukan secara tunai, eksportir dapat tetap melakukan pengawasan

barang-barang sampai draft/weselnya dibayar.6 Pembayaran secara tunai dan tindakan

pengawasan menjadikan Document Against Payment sebagai cara pembayaran

yang kurang berisiko bagi eksportir. Oleh sebab itu, PT Aman Jaya Perdana selaku eksportir menggunakan cara pembayaran tersebut dalam transaksi ekspor impornya dengan Olam International Limited.

5

Ibid. Hlm. 29

6

Astuti Purnamawati .2013.Dasar-Dasar Ekspor Impor.Yogyakarta: UPP STIM YKPN,


(22)

Ekspor-impor merupakan kegiatan dagang yang melintasi batas negara yang menjadi salah satu sumber devisa negara, untuk itu, kegiatan ekspor-impor dinilai cukup mendukung perekonomian negara. Ruang lingkup yang besar tidak menjadikan ekspor-impor sebagai kegiatan yang mudah dilakukan, terdapat beberapa rangkaian tahapan yang harus dilakukan para pengusaha untuk dapat menjalankan ekspor-impor. Pembahasan mengenai rangkaian proses awal hingga akhir dari ekspor-impor itu sendiri dan bagaimana sistem pembayaran yang dilakukan akan menambah pengetahuan penulis terkait perdagangan internasional, karena selama ini penulis hanya mengetahui arti kata ekspor-impor dan manfaatnya,beserta penggunaan L/C sebagai alat pembayaran satu-satunya dalam perdagangan internasional, untuk itu, penulis ingin menelaah lebih lanjut terkait bagaimana proses ekspor impor itu sendiri dari awal terbentuknya perjanjian hingga pembayaran yang dilakukan kedua belah pihak. Penelaahan tersebut dilakukan pada perusahaan PT Aman Jaya Perdana disebabkan ketersediaan akses perolehan data serta berdasarkan hasil penelitian Kementrian Perdagangan Indonesia, PT Aman Jaya Perdana termasuk perusahaan penyumbang devisa negara non-migas terbesar asal Lampung dan hingga saat ini bertahan dalam

kegiatan ekspor impor komoditi lada.7

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menulis dalam bentuk

skripsi dengan judul “Penggunaan Document Against Payment Sebagai Alat

Pembayaran Pada Transaksi Ekspor-Impor Antara PT Aman Jaya Perdana─ Olam International Limited.

7

Devisa Lada Hitam Lampung Melejit Hingga 414,56% <http://

www.merdeka.com/uang/devisa-lada hitam-lampung-melejit-hingga-414-56-77sga56.> diakses pada tanggal 12 April 2014 Pkl. 20.00


(23)

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan oleh antara lain:

1. Bagaimana penggunaan Document Against Payment (D/P) pada transaksi

ekspor impor antara PT Aman Jaya Perdana dan Olam International Limited?

2. Apakah risiko perubahan nilai kurs diatur dalam kontrak dagang internasional

antara PT Aman Jaya Perdana dengan Olam International? C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan permasalahan di atas maka yang menjadi tujuan penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui dan mengkaji tentang penggunaan document against

payment (D/P) pada transaksi ekspor impor antara PT Aman Jaya Perdana dan Olam International Limited

2. Untuk mengetahui dan mengkaji pengaturan risiko perubahan nilai kurs dalam

kontrak dagang antara PT Aman Jaya Perdana dengan Olam International Limited.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


(24)

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat, memberikan sumbangan pemikiran dibidang ilmu hukum pada umumnya khususnya Hukum Dagang

Internasional mengenai Document Against Payment Sebagai Alat

Pembayaran Pada Transaksi Ekspor Impor.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pemahaman praktis bagi pelaku perdagangan ekspor-impor terutama dalam hal melakukan transaksi pembayaran.

b. Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat mengenai kinerja pembayaran dalam kegiatan ekspor impor.

c. Hasil penulisan ini diharapkan mampu membangun perundang-undangan Indonesia terkait sistem pembayaran dalam perdagangan internasional.

d. Sebagai salah satu syarat kelulusan sebagai Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Ekspor-Impor

Ekspor adalah kegiatan pengiriman dan penerimaan barang yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi dengan melintasi batas negara. Pengadaan kegiatan ekspor tidak hanya mendatangkan keuntungan bagi eksportir ataupun importir. Namun, dengan adanya kegiatan ekspor ada beberapa manfaat yang diperoleh oleh berbagai pihak diantaranya:

1. bagi negara, kegiatan ekspor ini mendukung negara untuk meningkatkan

pendapatan devisa.

2. bagi tenaga kerja, membuka lapangan pekerjaan, karena tidaklah mungkin apabila

perusahaan ekspor hanya menggunakan tenaga kerja sedikit untuk memproduksi barang ekspor.

3. Bagi pelaku ekonomi (pedagang), memperluas jangkauan wilayah perdagangan

terutama pemasaran hingga ke dunia Internasional. Artinya pedagang dapat mempromosikan hasil produksinya di dunia internasional, yang mampu

mendatangkan keuntungan lebih banyak daripada pemasaran tingkat lokal.1

1

Tina,Manfaat Ekspor Impor <http://www.tinatiwi.blogpsot.com> diakses 15 November 2013 pukul


(26)

Kegiatan ekspor bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, perlu dilalui beberapa tahap agar para pedagang dapat melakukan ekspor, terutama dalam hal kepabeanan. Tahapan yang harus dilalui dalam wilayah kepabeanan yakni:

1. Eksportir wajib memberitahukan barang yang akan diekspor ke kantor pabean

dengan menggunakan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB). Pengurusan dapat dilakukan sendiri atau dikuasakan kepada Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK). Pemberitahuan ekspor dilakukan dengan mengisi formulir atau dalam bentuk data elektronik.

