PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PEMERINTAH DAERAH DENGAN PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI

(1)

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PEMERINTAH DAERAH DENGAN PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL

PEMEDIASI Oleh

MEI RISKY ARISTAMA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja pegawai pemerintah daerah. Selain itu juga bertujuan untuk mengetahui apakah psychological capital dan komitmen organisasi memediasi hubungan partisipasi anggaran dan kinerja pegawai pemerintah daerah.

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dan diperoleh sampel sebanyak 58 responden dari 10 SKPD Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan cara membagikan kuisioner. Proses analisis data yang dilakukan adalah uji validitas dan reliabilitas, dilanjut uji asumsi klasik, kemudian

dilanjutkan dengan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi. Sedangkan untuk mengetahui pengaruh mediasi digunakan analisi jalur. Pengujian dalam penelitian ini menggunakan software SPSS versi 21 for windows.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh langsung terhadap kinerja pegawai pemerintah daerah. Psychological capital memediasi hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja pegawai pemerintah daerah, sedangkan komitmen organisasi tidak memediasi hubungan keduanya. Kata kunci: Partisipasi anggaran, kinerja pegawai, psychological capital,


(2)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF BUDGETARY PARTICIPATION TOWARD JOB PERFORMANCE IN PUBLIC SECTOR ORGANIZATION WITH

PSYCHOLOGICAL CAPITAL AND COMMITMENT OF ORGANIZATION AS MEDIATING VARIABLES

By

MEI RISKY ARISTAMA

The research aims to examine the budgetary participation toward job performance in public sector organization. It also attempts to examine whether psychological capital and organization commitment mediate the budgetary participation and job performance of public organization.

Researcher used purposive sampling and obtained 58 respondents from 10 SKPD Lampung Tengah and PesawaranRegencies.This research uses primary data which is collected by distributing questionnaires. Data was tested by several methods such as the validity and reliabilitytest, continued by classical

assumptiontest, then followed by hypothesis test with a regression analysis. Meanwhile, pathway analysis was conducted to determine the effect of mediating variables.Statistical test of this research used SPSS version21 for windows.

The analysis result indicates that budgetary participation directly influence job performance of publicorganization. Psychological capital mediates the

relationship between budgetary participation and performance of local

government officials. However,organizational commitment does not mediate. Keywords: Budgetary participation, job performance, psychological


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 7 Mei 1992. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara, buah hati dari pasangan A. Helmi dan Tri Rahayu. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 1 Poncowati pada tahun 2004, SMP Negeri 1 Terbanggi Besar pada tahun 2007, SMA Negeri 9 Bandar Lampung pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Semasa menjadi mahasiswa, penulis aktif di salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa Eksternal, Ikatan Mahasiswa Akuntansi Indonesia (IMAI) periode 2011-2012 sebagai kepala bidang Keilmuan diteruskan pada periode kepengurusan 2012-2013 sebagai Bendahara Umum.


(8)

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan skripsi ini kepada:

Ibunda Tri Rahayu

Papa A. Helmi

Kak i

Adek Wawan

Atu Egha

Seluruh keluarga besar

tamong H. Mat Zakki dan mbah kakung R. Soewarno

Semua sahabat, teman

dan orang-orang terdekat.


(9)

SANWACANA

Puji syukur penulis hanturkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya skripsi dengan judul “Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Pegawai Pemerintah Daerah Dengan Psychological Capital Dan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Pemediasi” dapat penulis

selesaikan. Terselesainya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Einde Evana, SE.,M.Si.,Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

3. Bapak Sudrajat, S.E., M.Acc., Akt. selaku dosen pembahas;

4. Ibu Fajar Gustiawaty D., S.E., M.Si., Akt. selaku pembimbing I, yang telah banyak membantu dalam memberikan kritik dan saran selama proses penyelesaian skripsi ini;

5. Ibu Ninuk Dewi K., S.E., M.Si., Akt., selaku pembimbing II, yang memberikan banyak masukan, bimbingan serta waktu selama pengerjaan skripsi;


(10)

6. Ibu Retno Yuni Nur S., S.E., M.Si., Akt., selaku dosen pembimbing akademik;

7. Pak Sobari dan seluruh karyawan fakultas ekonomi dan bisnis universitas lampung yang selalu membantu dan direpotkan dalam proses pembuatan skripsi ini;

8. Seluruh pejabat struktural SKPD Kabupaten Lampung Tengah dan Pesawaran yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi

responden dalam penelitian ini sehingga penelitian ini dapat selesai dengan baik;

9. Orang tuaku tercinta. Ibu (Tri Rahayu) dan papa (A. Helmi) yang telah mencurahkan segala daya dan upaya, selalu mendoakan, memberikan semangat dan dukungan dalam setiap langkahku. Tetaplah berada

dibelakangku. Kalian adalah semangatku untuk terus menjadi lebih baik. Kalian adalah rasa syukur terbesar dalam hidupku. Semoga Allah selalu menyehatkan dan melindungi Ibu dan Papa;

10.Kedua adikku. Hery Dwi Ardiansyah dan Kurniawan Nurrohman yang telah memberikan semangat dan bantuan dalam menyelesaikan penelitian ini;

11.Keluarga besar tamong H. Mat Zakki dan mbah kakung R. Suwarno; 12.Egha Indah Pertiwi, terimakasih untuk doa, semangat dan perhatian yang

diberikan selama ini;

13.Sahabat akuntansi 2010 Devriyansyah Irwan, Akhmad Iqbal Zhafar, Surya Prasetya T., Susanto Ario, Dianti Wulanda, Elychia Rolly Putri, Frilly Sakina Ramadhani, Arlenti Pusparani, Eka Novita Sari. Terimakasih untuk


(11)

Subhanahu Wa Ta’ala;

14.Teman-teman Akuntansi 2010. Ari, egi, anas, mahmud, satria, teja, syarif, ferry, rizal, indra, wahyu, hendrik, ben, jirry, marwanto, yoga, pungki, ido, irfan, dicky, apri fajar, bram, ario, didik, rio, topik, ayu, wella, sisi, nurul, latifa, dila, yesi, ncik ira, iing, farah, devy, ipeh, citra, iga, ivonna, mila, deni, tiya, , jane, marlina, tiwi, andriani, sella, jeni, fenny, tiaraku, eka chandra, novia, fina, dwi, mareta, ocy, bebeu, hana, firsty, nevia, nanda, apri, esti, endang, tina, sharon, elza, yobel, yasni, rica, dan yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih untuk kebersamaan selama empat tahun ini;

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pribadi pembaca dan yang lainnya.

Penulis


(12)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 5

1.3 Batasan Masalah... 6

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6

1.4.1 Tujuan Penelitian... 6

1.4.2 Manfaat Penelitian... 7

BAB II TELAAH TEORI 2.1 Landasan Teori...………... 8

2.1.1 Goal Setting Theory... 8

2.1.2 Partisipasi Anggaran... 9

2.1.3 Psychological Capital... 10

2.1.4 Self-Efficacy... 10

2.1.5 Optimism... 11

2.1.6 Hope... 11


(13)

2.2 Penelitian Terdahulu...…... 14

2.3 Model Penelitian... 17

2.4 Pengembangan Hipotesis... 18

2.4.1 Partisipasi Anggaran dan Kinerja Pegawai... 18

2.4.2 Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Pegawai melalui Psychological Capital... 18

2.4.3 Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Pegawai melalui Komitmen Organisasi... 19

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi, Sampel dan Data Penelitian... 21

3.2 Operasional Variabel Penelitian... 23

3.3 Metode Analisis Data... 26

3.3.1 Analisis Statistik Deskriptif... 26

3.3.2 Uji Kualitas Data... 26

3.3.2.1 Uji Validitas... 26

3.3.2.2 Uji Reliabilitas... 27

3.3.2.3 Uji Asumsi Klasik... 27

3.3.2.3.1 Uji Normalitas... 27

3.3.2.3.2 Uji Multikolinearitas... 28

3.3.2.3.3 Uji Heteroskedastisitas... 28

3.3.3 Analisis Data... 29

3.3.3.1 Analisis Jalur... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian... 31


(14)

4.2 Statistik Deskriptif... 33

4.3 Hasil Uji Kualitas Data... 35

4.3.1 Hasil Uji Validitas... 35

4.3.2 Hasil Uji Reliabilitas... 37

4.4 Hasil Uji Asumsi Klasik... 38

4.4.1 Hasil Uji Normalitas... 38

4.4.2 Hasil Uji Multikolinearitas... 38

4.4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas... 39

4.5 Hasil Pengujian Regresi... 42

4.5.1 Hasil Analisis Jalur... 45

4.6 Interpretasi Hasil... 49

4.6.1 Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Kinerja Pegawai... 49

4.6.2 Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Pegawai melalui Psychological Capital... 50

4.6.3 Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Pegawai melalui Komitmen Organisasi... 50

BAB V SIMPULAN 5.1 Simpulan dan Saran... 52

5.2 Keterbatasan Penelitian... 53

5.3 Saran... 54

DAFTAR PUSTAKA... 56 LAMPIRAN


(15)

Tabel 4.1 SKPD Kabupaten Lampung Tengah dan Pesawaran... 32

Tabel 4.2 Daftar Kuisioner... 32

Tabel 4.3 Profil Responden... 32

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif... 34

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas... 35

Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Data... 37

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas... 38

Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinearitas... 39


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas Pers. Reg. 1... 40

Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas Pers. Reg. 2... 40

Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Pers. Reg. 3... 41

Gambar 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Pers. Reg. 4... 41


(17)

BAB II TELAAH TEORI

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Goal Setting Theory

Goal setting theory merupakan bagian dari teori motivasi yang dikemukakan oleh Locke, 1978. Teori ini menjelaskan hubungan antara tujuan yang ditetapkan dengan prestasi kerja (kinerja). Konsep dasar teori ini adalah seseorang yang memahami tujuan (apa yang diharapkan organisasi kepadanya) akan

mempengaruhi perilaku kerjanya. Teori ini juga menyatakan bahwa perilaku individu diatur oleh ide (pemikiran) dan niat seseorang. Sasaran dapat dipandang sebagai tujuan/tingkat kinerja yang ingin dicapai oleh individu. Jika seorang individu berkomitmen untuk mencapai tujuannya, maka hal ini akan

mempengaruhi tindakannya dan mempengaruhi konsekuensi kinerjanya. Dalam teori ini juga dijelaskan bahwa penetapan tujuan yang menantang (sulit) dan dapat diukur hasilnya akan dapat meningkatkan prestasi kerja (kinerja), yang diikuti dengan memiliki kemampuan dan keterampilan kerja.

