PERBEDAAN KADAR GULA DARAH PUASA ANTARA PEKERJA SHIFT DAN NON-SHIFT DI UNIVERSITAS LAMPUNG

(1)

PERBEDAAN KADAR GULA DARAH PUASA ANTARA PEKERJA SHIFT DAN NON SHIFT

DI UNIVERSITAS LAMPUNG

Oleh

LIND OCTAVIANI IRAWAN

(Skripsi)

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ABSTRACT

DIFFERENTION BETWEEN FASTING BLOOD SUGAR LEVEL SHIFT AND NON-SHIFT WORKERS IN UNIVERSITY OF LAMPUNG

By

Lind Octaviani Irawan

Shift work is usually applied to better utilize existing resources, increase production, and to extend the duration of the service. Shift work has positive and negative impacts. Long-term problems that arise due to shift work may include metabolic disorders, gastrointestinal function and impaired cardiac function due gagguan circadian rhythms. Fluctuations of circadian rhythms that affect changes in mental and physical performance. Research shows that most night workers could never adapt to his schedule perfectly because the function of the human body physiology decreased at night.

This study aimed to determine differences in fasting blood sugar levels between shift workers and non-shift at the University of Lampung. This is the type of research analytic study, using cross sectional approach. The population in this study were all employees of the University of Lampung. Number sampel in this study amounted to 52 people consisting of 26 shift workers and 26 non-shift workers with sampling techniques with purposive sampling method. Blood sugar levels are measured in the form of fasting blood sugar levels.

Analysis using unpaired t-test, p=0.004. The analysis showed that there are differences in fasting blood sugar levels between shift and non-shift workers (p< 0.05).


(3)

ABSTRAK

PERBEDAAN KADAR GULA DARAH PUASA ANTARA PEKERJA SHIFT DAN NON-SHIFT DI UNIVERSITAS LAMPUNG

Oleh

Lind Octaviani Irawan

Shift kerja biasanya diterapkan untuk lebih memanfaatkan sumber daya yang ada, meningkatkan produksi, serta memperpanjang durasi pelayanan. Shift kerja memilki dampak yang positif maupun dampak negatif. Persoalan jangka panjang yang muncul akibat shift work dapat berupa gangguan metabolisme, fungsi pencernaan dan gangguan fungsi jantung akibat gangguan irama sirkadian. Fluktuasi irama sirkadian menjadi sebab yang mempengaruhi perubahan kinerja mental dan fisik. Penelitian membuktikan bahwa kebanyakan pekerja malam tidak pernah bisa beradaptasi dengan jadwal kerjanya secara sempurna disebabkan karena fungsi fisiologi tubuh manusia menurun pada malam hari.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar gula darah puasa antara pekerja shift dan non-shift di Universitas Lampung. Jenis penelitiaan ini adalah penelitian studi analitik, dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua karyawan Universitas Lampung. Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 52 orang yang terdiri dari 26 pekerja shift dan 26 pekerja non-shift dengan teknik pengambilan sampel dengan metode purposive sampling. Kadar gula darah yang diukur berupa kadar gula darah puasa.

Dari hasil analisis menggunakan uji t- tidak berpasangan, didapatkan p=0,004. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar gula darah puasa antara pekerja shift dan non shift (p< 0,05).


(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Shift Kerja ... 6

2.2 Irama Sirkadian ... 12

2.3 Gula Darah ... 14

2.4 Kerangka Teori ... 21

2.5 Kerangka Konsep ... 22

2.6 Hipotesis ... 22

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 23

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian ... 23

3.3 Populasi ... 23

3.4 Sample Penelitian ... 23

3.5 Variabel Penelitian ... 25

3.6 Definisi Operasional ... 25

3.7 Alat Dan Cara Penelitian ... 26

3.8 Pengolahan Dan Analisis Data ... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 28

4.1.1 Gambaran Umum Penelitian... 28

4.1.2 Karakteristik Responden ... 28

4.1.3 Analisis Univariat ... 30


(7)

4.2. Pembahasan ... 33 4.2.1 Analisis Univariat ... 33 4.2.2 Analisis Bivariat ... 33 V. SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan ... 42 4.2 Saran ... 42 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Kerangka Teori ... 21 2.2 Kerangka Konsep ... 22


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kriteria diagnosis untuk gangguan kadar gula darah ... 16

2. Definisi Operasional ... 25

3. Proporsi usia Responden ... 29

4. Proporsi Lama kerja ... 29

5. Kadar Gula Darah Puasa Pekerja Shift ... 30

6. Proporsi kategori kadar gula darah pekrja shift ... 30

7. Kadar gula darah puasa pekerja non-shift ... 31

8. Proporsi kategori kadar gula darah pekrja non-shift ... 31

9. Uji normalitas kadar gula darah puasa pekerja shift dan non-shift .... 32

10. Uji t- tidak berpasangan kadar gula darah puasa pekerja shift dan non-shift ... 32


(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teknologi modern memungkinkan manusia untuk melakukan berbagai hal sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam masyarakat, dikenal adanya ” 24 hours society ” membutuhkan pelayanan sewaktu-waktu seperti rumah sakit, dinas pemadam kebakaran, call center, kepolisian atau yang lainnya. Ada pula industri yang harus beroperasi 24 jam per hari karena proses produksinya yang panjang dan kontinu, seperti industri kimia atau industri manufaktur yang menggunakan mesin yang memerlukan setup yang lama dan mahal. Pola bekerja seperti ini biasanya menggunakan sisitem shift kerja. Dimana dalam system ini waktu kerja yang diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam. Jadwal shift kerja yang berlaku sangat bervariasi. Biasanya adalah shift kerja 8 jam atau 12 jam dalam sehari ( Ergoinstitute, 2008 ).

Shift kerja biasanya diterapkan untuk lebih memanfaatkan sumber daya yang ada, meningkatkan produksi, serta memperpanjang durasi pelayanan. Shift


(11)

2

kerja berbeda dengan hari kerja biasa, di mana pada hari kerja biasa pekerjaan dilakukan secara teratur pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya sedangkan shift kerja dapat dilakukan lebih dari satu kali untuk memenuhi jadwal 24 jam/hari. Biasanya perusahaan yang berjalan secara kontinyu yang menerapkan aturan shift kerja ini. Alasan lain dari shift kerja adalah kebutuhan sosial akan pelayanan. Polisi dan rumah sakit benar-benar dibutuhkan untuk 24 jam/hari, 7 hari/minggu ( Nurmianto, 2004 ).

Shift kerja memilki dampak yang positif maupun dampak negatif. Dampak positif misalnya seperti yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh dewi (2006) pekerja shift berharap dengan bekerja dengan sistem shift mereka akan memperoleh gaji yang lebih baik, lebih banyak waktu mengasuh anak di siang hari, mempunyai waktu lebih di siang hari untuk bersantai, lebih banyak kesempatan untuk melanjutkan pendidikan, malam hari suasananya lebih tenang dan biasanya hanya sedikit supervisor di malam hari. Tetapi, banyak diantara pekerja shift menyatakan bahwa mereka sebenarnya terpaksa bekeja shift karena tidak memiliki pilihan pekerjaan yang lain.( Dewi, 2006 ).