2. Barang ekspor sebelum dimuat ke sarana pengangkut, biasanya dilakukan

penelitian dokumen oleh aiatem aplikasi pelayanan atau pejabat Bea dan Cukai seperti pemeriksaan :

a. Kebenaran dan kelengkapan dokumen pengisian data

b. Kelengkapan dokumen pelengkap pabean yang diwajibkan, meliputi:

i. Invoice, packing list, dan dokumen pelengkap lainnya yang diwajibkan sebagai pemenuhan ketentuan umum dibidang ekspor

ii. Surat Tanda Bukti Setor (STBS) dalam hal barang ekspor terkena bea

keluar.2

Kegiatan ekspor beriringan dengan kegiatan impor, artinya jika ekspor dilaksanakan terdapat pula kegiatan impor yang berlangsung di dalamnya. Arti dari kegiatan impor sendiri ialah membeli barang-barang dari luar negeri sesuai dengan ketentuan

2


(27)

pemerintah yang dibayar dengan mempergunakan valuta asing.3 Pengertian tersebut

didukung oleh Undang – Undang No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, dalam UU

dinyatakan bahwa impor adalah kegiatan memasukan barang ke dalam daerah pabean. Artinya, kegiatan impor merupakan kegiatan memasukan barang dari luar negeri ke dalam negeri. Kegiatan impor sebenarnya tidak menambahkan pendapatan negara dalam sektor devisa negara. Meski demikian, impor tetap memiliki manfaat, yaitu:

1. Memperoleh Barang dan Jasa yang Tidak Bisa Dihasilkan sendiri

Dalam hal ini diketahui secara umum bahwa setiap negara memiliki karakterisitik sumber daya alam dan kemampuan sumber daya manusia yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena kondisi geografis, kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, serta faktor lainnya. Dapat diambil contoh misalnya, Indonesia membutuhkan gandum namun tidak dapat menghasilkan gandum dan Australia tidak bisa menghasilkan kelapa sawit dan membutuhkan kelapa sawit. Dengan dilakukannya perdagangan antar negara tersebut mampu mengatasi kekurangan ketersediaan sumber daya alam yang dimiliki. Dengan dilaksanakannya perdagangan antar negara akan bisa mendapatkan barang-barang yang belum dapat dihasilkan di dalam negeri.

3

Astuti Purnamawati.2013.Dasar-Dasar Ekspor Impor.Yogyakarta: UPP STIM YKPN,


(28)

2. Memperoleh Teknologi Modern

Proses produksi dapat dipermudah dengan adanya teknologi modern. Misalnya, penggunaan mesin las pada pabrik perakitan sepeda motor. Mesin ini mempermudah proses penyambungan kerangka motor. Contoh lainnya adalah mesin fotokopi laser. Mesin ini bisa menggandakan dokumen dengan lebih cepat dan jelas. Tingkat teknologi di negara kita umumnya masih sederhana. Pengembangan teknologi masih lambat karena rendahnya kualitas sumber daya manusia. Untuk mendukung kegiatan produksi, kita dapat mengimpor teknologi dari luar negeri.

Oleh sebab itu, perdagangan antarnegara juga menjadi jalan bagi suatu negara untuk mempelajari teknologi dari negara lainnya. Hal ini disebabkan terjadinya peristiwa pertukaran informasi. Dari saling bertukar informasi ini, Indonesia dapat belajar teknik produksi baru dan pemanfaatan teknologi modern.

3. Memperoleh Bahan Baku

Setiap kegiatan usaha pasti membutuhkan bahan baku. Untuk memproduksi mobil dibutuhkan besi dan baja. Mengingat keterbatasan suatu negara ,maka tidak semua bahan baku produksi tersebut dihasilkan di dalam negeri. Mungkin sekalipun ada yang diproduksi di dalam negeri, harganya lebih mahal. Pengusaha demi memperoleh keuntungan besar, secara otomatis menekan biaya produksi, dan dapat dipastikan produsen mencari bahan baku yang harganya lebih murah, dan bahan produksi yang dibutuhkan ada di negara lain. Melihat keadaan


(29)

demikian, produsen harus mengimpor bahan baku tersebut demi kelangsungan

produksi. 4

Kegiatan impor dapat dilakukan dengan menjalankan beberapa tahap yakni:

1. Calon importir harus memiliki izin dari Kementrian Perdagangan.

Izin yang diterbitkan kementrian perdagangan berupa izin khusus yang disebut dengan Angka Pengenal Impor (API) serta Angka Pengenal Impor Terbatas (APIT).

2. Apabila, calon importir menginginkan untuk menggunakan fasilitas pembebasan

bea masuk, importir harus mengajukan fasilitas yang dinamakan KITE (

Kemudahan Impor Tujuan Ekspor).5

B. Tinjauan Tentang Kontrak Dagang Internasional

Kitab Undang-undang Hukum Perdata mengatur perikatan dalam buku ke III tentang Perikatan dimana perikatan ialah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih, hal ini diatur dalam Pasal 1313 KUHPerdata. Dalam membentuk suatu perikatan/perjanjian terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi para pembuat perjanjian (Pasal 1320 KUHPerdata ) yang dibagi dalam dua pengelompokan :

1. Syarat Subjektif ialah syarat terkait para pihak pembuat perjanjian yakni:

4

Dahlan, Manfaat Kegiatan Ekspor dan Impor <Dahlanforum.wordpress.com

/manfaatkegiataneksporimpor> diakses 20 Desember 2013 pukul 19.10 WIB

5


(30)

a. Kesepakatan antara para pihak pembuat perjanjian. Hal ini mengindikasikan bahwa para pihak pembuat perjanjian telah sepakat membuat perjanjian, tidak adanya paksaan dari pihak manapun

b. Kecakapan para pihak dalam membuat perjanjian. Berkaitan dengan

kecakapan para pihak, adapun syarat dari pengkategorian kecakapan itu sendiri ialah dewasa, sehat secara fisik dan mental.

2. Syarat Objektif ialah syarat terkait hal yang diperjanjikan:

a. Adanya objek yang diperjanjikan. Dalam perjanjian harus ada suatu

objek yang diperjanjikan dan harus jelas diatur dalam perjanjian terkait objek ataupun hal yang diperjanjikan .

b. Adanya suatu kausa yang halal, dalam hal ini dimaksudkan bahwa

perjanjian yang dibuat oleh para pihak tidak boleh bertentangan undang-undang, asusila, maupun ketertiban umum.