Dengan menggunakan pendekatan goal setting theory, kinerja pegawai yang baik dalam menyelenggarakan pelayanan publik diidentikkan sebagai tujuannya.


(18)

9

Sedangkan variabel partisipasi anggaran, psychological capital dan komitmen organisasi sebagai faktor penentunya. Semakin tinggi faktor penentu tersebut maka akan semakin tinggi pula kemungkinan pencapaian tujuannya.

2.1.2 Partisipasi Anggaran

Partisipasi merupakan suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh

beberapa pihak dalam suatu organisasi dimana keputusan tersebut akan memiliki dampak masa depan terhadap mereka yang membuatnya. Partisipasi anggaran merupakan suatu proses yang melibatkan individu-individu secara langsung di dalamnya dan mempunyai pengaruh terhadap penyusunan tujuan anggaran yang prestasinya akan dinilai dan kemungkinan akan dihargai atas dasar pencapaian tujuan anggaran mereka (Brownell, 1982). Partisipasi anggaran adalah proses dimana pelaksana anggaran diberikan kesempatan untuk terlibat dan mempunyai pengaruh dalam proses penyusunan anggaran. Partisipasi penyusunan anggaran dilakukan dengan tujuan agar anggaran yang ditetapkan nantinya bisa sesuai dengan yang diharapkan.

Partisipasi anggaran adalah tahap partisipasi pegawai dalam menyusun anggaran dan pengaruh anggaran tersebut terhadap pusat pertanggungjawaban

(Nuurcahyani, 2010). Partisipasi anggaran pada konteks pemerintah daerah dilihat dari seberapa besar keikutsertaan pegawai pemerintah daerah dalam menyusun anggaran dan pelaksanaannya untuk mencapai target. Partisipasi penyusunan anggaran daerah terjadi pada saat pembahasan RAPBD (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah). Anggaran dibuat oleh eksekutif dalam hal ini kepala daerah melalui usulan dari unit kerja yang disampaikan oleh kepala SKPD


(19)

(Satuan Kerja Perangkat Daerah) dan setelah itu kepala daerah bersama-sama DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) menetapkan anggaran yang dibuat sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku.

Dengan menyusun anggaran secara partisipatif diharapkan kinerja aparat pemerintah akan meningkat. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa ketika suatu tujuan atau standar yang dirancang secara partisipatif disetujui, maka pegawai akan menginternalisasikan tujuan atau standar yang ditetapkan, dan pegawai juga memiliki rasa tanggung jawab pribadi untuk mencapainya karena mereka ikut serta terlibat dalam penyusunannya (Milani, 1975 dalam Soleha dkk., 2013).

2.1.3 Psychological Capital

Psychological capital berasal dari dua kata, yaitu psychological yang berarti psikologis dan capital yang berarti modal. Jika dua kata ini digabung, akan membentuk suatu kosakata, yaitu modal psikologis. Modal psikologis tersebutlah yang dapat mengembangkan diri seseorang. Psychological capital merupakan sebuah kemampuan yang dapat dilatih dan dimiliki oleh semua orang.

Psychological capital (PsyCap) adalah keadaan perkembangan psikologi individu yang positif, yang dicirikan oleh:

2.1.4 Self-Efficacy

Kepercayaan (self-efficacy) sebagai keyakinan individu tentang kemampuannya untuk menggerakkan motivasi, sumber daya kognitif, dan program tindakan yang diperlukan untuk berhasil dalam melaksanakan tugas tertentu dan dalam konteks


(20)

11

tertentu (Stajkovic dan Luthans,1998 dalam Soleha dkk., 2013). Orang yang memiliki self-efficacy cenderung percaya pada kemampuan yang ada pada dirinya sehingga dapat menggerakkan motivasi, sumber daya kognitif yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan dari tugas yang dibebankan (Rego dkk., 2010 dalam Soleha dkk., 2013). Individu dengan self-efficacy yang tinggi akan meyukai tugas yang membuat dirinya tertantang, sehingga ia mampu menunjukkan kemampuan yang dimiliki dalam menghadapi kesulitan atau hambatan pada pekerjaan atau tugas tersebut (Soleha dkk., 2013).

2.1.5 Optimism

Optimis adalah individu yang berharap bahwa hal-hal baik akan terjadi padanya, tidak mudah menyerah dan biasanya cenderung memiliki rencana tindakan dalam kondisi sesulit apapun (Rego dkk., 2010 dalam Soleha dkk., 2013). Luthans dkk., (2007) mendefinisikan optimisme sebagai model pemikiran dimana individu mengatribusikan kejadian positif ke dalam diri sendiri, bersifat permanen dan penyebabnya bersifat pervasive serta dilain hal menginterpretasikan kejadian negatif kepada aspek eksternal, bersifat sementara atau temporer dan merupakan faktor yang disebabkan oleh situasi tertentu.

2.1.6 Hope

Hope (harapan) merupakan suatu kondisi motivasi yang positif berdasarkan perasaan sukses (energi yang didorong oleh tujuan) dan adanya jalan

(perencanaan untuk mencapai tujuan) (Snyder dkk., 1991 dalam Soleha dkk., 2013). Orang yang memiliki harapan yang tinggi sangat termotivasi untuk mencapai tujuannya, memiliki energi dan keinginan yang kuat serta determinasi


(21)

yang tinggi untuk memenuhi harapannya (Rego dkk., 2010 dalam Soleha dkk., 2013). Luthans dkk, (2007) menyatakan bahwa hope merupakan suatu kognitif atau proses berpikir dimana individu mampu menyusun kenyataan dengan tujuan dan harapan yang menarik atau menantang dan pada akhirnya mendapatkannya dengan cara determinasi self directed, energi, dan persepsi kontrol internal.

2.1.7 Resilient

Resilient didefinisikan sebagai kapasitas psikologis seseorang yang bersifat positif, dengan menghindarkan diri dari ketidakbaikan, ketidakpastian, konflik, kegagalan, sehingga dapat menciptakan perubahan positif, kemajuan dan peningkatan tanggung jawab (Luthans dan Jensen, 2002 dalam Soleha dkk., 2013). Orang yang memiliki Resilient atau ketahanan adalah orang yang mampu mengatasi ketidakpastian serta kegagalan dari tugas yang diberikan (Rego dkk, 2010 dalam Soleha dkk., 2013). Ketahanan adalah kapasitas psikologis yang positif yang mendorong seseorang akan bangkit kembali dari ketidakpastian atau kegagalan maupun tambahan tugas yang dibebankan (Luthans dan Jensen, 2002 dalam Soleha dkk., 2013).

2.1.8 Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi merupakan sebuah dimensi sikap positif pegawai yang dapat dihubungkan dengan kinerja (Manogran, 1997 dalam Yahya dkk., 2008). Komitmen organisasi didefinisikan sebagai tingkat keterikatan perasaan dan kepercayaan terhadap organisasi tempat mereka bekerja (George dan Jones, 1999 dalam Yahya dkk., 2008). Komitmen organisasi merupakan dorongan yang tercipta dari dalam individu untuk berbuat sesuatu untuk dapat meningkatkan


(22)

13

keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan dengan lebih mengutamakan

kepentingan organisasi dibandingkan dengan kepentingan individu (Arifin, 2012). Dorongan yang muncul itulah yang dapat meningkatkan kinerja dari para pegawai sehingga berpengaruh terhadap keberhasilan suatu organisasi.

Mowday (1979) menyatakan ada tiga aspek komitmen organisasi antara lain: 1) Affective commitment, yang berkaitan dengan adanya keinginan untuk terikat pada organisasi. Individu menetap dalam organisasi karena keinginan sendiri. Dengan dimensi sense of belonging, emotional attached dan personal meaning 2) Continuance commitment, adalah suatu komitmen yang didasarkan akan kebutuhan rasional. Dengan kata lain, komitmen ini terbentuk atas dasar untung rugi, dipertimbangkan atas apa yang harus dikorbankan bila akan menetap pada suatu organisasi, dengan dimensi pilihan lain, benefit, biaya. 3) Normative Commitment, adalah komitmen yang didasarkan pada norma yang ada dalam diri pegawai, berisi keyakinan individu akan tanggung jawab terhadap organisasi. Ia merasa harus bertahan karena loyalitas.

2.1.9 Kinerja Pegawai

Menurut Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2011, kinerja/prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh setiap PNS (Pegawai Negeri Sipil) pada satuan organisasi sesuai dengan sasaran kerja pegawai dan perilaku kerja. Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2000). Dalam konteks pengembangan sumber daya manusia, kinerja seorang pegawai dalam suatu organisasi sangat


(23)

dibutuhkan untuk mencapai prestasi kerja bagi pegawai itu sendiri dan juga untuk keberhasilan organisasi tempatnya bernaung.

Dalam PP No. 46 Tahun 2011, sasaran kerja pegawai (SKP) meliputi kualitas, kuantitas, waktu dan biaya. Sedangkan menurut Robbins (2002:155) mengatakan hampir semua cara pengukuran kinerja mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai. Pengukuran kuantitatif melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau pelaksanaan kegiatan. Ini berkaitan dengan jumlah keluaran yang dihasilkan.

2. Kualitas, yaitu mutu yang harus dihasilkan (baik tidaknya). Pengukuran kualitatif keluaran mencerminkan pengukuran ”tingkat kepuasan”, yaitu seberapa baik penyelesaiannya. Ini berkaitan dengan bentuk keluaran. 3. Ketepatan waktu, yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan.