Selain itu, menurut pendapat Roger R & Colligan ( 1997 ) yang dikutip Dewi (2006 ) dampak negatif lain yang dapat ditimulkan oleh sistem kerja shift adalah masalah kesehatan dan keselamatan. Persoalan yang segera dapat dirasakan adalah terganggunya kualitas tidur dan menurunnya kualitas hubungan hubungan dengan keluarga atau teman. Seperti diketahui, tidur siang dan tidur malam walaupun dilakukan dalam waktu yang


(12)

3

sama,kualitasnya berbeda. Persoalan jangka panjang yang muncul akibat shift work dapat berupa gangguan metabolisme, fungsi pencernaan dan gangguan fungsi jantung.

Tubuh kita memiliki irama dan ritmenya sendiri, yang disebut dengan irama sirkadian. Kebanyakan sistem metabolisme tubuh kita sangat aktif pada waktu tertentu dan tidak aktif pada saat yang lain. Sebagai contoh, denyut jantung dan temperature badan kita berubah-ubah selama 24 jam; biasanya berada pada titik ini terendah pada jam 4.00 dan mencapai puncak pada siang hari. Aktivitas metabolisme (kemampuan tubuh menghasilkan energi dari makanan) paling tinggi pada siang sampai sore hari. Secara alamiah, tubuh kita diciptakan untuk aktif pada siang hari dan butuh beristirahat pada malam hari untuk penyegaran dan recovery. Fluktuasi irama sirkadian menjadi sebab yang mempengaruhi perubahan kinerja mental dan fisik ( Tarwaka, 2004 ).

Gangguan pada irama sirkadian dan pada metabolisme tubuh kita menyebabkan penurunan kondisi tubuh. Itulah sebabnya mengapa orang yang bekerja pada shift malam sering merasa mengantuk dan kelelahan saat bekerja. Kondisi seperti ini pada titik tertentu sangat melelahkan. Penelitian membuktikan bahwa kebanyakan pekerja malam tidak pernah bisa beradaptasi dengan jadwal kerjanya secara sempurna disebabkan karena fungsi fisiologi tubuh manusia menurun pada malam hari ( Tarwaka, 2004 ).


(13)

4

Salah satu masalah yang timbul akibat gangguan irama sirkadian adalah metabolisme glukosa. Sebuah penelitian yang dilakukan benedict et al (2012) Menemukan adanya hubungan gangguan metabolisme glukosa pada pria yang mengalami gangguan tidur. Penelitian lain membuktikan bahwa terjadi penurunan sensitivitas insulin pada laki-laki yang mengalami perubahan pola tidur selama 1 minggu (Buxton et al, 2010).

B. Perumusan Masalah

Bekerja dengan sistem shift akan mengakibatkan gangguan irama sirkadian. Gangguan irama sirkadian salah satu akibatnya adalah gangguan metabolisme glukosa. Berdasarkan hal ini , maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana perbedaan kadar gula darah puasa antara pekerja shift dan non-shift di Universitas Lampung?”

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui apakah terdapat perbedaan kadar gula darah puasa antara pekerja shift dan non shift di Universitas Lampung.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang akan dilakukan adalah : 1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan berupa informasi mengenai perbedaan kadar gula darah puasa antara pekerja shift dan non shift di Universitas Lampung.


(14)

5

2. Bagi Universitas Lampung

Penelitian ini mampu menjadi tambahan perbendaharaan dan informasi mengenail perbedaan kadar gula puasa pada pekerja shift dan non-shift. 3. Bagi Dinas Kesehatan dan jaringannya

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan berbasis bukti ilmiah yang digunakan sebagai salah satu upaya untuk menurunkan resiko diabetes mellitus tipe II.

4. Bagi Responden

Hasil penelitian dapat memberikan gambaran secara umum tentang pengaruh kerja shift dan non shift terhadap kadar gula darah puasa dan pengaruhnya pada kesehatan.


(15)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Shift Kerja

2.1.1 Definisi Shift Kerja

Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk di luar jam kerja biasa (08.00-17.00). Ciri khas tersebut adalah kontinuitas, pergantian dan jadwal kerja khusus. Secara umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai pengganti atau tambahan kerja siang hari sebagaimana yang biasa dilakukan. Namun demikian adapula definisi yang lebih operasional dengan menyebutkan jenis shift kerja tersebut. Shift kerja disebutkan sebagai pekerjaan yang secara permanen atau sering pada jam kerja yang tidak teratur (Kuswadji, 1997).

Menurut Suma’mur (1994), shift kerja merupakan pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam. Proporsi pekerja shift semakin meningkat dari tahun ke tahun, ini disebabkan oleh investasi yang dikeluarkan untuk pembelian mesin-mesin yang mengharuskan penggunaannya secara terus menerus siang dan malam untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Sebagai akibatnya pekerja juga harus bekerja siang dan malam. Hal ini menimbulkan


(16)

7

banyak masalah terutama bagi tenaga kerja yang tidak atau kurang dapat menyesuaikan diri dengan jam kerja yang lazim. Sistem shift kerja sistem shift kerja dapat berbeda antar instansi atau perusahaan, walaupun biasanya menggunakan tiga shift setiap hari dengan delapan jam kerja setiap shift.

Menurut William yang dikutip oleh Sri Ramayuli (2004) dikenal dua macam sistem shift kerja yang terdiri dari :

1. Shift Permanen

Tenaga kerja bekerja pada shift yang tetap setiap harinya. Tenaga kerja yang bekerja pada shift malam yang tetap adalah orang-orang yang bersedia bekerja pada malam hari dan tidur pada siang hari.

2. Sistem Rotasi

Tenaga kerja bekerja tidak terus-menerus di tempatkan pada shift yang tetap. Shift rotasi adalah shift rotasi yang paling menggangu terhadap irama circardian dibandingkan dengan shift permanen bila berlangsung dalam jangka waktu panjang.