Kedua tipe syarat sahnya perjanjian tersebut merupakan syarat dasar dalam pembuatan perjanjian namun tidak terpenuhinya salah satu syarat subyektif tidak menjadi hal mutlak pembatalan perjanjian. Artinya, perjanjian dapat tetap berjalan sesuai dengan kesepakatan dan keinginan para pihak meski salah satu syarat perjanjian yang bersifat subyektif tersebut tidak terpenuhi. Syarat yang dapat membuat suatu perjanjian batal demi hukum ialah syarat objektif, syarat objektif sarat dengan objek yang diperjanjikan dalam suatu perjanjian, untuk itu, syarat objektif harus terpenuhi dalam suatu perjanjian, apabila salah satu syarat objektif tidak terpenuhi, maka perjanjian maupun perikatan yang telah dibuat oleh para


(31)

pihak menjadi batal demi hukum, misalnya, A dan B membuat perjanjian jual beli narkoba. Perjanjian tersebut batal demi hukum dikarenakan objek yang diperjanjikan bertentangan dengan undang-undang.

Perikatan dalam hubungan dagang internasional diakui dengan istilah kontrak dagang internasional. Kontrak dagang internasional pada kenyataannya kerap disamakan dengan perjanjian internasional. Penyamaan istilah ini sering menimbulkan kesalahpahaman antara para pelaku ekonomi maupun masyarakat. Oleh sebab itu, perlu diketahui bahwa perjanjian sebenarnya lebih tunduk pada hukum publik atau non komersial, dan istilah kontrak lebih mengarah pada

tindakan ataupun kegiatan komersial.6 Pernyataan terkait perjanjian internasional

tunduk pada hukum publik dibuktikan dengan pengaturan perjanjian internasioanl dalam UU Nomor 24 Tahun 2000, perjanjian internasional ialah perjanjian, dalam bentuk dan nama tertentu, yang diatur dalam hukum internasional yang dibuat secara tertulis dan menimbulkan hak dan kewajiban dibidang hukum publik.

Pembuatan kontrak apapun bentuk dan konteksnya dapat dipastikan melibatkan 2 pihak atau lebih. Adapun pihak-pihak dalam kontrak internasional tidak jauh berbeda dengan pihak/subyek yang dapat terlibat dalam pembuatan kontrak nasional diantaranya:

1. Individu

6

Adolf, Huala.2010. Dasar-Dasar Hukum Kontrak Internasional,Ed. Revisi.Bandung : PT Refika


(32)

2. Badan Hukum ( Perusahaan )

3. Organisasi Internasional

4. Negara.7

Setelah kontrak tersebut dibuat dan disepakati oleh para pihak, maka akibat dari lahirnya kontrak tersebut ialah mengikat para pihak, sehingga para pihak menjadikan kontrak tersebut sebagai undang-undang bagi para pihak, artinya para pihak harus patuh dan tunduk pada apa yang ada dalam kontrak. Berkaitan dengan mengikatnya kontrak, ada beberapa teori hukum yang menerangkan hakikat mengikatnya sebuah kontrak bagi para pihak yakni:

1. Teori Kehendak

Teori Kehendak, mengakui bahwa suatu kesepakatan (Kontrak, perjanjian, dan sebagainya) menjadi mengikat para pihak karena memang hal tersebut dikehendaki oleh para pihak sendiri tanpa ada campur tangan dari luar.

2. Teori persetujuan

Teori Persetujuan, mengakui bahwa kesepakatan dapat mengikat berdasarkan persetujuan para pihak sepanjang apa yang telah disepakati para pihak.

3. Teori Kesetaraan

Teori kesetaraan, dalam teori ini, diakui bahwa mengikatnya suatu kesepakatan menimbulkan kesetaraan bagi para pihak.

4. Teori Kerugian

Teori kerugian menyatakan bahwa kesepakatan dapat mengikat karena para pihak menyatakan dirinya mengandalkan pihak penerima janji dengan akibat

7Ibid,


(33)

adanya kerugian. Dengan kata lain, pelanggaran bentuk apapun yang lahir dari perjanjian maupun kesepakatan yang telah dibuat akan menimbulkan kerugian

bagi para pihak. 8

Dalam pembuatan perjanjian dituntut untuk memuat klausula yang halal. Hal ini dimaksudkan agar perjanjian tidak dibuat bagi klausula yang bertentangan dengan perundang-undangan, asusila dan ketertiban umum. Hal ini pun berlaku dalam kontrak dagang internasional, klausula yang pada umumnya ada dalam kontrak dagang internasional antara lain:

1. Klausul jenis dan kualitas barang

Klausul ini memuat penjelasan terkait deskripsi dari objek kontrak. Kejelasan mengenai objek yang diperjanjikan, dimaksudkan agar menghindari sengketa mengenai objek atau barang yang diperjualbelikan.

2. Klausul harga dan cara pembayaran

Klausul ini menjadi penentu apakah pihak importir melaksanakan kewajibannya dengan itikad baik atau tidak yakni membayar barang yang diperjanjikan sesuai dengan harga dalam kontrak atau tidak melakukan pembayaran sesuai dengan kontrak.

3. Klausul tempat pengiriman barang, tanggal, dan cara pengiriman

8


(34)

Klausul ini sangat penting karena klausul ini akan menentukan dimana barang

akan dikirim, bagaimana pengiriman dilakukan ( FOB/ Free On Board, CIF

/Cost And Freight ) dan kapan barang tersebut harus sampai kepada importir.

4. Klausul peralihan risiko

Klausul ini menentukan siapa pihak yang akan menanggung risiko apabila dalam pelaksanaanya tidak sesuai dengan perjanjian atau mengalami kerusakan atau hilang. Hal ini biasanya penanggungan risiko berada pada eksportir/penjual apabila kesalahan berada pada penjual. Sebaliknya, pembeli akan menanggung risiko apabila ia tidak atau belum membayar sejumlah uang yang telah disepakati. Namun, dalam hal ini peralihan risiko biasanya berada pada badan asuransi yang akan mengganti segala kerugian yang muncul.

5. Klausul pilihan hukum

Klausul ini dipergunakan untuk memilih hukum mana yang harus diberlakukan oleh badan peradilan apabila muncul sengketa dalam pelaksanaan perjanjian. Hal ini menjadi penting sebab biasanya kontrak dagang internasional melibatkan dua negara atau lebih, dan tidak menutup kemungkinan memiliki sistem hukum yang berbeda pula.