Pengukuran ketepatan waktu merupakan jenis khusus dari pengukuran kuantitatif yang menentukan ketepatan waktu penyelesaian suatu kegiatan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja pegawai pemerintah daerah diantaranya:

Nurcahyani (2010) yang melakukan penelitian tentang pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial melalui komitmen organisasi dan persepsi inovasi sebagai variabel intervening. Penelitian dilakukan pada 160 pejabat SKPD pemerintah Kabupaten Magelang. Data yang dikumpulkan diolah dengan


(24)

15

partisipasi anggaran terhadap kinerja manaerial. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa adanya pengaruh langsung partisipasi anggaran terhadap kinerja

manajerial. Partisipasi anggaran juga berpengaruh secara signifikan terhadap komitmen organisasi dan persepsi inovasi. Namun, partisipasi anggaran tidak berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja manajerial melalui variabel intervening komitmen organisasi dan persepsi inovasi.

Hasil lain ditunjukkan oleh Arisha Hayu Pramesthiningtyas (2011) yang melakukan penelitian tentang pengaruh pasrtisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial dengan komitmen organisasi dan motivasi sebagai variabel

intervening. Penelitian ini dilakukan pada 15 perusahaan di Kota Semarang. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode survey kuesioner terhadap manajer level menengah ke bawah dan supervisor. Kuesioner dibagikan kepada 45 responden. Analisis data menggunakan path, untuk menguji pengaruh langsung dan tidak langsung partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh

langsung antara partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial. Partisipasi anggaran berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi dan motivasi. Partisipasi anggaran juga berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja manajerial melalui variabel intervening komitmen organisasi, namun partisipasi anggaran tidak berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja manajerial melalui motivasi sebagai variabel intervening.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Arifin (2012) yang berjudul pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah:


(25)

komitmen organisasi, budaya organisasi, dan gaya kepemimpinan sebagai variabel moderasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 117 sampel dari 32 SKPD di Kota Semarang. Data yang digunakan berupa data primer yang diperoleh dari penyebaran kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi penyusunan angggaran berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja aparat, Selain itu, dalam penelitian ini juga terdapat faktor-faktor situasional yang dapat berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja aparat yaitu komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan.

Kemudian Harahap (2013) yang melakukan penelitian tentang pengaruh partisipasi penyusuan anggaran terhadap kinerja manajer dengan psychological capital sebagai variabel intervening. Penelitian ini dilakukan pada PT. ASKES Persero divisi regional I. Hasil dari penelitian ini menunjukkan partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajer dan psychological capital memberikan kontribusi signifikan sebagai variabel intervening.

Terakhir, penelitian yang dilakukan oleh Soleha dkk., (2013) yang melakukan penelitian untuk menguji pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja pegawai, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui modal psikologis dan komitmen organisasi. Populasi penelitiannya adalah seluruh pegawai Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Lebak. Total sampel 76 pegawai, yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan data yang dikumpulkan dari hasil kuesioner yang dikirim ke Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Lebak. PLS perangkat lunak yang digunakan sebagai alat untuk menguji hipotesis


(26)

17

ini. Temuan dari penelitian ini adalah: partisipasi anggaran mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap prestasi kerja, modal psikologis dan komitmen organisasi memediasi hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja pegawai pemerintah Kabupaten Lebak.

2.3 Model Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja pegawai pemerintah daerah dengan psychological capital dan komitmen organisasi sebagai variabel pemediasi. Dalam kerangka konseptual dibawah ini dapat diuraikan bahwa partisipasi penyusunan anggaran mempengaruhi kinerja pegawai pemerintah daerah, dimana psychological capital dan komitmen organisasi sebagai variabel pemediasi yang mempengaruhi variabel dependen dan independen. Secara skematis gambaran kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dituangkan sebagai berikut:

H2

H1

H3 Psychological

capital

Kinerja aparat daerah Partisipasi

anggaran

Komitmen Organisasi


(27)

2.4 Pengembangan Hipotesis

2.4.1 Partisipasi Anggaran dan Kinerja Pegawai

Hasil penelitian yang dilakukan Soleha dkk., (2013) menunjukkan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Begitu pula dengan penelitian lain yang dilakukan Arifin (2012).

Anggaran partisipatif dapat dinilai sebagai pendekatan yang dapat meningkatkan kinerja setiap anggota organisasi sebagai individual karena dengan adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran diharapkan setiap individu mampu meningkatkan kinerjanya sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya (Soleha dkk., 2013). Pegawai yang memiliki partisipasi anggaran yang tinggi akan lebih memahami tujuan anggaran. Selain berfungsi sebagai alat perencanaan, anggaran juga berfungi sebagai alat pengendalian. Maka dari itu, kinerja seorang aparat akan dinilai berdasarkan target anggaran yang bisa dicapai. Dengan demikian aparat akan bersungguh-sungguh dalam penyusunan anggaran dan menyebabkan peningkatan terhadap kinerjanya. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulakn bahwa:

H1 : Partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai 2.4.2 Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Pegawai melalui

Psychological Capital

Penelitian yang dilakukan Venkatesh (2012) menemukan bahwa pasrtisipasi anggaran berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap psychological capital psychological capital juga berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Temuan yang sama juga dihasilkan oleh Harahap (2013) dan Soleha dkk., (2013). Dalam sebuah organisasi, anggaran mempunyai dua peran penting, yaitu sebagai alat


(28)

19

perencanaan dan sebagai alat pengendalian. Dengan adanya partisipasi anggaran, diharapkan kinerja pegawai SKPD akan meningkat. Peningkatan kinerja para pegawai SKPD juga akan berpengaruh terhadap kinerja satuan kerja tempatnya bernaung, sehingga pelayanan yang diberikan pun akan lebih optimal.

Pegawai/aparat daerah yang dilibatkan dalam proses penyusunan anggaran akan merasa lebih dihargai sehingga perilaku psikologisnya dapat terpengaruh secara positif. Pegawai yang memiliki perilaku psikologis yang positif diharapkan mampu menghasilkan kinerja yang optimal. Dengan kinerja yang optimal, maka tujuan dari organisasi sektor publik akan tercapai. Tercapainya tujuan organisasi sektor publik tentunya akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa:

H2 : Partisipasi Anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai melalui psychological capital.

2.4.3 Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Pegawai melalui Komitmen Organisasi

Hasil penelitian Nouri dan Parker (1998) dan Soleha dkk., (2013) menunjukkan bahwa partisipasi anggaran mempengaruhi kinerja melalui komitmen organisasi. Komitmen organisasi merupakan dorongan yang tercipta dari dalam individu untuk berbuat sesuatu untuk dapat meningkatkan keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan dengan lebih mengutamakan kepentingan organisasi dibandingkan dengan kepentingan individu (Arifin, 2011). Pegawai yang terlibat dan


(29)

anggaran yang mencerminkan tujuan organisasi, Soleha dkk., (2013). Dengan pegawai memahami tujuan anggaran dan tujuan organisasi maka pegawai akan memiliki keselarasan antara tujuan pegawai dan tujuan organisasi, Nouri dan Parker (1998).

Pegawai pemerintah daerah yang terlibat dan berpartisipasi dalam proses

penyusunan anggaran akan lebih memahami tujuan anggaran yang merefleksikan tujuan organisasi dan merasa memiliki andil dalam organisasi tempatnya

bernaung. Dengan adanya perasaan memiliki andil dalam organisasi, maka akan timbul komitmen organisasi atau dorongan dalam dirinya untuk mencapai tujuan organisasi, dengan mengesampingkan kepentingan pribadi. Pegawai dengan komitmen yang tinggi memiliki kedekatan emosional yang erat terhadap

organisasi, sehingga membuat pegawai tersebut memiliki motivasi dan keinginan untuk terus berkontribusi pada organisasinya. Semakain tinggi tingkat komitmen para pegawai terhadap organisasinya, mereka akan merasa lebih

bertanggungjawab terhadap organnisasinya sehingga mencurahkan kemampuan terbaiknya untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik, yang juga akan

berpengaruh terhadap kinerja organisasinya. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa:

H3 : Partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai melalui komitmen organisasi


(30)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak diberlakukannya otonomi daerah, pemerintahan yang awalnya bersifat sentralisasi, beralih menjadi desentralisasi. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Propinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota, Pemerintah Daerah dituntut untuk lebih memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan menerapkan asas-asas pelayanan publik yang didalamnya meliputi: transparansi, akuntabilitas, partisipatif, kesamaan hak, keseimbangan hak, dan kewajiban.

Sebagai salah satu implementasi dari akuntabilitas kinerja pemerintah, maka dilaksanakan kewajiban pertanggungjawaban yang dimulai dari proses perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan atas tugas dan fungsi pemerintah dalam mewujudkan visi dan misi serta tujuan yang telah ditetapkan sehingga dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk penetapan anggaran (Arifin, 2012).


(31)

Anggaran merupakan suatu alat yang digunakan untuk menilai apakah kinerja suatu organisai tersebut baik dalam menjalankan tugasnya. Pengelolaan anggaran yang baik dalam organisasi sektor publik akan berdampak positif terhadap tingkat pembangunan suatu daerah (Soleha dkk., 2013). Namun apabila pengelolaannya buruk, maka akan berdampak luas terhadap peningkatan angka kemiskinan dan kualitas sumberdaya manusia yang ada di suatu daerah tersebut. Pengelolaan anggaran merupakan suatu proses penting yang melibatkan berbagai pihak dalam suatu organisasi. Penganggaran pada dasarnya merupakan proses penyatuan ide antara atasan dan bawahan dalam melaksanakan program kerja. Maka dari itu, kerjasama para pimpinan satuan kerja serta para pegawai dalam organisasi pemerintahan sangat diperlukan.

Terdapat tiga pendekatan dalam proses penyusunan anggaran menurut Anthony dan Govindrajan (2005:86), yaitu top-down (pendekatan dari atas ke bawah), bottom-up (pendekatan dari bawah ke atas), dan pendekatan partisipasi. Dalam sistem penganggaran top-down, dimana rencana dan jumlah anggaran telah ditetapkan oleh atasan sehingga bawahan hanya melakukan apa yang telah ditetapkan oleh anggaran tersebut. Penerapan sistem ini mengakibatkan kinerja bawahan menjadi tidak efektif karena target yang diberikan terlalu menuntut namun sumber daya yang diberian tidak mencukupi (Nurcahyani dan Syafrudin, 2010). Atasan kurang mengetahui potensi dan hambatan yang dimiliki oleh

bawahan sehingga memberikan target yang sangat menuntut dibandingkan dengan kemampuan bawahan.