ILO (1983) menyatakan pergantian shift yang normal 8 jam/shift. Shift kerja yang dilaksanakan 24 jam termasuk hari Minggu dan hari libur memerlukan 4 regu kerja. Regu ini dikenal dengan regu kerja terus-menerus (3x8). Inggris menggunakan sistem 2-2-2, sistem ini disebut dengan sistem rotasi pendek masing-masing shift lamanya 2 hari dan pada akhir shift diberikan libur 2hari. Selain itu sistem 2-2-3 juga merupakan system rotasi pendek dimana salah satu


(17)

8

shift dilaksanakan 3 hari untuk 2 shift dilaksanakan 2 hari dan pada akhir periode shift diberikan libur 2 hari. Siklus ini bergantian untuk stiap shift. Di Indonesia, sistem gilir yang banyak digunakan adalah dengan pengaturan jam kerja secara bergilir mengikuti pola 5-5-5 yaitu lima hari kerja gilir pagi (07.00-15.00), lima hari kerja gilir sore (15.00-23.00) dan lima hari kerja gilir malam (23.00-07.00) diikuti dengan dua hari libur pada setiap akhir kerja gilir. Pada akhir shift malam diperlukan istirahat sekurang-kurangnya 24 jam. Sistem rotasi ini dianjurkan oleh pakar yang berpandangan modern dengan mempertimbangkan faktor sosial dan psikologis untuk industri yang bergerak pada bagian manufaktur dan kontiniu (Pulat dalam Sri Ramayuli, 2004).

2.1.2 Sikap Tenaga Kerja Terhadap Shift Kerja

Banyak pandangan orang yang tidak menyukai shift kerja tetapi sikap ini tidak umum. Sebagai contoh survei yang dilakukan oleh Weddenburn tentang tanggapan terhadapa shift kerja dari 315 pekerja industri baja di Inggris diperoleh bahwa 18 % sangat suka, 29% suka, 22% kurang suka, 23% tidak suka, dan 8% sangat tidak suka. Individu yang tidak suka terhadap shift kerja tersebut disebabkan oleh beberapa hal di antaranya 61% beranggapan bahwa shift kerja berpengaruh terhadap kehidupan sosial, 47% beranggapan bahwa shift kerja menyebabkan waktu tidur tidak teratur, 44% karena kerja malam, 38% waktu makan tidak teratur, 35% menyebabkan cepat bangun (Fish dalam Hery Firdaus, 2005).


(18)

9

Kuswadji (1997) juga melaporkan bahwa tanggapan pekerja terhadap tiga shift kerja adalah sebagai berikut :

1. Shift pagi : memberikan waktu luang baik untuk kehidupan keluarga dan tidak terbatas kehidupan sosialnya.

2. Shift siang : terbatas kehidupan sosial, waktu siang terbuang dan sedikit lelah. 3. Shift malam : lelah, kehidupan sosial terbatas, kurang baik untuk kehidupan keluarga, gangguan tidur, memberikan banyak waktu luang terbuang.

2.1.3 Efek Shift Kerja

Menurut Fish yang dikutip oleh Hery Firdaus (2005) mengemukakan bahwa efek shift kerja yang dapat dirasakan antara lain :

1. Efek fisiologis

a. Kualitas tidur : tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan dan biasanya dipelukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja malam.

b. Menurunnya kapasitas kerja fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah.

c. Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan. 2. Efek psikososial

Efek menunjukkan masalah lebih besar dari efek fisiologis, antara lain adanya gangguan kehidupan keluarga, hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk


(19)

10

berinteraksi dengan teman, dan menggangu aktivitas kelompok dalam masyarakat. Saksono (1991) menyatakan bahwa pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang biasanya dilakukan pada siang atau sore hari. Sementara pada saat itu bagi pekerja malam dipergunakan untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat beradaptasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibat tersisih dari lingkungan masyarakat.

3. Efek kinerja

Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.

4. Efek terhadap kesehatan

Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointesnal, masalah ini cenderung terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.

5. Efek terhadap keselamatan kerja

Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang dilakukan Smithet. al, melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69% pertenaga kerja.Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift malam. (Adiwardana dalam Khairunnisa, 2001).


(20)

11

2.1.4 Penanggulangan Dampak Buruk Kerja Shift

Upaya-upaya mengurangi dampak buruk akibat kerja shift melalui pendekatan organisasi dapat dilakukan dengan pengaturan shift kerja secara adil. Terdapat 2 macam pembagian shift kerja, yaitu 2 shift dan 3 shift. Pembagian satu hari kerja menjadi 2 shift yaitu shift pagi (day shift) dengan jam kerja pukul 06.00-18.00 dan shift malam (night shift) dengan jam kerja pukul 18.00-06.00. Sedangkan untuk pembagian menjadi 3 shift adalah shift pagi yaitu pukul 08.00-16.00, siang yaitu pukul 16.00-00.00 dan malam yaitu pukul 00.00-08.00.

Pengaturan shift kerja yang baik adalah dengan pergantian shift yang pendek misal 2-3 hari sekali, tidak terlalu lama apalagi pergantian tiap minggu sekali. Apabila diperlukan shift kerja malam maka ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh pihak pengusaha dan pekerja, seperti :

1. Pergantian shift tidak lama (2-3 hari sekali)

2. Usia pekerja antara 20-50 tahun agar diperoleh kematangan mental yang cukup.

3. Pekerja tidak menderita penyakit kronis seperti penyakit paru-paru kronis, tekanan darah tinggi, kencing manis, pekerja memiliki penyakit gangguan tidur.

4. Pekerja tidak mengalami gangguan psikososial. 5. Lingkungan hidup pekerja tenang.

6. Pekerja tidak menderita gangguan lambung maupun memiliki tingkat emosi yang labil.


(21)

12

8. Keluarga pekerja yang menunjang. Seyogianya sebelum pekerja dinas malam pekerja telah cukup istirahat/ tidur sehingga berangkat bekerja dalam keadaan segar (Suma’mur, 1996 ).

Ketika bekerja shift merupakan keharusan dan kita tidak bisa memilih, maka ada beberapa strategi yang dapat dilakukan agar tetap sehat. Diantaranya adalah usahakan untuk cukup tidur, usahakan agar kualitas tidur kita terjaga. Olahraga teratur juga sangat dianjurkan untuk menjaga daya tahan tubuh. Beberapa teknik relaksasi juga dipercaya akan menurunkan beban mental dan tingkat stress. Pilih teknik relaksasi yang paling mudah seperti mendengarkan musik yang menenangkan, bersosialisasi dengan teman, atau menekuni hobi. Selain itu, tentunya dianjurkan pula untuk mengkonsumsi diet yang sehat. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi kudapan ringan di kalangan para pekerja shift lebih tinggi dari pekerja normal. Selain itu, kualitas dietnya lebih rendah dan cenderung tidak memenuhi syarat gizi yang seimbang. Keluhan yang sering muncul adalah mual, konstipasi, diare, atau menurunnya nafsu makan. Untuk menghindari persoalan gangguan pencernaan ini disarankan pada para pekerja shift untuk mengurangi konsumsi garam dan makanan berlemak, menghindari junk food, dan mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang dan baik (Mardi,2008).

2.2 Irama Sirkadian

Dalam 24 jam tubuh akan mengalami fluktuasi berupa temperatur, kemampuan untuk bangun, aktivitas lambung, denyut jantung, tekanan darah dan kadar


(22)

13

hormon, dikenal sebagai irama sirkadian (Folkard dan Monk dalam Hery Firdaus, 2005).