6. Klausul Pilihan Forum

Klausul pilihan forum sama halnya dengan klausul pilihan hukum. Dalam kontrak dagang internasional, klausul pilihan forum menjadi acuan bagi para


(35)

pihak untuk menyelesaikan sengketanya dan termasuk penyerahan sengketa

kepada badan peradilan.9

Kontrak internasional terkait jual beli diatur oleh Convention on Contracts for

the International Sales of Goods (CISG) yang dikeluarkan oleh Majelis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan ditandatangani oleh negara anggota PBB pada tahun 1980 dan efektif pada tahun 1988. CISG 1980 untuk jual beli barang antara para pihak yang berada di berbeda negara dapat berlaku apabila:

1. Negara penjual maupun pembeli merupakan negara peserta CISG 1980

2. Aturan-aturan dari hukum perdata internasionalnya menunjuk pada

penerapan hukum dari negara peserta. 10

Ketentuan hukum umum tentang kontrak internasional untuk jual beli pada CISG 1980 diatur oleh bab III Pasal 25 sampai dengan Pasal 29. Pasal 28 dan 29 mengatur adanya pembatalan kontrak antar para pihak melalui persetujuan. CISG juga mengakui adanya pemberlakuan kebiasaan-kebiasaan internasional yang diatur dalam Pasal 9 CISG 1980.

CISG 1980 yang bersifat mengatur jual beli barang dagangan skala internasional juga mengatur hak maupun kewajiban penjual dan pembeli. Kewajiban bagi penjual menurut CISG 1980 pada Pasal 30 sampai dengan 52 , yakni: 1)

9

Ibid, hal 121-122

10

Muhammad Syaifuddin.2012.Hukum Kontrak: Memahami Kontrak dalam Prespektif Filsafat,


(36)

menyerahkan barang 2) menyerahkan dokumen-dokumen yang berkaitan

dengan barang 3) Mengalihkan hal milik.11 Pertama yang akan dibahas ialah

waktu penyerahan:

1. Jika tanggalnya ditentukan dalam kontrak, maka penyerahan dilakukan

pada tanggal tersebut, kecuali pembeli memilih tanggal tertentu

2. Jika tidak ditentukan, maka penyerahan barang dapat dilakukan pada suatu

waktu tertentu yang ditentukan setelah pembuatan kontrak.12

Kedua, tempat penyerahan, CISG mengatur tempat penyerahan barang sebagai berikut :

1. Jika kontrak mencakup juga pengangkutan barang di tempat “handling

barang dikirimkan kepada pembeli sesuai dengan tempat penyerahan dalam kontrak

2. Dalam hal tidak ditentukan tempatnya, dan jika kontrak menyangkut

barang-barang tertentu, atau barangnya tidak ditentukan asal atau dibuatnya, tetapi pada saat pembuatan kontrak, para pihak mengetahui dimana barang itu berada atau dibuat, maka penyerahan dapat ditentukan dimana barang tersebut ditempatkan atau ditentukan oleh pembeli

3. Jika tidak ditentukan tempat penyerahan oleh pembeli, maka penyerahan

dilakukan di tempat dimana penjual memiliki usahanya pada saat pembuatan kontrak

11

Ibid, hlm. 302

12


(37)

Ketiga, kuantitas, kualitas dan uraian yang ditentukan dalam kontrak serta dimuat atau dipaket dengan cara yang sesuai dengan kontrak, apabila terdapat ketidakcocokan antara permintaan pembeli dengan penyerahan barang yang dilakukan penjual maka pembeli berhak menolak barang tersebut. Penjual tidak bertanggungjawab atas penolakan apabila pembeli menyadari adanya

ketidakcocokan tersebut pada saat pembuatan kontrak.13

Keberadaan kewajiban penjual juga menghadirkan kewajiban bagi pembeli, CISG 1980 menyatakan dalam Pasal 53-60 bahwa kewajiban tersebut mencakup membayar harga barang dan menerima penyerahan barang. Pembayaran harga ditetapkan menurut berat dan apabila muncul keraguan maka, ditetapkan berdasarkan berat bersih serta apabila jangka waktu tidak ditentukan maka, pembayaran dapat dilakukan pada saat penjual telah

menyerahkan barang atau dokumen di tempat pembeli.14

C. Tinjauan Tentang Metode Pembayaran Dalam Ekspor-Impor

Berkaitan dengan pembayaran ekspor-impor ada lima bentuk cara pembayaran yang dapat dilakukan importir untuk membayar eksportir yang diakui dalam Hukum Dagang Internasional yakni:

13

Ibid , hlm.303-304

14Ibid


(38)

1. Letter of Credit

Letter of credit adalah surat pemberitahuan kredit yang merupakan bentuk perjanjian pembayaran dimana bank penerbit kepada eksportir senilai L/C

sepanjang eksportir memenuhi syarat.15 Pada dasarnya pembayaran L/C dapat

dilakukan apabila dokumen yang dipersyaratkan telah sesuai dengan perjanjian atau kontrak yang telah dibuat. Dalam L/C minimal melibatkan 4 macam kontrak yakni : kontrak jual beli, kontrak penerbitan L/C, L/C dan kontrak keagenan. Namun, pada pelaksanaan dalam transaksi pembayaran menggunakan L/C, L/C tidak boleh dicampuradukan oleh ketiga kontrak lainnya sebab akan terjadi benturan kepentingan. L/C tunduk pada ketentuan

international yakni UCP (Uniform Customs And Practice For Documentary

Credits). Pemberlakuan UCP diwujudkan melalui diterbitkannya UCP dalam Surat Edaran bank Indonesia. Namun, di dalam Surat Edaran Bank Indonesia dinyatakan bahwa UCP boleh diberlakukan, boleh tidak. Meski demikian, Bank Indonesia mengharapkan adanya pemberlakuan UCP pada pelaksanaan L/C. Tetapi, Pada kenyataannya, metode penggunaan L/C dalam transaksi dagang international belum komperhensif. L/C memang merupakan sistem pembayaran idela terutama bagi para pemula dalam kegiatan ekspor-impor, hanya saja L/C yang dipergunakan oleh Indonesia tidak dipercaya oleh kaum asing. Keadaan tersebut dipicu akibat adanya reses kepercayaan asing seiring peristiwa krisis moneter pada tahun 1997.

15

Ginting, Ramlan.2007.Transaksi Bisnis dan Perbankan Internasional. Jakarta : Salemba Empat,


(39)

Peristiwa ini menurunkan kredibilitas perusahaan Indonesia dalam penggunaan L/C.