(32)

3

Dengan melihat kondisi yang ada, entitas dan pemerintah mulai menerapkan sistem penganggaran partispatif. Melalui sistem ini, bawahan dilibatkan dalam penyusunan anggaran yang menyangkut subbagiannya sehingga tercapai kesepakatan antara atasan dan bawahan selaku pelaksana anggaran mengenai anggaran tersebut (Omposunggu dan Bawono, 2007 dalam Nurcahyani dan Syafrudin, 2010).

Bawahan yang dilibatkan dalam proses penyusunan anggaran tentunya akan merasa lebih dihargai sehingga menjadi lebih bertanggung jawab atas tugas yang diamanahkan dan akan meningkatkan kinerjanya sesuai dengan target yang telah mereka tuangkan dalam suatu anggaran tersebut. Partisipasi dalam proses

penganggaran dinilai dapat meningkatkan kinerja pegawai satuan kerja yang pada akhirnya meningkatkan kinerja pemerintah secara keseluruhan (Herminigsih, 2009).

Proses penyusunan anggaran dalam organiasi sektor publik tentu melibatkan sumber daya manusia. Karakteristik yang berbeda tentu dimiliki oleh masing-masing individu yang akan mempengaruhi perilakunya. Salah satu karakteristik yang juga sangat mempengaruhi perilaku tersebut adalah ciri pribadi mereka atau ciri psikologis yang bersifat positif (psychological capital) yang dapat membantu individu tersebut untuk dapat berkembang sehingga dapat meningkatkan

kinerjanya (Luthans dkk., 2007). Psychological capital merupakan bentuk dari sumber daya manusia yang dapat meningkatkan produktivitas dan kinerja

(Peterson dkk., 2011). Psychological capital terdiri dari empat poin penting, yaitu self-efficacy, optimism, hope dan resiliency. Ketika bergabung menjadi satu, keempat poin tersebut memiliki hubungan yang positif dengan perilaku organisasi


(33)

yang baik (Luthans, 2007). Modal psikologis inilah yang akan dapat

mengembangkan diri seseorang sehingga mampu membantu organisasinya dalam mencapai tujuan.

Selain modal psikologis, adanya komitmen organisasi seorang pegawai dalam suatu organisasi sangat diperlukan guna mencapai tujuannya. Komitmen

organisasi adalah dorongan dari dalam individu untuk berbuat sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan dan lebih mengutamakan kepentingan organisasi dibandingkan dengan kepentingan sendiri (Weiner, 2004 dalam Wulandari, 2011). Apabila suatu organisasi memiliki komitmen organisasi yang kuat maka akan mempengaruhi pegawai pemerintah daerah untuk bekerja keras dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan (Arifin, 2012).

Selain itu, komitmen organisasi yang tinggi juga dapat menjadikan individu lebih mementingkan organisasi dari pada kepentingan pribadinya dan selalu berusaha menjadikan organisasi tersebut organisasi yang sesuai dengan yang diharapkan (Solikhun, 2012). Pegawai yang berkomitmen tinggi pada organisasi akan menimbulkan kinerja yang lebih tinggi (Mowday dkk., 1979). Dengan adanya komitmen organisasi dalam pelayanan publik, maka akan memberikan pengaruh terhadap kualitas pelayanan publik untuk meningkatkan kinerja instansi

pemerintah sebagai instansi sektor publik.

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Brownell dan McInnes (1986), Venkatesh dan Blaskovich (2012), Soleha dkk., (2013), Solikhun (2012) serta Harahap (2013) menemukan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja. Sementara hasil penelitian


(34)

5

Milani (1975), Kenis (1979) dan Pramaesthiningtyas (2011) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan antara partisipasi anggaran dengan kinerja. Hal ini terjadi karena hubungan partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja tergantung pada faktor-faktor situasional (Milani, 1975). Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Soleha dkk., (2013).

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, peneliti sebelumnya melakukan studi kasus terhadap salah satu kabupaten di Propinsi Banten, kali ini peneliti mencoba untuk melakukan penelitian dengan melakukan studi empiris terhadap beberapa kabupaten/kota yang ada di Propinsi Lampung. Selain itu, alat analisis yang digunakan pun berbeda. Pada penelitian sebelumnya menggunakan alat analisis PLS, namun pada penelitian ini, peneliti mencoba menggunakan teknik analisis regresi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung partisipasi anggaran, psychological capital dan komitmen organisasi terhadap kinerja pegawai pemerintah daerah.

Berdasarkan uraian di atas, maka saya tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja pegawai pemerintah daerah dengan psychological capital dan komitmen organisasi sebagai variabel pemediasi”.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Apakah partisipasi anggaran berpengaruh terhadap terhadap kinerja pegawai pemerintah daerah?


(35)

2. Apakah partisipasi anggaran berpengaruh terhadap terhadap kinerja pegawai pemerintah daerah melalui psychological capital?

3. Apakah partisipasi anggaran berpengaruh terhadap terhadap kinerja pegawai pemerintah daerah melalui komitmen organisasi?

1.3 Batasan Masalah

Peneliti mempersempit batasan masalah dalam penelitian ini dengan hanya menggunankan responden yang terlibat daam proses penyusunan anggaran, yaitu pejabat eselon III dan IV.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari peneitian ini yaitu:

1. Untuk memperoleh data, menguji dan menganalisis bukti empiris pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja pegawai.

2. Untuk memperoleh data, menguji dan menganalisis bukti empiris pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja pegawai pemerintah daerah melalui psychological capital?

3. Untuk memperoleh data, menguji dan menganalisis bukti empiris pengaruh partisipasi anggaran terhadap terhadap kinerja pegawai pemerintah daerah melalui komitmen organisasi.


(36)

7

1.4.2 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini yaitu:

1. Bagi akademisi: memberikan bukti empiris bahwa partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja pegawai pemerintah daerah dengan

psychological capital dan komitmen organisasi sebagai variabel pemediasi. 2. Bagi peneliti: penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan dan memperluas

pengetahuan serta wawasan mengenai partisipasi penyusunan anggaran dan pengaruhnya terhadap kinerja pegawai pemerintah daerah, serta

psychological capital dan komitmen organisasi yang menjadi variabel pemediasi.

3. Bagi pemerintah: hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan penyusunan anggaran yang dapat meningkatkan kinerja pegawai pemerintah daerah.


(37)

BAB II TELAAH TEORI

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Goal Setting Theory

Goal setting theory merupakan bagian dari teori motivasi yang dikemukakan oleh Locke, 1978. Teori ini menjelaskan hubungan antara tujuan yang ditetapkan dengan prestasi kerja (kinerja). Konsep dasar teori ini adalah seseorang yang memahami tujuan (apa yang diharapkan organisasi kepadanya) akan

mempengaruhi perilaku kerjanya. Teori ini juga menyatakan bahwa perilaku individu diatur oleh ide (pemikiran) dan niat seseorang. Sasaran dapat dipandang sebagai tujuan/tingkat kinerja yang ingin dicapai oleh individu. Jika seorang individu berkomitmen untuk mencapai tujuannya, maka hal ini akan

mempengaruhi tindakannya dan mempengaruhi konsekuensi kinerjanya. Dalam teori ini juga dijelaskan bahwa penetapan tujuan yang menantang (sulit) dan dapat diukur hasilnya akan dapat meningkatkan prestasi kerja (kinerja), yang diikuti dengan memiliki kemampuan dan keterampilan kerja.

Dengan menggunakan pendekatan goal setting theory, kinerja pegawai yang baik dalam menyelenggarakan pelayanan publik diidentikkan sebagai tujuannya.


(38)

9

Sedangkan variabel partisipasi anggaran, psychological capital dan komitmen organisasi sebagai faktor penentunya. Semakin tinggi faktor penentu tersebut maka akan semakin tinggi pula kemungkinan pencapaian tujuannya.

2.1.2 Partisipasi Anggaran

Partisipasi merupakan suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh

beberapa pihak dalam suatu organisasi dimana keputusan tersebut akan memiliki dampak masa depan terhadap mereka yang membuatnya. Partisipasi anggaran merupakan suatu proses yang melibatkan individu-individu secara langsung di dalamnya dan mempunyai pengaruh terhadap penyusunan tujuan anggaran yang prestasinya akan dinilai dan kemungkinan akan dihargai atas dasar pencapaian tujuan anggaran mereka (Brownell, 1982). Partisipasi anggaran adalah proses dimana pelaksana anggaran diberikan kesempatan untuk terlibat dan mempunyai pengaruh dalam proses penyusunan anggaran. Partisipasi penyusunan anggaran dilakukan dengan tujuan agar anggaran yang ditetapkan nantinya bisa sesuai dengan yang diharapkan.

Partisipasi anggaran adalah tahap partisipasi pegawai dalam menyusun anggaran dan pengaruh anggaran tersebut terhadap pusat pertanggungjawaban

(Nuurcahyani, 2010). Partisipasi anggaran pada konteks pemerintah daerah dilihat dari seberapa besar keikutsertaan pegawai pemerintah daerah dalam menyusun anggaran dan pelaksanaannya untuk mencapai target. Partisipasi penyusunan anggaran daerah terjadi pada saat pembahasan RAPBD (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah). Anggaran dibuat oleh eksekutif dalam hal ini kepala daerah melalui usulan dari unit kerja yang disampaikan oleh kepala SKPD


(39)

(Satuan Kerja Perangkat Daerah) dan setelah itu kepala daerah bersama-sama DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) menetapkan anggaran yang dibuat sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku.

Dengan menyusun anggaran secara partisipatif diharapkan kinerja aparat pemerintah akan meningkat. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa ketika suatu tujuan atau standar yang dirancang secara partisipatif disetujui, maka pegawai akan menginternalisasikan tujuan atau standar yang ditetapkan, dan pegawai juga memiliki rasa tanggung jawab pribadi untuk mencapainya karena mereka ikut serta terlibat dalam penyusunannya (Milani, 1975 dalam Soleha dkk., 2013).