Irama sikrkadian berasal dari bahasa Latin. Circa yang berarti kira-kira dan Dies berarti hari ( circardies = kira-kira satu hari). Circardian rhythm adalah irama dan pengenalan waktu yang sesuai dengan perputaran bumi dalam siklus 24 jam. Hampir seluruh makhluk hidup di dunia ini mempunyai irama yang secara teratur mengalami perubahan fungsi tubuh dan fisiologik dalam siklus 24 jam, tetapi adapula beberapa perubahan yang sesuai dengan bulan atau tahun. Sebenarnya siklus circardian manusia berkisar antara 22-25 jam (Mahyastuti, 1993).

Menurut Folkard dan Monk serta Mc. Cormick dan Ilgen yang dikutip oleh Hery Firdaus (2005) menyatakan bahwa circardian rhythm setiap individu berbeda dalam penyesuaian kerja malam, namun antara shift pagi dan siang terlihat sedikit perbedaan. Pola aktivitas tubuh akan terganggu apabila bekerja malam dan maksimum terjadi selama shift malam. Menurut Kuswadji (1997) masing-masing orang mempunyai jam biologis sendiri-sendiri, kehidupan mereka diatur menjadi sama dan seragam dalam daur hidup 24 jam sehari. Pengaturan itu dilakukan oleh penangguh waktu yang ada di luar tubuh seperti :

a. Perubahan antara gelap dan terang. b. Kontak sosial.

c. Jadwal kerja. d. Adanya jam weker.

Fungsi tubuh yang sangat dipengaruhi oleh circardian rhythm adalah pola tidur, kesiapan bekerja, beberapa fungsi otonom, proses metabolisme, suhu tubuh,


(23)

14

denyut jantung dan tekanan darah. Setiap hari fungsi tubuh ini akan berubah-ubah antara maksimum dan minimum, pada siang hari meningkat dan pada malam hari menurun.

Menurut Mahyastuti (1993) dalam keadaan normal, fungsi tubuh dapat dibedakan atas 2 fase, yaitu :

1. Fase ergotropik, terjadi pada siang hari dan semua organ tubuh siap untuk bekerja.

2. Fase tropotropik, terjadi malam hari dan sebagian besar fungsi tubuh menurun serta waktu ini dipakai untuk pemulihan dan pembaharuan energi.

2.3. Gula Darah

2.3.1 Pengertian Gula Darah

Gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum diatur ketat dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Umumnya tingkat gula dalam darah bertahan pada batas-batas 4-8 mmol/L/hari (70-150 mg/dl), kadar ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah di pagi hari sebelum orang-orang mengkonsumsi makanan (Mayes, 2001).


(24)

15

2.3.2 Kadar Gula Darah

Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat lainnya (Price, 2005).

Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat secara ringan tetapi bertahap setelah usia 50 tahun, terutama pada orang-orang yang tidak aktif bergerak. Peningkatan kadar gula darah setelah makan atau minum merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar gula darah menurun secara perlahan (Guyton, 2007).

Patokan – patokan yang dipakai di Indonesia adalah : 1. Kriteria diagnosis untuk gangguan kadar gula darah.

Pada ketetapan terakhir yang dikeluarkan oleh WHO dalam petemuan tahun 2005 disepakati bahwa angkanya tidak berubah dari ketetapan sebelumnya yang dikeluarkan pada tahun 1999, yaitu:


(25)

16

Tabel 1. Kriteria Diagnosis untuk Gangguan Kadar Gula Darah

Metode Kadar Gula Darah

Pengukuran Normal DM IGT IFG

Gula darah Puasa (Fasting Glucose)

< 6,1 mmol/L (<110 mg/dL)

≥ 7,0 mmol/L (≥ 126 mg/dL)

< 7.0 mmol/L (<126mg/dL)

< 6,1mmol/L (< 10mg/dL) Gula darah

2 jam Nilai yang ≥ 11,1 mmol/L ≤11,1mmol/L <7,8 mmol/L setelah makan sering dipakai

(2-hglucose) tidak spesifik (≥200mg/dL) (≤200mg/dL) (<140 g/dL)

<7,8 mmol/L Jika diukur

(<140 mg/dL)

Dalam tabulasi diatas WHO mengeluarkan standard dalam 2 satuan yang sering digunakan yaitu mmol/L dan mg/dL (Perkeni, 2011).

2. Kadar gula darah normal (Normoglycaemia)

Normoglycaemia adalah kondisi dimana kadar glukosa darah yang ada mempunyi resiko kecil untuk dapat berkembang menjadi diabetes atau menyebabkan munculnya penyakit jantung dan pembuluh darah.

3. IGT(Impairing Glucose Tolerance)

IGT oleh WHO didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang mempunyai resiko tinggi untuk terjangkit diabetes walaupun ada kasus yang menunjukkan kadar gula darah dapat kembali ke keadaan normal. Seseorang yang kadar gula darahnya termasuk dalam kategori IGT juga mempunyai resiko terkena penyakit jantung dan pembuluh darah yang sering mengiringi penderita diabetes. Kondisi IGT ini menurut para ahli


(26)

17

terjadi karena adanya kerusakan dari produksi hormon insulin dan terjadinya kekebalan jaringan otot terhadap insulin yang diproduksi.

4. IFG (Impairing Fasting Glucose)

Batas bawah untuk IFG tidak berubah untuk pengukuran gula darah puasa yaitu 6.1 mmol/L atau 110 mg/dL. IFG sendiri mempunyai kedudukan hampir sama dengan IGT. Bukan entitas penyakit akan tetapi sebuah kondisi dimana tubuh tidak dapat memproduksi insulin secara optimal dan terdapatnya gangguan mekanisme penekanan pengeluaran gula dari hati ke dalam darah.

2.3.3 Metode Pengukuran Kadar Gula Darah

Macam-macam pemeriksaan glukosa darah 1. Glukosa darah sewaktu

Pemeriksaan gula darah yang dilakukan setiap waktu sepanjang hari tanpa memperhatikan makanan terakhir yang dimakan dan kondisi tubuh orang tersebut. ( Depkes RI, 1999 )

2. Glukosa darah puasa dan 2 jam setelah makan. Pemeriksaan glukosa darah puasa adalah pemeriksaan glukosa yang dilakukan setelah pasien berpuasa selama 8-10jam, sedangkan pemeriksaan glukosa 2 jam setelah makan adalah pemeriksaan yang dilakukan 2 jam dihitung setelah pasien menyelesaikan makan.( DepkesRI, 1999 )


(27)