L/C pada dasarnya memiliki berbagai jenis diantaranya ialah 1. Revocable L/C

Revocable L/C dimaksudkan pada jenis L/C yang dapat diubah atau

dibatalkan setiap saat oleh applicant (importir) atau bank importir tanpa

pemberitahuan terlebih dahulu kepada eksportir, sehingga menimbulkan risiko kerugian pada eksportir karena tidak terjaminnya pembayaran wesel yang diajukan. Risiko tersebut menjadi pertimbangan bagi

eksportir untuk menggunakan revocable L/C

2. Irrevocable L/C

Jenis irrevocable L/C ini merupakan jenis L/C yang tidak dapat

dibatalkan oleh pihak manapun baik oleh importir, eksportir termasuk

bank yang bersangkutan yakni issuing bank (Bank penerbit L/C)

3. Straight L/C

Jenis L/C yang mengatur kewajiban issuing bank/ bank penerbit L/C

kepada eksportir untuk membayar wesel dan jatuh tempo hanya pada issuing bank. Jika ada nominated bank (bank atas tunjuk yang

melakukan askePT asi wesel) dalam straight L/C hanya berfungsi

sebagai pengumpul dokumen, serta mengirimkan dokumen dan meminta

pembayaran kepada issuing bank untuk dapat diteruskan kepada


(40)

4. Negotiation L/C

L/C yang memberikan hak kepada issuing bank untuk memberi kuasa

kepada nominated bank untuk melakukan negosiasi antar pembeli dan

penjual

5. Acceptance L/C

Jenis L/C yang memberikan kuasa kepada issuing bank untuk

menguasakan nominated bank agar menerima pembayaran yang

diteruskan kepada eksportir 6. Confirmed L/C

Jenis Confirmed L/C yang dapat menunjuk bank koresponden untuk

menjamin L/C ke bank lain atau langsung kepada eksportir. 7. Unconfirmed L/C

Jenis L/C yang dapat meminta issuing bank menunjuk advising bank

untuk meneruskan L/C kepada eksportir melalui banknya. Advising bank

dalam hal ini tidak memiliki tanggung jawab dalam hal apapun. 8. Restricted L/C

Jenis L/C yang menegaskan bahwa issuing bank menunjuk satu bank

tertentu untuk membayar, menerima wesel, atau menegosiasikan suatu dokumen yang sesuai dengan syarat dan kondisi L/C.

9. Transferable L/C

L/C yang memperkenankan eksportir pertama yang tercantum dalam L/C untuk meminta nominated bank memindahkan seluruh atau sebagian nilai L/C kepada satu atau beberapa eksportir lainnya.


(41)

10.Back to back L/C

Jenis L/C yang dibuka oleh bank atas permintaan dan instruksi dari

importir berdasarkan Master L/C yang diterima bank lain, dan importir

dalam hal ini bertindak secara merangkapa sebagai eksportir dari master

L/C . Jaminan atas L/C yang dibuka ialah Master L/C, hasil negoisasi

wesel master L/C yang akan digunakan untuk membayar ke negotiating

bank atas back to back L/C.

11.Revolving bank

Jenis L/C yang dapat direalisir secara berulang-ulang dalam jangka waktu dan jumlah tertentu dengan syarat/kondisi sama atau dapat

diperbaharui/ dinyatakan kembali tanpa adanya amendment/ penggantian

khusus atas L/C tersebut. 12.Red Clause L/C

Jenis L/C yang di dalamnya terdapat kondisi khusus yang memberikan

kuasa kepada confirming bank atau bank yang ditunjuk unttuk

melakukan pembayaran di muka kepada eksportir atau memngizinkan eksportir menarik uang muka sebelum penyerahan dokumen seperti yang

dipersyaratkan L/C.16

Selain, jenis-jenis dari Letter Of Credit, terdapat metode pembayaran lain yang

dipergunakan dalam transaksi ekspor-impor, metode ini terdapat beberapa jenis cara

16


(42)

pembayaran diantaranya; Advance payment, partial payment with order, open account, consignment, dan collection :

2. Advance payment

Advance payment merupakan salah satu bentuk cara pembayaran non L/C yang dikenal dalam berbagai kontrak bisnis, termasuk kontrak bisnis

internasional. Sistem pembayaran advance payment pada umumnya dikenal

dengan istilah “pembayaran dimuka”, artinya importir membayar terlebih

dahulu kepada eksportir melalui perintah transfer bank ke rekening

eksportir, sebelum eksportir yang bersangkutan mengirimkan barang yang

diperjanjikan.17 Setelah menerima pembayaran harga baik keseluruhan maupun

sebagian baru kemudian eksportir melakukan kewajibannya mengirimkan

barang melalui port of loading. Barang yang dikirim tersebut sudah

tercatat atas nama importir. Advance payment juga biasanya dilakukan hanya

dalam transaksi dagang jumlah kecil, atau keduanya (eksportir-importir) saling percaya atau impotir memang sangat membutuhkan barang yang ada pada

eksportir.18 Hal ini menjadi dorongan bagi importir untuk melakukan metode

pembayaran advance payment.

17

Tata Cara pembayaran Transaksi Dalam Kontrak Bisnis <www.ocw.usu.ac.id/

tata_cara_pembayaran_Transasksi_Dalam_Kontrak_kn_508/> diakses pada tanggal 15 November

2013 Pukul 18.17 WIB

18Ibid


(43)

Cara pembayaran dengan Advance payment mempunyai beberapa variasi yakni : pembayaran secara keseluruhan, importir membayar keseluruhan harga barang termasuk ongkos angkut, asuransi dan semua biaya yang disepakati dalam kontrak bisnis mereka. Dengan pengiriman harga tersebut, maka importir telah menyelesaikan seluruh kewajibannya mengenai pembayaran dan oleh karena itu tidak ada lagi biaya tambahan

yang harus dibayar oleh importir. Cara ini dikenal dengan istilah payment with

order. Namun, dalam pelaksanaannya, Advance payment belum memiliki ketentuan internasional. Hanya diatur berdasarkan kebiasaaan internasional. Di

Indonesia, Advance payment dilakukan berdasarkan praktik perbankan

Indonesia.

a. Partial payment with order.

Menurut sistem pembayaran ini importir hanya membayar sebagian dari harga terlebih dahulu, misalnya hanya membayar harga barang saja. Biaya-biaya lain sesuai yang diperjanjikan, misalnya ongkos angkut, asuransi dan biaya lainnya akan dibayar oleh eksportir setelah eksportir melakukan kewajibannya mengirimkan barang. Penagihan sisa pembayaran oleh eksportir

umumnya dilakukan dengan mempergunakan sistem collection.