2.1.3 Psychological Capital

Psychological capital berasal dari dua kata, yaitu psychological yang berarti psikologis dan capital yang berarti modal. Jika dua kata ini digabung, akan membentuk suatu kosakata, yaitu modal psikologis. Modal psikologis tersebutlah yang dapat mengembangkan diri seseorang. Psychological capital merupakan sebuah kemampuan yang dapat dilatih dan dimiliki oleh semua orang.

Psychological capital (PsyCap) adalah keadaan perkembangan psikologi individu yang positif, yang dicirikan oleh:

2.1.4 Self-Efficacy

Kepercayaan (self-efficacy) sebagai keyakinan individu tentang kemampuannya untuk menggerakkan motivasi, sumber daya kognitif, dan program tindakan yang diperlukan untuk berhasil dalam melaksanakan tugas tertentu dan dalam konteks


(40)

11

tertentu (Stajkovic dan Luthans,1998 dalam Soleha dkk., 2013). Orang yang memiliki self-efficacy cenderung percaya pada kemampuan yang ada pada dirinya sehingga dapat menggerakkan motivasi, sumber daya kognitif yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan dari tugas yang dibebankan (Rego dkk., 2010 dalam Soleha dkk., 2013). Individu dengan self-efficacy yang tinggi akan meyukai tugas yang membuat dirinya tertantang, sehingga ia mampu menunjukkan kemampuan yang dimiliki dalam menghadapi kesulitan atau hambatan pada pekerjaan atau tugas tersebut (Soleha dkk., 2013).

2.1.5 Optimism

Optimis adalah individu yang berharap bahwa hal-hal baik akan terjadi padanya, tidak mudah menyerah dan biasanya cenderung memiliki rencana tindakan dalam kondisi sesulit apapun (Rego dkk., 2010 dalam Soleha dkk., 2013). Luthans dkk., (2007) mendefinisikan optimisme sebagai model pemikiran dimana individu mengatribusikan kejadian positif ke dalam diri sendiri, bersifat permanen dan penyebabnya bersifat pervasive serta dilain hal menginterpretasikan kejadian negatif kepada aspek eksternal, bersifat sementara atau temporer dan merupakan faktor yang disebabkan oleh situasi tertentu.

2.1.6 Hope

Hope (harapan) merupakan suatu kondisi motivasi yang positif berdasarkan perasaan sukses (energi yang didorong oleh tujuan) dan adanya jalan

(perencanaan untuk mencapai tujuan) (Snyder dkk., 1991 dalam Soleha dkk., 2013). Orang yang memiliki harapan yang tinggi sangat termotivasi untuk mencapai tujuannya, memiliki energi dan keinginan yang kuat serta determinasi


(41)

yang tinggi untuk memenuhi harapannya (Rego dkk., 2010 dalam Soleha dkk., 2013). Luthans dkk, (2007) menyatakan bahwa hope merupakan suatu kognitif atau proses berpikir dimana individu mampu menyusun kenyataan dengan tujuan dan harapan yang menarik atau menantang dan pada akhirnya mendapatkannya dengan cara determinasi self directed, energi, dan persepsi kontrol internal.

2.1.7 Resilient

Resilient didefinisikan sebagai kapasitas psikologis seseorang yang bersifat positif, dengan menghindarkan diri dari ketidakbaikan, ketidakpastian, konflik, kegagalan, sehingga dapat menciptakan perubahan positif, kemajuan dan peningkatan tanggung jawab (Luthans dan Jensen, 2002 dalam Soleha dkk., 2013). Orang yang memiliki Resilient atau ketahanan adalah orang yang mampu mengatasi ketidakpastian serta kegagalan dari tugas yang diberikan (Rego dkk, 2010 dalam Soleha dkk., 2013). Ketahanan adalah kapasitas psikologis yang positif yang mendorong seseorang akan bangkit kembali dari ketidakpastian atau kegagalan maupun tambahan tugas yang dibebankan (Luthans dan Jensen, 2002 dalam Soleha dkk., 2013).

2.1.8 Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi merupakan sebuah dimensi sikap positif pegawai yang dapat dihubungkan dengan kinerja (Manogran, 1997 dalam Yahya dkk., 2008). Komitmen organisasi didefinisikan sebagai tingkat keterikatan perasaan dan kepercayaan terhadap organisasi tempat mereka bekerja (George dan Jones, 1999 dalam Yahya dkk., 2008). Komitmen organisasi merupakan dorongan yang tercipta dari dalam individu untuk berbuat sesuatu untuk dapat meningkatkan


(42)

13

keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan dengan lebih mengutamakan

kepentingan organisasi dibandingkan dengan kepentingan individu (Arifin, 2012). Dorongan yang muncul itulah yang dapat meningkatkan kinerja dari para pegawai sehingga berpengaruh terhadap keberhasilan suatu organisasi.

Mowday (1979) menyatakan ada tiga aspek komitmen organisasi antara lain: 1) Affective commitment, yang berkaitan dengan adanya keinginan untuk terikat pada organisasi. Individu menetap dalam organisasi karena keinginan sendiri. Dengan dimensi sense of belonging, emotional attached dan personal meaning 2) Continuance commitment, adalah suatu komitmen yang didasarkan akan kebutuhan rasional. Dengan kata lain, komitmen ini terbentuk atas dasar untung rugi, dipertimbangkan atas apa yang harus dikorbankan bila akan menetap pada suatu organisasi, dengan dimensi pilihan lain, benefit, biaya. 3) Normative Commitment, adalah komitmen yang didasarkan pada norma yang ada dalam diri pegawai, berisi keyakinan individu akan tanggung jawab terhadap organisasi. Ia merasa harus bertahan karena loyalitas.

2.1.9 Kinerja Pegawai

Menurut Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2011, kinerja/prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh setiap PNS (Pegawai Negeri Sipil) pada satuan organisasi sesuai dengan sasaran kerja pegawai dan perilaku kerja. Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2000). Dalam konteks pengembangan sumber daya manusia, kinerja seorang pegawai dalam suatu organisasi sangat


(43)

dibutuhkan untuk mencapai prestasi kerja bagi pegawai itu sendiri dan juga untuk keberhasilan organisasi tempatnya bernaung.

Dalam PP No. 46 Tahun 2011, sasaran kerja pegawai (SKP) meliputi kualitas, kuantitas, waktu dan biaya. Sedangkan menurut Robbins (2002:155) mengatakan hampir semua cara pengukuran kinerja mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai. Pengukuran kuantitatif melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau pelaksanaan kegiatan. Ini berkaitan dengan jumlah keluaran yang dihasilkan.

2. Kualitas, yaitu mutu yang harus dihasilkan (baik tidaknya). Pengukuran kualitatif keluaran mencerminkan pengukuran ”tingkat kepuasan”, yaitu seberapa baik penyelesaiannya. Ini berkaitan dengan bentuk keluaran. 3. Ketepatan waktu, yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan.

Pengukuran ketepatan waktu merupakan jenis khusus dari pengukuran kuantitatif yang menentukan ketepatan waktu penyelesaian suatu kegiatan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja pegawai pemerintah daerah diantaranya:

Nurcahyani (2010) yang melakukan penelitian tentang pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial melalui komitmen organisasi dan persepsi inovasi sebagai variabel intervening. Penelitian dilakukan pada 160 pejabat SKPD pemerintah Kabupaten Magelang. Data yang dikumpulkan diolah dengan


(44)

15

partisipasi anggaran terhadap kinerja manaerial. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa adanya pengaruh langsung partisipasi anggaran terhadap kinerja

manajerial. Partisipasi anggaran juga berpengaruh secara signifikan terhadap komitmen organisasi dan persepsi inovasi. Namun, partisipasi anggaran tidak berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja manajerial melalui variabel intervening komitmen organisasi dan persepsi inovasi.

Hasil lain ditunjukkan oleh Arisha Hayu Pramesthiningtyas (2011) yang melakukan penelitian tentang pengaruh pasrtisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial dengan komitmen organisasi dan motivasi sebagai variabel

intervening. Penelitian ini dilakukan pada 15 perusahaan di Kota Semarang. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode survey kuesioner terhadap manajer level menengah ke bawah dan supervisor. Kuesioner dibagikan kepada 45 responden. Analisis data menggunakan path, untuk menguji pengaruh langsung dan tidak langsung partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh

langsung antara partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial. Partisipasi anggaran berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi dan motivasi. Partisipasi anggaran juga berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja manajerial melalui variabel intervening komitmen organisasi, namun partisipasi anggaran tidak berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja manajerial melalui motivasi sebagai variabel intervening.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Arifin (2012) yang berjudul pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah:


(45)

komitmen organisasi, budaya organisasi, dan gaya kepemimpinan sebagai variabel moderasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 117 sampel dari 32 SKPD di Kota Semarang. Data yang digunakan berupa data primer yang diperoleh dari penyebaran kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi penyusunan angggaran berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja aparat, Selain itu, dalam penelitian ini juga terdapat faktor-faktor situasional yang dapat berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja aparat yaitu komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan.

Kemudian Harahap (2013) yang melakukan penelitian tentang pengaruh partisipasi penyusuan anggaran terhadap kinerja manajer dengan psychological capital sebagai variabel intervening. Penelitian ini dilakukan pada PT. ASKES Persero divisi regional I. Hasil dari penelitian ini menunjukkan partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajer dan psychological capital memberikan kontribusi signifikan sebagai variabel intervening.

Terakhir, penelitian yang dilakukan oleh Soleha dkk., (2013) yang melakukan penelitian untuk menguji pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja pegawai, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui modal psikologis dan komitmen organisasi. Populasi penelitiannya adalah seluruh pegawai Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Lebak. Total sampel 76 pegawai, yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan data yang dikumpulkan dari hasil kuesioner yang dikirim ke Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Lebak. PLS perangkat lunak yang digunakan sebagai alat untuk menguji hipotesis


(46)

17

ini. Temuan dari penelitian ini adalah: partisipasi anggaran mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap prestasi kerja, modal psikologis dan komitmen organisasi memediasi hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja pegawai pemerintah Kabupaten Lebak.