18

2.3.4 Sampel Pemeriksaan 1. Jenis sampel

Dahulu pengukuran glukosa darah dilakukan terhadap darah lengkap, tetapi sekarang sebagian besar laboratorium melakukan pengukuran kadar glukosa dalam serum. Hal ini disebabkan karena eritrosit memiliki kadar protein ( yaitu hemoglobin ) yang lebih tinggi dari pada serum, sedangkan serum memiliki kadar air yang lebih tinggi sehingga bila dibandingkan dengan darah lengkap serum melarutkan lebih banyak glukosa (Ronald A. Sacher, Richard A. McPherson, 2011)

Serum atau plasma harus segera dipisahkan dari sel-sel darah sebabsel darah walaupun telah berada di luar tubuh tetap memetabolism eglukosa. Darah yang berisi sangat banyak lekosit dapat menurunkan kadar glukosa. Pada suhu lemari pendingin kadar glukosa dalam serum tetap stabil kadarnya sampai 24 jam, tanpa kontaminasi bakterial kadar glukosa dapat bertahan lebih lama dari 24 jam. (Frances K. Widmann, 1989 )

2.3.5. Metode pemeriksaan

Untuk mengukur kadar glukosa dipakai terutama dua macam teknik.Cara-cara kimia memanfaatkan sifat mereduksi molekul glukosa yang tidak spesifik. Pada cara-cara enzimatik, glukosa oksidase bereaksi dengan substratspesifiknya, yakni glukosa, dengan membebaskan hidrogen peroksida yang banyaknya diukur secara tak langsung. Nilai-nilai yang ditemukan dalam cara reduksi adalah 5-15 mg/dl lebih tinggi dari yang didapat dengan cara-cara enzimatik, karena disamping glukosa terdapat


(28)

19

zat-zat mereduksi lain dalam darah. Sistem-sistem indikator yang dipakai pada berbagai metode enzimatik yang otomatik berpengaruh kepada hasil penetapan, jadi juga kepada nilai rujukan (Frances K. Widmann, 1989) Metode-metode pemeriksaan glukosa darah :

a. Metode Folin

Prinsip dari pemeriksaan ini adalah filtrat darah bebas protein dipanaskan dengan larutan CuSO4 alkali. Endapan CuO yang dibentuk glukosa akan larut dengan penambahan larutan fosfat molibdat. Larutan ini dibandingkan secara kolorimetri dengan larutan standar glukosa. (Pusdiknakes, 1985 )

b. Metode Samogyi-Nelson

Prinsip dari pemeriksaan ini adalah filtrat mereduksi Cu dalam larutan alkali panas dan Cu direduksi kembali oleh arseno molibdat membentuk warna ungu kompleks ( Pusdiknakes, 1985 )

c. Ortho – tholuidin

Prinsipnya adalah dimana glukosa akan bereaaksi dengan ortho – tholuidin dalam asam acetat panas membentuk senyawa berwarnahijau. Warna yang terbentuk diukur serapannya pada panjang gelombang 625 nm. (Pusdiknakes, 1985 )

d. Glukosa oksidase/peroksidase

Glukosa oksidase adalah suatu enzim bakteri yang merangsang oksidasi dengan menghasilkan H2O2. Dengan adanya enzim peroksidase oksigen dari peroksid ini dialihkan ke acceptor tertentu menghasilkan suatu ikatan berwarna. Metode-metode pemeriksaan glukosa oksidase/peroksidae :


(29)

20

1. Gluc – DH

Prinsip : Glukosa dehydrogenase mengkatalisasi oksidase dari glukosa sesuai persamaan sebagai berikut :

Gluitc - DH

Beta–D–Glukosa+NAD D – Gluconolactone+NADH+ H+

Jumlah NADH yang terbentuk sebanding dengan konsentrasi glukosa. Apabila glukosa di dalam urin atau liquor yang harus diukur, maka dianjurkan menggunakan metode ini,karena lebih spesifik.

2. GOD – PAP

GOD- PAP merupakan reaksi kolorimetri enzimatik untuk pengukuran pada daerah cahaya yang terlihat oleh mata. Prinsip : Glukosa oksidase (GOD) mengkatalisasi oksidasidari glukosa menurut persamaan berikut :

GOD

Glukosa + O2 + H2O Gluconic acid + H2O

Hidrogen peroksida yang terbentuk dalam reaksi ini bereaksi dengan 4 – aminoantipyrin ( 4 – Hydroxybenzoic acid ).

Dengan adanya peroksidase (POD) dan membentuk N- ( 4-antipyryl ) – P- benzoquinone imine. Jumlah zat warna yang terbentuk sebanding dengan konsentrasi glukosa.

3. Gluco quant ( Heksokinase/ G6 – DH ) HK

Prinsip : Glukosa + ATP G – 6 –P + ADP G6P - DH


(30)

21

4. GOD period ( Test combination ) GOD

Prinsip : Glukosa + O2 + H2O Glukonat + H2O2 POD

H2O2 + ABTS* Coloured complex + H2O

Presipitasi ringan yang terlihat pada larutan deproteinisasi tidak akan mempengaruhi hasil pemeriksaan. (Pusdiknakes, 1985)

2.4. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori. Peningkatan

Kadar Gula Darah Kerja shift

Irama Sirkadian

Ganguan Kesehatan

Fisiologi Psikososial Keselamatan Kerja

Aktifitas Fisik, Diet, Kondisi Kesehatan, Kerja

Pankreas.

Penurunan Sensitivitas Insulin, Peningkatan Hormon Kortisol


(31)

22

2.5.Kerangka Konsep

Variabel Dependen Variabel Independen

Keterangan : Diamati

Tidak diamati

Gambar 2. Kerangka konsep

2.6. Hipotesis

Berdasarkan dari tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran diatas, dapat dirumuskan hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut : Ada perbedaan kadar gula darah puasa pekerja shift dan non-shift.

Shift dan non-shift

Kadar Gula Darah Puasa

Aktifitas Fisik, Diet, Kondisi Kesehtan, Kerja


(32)

III. METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian studi analitik, dengan menggunakan pendekatan cross sectional, dimana obyek penelitian hanya diobservasi sekali dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel obyek pada saat pemeriksaan dengan cara pendekatan dan pengumpulan data sekaligus pada satu saat (Dahlan, 2009).

3.2Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Universitas Lampung.Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2013

3.3Populasi

Populasi dalam penelitian adalah sejumlah subjek besar yang mempunyai karakteristik tertentu. Karakteristik subjek ditentukan sesuai dengan ranah dan tujuan penelitian (Dahlan, 2009). Populasi untuk penelitian ini adalah semua karyawan Universitas Lampung.

3.4Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive random sampling. Purposive sampling berarti pemilihan sekelompok subjek yang didasarkan pada pertimbangan tertentu, berdasarkan ciri atau sifat-sifat


(33)

24 populasi yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi (Dahlan, 2009). Sampel pekerja shift diambil dari petugas keamanan sedangkan sampel non-shift diambil dari pekerja administrasi Universitas Lampung.