3. Open Account

Cara pembayaran pada open account dilakukan dengan cara eksportir

terlebih dahulu melakukan pengiriman barang, baru setelah itu importir

membayar harga melalui perintah transfer bank ke rekening eksportir.

Dalam open account nama pemilik barang yang tercantum dalam dokumen


(44)

kepada importir dapat melalui bank. Namun, demikian penyerahan dokumen tersebut kepada bank hanya sebatas sebagai kurir.

Pembayaran yang dilakukan dengan open account akan sangat

menguntungkan bagi importir, karena melalui sistem ini importir terlebih

dahulu melihat barang yang dikirimkan oleh eksportir.19 Importir dapat

melihat dan memeriksa terlebih dahulu spesifikasi barang yang diperjanjikan baru kemudian melakukan pembayaran. Dengan demikian, importir memiliki waktu untuk menyatakan penolakan atas barang yang telah dikirimkan oleh eksportir. Keuntungan lain adalah importir memiliki waktu yang cukup longgar untuk menyediakan dana guna keperluan pembayaran.

4. Consignment (Konsinyasi)

Konsinyasi juga dikategorikan sebagai cara pembayaran transaksi. Konsinyasi sebenarnya merupakan variasi lain dari cara pembayaran

dengan open account. Melalui konsinyasi eksportir yang terlebih dahulu

mengirimkan barang. Perbedaanya dengan open account adalah mengenai

waktu importir mengirimkan barang. Kalau pada open account importir

mengirimkan barang kepada importir setelah barang dikirimkan atau pada waktu tertentu yang disepakti kemudian dilakukan pembayaran maka pada

19

Tata Cara pembayaran Transaksi Dalam Kontrak Bisnis <www.ocw.usu.ac.id

/tata_cara_pembayaran_Transasksi_Dalam_Kontrak_kn_508/ >diakses pada tanggal 15 November 2013 Pukul 18.17 WIB


(45)

konsinyasi importir berkewajiban melakukan pembayaran atas barang

setelah importir berhasil menjual barang tersebut kepada pihak ketiga.20

Cara pembayaran seperti ini cenderung mengandung risiko yang sangat besar bagi eksportir. Kemungkinan terjadinya wanprestasi sangat besar dan dalam keadaan tertentu sulit terpantau. Kemungkinan wanpretasi antara lain:

a. importir tidak membayar harga kepada eksportir ; atau

b. importir telah berhasil menjual barang tersebut kepada pihak ketiga, akan tetapi importir menunda pembayaran kepada eksportir dan menyatakan barang tersebut belum lagi terjual. Dengan demikian importir mendapat keuntungan dari penundaan pembayaran tersebut, atau ;

c. bila importir telah menjual barang tersebut kepada pihak ketiga pada saat terjadinya kenaikan atas harga barang tersebut, tetapi kemudian memberitahukan kepada eksportir bahwa barang tersebut dijual kepada pihak ketiga pada saat sebelum terjadinya kenaikan harga.

Oleh karena besarnya kemungkinan risiko yang mungkin dialami oleh eksportir, maka dalam kontrak-kontrak yang mempergunakan cara pembayaran konsinyasi seperti ini dilengkapi dengan klausula yang tegas tentang ganti rugi atau sanksi dalam hal terjadinya wanprestasi. Pengenalan yang baik tentang berbagai bentuk klausula ganti rugi akan sangat membantu menghindari kerugian.

20

Tata Cara pembayaran Transaksi Dalam Kontrak Bisnis <www.ocw.usu.ac.id/

tata_cara_pembayaran_Transasksi_Dalam_Kontrak_kn_508/> diakses pada tanggal 15 November 2013 Pukul 18.17 WIB


(46)

Juga sangat penting diatur tentang mekanisme pengawasan dalam kontrak-kontrak konsinyasi.

Mengingat risiko dalam kontrak konsinyasi, maka umumnya kontrak-kontrak konsinyasi jarang dipergunakan, kecuali oleh pihak-pihak yang telah lama saling mengenal baik, mengetahui reputasi masing-masing dan yang terpenting para pihak telah berulang kali melakukan transaksi atau kerjasama bisnis lainnya.

Meskipun demikian, kontrak-kontrak yang mempergunakan cara konsinyasi dalam pembayaran juga mempunyai berbagai keuntungan. Bagi eksportir, akan memperoleh keuntungan berupa kemudahan untuk memasarkan barangnya di luar negeri, karena cara ini banyak diminati importir. Sementara itu bagi importir, sangat menguntungkan karena tidak perlu mengeluarkan dana untuk pembayaran harga barang terlebih dahulu.

5. Collection

Collection (Inkaso) adalah pembayaran dokumen ekspor oleh importir menggunakan jasa bank untuk melaksanakan penagihan atas harga suatu

barang ekspor-impor. Oleh karena itu, dalam collection, eksportir bertindak

sebagai principal yang memberikan kepercayaan kepada bank untuk

melakukan penagihan kepada importir. Bank penerima amanat untuk

melakukan penagihan (remitting bank) setelah menerima dokumen akan


(47)

selanjutnya meneruskan dokumen tersebut ke collecting bank (Bank yang

ditunjuk oleh pembeli ) dengan menggunakan collection instruction.

Collecting bank inilah yang akan meneruskan dokumen kepada pihak

yang harus membayar (Drawee/importir/pembeli).

Dalam hal collecting bank, pricipal belum bisa langsung meneruskan

dokumen kepada Drawee, maka collecting bank meneruskan ke bank lain

(presenting bank) yang memungkinkan untuk berhubungan langsung dengan Drawee. Setelah Drawee melakukan pembayaran atau melaksanakan

amanat kepada collection bank atau presenting bank, maka collecting bank

akan meneruskan kembali kepada remitting bank. Remitting bank inilah

yang akan melakukan pembayaran kepada principal.