2.3 Model Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja pegawai pemerintah daerah dengan psychological capital dan komitmen organisasi sebagai variabel pemediasi. Dalam kerangka konseptual dibawah ini dapat diuraikan bahwa partisipasi penyusunan anggaran mempengaruhi kinerja pegawai pemerintah daerah, dimana psychological capital dan komitmen organisasi sebagai variabel pemediasi yang mempengaruhi variabel dependen dan independen. Secara skematis gambaran kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dituangkan sebagai berikut:

H2

H1

H3 Psychological

capital

Kinerja aparat daerah Partisipasi

anggaran

Komitmen Organisasi


(47)

2.4 Pengembangan Hipotesis

2.4.1 Partisipasi Anggaran dan Kinerja Pegawai

Hasil penelitian yang dilakukan Soleha dkk., (2013) menunjukkan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Begitu pula dengan penelitian lain yang dilakukan Arifin (2012).

Anggaran partisipatif dapat dinilai sebagai pendekatan yang dapat meningkatkan kinerja setiap anggota organisasi sebagai individual karena dengan adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran diharapkan setiap individu mampu meningkatkan kinerjanya sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya (Soleha dkk., 2013). Pegawai yang memiliki partisipasi anggaran yang tinggi akan lebih memahami tujuan anggaran. Selain berfungsi sebagai alat perencanaan, anggaran juga berfungi sebagai alat pengendalian. Maka dari itu, kinerja seorang aparat akan dinilai berdasarkan target anggaran yang bisa dicapai. Dengan demikian aparat akan bersungguh-sungguh dalam penyusunan anggaran dan menyebabkan peningkatan terhadap kinerjanya. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulakn bahwa:

H1 : Partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai 2.4.2 Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Pegawai melalui

Psychological Capital

Penelitian yang dilakukan Venkatesh (2012) menemukan bahwa pasrtisipasi anggaran berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap psychological capital psychological capital juga berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Temuan yang sama juga dihasilkan oleh Harahap (2013) dan Soleha dkk., (2013). Dalam sebuah organisasi, anggaran mempunyai dua peran penting, yaitu sebagai alat


(48)

19

perencanaan dan sebagai alat pengendalian. Dengan adanya partisipasi anggaran, diharapkan kinerja pegawai SKPD akan meningkat. Peningkatan kinerja para pegawai SKPD juga akan berpengaruh terhadap kinerja satuan kerja tempatnya bernaung, sehingga pelayanan yang diberikan pun akan lebih optimal.

Pegawai/aparat daerah yang dilibatkan dalam proses penyusunan anggaran akan merasa lebih dihargai sehingga perilaku psikologisnya dapat terpengaruh secara positif. Pegawai yang memiliki perilaku psikologis yang positif diharapkan mampu menghasilkan kinerja yang optimal. Dengan kinerja yang optimal, maka tujuan dari organisasi sektor publik akan tercapai. Tercapainya tujuan organisasi sektor publik tentunya akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa:

H2 : Partisipasi Anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai melalui psychological capital.

2.4.3 Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Pegawai melalui Komitmen Organisasi

Hasil penelitian Nouri dan Parker (1998) dan Soleha dkk., (2013) menunjukkan bahwa partisipasi anggaran mempengaruhi kinerja melalui komitmen organisasi. Komitmen organisasi merupakan dorongan yang tercipta dari dalam individu untuk berbuat sesuatu untuk dapat meningkatkan keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan dengan lebih mengutamakan kepentingan organisasi dibandingkan dengan kepentingan individu (Arifin, 2011). Pegawai yang terlibat dan


(49)

anggaran yang mencerminkan tujuan organisasi, Soleha dkk., (2013). Dengan pegawai memahami tujuan anggaran dan tujuan organisasi maka pegawai akan memiliki keselarasan antara tujuan pegawai dan tujuan organisasi, Nouri dan Parker (1998).

Pegawai pemerintah daerah yang terlibat dan berpartisipasi dalam proses

penyusunan anggaran akan lebih memahami tujuan anggaran yang merefleksikan tujuan organisasi dan merasa memiliki andil dalam organisasi tempatnya

bernaung. Dengan adanya perasaan memiliki andil dalam organisasi, maka akan timbul komitmen organisasi atau dorongan dalam dirinya untuk mencapai tujuan organisasi, dengan mengesampingkan kepentingan pribadi. Pegawai dengan komitmen yang tinggi memiliki kedekatan emosional yang erat terhadap

organisasi, sehingga membuat pegawai tersebut memiliki motivasi dan keinginan untuk terus berkontribusi pada organisasinya. Semakain tinggi tingkat komitmen para pegawai terhadap organisasinya, mereka akan merasa lebih

bertanggungjawab terhadap organnisasinya sehingga mencurahkan kemampuan terbaiknya untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik, yang juga akan

berpengaruh terhadap kinerja organisasinya. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa:

H3 : Partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai melalui komitmen organisasi


(50)

21

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi, Sampel dan Data Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai yang terlibat pada proses penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran dan yang mempertanggungjawabkan anggaran di pemerintah kabupaten Propinsi Lampung. Kriteria pemilihan

kabupaten/kota berdasarkan pada induk dan pemekaran. Hal ini digunakan untuk melihat apakah ada perbedaan kinerja antara kabupaten induk dan pemekaran. Pemilihan kabupaten yang menjadi sampel dalam penelitian ini menggunakan random sampling, diperoleh Kabupaten Lampung Tengah sebagai kabupaten induk dan Pesawaran sebagai kabupaten pemekaran.

Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling artinya, penentuan sampel dilakukan dengan menetapkan standar-standar tertentu yang peneliti kehendaki. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:

1. SKPD yang menjadi sampel penelitian adalah SKPD yang mewakili profit center, cost center, dan administration center.

2. Kriteria SKPD yang merupakan profit center yaitu SKPD yang mendapatkan penerimaan dari pajak daerah, retribusi, penjualan aset, bunga deposito,


(51)

pendapatan jasa giro dan jasa keterlambatan. Adapun kriteria SKPD yang merupakan cost center yaitu SKPD yang mengalokasikan anggarannya dan berhubungan langsung dengan masyarakat terkait pelayanan. Sedangkan kriteria SKPD yang merupakan administration center yaitu SKPD yang tidak berhubungan langsung dengan masyarakat, dalam hal ini hanya

mengordinasikan program pembangunan daerah kepada seluruh SKPD yang ada di suatu kabupaten.

3. SKPD yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu: a) Dinas Pendapatan Daerah sebagai profit center b) Dinas Perhubungan sebagai profit center c) Dinas Pendidikan sebagai cost center

d) Dinas Pemuda dan Olahraga sebagai cost center

e) Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah sebagai administration center.

Pemilihan SKPD tersebut karena dianggap dapat mewakili seluruh SKPD yang ada pada pemerintah kabupaten/kota yang digolongkan berdasarkan pusat pertanggungjawabannya. Adapun daftar SKPD Kabupaten Lampung Tengah dan Pesawaran dapat dilihat pada Lampiran J.

4. Pegawai pemerintah yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah pejabat SKPD yang terlibat secara langsung dalam proses penyusunan dan pengusulan anggaran, pelaksanaan anggaran, dan pertanggungjawaban anggaran. Fokus responden penelitian ini adalah pejabat struktural SKPD, yaitu pejabat eselon III dan IV yaitu kabid/setara kabid dan kasi/setara kasi, dikarenakan rata-rata pejabat terkait adalah pejabat level tengah dan bawah


(52)

23

yang bertanggung jawab pada penyusunan anggaran dan pelaksanaan anggaran pada setiap unit kerjanya pada SKPD.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif. Penelitian ini menggunakan data primer dengan metode survei, yaitu melakukan penyebaran kuesioner langsung kepada responden. Kuesioner dibuat dalam bentuk

pertanyaan-pertanyaan secara terstruktur dimana responden dibatasi dalam memberikan jawaban pada alternatif jawaban tertentu saja. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh langsung dari pegawai pemerintah di SKPD pemerintah Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Pesawaran, sesuai dengan kriteria sampel dalam penelitian ini.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode distribusi langsung (direct distribution method), yaitu mendatangi para responden secara langsung untuk menyerahkan ataupun mengumpulkan kembali kuesioner. Dengan metode ini bertujuan untuk memperoleh tingkat pengembalian kuesioner yang tinggi. Pengambilan kembali kuesioner disesuaikan dengan waktu yang telah disepakati oleh peneliti dengan yang bersangkutan.

3.2 Operasional Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan satu variabel bebas (independen), yaitu partisipasi penyusunan anggaran, dua variabel pemediasi yaitu psychological capital dan komitmen organisasi serta satu variabel terikat (dependen), yaitu kinerja aparat pemerintah daerah.


(53)

1. Variabel Dependen (Terikat)

Kinerja (performance) adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi (Mahoney dkk., 1963). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen yang dikembangkan oleh Bono dan Judge (2003) yang kemudian dimodifikasi oleh peneliti untuk menyesuaikan dengan SKP yang telah diatur dalam PP No. 46 tahun 2011. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kinerja pegawai pemerintah daerah, yaitu terdiri dari 9 pertanyaan yang berkaitan dengan empat dimensi, yaitu: kualitas, kuantitas, waktu dan biaya. Variabel kinerja pegawai pemerintah daerah diukur dengan menggunakan skala likert 1 sampai dengan 5. Skor terendah (1) dari jawaban responden menunjukkan tingginya kinerja pegawai pemerintah daerah dan skor tinggi (5) menunjukkan rendahnya kinerja pegawai pemerintah daerah.

2. Variabel Independen (Bebas)

Variabel independen dalam penelitian ini yaitu partisipasi anggaran. Partisipasi anggaran merupakan tingkat pengaruh dan keterlibatan yang dirasakan oleh individu dalam proses perencanaan anggaran (Milani, 1975). Partisipasi penyusunan anggaran tersebut menunjukkan pada luasnya partisipasi pegawai SKPD dalam proses penganggaran daerah. Instrumen yang digunakan untuk mengukur partisipasi anggaran dalam penelitian ini terdiri dari 6 pertanyaan yang dikembangkan oleh Milani (1975). Pengukuran partisipasi anggaran menggunakan skala likert 1 sampai dengan 5. Skor


(54)

25

terendah (1) dari jawaban responden menunjukkan tingginya partisipasi anggaran dan skor tinggi (5) menunjukkan rendahnya pasrtisipasi anggaran.