Menurut Sastroasmoro (2007), penentuan besar sampel untuk penelitian dapat ditentukan dengan menggunakan rumus uji hipotesis terhadap dua populasi tidak berpasangan berskala numerik dan kategorik yaitu

= 51,38~52 orang

Sehingga besar sampel dalam penelitian ini berjumlah 52 orang terdiri dari 26 orang pekerja shift dan 26 orang pekerja non-shift.

Kriteria inklusi sebagai berikut: 1. Laki-laki berusia 30-40 tahun.

2. Bekerja minimal 1 tahun di Universitas Lampung.

3. Bersedia ikut serta dalam penelitian setelah mendapatkan penjelasan mengenai apa yang akan dilakukan dan menandatangani informed consent.

Zα=derivat baku alfa Zβ=derivat baku beta

N= Jumlah Sampel S= Simpang baku = 16,8 (Okpitasari, 2010) X1-X2= selisih yang

dianggap bermakna= 8,3 (Okpitasari, 2010)


(34)

25 Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :

1. Riwayat memiliki penyakit diabetes mellitus. 2. Memiliki kerja di tempat lain.

3.5Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas Shift kerja.

2. Variabel Terikat

Kadar gula darah puasa.

3.6Definisi Operasional Tabel 2. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala 1. Shift kerja Pola waktu kerja

yang diberikan pada tenaga kerja untuk

mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam (Suma’ur, 1994).

Wawancara 1: Shift 2:Non-shift

Nominal

2. Gula darah puasa

Jumlah

kandungan gula dalam darah yang di ukur dari darah perifer setelah pasien puasa selama 10 jam.

Glukometer Kadar gula dl/mg


(35)

26 3.7Alat dan Cara Penelitian

1. Alat penelitian

Pada penelitian ini digunakan alat-alat sebagai berikut:

a. Lembar informed consent (merupakan lembar persetujuan untuk berpartisipasi dalam penelitian).

b. Glukometer (Easy-touch®) c. Alat tulis.

d. Komputer yang dilengkapi program statistik 2. Cara penelitian

a. Memberikan penjelasan dan informed consent.

b. Melakukan pengukuran kadar gula darah setelah terlebih dahulu sampel berpuasa 10 jam.

c. Melakukan pengumpulan data. d. Melakukan pengolahan data. e. Melakukan intepretasi data.

3.8 Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data disederhanakan ke dalam bentuk tabel-tabel, kemudian data diolah menggunakan program komputer. Proses pengolahan data menggunakan program komputer ini terdiri dari beberapa langkah:

a. Koding, untuk menerjemahkan data yang dikumpulkan selama penelitian ke dalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis.


(36)

27 b.Data entry, memasukan data ke dalam komputer.

c. Verifikasi, melakukan pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah dimasukan ke komputer.

d.Output komputer, hasil analisis yang telah dilakukan oleh komputer kemudian dicetak.

2. Analisis Data

a. Analisis univariat

Analisa ini digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel bebas dan terikat yang bertujuan untuk melihat variasi masing-masing variabel tersebut.

b.Analisis bivariat

Analisa ini digunakan untuk mengukur perbedaan antara variabel terikat dengan variabel bebas. Normalitas data akan diuji dengan uji Kolmogorov-Smirnov sedangkan homogenitas data di uji dengan levene test. Apabila data normal dan homogen data selanjutnya akan diuji denganuji t test tidak berpasangan.namun apabila data tidak normal dan atau tidak homogen data selanjutnya akan diuji dengan ujimann-withney (Dahlan, 2009).

Pada selang kepercayaan 95%. Dengan selang kepercayaan tersebut, maka bila p-value<0,05 maka hasil perhitungan statistik bermakna dan bila p-value>0,05 maka hasil perhitungan statistik tidak bermakna.


(37)

28 3.9 Ethical Clearence

Penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik Fakultas kedokteran Universitas Lampung pada tanggal 15 Januari 2014 dengan nomor surat 198/UN26/8/DT/2013 (Terlampir).


(38)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Rata-rata kadar gula darah pekerja shift adalah 95,07mg/dl. 2. Rata-rata kadar gula darah pekerja non shift adalah 84,30mg/dl.

3. Terdapat Perbedaan yang bermakna antara kadar gula darah puasa pekerja shift dan non-shift di Universitas Lampung.

B. Saran

1. Bagi peneliti lain, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari dampak lain shift kerja.

2. Bagi Instansi yang mempekerjakan pekerja dengan sistem shift, diharapkan lebih memperhatikan kesehatan pekerja dengan melakukan screning kesehatan dan menerapkan strategi-strategi yang dapat mengurangi dampak negatif shift kerja.

3. Bagi pemerintah, agar dapat memberikan kebijakan yang dapat melindungi pekerja dari dampak negatif kerja shift.


(39)

DAFTAR PUSTAKA.

Benedict et al. 2012. Diurnal Rhythm of Circulating Nicotinamide Phosphoribosyltransferase (Nampt/Visfatin/PBEF): Impact of Sleep Loss and Relation to Glucose Metabolism. J Clin Endocrin metabolic. Vol 97 (2) februari 2012.pp 218-222.

Buxton et al. 2010. Sleep Restriction for 1 Week Reduces Insulin Sensitivity in Healthy Men.ADA. Vol 59. pp 2126-2133.

Dahlan, S. 2009. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Seri EBM 1. Edisi II. Salemba Medika : Jakarta. hal 23-46.

Dahlan, S. 2009. Besar sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Edisi II. Jakarta: PT Arkans. hal 16-27.

Depkes RI. 1999. Hematologi. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. Jakarta. Dewi, P. 2006. Perbedaan Kelelahan Kerja Pada Perawat Shift Malam Di

Ruang ICU Dan Ruang Arrijal Di Rumah Sakit Haji Tahun 2006. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Doghramji, K. Melatonin and Its Receptors: A New Class of Sleep-Promoting Agents. Journal of Clinical Sleep Medicine. 2007; 3(5):S17-S23.

Ergoinstitute Tim. 2008. Shift Kerja dan Permasalahannya. www. Ergoinstitute. Com. Diakses 06 Desember 2013.

Firdaus, H. 2005. Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kejadian Stres Kerja Pada Tenaga Kerja di Bagian Produksi Pabrik Kelapa Sawit PTPN 4 Kebun Pabatu Tebing Tinggi Tahun 2005. Skripsi, FKM-USU. Medan.

Frances K, Widmann, 1989, Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi I. Jakarta. Hal 58-69.

Ganong, W. F., 2003. Review of Medical Physiology. 21st ed. United States of America: McGraw-Hill Companies. pp 156-169.


(40)

Garvey WT, Maianu L, Zhu JH, Brechtel-Hook G, Wallace P, Baron AD. Evidence for Defects in the Trafficking and Translocation of GLUT4 Glucose Transporters in Skeletal Muscle as a Cause of Human Insulin Resistance. The Journal of Clinical Investigation; 1998; Volume 101, Number 11, 2377–2386.