Untuk menghindari kesalahpahaman mengenai tata cara pembayaran

transaksi dengan mempergunakan collection, International Chamber of

Commerce (ICC) menerbitkan Uniform Rules for Collection (URC), yang terakhir di revisi pada tahun 1995 tercatat dengan nomor publikasi 522

(URC 522). Berdasarkan URC 522 cara pembayaran dengan collection

dapat terjadi dengan dua metode, yaitu : Document Against Payment dan

document againt acceptance. Dalam document against payment, collecting

bank yang ditunjuk importir menahan dokumen-dokumen pemilikan barang

impor dan hanya menyerahkan dokumen impor setelah adanya pembayaran

penuh dari importir. Sedangkan dalam document against acceptance,


(48)

setelah importir telah melakukan akseptasi atas time draft/ time bill of exchange. 21

Sistem pembayaran melalui metode collection apabila dilihat dari

kemungkinan risiko yang dimunculkan memang tergolong metode

pembayaran yang aman dibandingkan dengan metode open account, terutama

pada Document Against Payment karena dalam metode tersebut, bank

menahan kepemilikan dokumen kepada importir sebelum importir melakukan

pembayaran tunai kepada eksportir, tidak seperti pada open account yang

melakukan tindakan pengiriman barang terlebih dahulu, dan importir memiliki akses melihat barang yang dikirim oleh eksportir, baru dilakukan pembayaran.

Meski kurang berisiko dari open account atau sistem pembayaran lainnya,

namun ada beberapa hal yang patut diwaspadai dalam melakukan metode ini, diantaranya:

a. Penarikuluran jangka waktu pembayaran

b. Eksportir harus menanggung biaya bongkar yang kadaluarsa atau telah

melampaui jangka waktu penyewaan kapal (demurrage)

c. Biaya pengapalan kembali apabila importir wanprestasi

d. Pembatalan pembayaran sepihak oleh importir.22

D. Tinjauan Tentang Risiko Dalam Ekspor-Impor

21

Tata Cara pembayaran Transaksi Dalam Kontrak Bisnis <www.ocw.usu.ac.id/

tata_cara_pembayaran_Transasksi_Dalam_Kontrak_kn_508/> diakses pada tanggal 15 November 2013 Pukul 18.17 WIB

22

Rimsky Judisseno K.2005.Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia.Jakarta: PT Gramedia


(49)

Setiap tindakan maupun kegiatan yang dilakukan di masyarakat, tentunya memiliki risiko tersendiri di dalamnya, terutama, kegiatan ekspor-impor yang dilakukan dengan jarak yang sangat jauh antara pembeli dan penjual sehingga menimbulkan ketidaktahuan karakter maupun sifat satu sama lain, menjadikan kegiatan ini potensi akan adanya risiko.

Risiko yang dapat muncul dalam kegiatan ekspor-impor antara lain:

1. Risiko Transportasi

Jarak tempuh dan muatan yang sering berpindah tangan serta penyimpanan di gudang yang lama mampu menimbulkan kerusakan, kehilangan atau risiko pencurian. Risiko tersebut menuntut pembeli wajib memahami haknya dalam urusan pengangkutan dan polis asuransi yang akan melindungi pembeli dari kerugian selama perjalanan.

2. Risiko Kredit atau Non-payment

Jarak yang jauh membuat eksportir sulit mengenali reputasi importir terkait pembayaran. Peristiwa ini menimbulkan risiko tidak terjadinya pembayaran, keterlambatan waktu pembayaran, bahkan risiko penipuan.

3. Risiko Mutu Barang

Importir mengalami kesulitan mengetahui kualitas / mutu barang sebelum dikapalkan.

4. Risiko Nilai Tukar

Perubahan nilai tukar atau kurs asing yang fluktuaktif tidak dapat dihindari akan menguntungkan atau merugikan. Untuk itu, eksportir maupun importir harus mampu melindungi kepentingannya masing-masing demi menghindari risiko perubahan nilai tukar, misalnya melakukan pembelian


(50)

valuta asing terlebih dahulu kemudian dilakukan penyerahan baik barang maupun uang.

5. Risiko Peristiwa Tak Terduga

Risiko ini terkait peristiwa yang terjadi di luar kuasa eksportir maupun importir yang mampu menghambat jalannya transaksi ekspor impor misalnya saja, bencana alam, perang, kecelakaan angkutan barang eksportir. Risiko-risiko tak terduga tersebut mampu menambah biaya ekstra atas satu transaksi ekspor-impor.

6. Risiko Hukum

Risiko ini mencakup perubahan peraturan perundang-undangan dalam negara yang berkaitan dengan pilihan hukum dalam sebuah kontrak. Perubahan hukum yang tidak terduga mendorong alternative lain bagi kedua belah pihak untuk memilih cara perwasitan internasional / International Commerce Arbitration. 23

23

Astuti Purnamawati.2013.Dasar-Dasar Ekspor-Impor.(Yogyakarta:UPP STIM YKPN), hlm.


(51)

E. Kerangka Pikir

EKSPOR-IMPOR

Uniform Rules for Collection

(URC) 522

Tentang

Collecting Bank

Peranan Document

against payment pada transaksi

ekspor impor

Document Against Payment

Risiko Penggunaan Document Against Payment Pada Transaksi Ekspor-Impor

Pengaturan Risiko Perubahan Nilai Kurs Pada Uniform

Rules Of Collection (URC) 522

PT AMAN JAYA PERDANA OLAM INTERNATIONAL


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian Hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari

satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisisnya.1

1. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah pada penelitian ini adalah pendekatan normatif-terapan, yakni tipe pendekatan dengan menggunakan penerapan normatif yang disertai analisa dokumen. Dengan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

a.Mengidentifikasi pokok bahasan, subpokok bahasan berdasarkan rumusan

masalah;

b. Atas dasar setiap subpokok bahasan yang sudah teridentifikasi tersebut, diinventarisasi pula ketentuan-ketentuan hukum normatif yang menjadi tolak ukur terapan.

c. Implementasi tolak ukur terapan tersebut pada peristiwa hukum demi

pemberian saran dan pertimbangan terhadap kebijakan pemerintah.

d. Hasil Implementasi, yaitu kesesuaian pemberian saran dan pertimbangan terhadap kebijakan pemerintah terhadap Peraturan Perundang-undangan mengenai metode pembayaran dalam transaksi ekspor-impor khususnya

tentang Document Against Payment.