3. Variabel Mediasi a. Psychological capital

Instrumen untuk mengukur Psychological Capital Questioner (PCQ) adalah instrumen yang dikembangkan oleh Luthans dkk (2007). Komponen

psychological capital sendiri terdiri dari 4 aspek yaitu self efficacy, optimism, hope dan resiliency yang terdiri dari 24 pertanyaan. Dalam penelitian ini, psychological capital dilihat dari beberapa hal contohnya: (a) kemampuan menemukan solusi bagi masalah yang bersifat jangka panjang, (b) kemampuan untuk melihat sisi baik dari suatu pekerjaan, (c) kemampuan untuk memiliki alternatif dalam menyelesaikan suatu masalah dan (d)

ketidakmampuan untu bangkit kembali jika menghadapi masalah pekerjaan yang tidak terselesaikan. Pengukuran psychological capital menggunakan skala likert 1 sampai dengan 5. Skor terendah (1) untuk sangat setuju dan skor tertinggi (5) untuk sangat tidak setuju.

b. Komitmen organisasi

Komitmen organisasi diukur dengan menggunakan instrumen daftar pertanyaan yang dikembangkan oleh Mowday dkk., (1979). Daftar

pertanyaan tersebut terdiri dari sembilan butir pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui tingkat komitmen manajer terhadap organisasi tempat mereka bekerja. Dalam penelitian ini, komitmen organisasi dilihat dari beberapa hal berikut ini: (a) usaha keras untuk menyukseskan organisasi, (b) kebanggaan berkerja pada organisasi tersebut, (c) kesediaan menerima tugas


(55)

demi organisasi, (d) kesamaan nilai individu dengan nilai organisasi, (e) kebanggan menjadi bagian dari organisasi, (f) organisasi merupakan inspirasi untuk melaksanaan tugas, (g) senang atas pilihan bekerja di organisasi tersebut, (h) anggapan bahwa organisasinya adalah organisasi yang terbaik, dan (i) perhatian terhadap nasib organisasi. Variabel komitmen organisasi diukur dengan menggunakan skala likert 1 sampai dengan 5. Skor terendah (1) dari jawaban responden menunjukkan tingginya komitmen organisasi yang ada, sebaliknya skor tinggi (5) menunjukkan rendahnya komitmen organisasi yang ada.

3.3 Metode Analisis Data 3.3.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif ini digunakan untuk memberikan gambaran/deskripsi mengenai variabel-variabel penelitian yang berasal dari jawaban responden. Analisis ini menggunakan tabel statistik deskriptif yang menggambarkan kisaran teoritis, kisaran aktual, mean, modus, dan standar deviasi (Ghozali, 2009).

3.3.2 Uji Kualitas Data

Uji kualitas data dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar konsistensi dan keakuratan data yang dikumpulkan. Pengujian ini dilakukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas (Ghozali, 2009).

3.3.2.1Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya kuesioner yang dibagikan. Kuesioner dikatakan valid apabila mampu mengungkapkan nilai variabel yang diteliti. Pengukuran validitas pertanyaan kuesioner diukur dengan


(56)

27

melakukan korelasi skor item pertanyaan dengan total skor variabel. Jika

probabilitas menunjukan hasil <0,01 atau <0,05 berarti angka probabilitas tersebut signifikan dan disimpulkan bahwa pertanyaan tersebut valid (Ghozali, 2009).

3.3.2.2Uji Reliabilitas

Reabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban responden terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Tingkat reliabel suatu variabel atau konstruk penelitian dapat dilihat dari hasil uji statistik Crobach Alpha (α). Menurut kriteria Nunnally (1960) yang dinyatakan dalam Ghozali (2009), variabel atau konstruk dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha > 0,60. Semakin nilai alphanya mendekati satu maka nilai reliabilitas datanya semakin terpercaya untuk masing-masing variabel.

3.3.2.3Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji bahwa analisis regresi bebas dari asumsi klasik seperti normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas (Ghozali, 2009).

3.3.2.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, terdapat distribusi normal antara variabel terikat dan variabel bebas. Apabila distribusi data normal atau mendekati normal, berarti model regresi adalah baik. Pengujian untuk menentukan data terdistribusi normal atau tidak menggunakan uji kolmogorov-smirnov. Dasar pengambilan keputusan adalah:


(57)

1. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05, maka H0 ditolak. Hal ini berarti data residual terdidtribusi tidak normal.

2. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih dari 0,05, maka H0 diterima. Hal ini berarti data residual terdidtribusi normal.

3.3.2.3.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Pengujian ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dapat dilihat dengan melihat nilai tolerance dan nilai VIF (Variance Inflation Factor). Nilai yang umum digunakan untuk menunjukan multikolinearitas yaitu nilai tolerance ≤ 0,10 atau nilai VIF ≥ 10 (Ghozali, 2009).

3.3.2.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguiji apakah terdapat ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain di dalam model regresi. Model regresi dikatakan baik apabila homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Homoskedastisitas yaitu apabila variance dari residual pengamatan satu ke pengamatan lain tetap. Jika berbeda, disebut

heteroskedastisitas. Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas, dapat melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Apabila terdapat pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur, maka mengindikasikan terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2009).


(58)

29

3.3.3 Analisis Data

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis path (analisis jalur). Analisis path (analisis jalur) merupakan penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel yang telah ditetapkan (Ghozali, 2009). Sebelum dilakukan analisis path ini, dilakukan regresi terhadap persamaan. Berikut merupakan persamaan regresinya:

YKP = b1XPA + e1 ... persamaan regresi 1 YPC = b1XPA + e2 ... persamaan regresi 2 YKO = b1XPA + e3 ... persamaan regresi 3 YKP = b1XPA + b2XPC + e4 ... persamaan regresi 4 YKP = b1XPA + b3XKO + e5 ... persamaan regresi 5 Keterangan:

YPC : Psychological Capital YKO : Komitmen Organisasi YKP : Kinerja Pegawai XPA : Partisipasi Anggaran XPC : Psychological Capital XKO : Komitmen Organisasi b1,b2,b3 : Koefeisien Regresi e : standar error

Hipotesis diterima apabila hasil regresi menunjukan tingkat signifikansi

dibawah 0,05 (p<0,05). Dan hipotesis ditolak apabila tingkat signifikansi di atas 0,05 (p>0,05) (Ghozali, 2009).


(59)

3.3.3.1 Analisis Jalur

Untuk menguji pengaruh variabel pemediasi, digunakan metode analisis jalur. Analisi jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linear berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori. Analisis jalur sendiri tidak dapat menentukan hubungan sebab-akibat dan juga tidak dapat digunakan sebagai substitusi bagi peneliti untuk melihat kausalitas antar variabel (Ghozali, 2009).


(60)

52

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Penelitian ini menguji pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja pegawai pada organisasi sektor publik melalui psychological capital dan

komitmen organisasi sebagai variabel pemediasi. Simpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Partisipasi anggaran berpengaruh langsung terhadap kinerja pegawai. Penelitian ini menemukan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai. Semakin tinggi tingkat partisipasi pegawai dalam proses penyusunan anggaran maka semakin baik kinerjanya. Hasil

penelitian ini konsisten dengan penelitian Soleha dkk., (2013) yang menyatakan bahwa partisipasi pegawai dalam penyusunan anggaran pada organisasi sektor publik mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja pegawai.

2. Partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja pegawai melalui psychological capital. Semakin besar keterlibatan para pegawai dalam proses penyusunan anggaran, maka para pegawai akan memiliki perilaku


(61)

psikologis yang positif yang akan meningkatkan kinerjanya dan juga pada akhirnya akan meningkatkan kinerja dari organisasi di tempat ia bernaung. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Venkatesh dan

Blaskovich (2012) dan Soleha dkk., (2013) yang menyatakan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja pegawai melalui psychological capital.

3. Partisipasi anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja pegawai melalui komitmen organisasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh terhadap komitmen organisasi. Namun, komitmen organisasi tidak memediasi hubungan partisipasi anggaran terhadap kinerja pegawai. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang

dilakukan Soleha dkk., (2013) yang menyatakan bahwa partisipasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai melalui komitmen organisasi.

5.2 Keterbatasan Penelitian

1. Keterbatasan penelitian ini adalah penggunaan skala self-rating untuk mengukur variabel kinerja pegawai yang mungkin dapat menghasilkan personal bias. Hal ini dapat mengurangi objektivitas data.

2. Penelitian ini hanya menggunakan metode survei dengan menyebarkan kuesioner, tanpa melakukan interview langsung kepada responden. 3. Penelitian ini hanya menggunakan dua kabupaten yang merupakan

kabupaten induk dan pemekeran, yaitu Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Pesawaran. Hal ini karena keterbatasan waktu dan biaya yang dimiliki oleh peneliti.


(62)

54

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai perngaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja pegawai dengan menggunakan variabel psychological capital dan komitmen organisasi sebagai variabel pemediasi pada organisasi sektor publik yang dilakukan di Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Pesawaran, penulis memberikan saran, rekomendasi atau implikasi kebijakan sebagai berikut:

a. Rekomendasi atau Implikasi Kebijakan

1. Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Pesawaran sebaiknya mengoptimalkan penerapan anggaran partisipatif karena hal ini akan memberikan dampak positif pada meningkatnya kinerja pegawai. 2. Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Pesawaran

sebaiknya melakukan pengawasan dan evaluasi berkala terhadap TUPOKSI agar meningkatkan komitmen pegawai terhadap organisasi. 3. Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Pesawaran

sebaiknya mengadakan evaluasi terhadap pembebanan kerja pada masing-masing unit kerja karena beban kerja yang terlalu berat dapat

menyebabkan tidak optimalnya kinerja.

b. Saran Penelitian yang Akan Datang

1. Penelitian selanjutnya agar memperluas variabel pemediasi yang akan diteliti, misalnya motivasi kerja.

2. Penelitian selanjutnya sebaiknya juga menggunakan metode interview selain dengan kuesioner untuk mendapatkan data yang lebih kredibel.


(63)

3. Penelitian selanjutnya mungkin dapat memperluas lingkup penelitian agar dapat memberikan kontribusi yang lebih berarti dalam bidang anggaran organisasi sektor publik.