Gyton and Hall.2007 Buku Ajar Fisiologi. Edisi 9. Jakarta: EGC. Hal 287-292. ILO, Encyclopedia of Occupational Health and Safety, International New York

Labour Office, Geneva, 1983, Vol. II.

Khairunnisa, I. 2001. Hubungan Shift Kerja Dengan Terjadinya Kelelahan Kerja Pada Operator Telepon di Kantor Daerah Telekomunikasi Medan Tahun 2001. Skripsi, FKM-USU, Medan.

Kuswadji S, Pengaturan Tidur Pekerja Shift, Cermin Dunia Kedokteran, No. 116/1997, 52-48.

Mahyastuti M. Circardian Rhythm dan Pengaruhnya Pada Pola Tidur Awak Pesawat. Majalah Kesehatan Masyarakat. IAKMI, Tahun XXI No.5, Juni 1993. 289-283.

Mardi, D. 2008 Kerja Shift Menjadi Pilihan. http: /www.dianmardi.mult iply/journal. Diakses 10 Desember 2013.

Mayes, PAA. 2001. Biokimia. Edisi 20.EGC : Jakarta.

Nurmianto,E. 1998. Ergonomi Konsep Dasar dalam Aplikasinya. Edisi I. Guna Widaya,Jakarta. hal 21-23.

Perkeni. 2011. Petunjuk Praktis Pengelolaan DM Tipe 2. Jakarta: PB Perkeni. Pessin JE, Saltiel AR. Signaling Pathways in Insulin Action: Molecular Targets

of Insulin Resistance. The Journal of Clinical Investigation; 2010; Volume 106, Number 2.

Price, SA., Lorraine, MW. 2005. Patofisiologi. 6th Ed. EGC : Jakarta Pusdiknakes.1985. Diktat Kimia Klinik. Depkes RI: Jakarta

Okpitasari, D. 2012. Hubungan kerja gilir (shift work) terhadap kadar gula darah pada petugas keamanan di Universitas Lampung. Skripsi; Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.


(41)

Ramayuli, S. 2004. Hubungan Faktor Individu dan Shift Kerja Dengan Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Pada Bagian Pengepakan di PT. INDOFOOD Sukses Makmur Tbk. Cabang Medan Tahun 2004. Skripsi, FKM-USU. Medan

Roberio et al. 1998. Altered postprandial hormone and metabolic responses in a simulated shift work environment J Clin Endocrin metabolic. Vol 158.pp 305-310.

Sacher, Ronald A. dan Richard A. McPherson. 2004. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium edisi 11. Alih bahasa : Brahm U. Pendit dan Dewi Wulandari. EGC : Jakarta. hal 37-48.

Saksono, A., 1991. Perlindungan Tenaga Kerja Wanita, Modul Kursus Tertulis Bagi Dokter Hiperkes. Pusat Pelayanan Ergonomi, Kesehatan dan

Keselamatan Kerja Depnaker RI, Jakarta.

Sastroasmoro S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-3. Jakarta; Sagung Seto. 2007. Hal 78-89.

Shulman GI. Cellular Mechanisms of Insulin Resistance. The Journal of Clinical Investigation; 2000; Volume 106, Number 2.

Suma’mur, 1994. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Edisi I. Gunung Agung, Jakarta. hal 11-28.

Suma’mur, 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.Gunung Agung, Jakarta. hal 3-21.

Tarwaka, dkk, 2004. Ergonomi untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Produktivitas. UNIPRESS, Surakarta. hal 19-29.

Wilcox, Gisela. Insulin and Insulin Resistance. 2005. Clin Biochem Rev. 2005 May; 26(2): 19–39.


(1)

27

b.Data entry, memasukan data ke dalam komputer.

c. Verifikasi, melakukan pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah dimasukan ke komputer.

d.Output komputer, hasil analisis yang telah dilakukan oleh komputer kemudian dicetak.

2. Analisis Data

a. Analisis univariat

Analisa ini digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel bebas dan terikat yang bertujuan untuk melihat variasi masing-masing variabel tersebut.

b.Analisis bivariat

Analisa ini digunakan untuk mengukur perbedaan antara variabel terikat dengan variabel bebas. Normalitas data akan diuji dengan uji Kolmogorov-Smirnov sedangkan homogenitas data di uji dengan levene test. Apabila data normal dan homogen data selanjutnya akan diuji denganuji t test tidak berpasangan.namun apabila data tidak normal dan atau tidak homogen data selanjutnya akan diuji dengan ujimann-withney (Dahlan, 2009).

Pada selang kepercayaan 95%. Dengan selang kepercayaan tersebut, maka bila p-value<0,05 maka hasil perhitungan statistik bermakna dan bila p-value>0,05 maka hasil perhitungan statistik tidak bermakna.


(2)

28

3.9 Ethical Clearence

Penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik Fakultas kedokteran Universitas Lampung pada tanggal 15 Januari 2014 dengan nomor surat 198/UN26/8/DT/2013 (Terlampir).


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Rata-rata kadar gula darah pekerja shift adalah 95,07mg/dl. 2. Rata-rata kadar gula darah pekerja non shift adalah 84,30mg/dl.

3. Terdapat Perbedaan yang bermakna antara kadar gula darah puasa pekerja shift dan non-shift di Universitas Lampung.

B. Saran

1. Bagi peneliti lain, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari dampak lain shift kerja.

2. Bagi Instansi yang mempekerjakan pekerja dengan sistem shift, diharapkan lebih memperhatikan kesehatan pekerja dengan melakukan screning kesehatan dan menerapkan strategi-strategi yang dapat mengurangi dampak negatif shift kerja.

3. Bagi pemerintah, agar dapat memberikan kebijakan yang dapat melindungi pekerja dari dampak negatif kerja shift.


(4)

DAFTAR PUSTAKA.

Benedict et al. 2012. Diurnal Rhythm of Circulating Nicotinamide Phosphoribosyltransferase (Nampt/Visfatin/PBEF): Impact of Sleep Loss and Relation to Glucose Metabolism. J Clin Endocrin metabolic. Vol 97 (2) februari 2012.pp 218-222.

Buxton et al. 2010. Sleep Restriction for 1 Week Reduces Insulin Sensitivity in Healthy Men.ADA. Vol 59. pp 2126-2133.

Dahlan, S. 2009. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Seri EBM 1. Edisi II. Salemba Medika : Jakarta. hal 23-46.

Dahlan, S. 2009. Besar sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Edisi II. Jakarta: PT Arkans. hal 16-27.

Depkes RI. 1999. Hematologi. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. Jakarta. Dewi, P. 2006. Perbedaan Kelelahan Kerja Pada Perawat Shift Malam Di

Ruang ICU Dan Ruang Arrijal Di Rumah Sakit Haji Tahun 2006. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Doghramji, K. Melatonin and Its Receptors: A New Class of Sleep-Promoting Agents. Journal of Clinical Sleep Medicine. 2007; 3(5):S17-S23.