1


(53)

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif empiris yakni penelitian studi pustaka mengenai ketentuan hukum normatif (kodifikasi, undang-undang, atau kontrak) terkait metode pembayaran pada transaksi

ekspor-impor, khususnya penerapan metode Document Against Payment antara PT

Aman Jaya Perdana-Olam International Limited yang disertakan dengan

wawancara dengan pihak PT Aman Jaya Perdana.2

3. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengambarkan secara rinci, jelas dan sistematis mengenai tata cara ekspor-impor

serta bagaimana penerapan Document Against Payment yang diatur dalam

Uniform Rules for Collection

(

URC) 522 tentang Collecting Bank dalam kegiatan ekspor impor yang diadakan oleh PT Aman Jaya Perdana dengan Olam International Limited

4. Data dan Sumber Data

Jenis data dapat dilihat dari sumbernya, dapat dibedakan antara data yang

diperoleh langsung dari masyarakat dan data yang diperoleh dari bahan pustaka.3

Adapun dalam mendapatkan data atau jawaban yang tepat dalam membahas skripsi ini, serta sesuai dengan pendekatan masalah yang digunakan dalam

2

Abdulkadir Muhammad.2004.Hukum dan Penelitian Hukum.Bandung: PT Citra Aditya Bakti.,

hlm. 134

3


(54)

penelitian ini maka jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari observasi di lapangan melalui wawancara dengan Bapak Bambang Sutejo selaku wakil manajer departemen ekspor-impor PT Aman Jaya Perdana yang mengetahui tentang

peran Document Against Payment pada transaksi ekspor-impor antara PT

Aman Jaya Perdana dengan Olam International Limited.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan bahan-bahan hukum, jenis data sekunder yang dipergunakan dalam penulisan ini terdiri dari:

1. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan

hukum yang mengikat, terdapat dalam peraturan perundang-undangan.:

a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

b. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

c. Uniform Convention on Contracts for The International Sale Of

Goods atau Konvensi Internasional tentang Kontrak Jual Beli. d. Uniform Rules for Collection(URC) 522 tentang Collecting Bank.

2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya

dengan bahan baku primer dan dapat membantu dalam menganalisa serta memahami bahan hukum primer, seperti literatur dan


(55)

norma-norma hukum yang berhubungan dengan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi,

petunjuk maupun penjelasan tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, antara lain berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia, Media Massa, Artikel, makalah, naskah, paper, jurnal, internet yang barkaitan dengan masalah yang akan dibahas atau diteliti dalam skripsi ini.

5. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan dua cara sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan menghimpun berbagai informasi terkait isi dari penelitian dengan maksud untuk memperoleh data sekunder dengan cara membaca, mencatat, dan mengutip dari berbagai literatur, peraturan perundang-undangan, buku-buku, media masa, dan bahan tulisan lainnya yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan.

b. Studi Lapangan (Field Research)

Studi dokumen merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti dokumen yang berkaitan dengan transasksi ekspor impor PT Aman Jaya


(56)

B. Pengolahan Data

Data yang diperoleh baik dari hasil studi kepustakaan dan wawancara dengan pihak PT Aman Jaya Perdana, dengan lokasi wawancara yakni kantor PT Aman Jaya Perdana di Jalan Ir. Sutami Km. 7, Tanjung Karang Timur, Bandar Lampung, Indonesia, selanjutnya diolah dengan mengunakan metode:

1. Editing, pada tahap ini data yang diperoleh diperiksa apakah masih terdapat kekurangan baik penulisan huruf, kata, makna kalimat, paragraph, footnote, dan sebagainya.

2. Klasifikasi data, yaitu proses pengelompokan data sesuai dengan bidang

pokok bahasan agar memudahkan dalam menganalisa data.

3. Sistematika data, yaitu melakukan penyusunan dan penempatan data pada tiap

pokok bahasan secara sistemasi sehingga memudahkan pembahasan.

C. Analisis Data

Perolehan data akan diolah dan dianalisis secara deskriPT if kualitatif yang merupakan analisa data yang dilakukan dengan cara menafsirkan data hasil penelitian, kemudian dideskripsikan dalam bentuk penjelasan dan uraian kalimat-kalimat yang mudah dibaca dan dimengerti untuk di interpretasikan

dan ditarik kesimpulan mengenai peranan Document Against Payment pada


(57)

(58)

(59)

(60)

DAFTAR PUSTAKA Buku :

Adolf, Huala.2010. Dasar-Dasar Hukum Kontrak Internasional,Ed. Revisi.

Bandung : PT Refika Aditama

Arifin, Sjamsul, dkk.2004.Teori Kerjasama Perdagangan Internasional.Jakarta :

PT .Elex Media Komputindo

A.B. Wiranata, I Gede.2012.Perdagangan Internasional (Kajian Hukum dan

Ekonomi).Lampung: Universitas Lampung.

Ginting, Ramlan.2007.Transaksi Bisnis dan Perbankan Internasional. Jakarta :

Salemba Empat.

Judisseno K., Rimsky 2005.Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia.Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama

Kurtz ,dan Boone.2007.Pengantar Bisnis Kontemporer.Jakarta:Salemba Empat

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. PT Citra Aditya

Bakti, Bandung.

Purnamawati, Astuti .2013.Dasar-Dasar Ekspor Impor.Yogyakarta:UPP STIM

YKPN

Syaifuddin, Muhammad.2012.Hukum Kontrak: Memahami Kontrak dalam

Prespektif Filsafat, Teori,Dogmatik, dan Praktik Hukum.Bandung: Mandar Maju

Susilo,Andi.2013.Panduan Pintar Ekspor Impor.Jakarta:TransMedia.

Soekanto, Soerjono. 1990. Penelitian Hukum Normatif. Rajawali Pers, Jakarta.

Widjaja,Gunawan.2001.Seri Hukum Bisnis: Transaksi Bisnis Internasional.

Jakarta: PT .Raja Grafindo Persada

Perundang-undangan :

Kitab Undang- Undang Hukum Perdata ( Buku III : Perikatan) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang


(61)

Uniform Convention on Contracts for The International Sale Of Goods tentang Kontrak Jual Beli

Website :

Dahlanforum.wordpress.com/2010/1/18/Manfaat-kegiatan-ekspor-dan-impor www.ocw.usu.ac.id/tata cara pembayaran Transasksi Dalam_Kontrak_kn_508/ Tinatiwi.blogpsot.com

www.merdeka.com

www.creditmanagementworld.com/documentarycollection.html

http://olamgroup.com/products-services/spices-vegetable-ingredients www.beacukai.go.id/ekspor


(62)

Dokumen ke 1. Kontrak Dagang PT Aman Jaya Perdana dengan Olam International


(63)

(64)

(65)

(66)

(67)

(68)

(69)

(70)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)