4. Penelitian selanjutnya agar dapat menggunakan responden yang tidak terlibat dalam proses penyusunan anggaran, agar dapat mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja antara pegawai yang terlibat dalam peroses penyusunan anggaran dan yang tidak terlibat.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Anthony dan Govindarajan. 2005. Management Control System. Terjemahan. Jakarta: Salemba Empat.

Arifin, Solikhun. 2012. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggran terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah Komitmen Organisasi, Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan sebagai Variabe Moderasi. Skripsi tidak dipublikasikan. Semarang : Universitas Diponegoro.

Bono, J.E. dan T.A. Judge. 2003. “Self-concordance at work: Toward understanding the motivational effects of transformational leaders”, Academy of Management Journal, Vol. 46, No. 5, pp. 554-571

Brownell, Peter. 1982. A Field Study Examination of Budgetary Participation and Locus of Control. The Accounting Review, October, 766-777.

Brownell, P.,dan M. McInnes. 1986. Budgetary participation, motivation and managerial performance. The Accounting Review(October): 587–600.

Ghozali, I. 2009. Ekonometrika: Teori, Konsep, dan Aplikasi dengan SPSS 17. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Harahap, Juwita H.Y. 2013. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajer Psychological Capital Sebagai Variabel Intervening. Thesis Tidak Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Gajah Mada.

Herminingsih. 2009. Pengaruh Partisipasi Dalam Penganggaran Dan Peran Manajerial Pengelola Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah. Thesis Tidak Dipublikasikan. Universitas Diponegoro.

Kenis, I., 1979, “Effects of Budgetary Goal Characteristics on Managerial Attitudes and Performance”, The Accounting Review, Vol. LIV (4). p.707721.

Luthans, F., K. W. Luthans, dan B. C. Luthans. 2004. Positive Psychological Capital: Beyond Human and Social Capital. Business Horizon 47 (I): 45-50.


(1)

53

psikologis yang positif yang akan meningkatkan kinerjanya dan juga pada akhirnya akan meningkatkan kinerja dari organisasi di tempat ia bernaung. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Venkatesh dan

Blaskovich (2012) dan Soleha dkk., (2013) yang menyatakan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja pegawai melalui psychological capital.

3. Partisipasi anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja pegawai melalui komitmen organisasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh terhadap komitmen organisasi. Namun, komitmen organisasi tidak memediasi hubungan partisipasi anggaran terhadap kinerja pegawai. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang

dilakukan Soleha dkk., (2013) yang menyatakan bahwa partisipasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai melalui komitmen organisasi.

5.2 Keterbatasan Penelitian

1. Keterbatasan penelitian ini adalah penggunaan skala self-rating untuk mengukur variabel kinerja pegawai yang mungkin dapat menghasilkan personal bias. Hal ini dapat mengurangi objektivitas data.

2. Penelitian ini hanya menggunakan metode survei dengan menyebarkan kuesioner, tanpa melakukan interview langsung kepada responden. 3. Penelitian ini hanya menggunakan dua kabupaten yang merupakan

kabupaten induk dan pemekeran, yaitu Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Pesawaran. Hal ini karena keterbatasan waktu dan biaya yang dimiliki oleh peneliti.


(2)

54

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai perngaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja pegawai dengan menggunakan variabel psychological capital dan komitmen organisasi sebagai variabel pemediasi pada organisasi sektor publik yang dilakukan di Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Pesawaran, penulis memberikan saran, rekomendasi atau implikasi kebijakan sebagai berikut:

a. Rekomendasi atau Implikasi Kebijakan

1. Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Pesawaran sebaiknya mengoptimalkan penerapan anggaran partisipatif karena hal ini akan memberikan dampak positif pada meningkatnya kinerja pegawai. 2. Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Pesawaran

sebaiknya melakukan pengawasan dan evaluasi berkala terhadap TUPOKSI agar meningkatkan komitmen pegawai terhadap organisasi. 3. Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Pesawaran

sebaiknya mengadakan evaluasi terhadap pembebanan kerja pada masing-masing unit kerja karena beban kerja yang terlalu berat dapat

menyebabkan tidak optimalnya kinerja.

b. Saran Penelitian yang Akan Datang

1. Penelitian selanjutnya agar memperluas variabel pemediasi yang akan diteliti, misalnya motivasi kerja.

2. Penelitian selanjutnya sebaiknya juga menggunakan metode interview selain dengan kuesioner untuk mendapatkan data yang lebih kredibel.


(3)

55

3. Penelitian selanjutnya mungkin dapat memperluas lingkup penelitian agar dapat memberikan kontribusi yang lebih berarti dalam bidang anggaran organisasi sektor publik.

4. Penelitian selanjutnya agar dapat menggunakan responden yang tidak terlibat dalam proses penyusunan anggaran, agar dapat mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja antara pegawai yang terlibat dalam peroses penyusunan anggaran dan yang tidak terlibat.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anthony dan Govindarajan. 2005. Management Control System. Terjemahan. Jakarta: Salemba Empat.

Arifin, Solikhun. 2012. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggran terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah Komitmen Organisasi, Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan sebagai Variabe Moderasi. Skripsi tidak dipublikasikan. Semarang : Universitas Diponegoro.

Bono, J.E. dan T.A. Judge. 2003. “Self-concordance at work: Toward understanding the motivational effects of transformational leaders”, Academy of Management Journal, Vol. 46, No. 5, pp. 554-571

Brownell, Peter. 1982. A Field Study Examination of Budgetary Participation and Locus of Control. The Accounting Review, October, 766-777.

Brownell, P.,dan M. McInnes. 1986. Budgetary participation, motivation and managerial performance. The Accounting Review(October): 587–600.

Ghozali, I. 2009. Ekonometrika: Teori, Konsep, dan Aplikasi dengan SPSS 17. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Harahap, Juwita H.Y. 2013. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajer Psychological Capital Sebagai Variabel Intervening. Thesis Tidak Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Gajah Mada.

Herminingsih. 2009. Pengaruh Partisipasi Dalam Penganggaran Dan Peran Manajerial Pengelola Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah. Thesis Tidak Dipublikasikan. Universitas Diponegoro.

Kenis, I., 1979, “Effects of Budgetary Goal Characteristics on Managerial Attitudes and Performance”, The Accounting Review, Vol. LIV (4). p.707721.

Luthans, F., K. W. Luthans, dan B. C. Luthans. 2004. Positive Psychological Capital: Beyond Human and Social Capital. Business Horizon 47 (I): 45-50.


(5)

Luthans, F., Avolio, Bruce J.; Avey, James B.; Norman, Steven M. 2007. “Positive psychological Capital: Measurment and Relationship with Performance and Satisfaction”. Personel psychology vol 60: 541-572 Luthans, F., Norman, S.M., Avolio, B.J., & Avey, J.B. 2008 The mediating role of

psychological capital in the supportive organizational climate-employee performance relationship. Journal of Organizational Behavior, in press. Locke, E. A. 1978. The ubiquity of the technique of goal setting in theories of and

approaches to employee motivation. Academy of Management Review, 3, 594-601.

Mahonay, T.A., T.H. Jerdee, dan S.J. Carrol. 1965. The Jobs of Management. Industrial Relation 4 (February): 97-110

Milani, K. (1975), “The relationship of participation in budget-setting to industrial supervisor performance dan attitudes-a field study”, The Accounting Review, Vol. 50 No. 2, pp. 274-85.

Mowday, R., Steers, R. dan Peter, L. 1979. The Measurement of Organizational Commitment. Journal of Vocational Behavior., 224-247

Nouri, Hossein dan Parker, Robert J. 1998. The Relationship Between Budget Participation dan Job Performance : The Roles of Budget Adequacy and Organizational Commitment. Accounting,Organizations and Society, Vol. 23, No. 5/6, pp. 467 – 483.

Nurcahyani, Kunvawiyah. 2010. Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial melalui Komitmen Organisasi dan Persepsi Inovasi sebagai Variabel Intervening. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Semarang :

Universitas Diponegoro.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Propinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Jakarta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2011 tentang

Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil. Jakarta

Peterson, S., F. Luthans, B. J. Avolio, F. Walumbwa, dan Z. Zhang. 2011. Psychological capital and employee performance: A latent growth modeling approach. Personnel Psychology 64 (2): 427–450.

Robbins Stephen P. 2002. Essentials of Organizational Behavior (Terjemahan), Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta.


(6)

Soleha, Nurhayati., Galih, dan Tamsil,Lusi., 2013. The Effect of Budgetary Participation on Job Performance with Psychological Capital and Organizational Commitment as an Intervening Variable (Empirical Study on Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Districts of Lebak). SNA XVI, Manado

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta

Venkatesh, Ropha dan Blaskovich, Jennifer. 2012. The Mediating Effect of Psychological Capital on the Budget Participation-Job Performance Relationship. Journal of Management Accounting Research. Vol 24 pp 159-175.

Wulandari, Nur Endah. 2011. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah : Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi sebagai variabel moderating. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Semarang : Universitas Diponegoro

Yahya, M. Nor, Nik Nazli Nik Ahmad dan Abdul Fatima. 2008. “Budgetary Participation and Performance: some Malaysian Evidence”. International Journal of Public Sector Management, Vol. 21, No. 6, pp. 658-673


Dokumen yang terkait

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PEMERINTAH DAERAH DENGAN PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI

4 14 55

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH DENGAN BUDAYA ORGANISASI DAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING.

0 4 12

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Pegawai Dengan Komitmen Organisasi Dan Gaya Kepemimpi

0 4 11

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARATUR PEMERINTAH DAERAH DENGAN Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah Dengan Budaya Organisasi Dan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating

0 2 17

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARATUR PEMERINTAH DAERAH DENGAN Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah Dengan Budaya Organisasi Dan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating

0 3 18

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARATUR PEMERINTAH DAERAH DENGAN KECUKUPAN Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah Dengan Kecukupan Anggaran Dan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel

0 1 17

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARATUR PEMERINTAH DAERAH DENGAN Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah Dengan Kecukupan Anggaran Dan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating

0 1 19

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH DENGAN KOMITMEN Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating (Survey di Kantor

0 1 14

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH: BUDAYA ORGANISASI DAN Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah: Budaya Organisasi Dan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moder

0 1 16

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah: Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating.

0 0 22