Ergoinstitute Tim. 2008. Shift Kerja dan Permasalahannya. www. Ergoinstitute. Com. Diakses 06 Desember 2013.

Firdaus, H. 2005. Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kejadian Stres Kerja Pada Tenaga Kerja di Bagian Produksi Pabrik Kelapa Sawit PTPN 4 Kebun Pabatu Tebing Tinggi Tahun 2005. Skripsi, FKM-USU. Medan.

Frances K, Widmann, 1989, Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi I. Jakarta. Hal 58-69.

Ganong, W. F., 2003. Review of Medical Physiology. 21st ed. United States of America: McGraw-Hill Companies. pp 156-169.


(5)

Garvey WT, Maianu L, Zhu JH, Brechtel-Hook G, Wallace P, Baron AD. Evidence for Defects in the Trafficking and Translocation of GLUT4 Glucose Transporters in Skeletal Muscle as a Cause of Human Insulin Resistance. The Journal of Clinical Investigation; 1998; Volume 101, Number 11, 2377–2386.

Gyton and Hall.2007 Buku Ajar Fisiologi. Edisi 9. Jakarta: EGC. Hal 287-292. ILO, Encyclopedia of Occupational Health and Safety, International New York

Labour Office, Geneva, 1983, Vol. II.

Khairunnisa, I. 2001. Hubungan Shift Kerja Dengan Terjadinya Kelelahan Kerja Pada Operator Telepon di Kantor Daerah Telekomunikasi Medan Tahun 2001. Skripsi, FKM-USU, Medan.

Kuswadji S, Pengaturan Tidur Pekerja Shift, Cermin Dunia Kedokteran, No. 116/1997, 52-48.

Mahyastuti M. Circardian Rhythm dan Pengaruhnya Pada Pola Tidur Awak Pesawat. Majalah Kesehatan Masyarakat. IAKMI, Tahun XXI No.5, Juni 1993. 289-283.

Mardi, D. 2008 Kerja Shift Menjadi Pilihan. http: /www.dianmardi.mult iply/journal. Diakses 10 Desember 2013.

Mayes, PAA. 2001. Biokimia. Edisi 20.EGC : Jakarta.

Nurmianto,E. 1998. Ergonomi Konsep Dasar dalam Aplikasinya. Edisi I. Guna Widaya,Jakarta. hal 21-23.

Perkeni. 2011. Petunjuk Praktis Pengelolaan DM Tipe 2. Jakarta: PB Perkeni. Pessin JE, Saltiel AR. Signaling Pathways in Insulin Action: Molecular Targets

of Insulin Resistance. The Journal of Clinical Investigation; 2010; Volume 106, Number 2.

Price, SA., Lorraine, MW. 2005. Patofisiologi. 6th Ed. EGC : Jakarta Pusdiknakes.1985. Diktat Kimia Klinik. Depkes RI: Jakarta

Okpitasari, D. 2012. Hubungan kerja gilir (shift work) terhadap kadar gula darah pada petugas keamanan di Universitas Lampung. Skripsi; Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.


(6)

Ramayuli, S. 2004. Hubungan Faktor Individu dan Shift Kerja Dengan Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Pada Bagian Pengepakan di PT. INDOFOOD Sukses Makmur Tbk. Cabang Medan Tahun 2004. Skripsi, FKM-USU. Medan

Roberio et al. 1998. Altered postprandial hormone and metabolic responses in a simulated shift work environment J Clin Endocrin metabolic. Vol 158.pp 305-310.

Sacher, Ronald A. dan Richard A. McPherson. 2004. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium edisi 11. Alih bahasa : Brahm U. Pendit dan Dewi Wulandari. EGC : Jakarta. hal 37-48.

Saksono, A., 1991. Perlindungan Tenaga Kerja Wanita, Modul Kursus Tertulis Bagi Dokter Hiperkes. Pusat Pelayanan Ergonomi, Kesehatan dan

Keselamatan Kerja Depnaker RI, Jakarta.

Sastroasmoro S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-3. Jakarta; Sagung Seto. 2007. Hal 78-89.

Shulman GI. Cellular Mechanisms of Insulin Resistance. The Journal of Clinical Investigation; 2000; Volume 106, Number 2.

Suma’mur, 1994. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Edisi I. Gunung Agung, Jakarta. hal 11-28.

Suma’mur, 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.Gunung Agung, Jakarta. hal 3-21.

Tarwaka, dkk, 2004. Ergonomi untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Produktivitas. UNIPRESS, Surakarta. hal 19-29.

Wilcox, Gisela. Insulin and Insulin Resistance. 2005. Clin Biochem Rev. 2005 May; 26(2): 19–39.


Dokumen yang terkait

Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon Tahun 2013

3 10 59

PERBEDAAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PEMBULUH KAPILER ANTARA PEKERJA SHIFT PAGI DAN SHIFT MALAM PADA PEKERJA MESIN MAINTENANCE DI PT. TUNAS BARU LAMPUNG

15 186 62

PENGUJIAN SIGNIFIKANSI PERBEDAAN BEBAN KERJA PEKERJA SHIFT HOTEL BINTANG DAN NON BINTANG DI PENGUJIAN SIGNIFIKANSI PERBEDAAN BEBAN KERJA PEKERJA SHIFT HOTEL BINTANG DAN NON BINTANG DI YOGYAKARTA.

1 4 13

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA ANTARA SHIFT PAGI, SHIFT SORE, DAN SHIFT Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Antara Shift Pagi, Shift Sore, Dan Shift Malam Di Bagian Weaving Pt. Iskandar Indah Printing Textile Surakart

0 2 13

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA PERAWAT WANITA SHIFT DENGAN PERAWAT WANITA NON SHIFT DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA.

0 2 5

PERBEDAAN STATUS GIZI BALITA PADA IBU YANG BEKERJA SHIFT DAN NON SHIFT DI KECAMATAN Perbedaan Status Gizi Balita Pada Ibu Yang Bekerja Shift dan Non Shift di Kecamatan Kartasura.

0 0 13

PERBEDAAN STATUS GIZI BALITA PADA IBU YANG BEKERJA SHIFT DAN NON SHIFT DI KECAMATAN Perbedaan Status Gizi Balita Pada Ibu Yang Bekerja Shift dan Non Shift di Kecamatan Kartasura.

0 5 14

Perbedaan Kadar Glukosa Darah Puasa Antara Laki-Laki Dewasa Muda Obesitas dan Non Obesitas.

0 0 23

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA PEKERJA SHIFT DAN NON SHIFT DI TY FOUNTEX KARTASURA.

0 0 11

PERBEDAAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA ANTARA BIDAN YANG BEKERJA SHIFT DAN NON-SHIFT DI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 1 82